Anda di halaman 1dari 5

Nama Kelompok:

Fitri Kres Windari (170422620598)


Ilma Qurnia (170422620532)
2. Bagaimana “tone of the top” membantu organisasi dalam pencegahan, penghalang dan deteksi fraud?
Apa organisasi perlu mengelompokan aktivitas yang diangap illegal, tidak etis, tidak bermoral, dan pastikan
bagaimana whistleblower dapat digunakan untuk melaporkan aktivitas tidak benar?

Fraud dapat diminimalisir atau dicegah dengan menerapkan, memantau dan menegaskan kode etik bagi seluruh karyawan
perusahaan sehingga karyawan dapat melihat jika perusahaan serius dalam mengatasi fraud. Selain itu, tidak adanya lingkungan
kontrol yang baik juga dapat membahayakan efektivitas seluruh sistem pengendalian internal dalam organisasi. Langkah yang
perlu dilakukan yaitu mengawasi dan mengontrol aktivitas/tindakan yang dianggap ilegal. Auditor internal di perusahaan sering
mengambil peran untuk memastikan kepatuhan organisasi terhadap peraturan yang ada, termasuk berperan dalam penyelesaian
penilaian fraud. Selanjutnya mengawasai dan mengontrol tindakan tidak etis dan tidak bermoral yang merupakan salah satu
tindakan yang menyalahi etika yang di tetapkan perusahaan.
Memiliki hotline whistleblower dan menghalangi kegiatan yang ilegal, tidak etis, atau tidak bermoral merupakan salah satu praktik
kontrol yang baik. Dengan prosedur untuk pelaporan yang baik bisa saja whistleblower menjadi jalan awal untuk mengungkapkan
fraud. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa memberikan kemudahan dan perlindungan bagi karyawan atau pelapor yang ingin
bertanya maupun melaporkan hal-hal yang diindikasikan bisa menjadi tindakan fraud di perusahaan tersebut, serta perlu adanya
sistem komunikasi dua arah yang baik yaitu antara pelapor dan perusahaan tersebut.
4. Apa indikator risiko fraud yang harus diketahui oleh auditor intrnal?
Bagaimana “red flag” (faktor-faktor risiko fraud) dipengaruhi oleh industri dan
geografi? Pertimbangan “risiko relatif” apa yang perlu diperhitungkan?
Perluas pertimbangan ini untuk materialitas, kesesuian, dan kecukupan bukti.

 Faktor-faktor risiko fraud merupakan faktor yang mendasar dan sering kali tidak terlihat dari perilaku fraud. Sedangkan, Indikator
risiko fraud dapat diamati dan dengan demikian dapat ditelusuri kembali ke keberadaan faktor-faktor terkait.

Baik faktor maupun indikator risiko fraud mungkin akan berbeda untuk setiap industri (misalnya, industri yang diatur secara ketat
seperti jasa keuangan dan kesehatan mungkin akan memiliki risiko ketidakpatuhan yang signifikan) dan juga geografi (misalnya,
persepsi risiko dan fraud akan berbeda di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional). Selain itu, karena tidak semua risiko
fraud diciptakan sama, mereka perlu diprioritaskan dengan cara tertentu seperti dampak dan analisis keterjadian. Pendekatan analisis
risiko fraud tersebut membutuhkan pertimbangan materialitas (signifikansi atau pentingnya untuk mencapai tujuan organisasi), serta
kualitas dan kuantitas bukti yang perlu dikumpulkan untuk memperoleh jaminan yang masuk akal bahwa organisasi dilindungi dari
farud material yang terjadi, yang mana organisasi dapat mengetahui dengan cepat kapan fraud terjadi.
Berikut ini beberapa contoh faktor dan indikator risiko fraud berdasarkan fraud triangle (motif-motif fraud), yaitu:
1. Kesempatan
2. Tekanan
3. Rasionalisasi
 Peluang (Indikator risiko fraud)
 Pembatasan baik formal maupun informal pada auditor yang secara tidak tepat membatasi akses mereka atau yang membatasi
kemampuan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dengan dewan atau komite audit.
 Dominasi manajemen oleh individu atau kelompok kecil dalam bisnis yang dikelola tanpa pemilik dan tanpa adanya sistem
pengendalian.
 Sistem informasi dan akuntansi yang tidak efektif, termasuk situasi yang melibatkan defisiensi signifikan atau kelemahan material
dalam sistem pengedalian.
 Pemantauan pengendalian signifikan yang tidak memadai.
 Pengawasan dewan atau komite audit yang tidak efektif atas proses pelaporan keuangan dan sistem pengendalian internal.
 Tingkat turnover yang tinggi atau pekerjaan dari staf akuntansi, audit internal, atau teknologi informasi yang tidak memenuhi syarat.
 Tekanan (Faktor risiko fraud)
 Stabilitas keuangan atau profitabilitas organisasi terancam oleh kondisi ekonomi, industri, atau entitas seperti:
o Tingkat persaingan di pasar yang tinggi.
o Rentan terhadap perubahan cepat, seperti perubahan teknologi, produk kadaluwarsa, atau suku bunga.
o Penurunan permintaan dari pelanggan yang signifikan dan meningkatnya kegagalan bisnis baik di industri maupun ekonomi secara
keseluruhan.
o Ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi
o Pertumbuhan yang cepat atau profitabilitas yang tinggi terutama dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama.
o Persyaratan akuntansi, perundang-undangan, atau peraturan baru.
 Manajemen organisasi berada di bawah tekanan berlebihan untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga karena:
o Profitabilitas atau ekspektasi tingkat tren dari analis investasi, investor institusional, kreditor, atau pihak eksternal lainnya (terutama
ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak realistis) termasuk ekspektasi yang dibuat oleh manajemen yang terlalu optimis.
o Perlu memperoleh tambahan utang atau pembiayaan ekuitas agar orgamisasi tetap kompetitif.
o Kemampuan marjinal organisasi dalam memenuhi pembayaran utang atau persyaratan perjanjian utang lainnya.
 Manajemen organisasi atau kekayaan pribadi dewan direksi terancam oleh kinerja keuangan organisasi yang timbul dari:
o Fokus tingkat pengembalian yang besar (misalnya, bonus, opsi saham, dan pengaturan laba) yang bergantung pada pencapaian target
untuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan, atau arus kas.
o Jaminan pribadi atas hutang organisasi terhadap kekayaan bersih pribadi mereka.
 Manajemen atau personel operasi organisasi berada di bawah tekanan berlebihan untuk memenuhi target keuangan yang ditetapkan
oleh dewan direksi atau manajemen, seperti tujuan insentif penjualan atau profitabilitas.
 Sikap / Rasionalisasi (Indikator risiko penipuan)
 Mendominasi perilaku manajemen dalam berurusan dengan auditor, terutama yang melibatkan upaya untuk mempengaruhi ruang
lingkup pekerjaan auditor.
 Komunikasi, implementasi, dukungan, atau penegakan nilai-nilai atau standar etika organisasi yang tidak efektif oleh manajemen.
 Sering terjadi perselisihan dengan auditor ekternal independen mengenai masalah akuntansi, audit, atau pelaporan.
 Upaya berulang yang dilakukan oleh manajemen dalam membenarkan laporan keuangan secara tidak tepat berdasarkan materialitas.
 Keinginan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak pantas untuk meminimalkan laba yang dilaporkan karena alasan
meminimalkan pembayaran pajak.
 Kegagalan manajemen dalam menghubungkan kekurangan signifikan yang diketahui atau kelemahan material dalam kontrol tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai