Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN SOAL NO.

POIN 1

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan menjadi berikut ini.

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara


keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena
asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut dapat
dimanfaatkan kelompok-kelompok berbeda untuk maksud berbeda. Lingkungan bisnis
merupakan konteks utama audit laporan keuangan. Konteks di mana auditor
berkepentingan setiap harinya adalah industri atau bisnis klien auditnya. Konteks yang
ada di bisnis klien sangat memengaruhi auditor dan audit dan menjadi komponen utama
dari lingkungan di mana audit laporan keuangan dilakukan. Prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia dimuat dalam pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK).

2. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari setiap
bagian dalam prosedur dan metode operasi suatu organisasi. Umumnya pada akhir audit
operasional, manajemen dapat meminta rekomendasi-rekomendasi untuk berbaikan atau
peningkatan aktivitas operasi. Dalam audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak
terbatas pada masalah masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur
organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, pemasaran, dan bidang-bidang lain
yang sesuai dengan keahlian auditor. Pelaksanaan audit operasional dan hasil yang
dilaporkan lebih sulit didefinisikan daripada jenis audit lainnya. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya area yang berbeda yang perlu dinilai keefisienan dan keefektifannya, sehingga
sangat sulit menetapkan suatu kriteria yang baku untuk penilaian dalam audit operasional
ini. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional
cenderung bersifat subjektif. Auditor operasional cenderung memberikan saran perbaikan
prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan prestasi kerja yang sekarang. Audit
operasional lebih merupakan konsultasi manajemen daripada pengauditan.

3. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan bertujuan mempertimbangkan apakah auditee telah mengikuti prosedur,


aturan-aturan dan regulasi tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas
lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi
kepada pihak tertentu dalam organisasi. Oleh karena itu, audit seperti ini lebih sering
dilakukan oleh auditor yang diperkerjakan oleh unit organisasi. Contoh audit kepatuhan
adalah penentuan apakah personel akuntansi telah mengikuti prosedur-prosedur yang
ditetapkan oleh para pengendali perusahaan, pengkajian standar gaji apakah sudah sesuai
dengan standar gaji yang berlaku umum, dan pengkajian perjanjian-perjanjian kontrak
dengan bank atau pemberi pinjaman.

4. Audit Sistem Informasi

Audit sistem informasi mengevaluasi keandalan dari sistem pemrosesan informasi.


Sistem-sistem komputerisasi yang sangat canggih saat ini umumnya digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan memproduksi informasi. Informasi yang
bagus sangat penting bagi kesuksesan operasi. Oleh karena itu, audit sistem informasi
diperlukan untuk memastikan kualitas informasi yang dihasilkan tinggi. Audit sistem
informasi juga mengevaluasi integritas dari informasi yang dihasilkan oleh sistem ini.
Untuk melaksanakan audit seperti ini seorang auditor harus memiliki keahlian khusus di
bidang teknologi informasi.

5. Audit Kecurangan (Fraud Audit)

Semakin banyaknya kecurangan-kecurangan yang terjadi belakangan ini baik dalam


lingkungan bisnis maupun pemerintahan menciptakan permintaan yang besar terhadap
spesialisasi-spesialisasi audit kecurangan. Auditor untuk audit kecurangan ini dilatih
untuk menemukan dan mengkaji kecurangan pegawai dan manajemen. Auditor untuk
audit kecurangan ini tidak hanya dilatih untuk menemukan pihak-pihak di dalam
organisasi, tetapi juga pihak-pihak luar organisasi yang melakukan kecurangan terhadap
organisasi. Contoh, auditor kecurangan yang bekerja untuk pemerintah adalah auditor
yang bekerja di KPK dan juga PPATK.

Dari sisi lain, yakni apabila ditinjau dari ruang lingkup pemeriksaan, audit dapat
dibedakan menjadi sebagai berikut.

a. Audit Umum (General Audit)

Suatu audit umum dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Audit tersebut harus dilakukan
sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan juga Kode Etik
Akuntan Indonesia.

b. Audit Khusus (Special Audit) Audit khusus atau audit terbatas dilakukan sesuai
dengan permintaan auditee. Audit khusus ini pada akhir proses auditnya, auditor
tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran atas laporan keuangan
secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada masalah tertentu yang
diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Dan jenis pemeriksaan yag digunakan auditor PT. Garuda Indonesia (Persero) adalah Audit
Laporan Keuangan dan Audit Umum (General Audit).

POIN 2

Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji sebagai akibat kecurangan dalam
pelaporan keuangan untuk setiap golongan risiko tersebut di atas.
a) Suatu dorongan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan dalam pelaporan
keuangan. Indikator khusus dapat mencakup:
1) bagian signifikan kompensasi manajemen diwujudkan dalam bo stock
option, atau insentif lain, yang nilainya tergantung pada kemampuan
entitas dalam mencapai target yang terlalu agresif dalam hasil operasi,
posisi keuangan, atau arus kas;
2) kepentingan berlebihan manajemen dalam mempertahankan
meningkatkan harga saham atau trend laba entitas melalui penggunaan
praktik-praktik yang agresif;
3) praktik oleh manajemen dalam memberikan komitmen kepada analis,
praktik-praktik akuntansi yang agresif, kreditur, dan pihak ketiga yang
lain untuk mencapai prakiraan yang tampak terlalu agresif atau secara
jelas tidak realistis:
4) kepentingan manajemen dalam menempuh cara yang tidak semestinya
untuk meminimkan laba yang dilaporkan berdasarkan alasan pajak
b) Kegagalan manajemen untuk menyajikan dan mengomunikasikan sikap yang
semestinya tentang pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan. Indikator
khusus dapat mencakup:
1) cara yang tidak efektif untuk mengomunikasikan dan mendukung nilai dan
etika entitas, atau mengomunikasikan nilai atau etika yang tidak
semestinya;
2) dominasi manajemen oleh seorang individu atau kelompok kecil, tanpa
adanya pengendalian yang mengompensasi kondisi tersebut seperti
pengawasan oleh dewan komisaris atau komite audit;
3) pemantauan yang tidak mencukupi terhadap pengendalian signifikan;
4) kegagalan manajemen dalam membetulkan pada waktu yang tepat kondisi
yang dilaporkan dan yang sudah diketahui;
5) penetapan target dan harapan keuangan yang terlalu agresif oleh
manajemen terhadap personel operasi;
6) ketidakpedulian signifikan terhadap pihak pengatur yang diperlihatkan
oleh manajemen;
7) memperkerjakan secara terus menerus staf akuntansi, teknologi informasi,
auditor intern yang tidak efektif.
c) Partisipasi dan fokus berlebihan manajemen non keuangan terhadap pemilihan
prinsip akuntansi atau penentuan estimasi signifikan.
d) Tingkat perputaran yang tinggi anggota manajemen senior, penasihat, atau dewan
komisaris.
e) Hubungan tegang antara manajemen dengan auditor sekarang atau auditor
pendahulu. Indikator khusus dapat mencakup:
1) perbedaan pendapat yang sering terjadi dengan auditor sekarang atau
auditor pendahulu tentang akuntansi, auditing, dan pelaporan;
2) permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, termasuk batasan waktu
yang tidak masuk akal untuk menyelesaikan audit atau penerbitan laporan
auditor;
3) pembatasan resmi atau tidak resmi terhadap auditor yang membatasi
secara tidak semestinya akses auditor ke orang atau informasi atau atas
kemampuan auditor untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan
dewan komisaris atau komite audit;
4) dominasi perilaku manajemen dalam berhubungan dengan auditor,
terutama yang menyangkut usaha untuk mempengaruhi lingkup pekerjaan
auditor.
f) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran peraturan sekuritas atau tuntutan
kepada entitas atau manajemen seniornya yang dituduh melakukan kecurangan
atau pelanggaran undang-undang sekuritas.
Faktor risiko yang berkaitan dengan kondisi industri. Contohnya mencakup:
1) akuntansi baru, undang-undang, atau persyaratan peraturan yang dapat
menghancurkan stabilitas keuangan atau profitabilitas entitas;
2) tingginya tingkat kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan
menurunnya laba;
3) menurunnya industri dengan meningkatnya kegagalan bisnis dan
menurunnya permintaan customers;
4) perubahan pesat dalam industri, seperti kerentanan terhadap perubahan
cepat teknologi atau keusangan produk yang cepat.

POIN 3 & 4

Jika masalah etika profesi melibatkan konflik dengan, atau dalam, organisasi klien atau pemberi
kerja, maka Praktisi harus mempertimbangkan untuk melakukan konsultasi dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit. Praktisi sangat dianjurkan
untuk mendokumentasikan substansi permasalahan dan perincian pembahasan yang dilakukan
atau keputusan yang diambil yang terkait dengan permasalahan tersebut.

Jika masalah etika profesi yang signifikan tidak dapat diselesaikan maka Praktisi dapat meminta
nasihat profesional dari organisasi profesi yang relevan atau penasihat hukum untuk memperoleh
pedoman penyelesaian masalah etika profesi yang terjadi tanpa melanggar prinsip kerahasiaan.
Sebagai contoh, ketika menemukan kecurangan (fraud), Praktisi harus mempertimbangkan untuk
memperoleh nasihat hukum dalam menentukan ada tidaknya keharusan untuk melaporkan tanpa
melanggar prinsip kerahasiaan.

Jika setelah mendalami semua kemungkinan yang relevan, masalah etika profesi tetap tidak
dapat diselesaikan maka Praktisi harus menolak untuk dikaitkan dengan hal yang menimbulkan
masalah etika profesi tersebut. Dalam situasi tertentu, merupakan suatu langkah yang tepat bagi
Praktisi untuk tidak melibatkan dirinya dalam tim perikatan atau penugasan tertentu, atau bahkan
mengundurkan diri dari perikatan tersebut atau dari KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.

JAWABAN SOAL NO. 2

POIN 1, 2 dan 3

Ditemukan Fraud dalam laporan penyajian keuangan dimana PT Asuransi Jiwasraya (Persero),
dimana telah dilakukan pembelian saham yang tidak sesuai Investasi Jiwasraya dan Jiwasraya
berinvestai pada saham-sahm yang tidak likuid serta ditemukan window dressing terhadap
laporan keuangan yang telah di audit sehingga lewat laporan keuangan tersebut perusahaan
dinyatakan “sehat”. Metode Fraud yang di gunakan adalah:

1) Top Fraud Management

Tindakan sengaja oleh manajemen pada level apapun untuk menipu, memanipulasi atau
menyurangi investor atau pemangku kepentingan kunci lainnya. Penipuan bisa berbagai
macam bentuknya termasuk penggelapan, internal trading, dan korupsi. Top management
juga bisa melibatkan window dressing atau manipulasi laporan keuangan.

2) Skema Ponzi

Di tengah masalah keuangan yang melilit, Jiwasraya menjamin pengembalian bunga


hingga 13% untuk produk rencana tabungan JS dan 14% untuk produk asuransi
tradisional. Situasi ini mendorong perusahaan untuk membayar polis jatuh tempo
pelanggan lama mereka dengan premi pelanggan baru.

Mempertahankan keberlangsungan perusahaan PT Asuransi Jiwasraya adalah hal yang sangat


merugikan baik untuk pemangku kepentingan, pelanggan, karyawan, industri asuransi, tetapi
juga masyarakat pada umumnya.

POIN 4

Saya tidak akan menerima Jiwasraya sebagai klien, karena, resiko yang perusahaan tibulkan
sangat besar dan sangat berpengaruh kepada saya sebagai Akuntan Publik. Pengungkapan hasil
audit juga salah satu faktor yang menunjukkan kredibilitas saya atas profesi saya sebagai
Akuntan Publik. Dengan perusahaan yang memanipulasi laporan keuangan yang telah diaudit,
denga persetujuan Akuntan Publik, maka resiko menjadi tersangka atas kasus tersebut juga
semakin besar dan berdampak pada Akuntan Publik tersebut.

POIN 5

Kemungkinan bahwa klien mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit dikeluarkan Jika
klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita kerugian yang besar
setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungk yang lebih besar untuk membela mutu audit
ketimbang jika klien tidak mengalami tekanan keuangan. Kecenderungan alami pihak yang
menderita kerugian dalam kasus kepailitan, atau karena harga sahamnya menurun. adalah
mengajukan gugatan hukum terhadap auditor. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa
auditor tidak menjalankan tugasnya secara profesional dan tidak sesuai dengan keinginan para
pemakai laporan keuangan untuk memperoleh kembali sebagian kerugian mereka tanpa
memperhatikan kelayakan pekerjaan audit. Mendeteksi kebangkrutan perusahaan sejak dini
memang sulit bagi auditor

Namun, ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik bahwa probabilitasnya
meningkat:

a) Posisi likuiditas. Jika klien harus mengalami kekurangan kas serta modal kerja, hal ini
mengindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan di masa depan Auditor harus
menilai kemungkinan dan signifikansi posisi likuiditas yang terus menurun.

b) Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya. Jika suatu perusahaan mengalami penurunan laba
atau kenaikan kerugian yang pesat selama beberapa tahun, auditor harus mengetahui
masalah solvensi yang mungkin dihadapi klien di masa depan. Auditor juga harus
mempertimbangkan perubahan laba relatif terhadap saldo laba ditahan yang tersisa.

c) Metode pembiayaan pertumbuhan. Jika klien demikian mengandalkan utang sebagai alat
pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi klien
menurun. Auditor harus mengevaluasi apakah aktiva tetap klien dibiayai dengan
pinjaman jangka pendek atau jangka panjang, karena kebutuhan arus kas keluar yang
berjumlah besar dalam jangka pendek dapat membuat perusahaan pailit.

d) Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih besar dari
yang lainnya. Sebagai contoh, jika semua kondisi lainnya sama, perusahaan teknologi
canggih yang hanya mengandalkan satu produk lebih besar kemungkinannya pailit
ketimbang produsen makanan yang terdiversifikasi.

e) Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten selalu waspada terhadap potensi


kesulitan keuangan dan dapat memodifikasi metode operasinya untuk meminimalkan
dampak masalah jangka pendek. Auditor harus menilai kemampuan manajemen sebagai
bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai