SEJARAH PERKEBUNAN
Sistem perkebunan merupakan bagian dari system perekonomian pertanian komersial dan
berbeda dengan lingkungan setempat. Bentuk dan orientasi lingkungan perkebunan yang
lebih tertuju ke dunia luar, menjadikan lingkungan perkembunan seolah-olah terpisah dari
lingkungan agraris setempat, dianggap telah menciptakan tipe perekonomian kantong yang
bersifat dualistis.
yang berbeda tingkat produktivitasnya dan orientasi pemasarannya, akan tetapi hidup secara
berdampingan. Eksploitasi sumberdaya tanah dan tenaga kerja yang melimpah di sector
perekonomian kolonial.
hal ini kolonialisme Belanda. Sistem penyerahan paksa itu dapat diterapkan dalam usaha
eksplotasi produksi pertanian tanah jajahan yang langsung ditangani oleh pemerintah koloni.
Bedanya ialah apabila politik eksploitasi VOC dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui
kepala-kepala pemerintahan feodal setempat, maka politik eksploitasi pemerintah kolonial
Kebun kurang menuntut tenaga kerja besar, karena tidak memerlukan pembangunan
dan pemerlihaan bangunan irigasi seperti yang diperlukan persawahan. Kebun juga tidak
menuntut kebutuhan lokasi yang istemewa. Sistem kebun campuran di Jawa Timur telah
berlangsung lama, yaitu sejak tahun 1200 M, dan di Jawa Tengah malahan jauh sebelumnya.
Demikian juga kebun kopi dan karet telah meluas ke perladangan kuna di daerah
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang dibawa oleh
Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1853 keempat
tanaman tersebut telah berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis. Pada pengamatan tahun
1858, ternyata keempat tanaman tersebut tumbuh subur dan berbuah lebat. Walaupun berbeda
waktu penanaman (asal Bourbon lebih dulu dua bulan), tanaman tersebut berbuah dalam
waktu yang sama, mempunyai tipe yang sangat beragam, kemungkinan diperoleh dari sumber
Kira-kira 10 tahun kemudian, diadakan uji coba penanaman kelapa sawit pertama di
acre (Sumatera Selatan). Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa tanaman kelapa telah
berbuah pada tahun keempat setelah ditanam dengan tinggi batang 1,5 m, sedangkan di
negeri asalnya baru berbuah pada tahun keenam atau ketujuh. Selanjutnya uji coba dilakukan
di Muara Enim tahun 1869, Musi Ulu 1870 dan Biliton 1890 (Van Heurn, 1948) tetapi tidak
begitu baik pertumbuhannya. Hal ini baru disadari kemudian, bahwa iklim daerah Palembang
kurang sesuai untuk pertumbuan kelapa sawit. Kemudian dikembangkan ke Sumatera Utara,
ternyata sungguh baik. Keunggulan kelapa sawit Sumatera Utara sudah dikenal sejak sebelum
perang dunia ke II dengan varietas Dura Deli (bahasa Inggirs: Deli Dura) yakni tanaman
digunakan sebagai tanaman hias, barulah pada tahun 1911 tanaman Kelapa Sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara komersial di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien
Hallet, seorang berkebangsaan Belgia, lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat
(terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya
pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika
Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke
negara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850
ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu.
Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan
mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada. Sempat mengekspor
250.000 ton minyak sawit di tahun 1940, produksi minyak sawit di Indonesia hanya
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah
mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan
perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja
sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan
kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan
produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia
Pasca berakhirnya masa kolonial, investasi asing mulai masuk dan memacu
pertumbuhan perusahaan perkebunan sawit. Puncaknya adalah masa orde baru, Presiden
industri minyak sawit yang bermula sejak akhir dekade 1960-an turut terdorong. Perkebunan
sawit yang dimiliki negara (PT Perkebunan Nusantara) mengalami pertumbuhan pada tahun
1970-an. Perkebunan petani kecil pun mengalami perkembangan setelah 1979, berkat
penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk
menggeliatnya industri minyak sawit yang bermula sejak akhir dekade 1960-an turut
terdorong. Perkebunan sawit yang dimiliki negara (PT Perkebunan Nusantara) mengalami
pertumbuhan pada tahun 1970-an. Perkebunan petani kecil pun mengalami perkembangan
Hasilnya, hingga tahun 1980, lahan sawit di Indonesia mencapai 294.560 hekatre
dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Perkebunan kelapa sawit
Juli 1983. Dalam sambutannya ketika itu, Soeharto menekankan pembangunan pabrik sawit
untuk mewujudkan masyarakat sejahtera. Hal itu diartikan Soeharto, dalam melaksanakan
perluasan lahan yang dilakukan PT Perkebunan IV. Bahkan perluasan ini menjadi program
kerja pemerintah yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) IV
kepada pemerintah Indonesia malalui Menteri Perindustrian Hartarto meminta agar Indonesia
mendirikan pabrik minyak kelapa sawit di negara mereka. Bahan yang akan diolah oleh
pabrik tersebut adalah minyak sawit mentah (CPO) yang didatangkan dari Indonesia.
minyak sawit masuk dengan menanamkan modal tiga kali lebih besar, rantai produksi global,
serta melakukan perluasan geografis perkebunan minyak sawit dari Malaysia ke Indonesia.
Ekspansi perkebunan sawit transnasional semakin cepat, sejalan dengan krisis keuangan di
Asia pada akhir dekade 1990-an. Organisasi semacam IMF (International Monetary Fund)
dengan LOI (Letter of Intent) memberikan paket bagi Indonesia untuk melakukan liberalisasi
1.1.5. Reformasi
otonomi daerah tak pelak turut menjadikan industri sawit di Indonesia semakin masif.
Perkebunan Nomor 107 Tahun 1999 mengenai Izin Usaha Perkebunan menggantikan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 786 Tahun 1996. Izin usaha dengan peningkatan
pembukaan lahan berubah dari 200 hektare menjadi 1000 hektare.Sejumlah provinsi
berpotensial bahkan hingga saat ini diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Tengah,
Perusahaan berskala besar dapat mengajukan izin mencapai 20.000 hektare di satu
provinsi dan 100.000 hektare di seluruh Indonesia dengan kewajiban membangun kemitraan
kerjasama dengan perusahaan skala kecil dan menengah yang dinamakan PIR-KKPA (PIR-
357 tahun 2002 yang menggantikan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
107 Tahun 1999. Kepmen baru itu merupakan tanggapan terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999, yang menekankan struktur desentralisasi
pemerintah.
Tahun 2007, melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 tahun 2007 diatur perihal
cadangan lahan (land bank) secara masif di atas 100.000 hektare per perusahaan. Tak hanya
menteri, kewenangan atas pemberian izin atas lahan sawit juga dimiliki kepala daerah sebagai
Tak hanya Gubernur, Bupati pun memiliki kewenangan luas dalam pembangunan
ekonomi, perencanaan tata ruang, dan otoritas pemberian izin usaha. Banyaknya perizinan
dikeluarkan akhirnya membuat ekspansi perkebunan sawit menjadi masif. Hanya dalam
kurun waktu 20 tahun (1990 - 2010), perkebunan sawit di Indonesia berkembang dari sekitar
1,1 juta hektare menjadi 7,8 juta hektare. Jumlah ini meningkat menjadi 11,9 juta hektare
Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada
tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar
721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama
perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program
menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO)
Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk
minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.
tersendiri. Demokratisasi membutuhkan jaringan hubungan yang simetris dan setara di antara
semua pihak yang terkait dengan perkebunan: Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan
Besar Swasta (PBS), Perkebunan Rakyat (PR), pemerintah, konsumen di dalam dan luar
Peran penting perkebunan akan semakin meningkat di masa depan. Krisis enerji dunia
telah menempatkan posisi perkebunan pada tingkat yang sangat penting. Perkebunan tak lagi
hanya terkait masalah pangan, tetapi kini perkebunan berada di persimpangan kepentingan
antara food, feed dan fuel. Seluruh dinamika sejarah perkebunan menarik perhatian terutama
dalam meletakkan dan meningkatkan peran di masa mendatang. Sejak awal kemerdekaan
sudah terpampang kuat hasrat untuk menyejahterakan rakyat sebagai pekebun, pekerja
perkebunan, maupun yang memperoleh manfaat tidak langsung dari usaha perkebunan.
Diatas itu semua perkebunan masih tetap dan akan terus menjadi sumber kemakmuran bangsa
ini.
BAB II. PEMBIBITAN
Pembibitan adalah suatu kegiatan budidaya bahan tanam (kecambah) yang dilakukan
di suatu lokasi tertentu sebelum ditanam ke lapangan. Pembibitan merupakan langkah awal
dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan
sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit
kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang
optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat
bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat
A Pre-Nursery :
1 Buat bedengan 1 unit/hk 4
2 Isi babybag 1 bag/hk 250
3 Susun babybag 1 bag/hk 1.000
4 Tambah tanah 1 bag/hk 1.000
5 Tanam kecambah 1 bag/hk 1.000
6 Konsolidasi 1 bag/hk 10.000
7 Perawatan bag/hk 10.000 Sesuai kebutuhan
8 Semprot bibit bag/hk 20.000 Sesuai kebutuhan
9 Seleksi 1 Bag 10.000 Sesuai kebutuhan
B Main-Nursery :
1 Pancang 1 hk/ha 10 10.000 bibit/ha
2 Isi polybag 1 bag/hk 50
3 Susun polybag 1 bag/hk 100
4 Tambah tanah 1 bag/hk 500
5 Tanam bibit 1 bag/hk 200
6 Konsolidasi 1 bag/hk 2.000
7 Mulsa 1 bag/hk 2.000
8 Perawatan bag/hk 2.000 Sesuai kebutuhan
9 Semprot bibit bag/hk 5.000 Sesuai kebutuhan
10 Seleksi bibit 1 bag/hk 2.000 Sesuai kebutuhan
11 Pangkas, putar dan kumpul bibit 1 bibit/hk 100 Sesuai kondisi
2.2 Persiapan
Lapangan dan juga perusahaan benih unggul kelapa sawit di Indonesia. Yang pertama kita
dengan pengiriman bibit yang akan ditanam oleh divisi dalam kebun itu sendiri atau dikirim
1. Penanaman Baru
Penanaman baru adalah suatu usaha budidaya tanaman yang diawali dengan pekerjaan
“Pembukaan Lahan” yang kemudian dilanjutkan dengan “Penanaman” pada lahan yang telah
dibuka tersebut. Penanaman baru ini dapat dilaksanakan pada lahan yang sama sekali belum
pernah ditanami tanaman perkebunan, atau lahan yang sudah pernah ditanami namun sudah
menjadi hutan kembali. Sedangkan untuk lahan yang sudah pernah ditanami tanaman
perkebunan dan belum menjadi hutan kembali, maka penanaman kembali pada lahan tersebut
1) Replanting, yaitu : apabila tanaman yang akan ditanam sama jenisnya dengan tanaman
semula.
2) Konversi, yaitu : apabila tanaman yang akan ditanam tidak sama jenisnya dengan
tanaman semula.
Kegiatan ini umumnya diserahkan kepada kontraktor, namun dapat juga dilaksanakan
oleh Perusahaan sendiri, tapi dalam prakteknya sebagian besar diserahkan kepada Kontraktor
dan hanya sebagian kecil saja yang dikerjakan Perusahaan sendiri. Periode kegiatan
Penanaman Baru meliputi mulai dari pembukaan lahan, penanaman dan perawatan tanaman
1. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan TBM yaitu suatu usaha perawatan tanaman dan pemberian pupuk mulai
Pelaksana Pemeliharaan Tanaman umumnya dilaksanakan oleh tenaga kebun dan ada juga
yang menggunakan jasa Kontraktor tapi hanya sebagian kecil saja. Pengeluaran untuk
menambah aktiva tetap). Pemeliharaan TBM dan TM pada dasarnya berbeda pengalokasian
dapat terjadi tanaman yang berstatus Belum Menghasilkan namun tanaman tersebut sudah
dipanen. Bila terjadi demikian, maka biaya yang dikelarkan untuk panen dicatat ke dalam
perkiraan Biaya panen dan Angkutan Hasil Panen. Untuk biaya Pemeliharaan Tanaman
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tanaman baik untuk TBM maupun untuk TM dapat
dilakukan oleh SKU atau Kontraktor baik sebagian atau secara keseluruhan. Prinsipnya
adalah : tersedianya tenaga, keahlian yang dimiliki, tingkat efisiensi, dan peraturan yang
berlaku. Bila tenaga SKU yang ada masih cukup untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka
pelaksanaan kegiatan diserahkan kepada SKU. Untuk jenis pekerjaan tertentu yang tidak
dapat dilaksankan oleh tenaga SKU, maka pelaksanaannya diserahkan ke Kontraktor, seperti
Untuk areal tanaman tua yang diperkirakan akan lebih efisien bila dikerjakan oleh
ketentuan atau peraturan yang mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan harus diserahkan
kepada SKU atau Kontraktor. Kegiatan tenaga SKU diawasi langsung oleh petugas /
karyawan perusahaan yang ditunjuk, yaitu : para mandor, Mandor I, Kerani, Asisten Divisi,
dst keatas.
Sedangkan kegiatan tenaga Kontraktor diawasi bersama oleh petugas Kontraktor dan para
pejabat perusahaan ( mulai dari mandor sampai SVP). Cara pengawasan yang dilakukan
pejabat perusahaan tidak sama, tergantung dari sifat kegiatan yang diborongkan tersebut.
Contohnya :
dengan hasil kerja yang dicapai untuk menentukan kewajaran kapasitas kerjanya.
Termasuk dalam jenis pekerjaan ini antara lain : cangkol anak kayu, tarik kacangan, dsb.
Pengawasan dilakukan setiap hari kerja dan hasil pengawasan dicatat dalam sarana
Untuk pekerjaan yang pembayarannya dihitung berdasarkan hasil kerja yang dicapai,
masing – masing divisi oleh Asisten Divisi yang bersangkutan, berdasarkan Rencana
Anggaran Belanja yang sudah disyahkan setiap akhir tahun untuk tahun berikutnya. Rencana
kerja ini dibuat untuk periode tahunan, bulanan, dan harian. Untuk membuat Rencana Kerja
Pemeliharaan dan Rencana Kerja Harian Asisten Divisi dibantu oleh Krani Divisi dan
Mandor I.
2. Sarana Administrasi
Pengupahan, Pembelian dan Persediaan yang akan dijelaskan dalam Buku Prosedur
diterbitkannya Buku Pedoman Administrasi dalam bentuk baru ini diharapkan memudahkan
di dalam penggunaannya.
Sarana Administrasi lainnya yang ada kaitannya dengan administrasi Penanaman Baru
Umum.
Tanaman untuk membantu administrasi agronomi termasuk membuat laporan agronomi dan
syarat tumbuh kelapa sawit dan media tanam yang dibutuhkan adalah suatu hal yang sangat
penting. Karena sebaik-baiknya proses pembibitan, jika lahan yang digunakan tidak sesuai
dengan persyaratan tumbuhnya maka tanaman kelapa sawit tidak bisa hidup secara optimal
dan menghasilkan buah yang berkualitas. Tanaman kelapa sawit membutuhkan lama
penyinaran sekitar 5 sampai dengan 7 jam sehari.Tanaman ini bisa hidup dengan baik pada
daerah dengan curah hujan rata-rata 1.500-4.000 mm per tahun dengan temperatur optimal
antara 24-280 C. Tempat ideal untuk kelapa sawit adalah yang memiliki ketinggian 1 sampai
dengan 500 mdpl dan kecepatan angin rata-rata antara 5 sampai dengan 6 km.jam.
Media tanam yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah yang mempunyai sistem
drainase baik dan permukaan air tanah yang dalam. Kelapa sawit bisa tumbuh dengan sangat
baik pada tanah yang mengandung lempung banyak, aerasi yang baik serta subur. Kedalaman
solum untuk tanaman kelapa sawit juga cukup dalam yakni 80 cm.Tanah yang digunakan
juga sebaiknya tidak berbatu dan memiliki pH antara 4 sampai dengan 6. Lahan yang bisa
dijadikan sebagai perkebunan kelapa sawit adalah yang memiliki tanah Aluvial, Ultisol,
Latosol, dataran pantai, muara sungai dan tanah gambut.Biasanya, perkebunan kelapa sawit
menyiapkan proses pembibitannya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya produksi.
Dalam proses pembibitan, ada beberapa hal yang harus di persiapkan, yaitu:
harus tersedia dala m jumlah cukup pada musim kemarau, yaitu minimal 40.000
liter/Ha/hari).
Lokasi harus mudah dijangkau dan akses jalan ke pembibitan harus baik.
Intensitas sinar baik dan terbuka, tidak terhalang oleh pohon besar atau bangunan.
Pertimbangan lokasi pembibitan yaitu dekat dengan sumber air. Ketersedian air yang
bermutu baik dan bersih (pH minimum 4, volume air minimal untuk 120.000 liter/ha/jam),
tetapi Tidak tergenang air. Areal harus rata, kering, berdarinase baik. Relative dekat dengan
b. Pemesanan Kecambah
Kecambah dipesan pada produseen kecambah yang mempunyai reputasi baik. Prosedur
pemesanaan bibit (dibuku saku). Penjadwalan pemesanan kecambah perlu dilakukan dengan
tepat karena terkait dengan perijinan, ketersediaan kecambah oleh produsen, program
pembukaan lahan, program penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan penyiapan sarana
produksi untuk kegiatan pemeliharaan bibit. Kebun mandiri dapat memesan sesuai dengan
rencana pembangunan kebun dan lahan yang dipersiapkan dan dilakukan 1 (satu) tahun
Jumlah kecambah yang harus dipesaan adalah 193 – 200 kecambah per hektar areal
penanaman (planted area) dengan kerapatan tanaman 136 – 143 pokok per hektar. Waktu
pemesanan kecambah harus dilakukan dengan menggacu pada program penanaman, minimal
2 (dua) tahun sebelumnyya. Setiap papan label harus menunjukkan: Modul, Jenis Kecambah,
Untuk jenis DP Marihat ada 12 (dua belas) kelompok utama yang harus ditanam terpisah,
yaitu BJ, DS, MA, LM, RS, YA, DS x NI, MA x NI, DS x BJ, RS x DS, MA x RS, BJ x RS.
Ke 12 kelompok utama itu mencakup 36 kategori persilangan. Untuk DP Rispa ada 2 (dua)
kelompok utama, yaitu DP dan DYP (jeniss Dumpy, lebih pendek dari DP). Untuk DP Socfin
ada 2 (dua) kelompok utama yang mencakup 22 kategori persilangan. Dibuat papan label
untuk pemisahan kelompok bibit dengan ukuran 15 x 20 cm, tinggi 30 cm dari permukaan
Berikut adalah tatacara dan Persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon pembeli (petani
- Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS) dari Dinas Perkebunan
setempat.
setempat,
- Apabila nama pada Sertifikat Tanah tidak sesuai dengan nama pada identitas diri, maka
harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kepemilikan Lahan dari Kepala Desa
setempat,
- Jumlah pembelian kecambah disesuaikan dengan luas areal yang tercantum pada
- Bagi petani yang mewakilkan pengambilan kecambah agar membuat Surat Kuasa
- Kecambah yang abnormal (patah, busuk, dll) dipisahkan dengan yang baik.
- Dipilih kecambah yang normal dan sempurna differensi akar dan kuncup.
- Kelompok kiriman bibit yang kurang baik harus dipisahkan dan harus dilakukan
pengiriman surat keberatan atas bibit yang kurang baik tersebut kepada penyuplai dengan
- Polybag harus disiram sehari sebelum peenanaman kecambah, kecambah ditanam dengan
kedalaman 2 cm.
- Tenaga kerja yang diperlukan untuk seleksii kecambah sebanyak 12.000 kecamabah
Indonesia aja ada banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi. Gak sedikit
pula yang di antaranya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai perusahaan terbuka.
sawit masih terbilang tinggi. Buktinya aja berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2017, sejumlah negara mengimpor minyak kelapa sawit Indonesia dalam jumlah besar.
India, Singapura, Malaysia, China, Vietnam, Pakistan, Mesir, Italia, Belanda, dan masih
banyak lagi. Dengan banyak permintaan tersebut, gak mengherankan kalau banyak lahan
perkebunan kelapa sawit dibuka di Indonesia.Sebagaimana data yang dipaparkan BPS pada
2017, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia rata-rata di atas satu juta hektare. Lahan-
Kalimantan Barat tercatat punya lahan perkebunan terluas yang mencapai 1,50 juta hektare.
Di Kalimantan Tengah luas lahannya mencapai 1,36 juta hektare dan di Kalimantan Timur
Ada beberapa wilayah perkebunan kelapa sawit di Sumatera dengan luas di atas satu juta
hektare, yaitu Riau seluas 2,26 juta hektare, Sumatera Utara seluas 1,35 juta hektare, dan
Sumatera Selatan seluas 1,02 juta hektare. Namun, saat membeli benih kelapa sawit,
sebaiknya Anda memastikan benih kelapa sawit itu berkualitas dan berasal dari perusahaan
benih yang sudah mendapat sertifikasi dari Balai Perbenihan, Kementerian Pertanian.
Untuk menghindari benih palsu atau benih yang tidak teruji kualitasnya, alangkah
baiknya Anda mempertimbangkan untuk membeli benih sawit dari perusahaan yang sudah
terdaftar sebagai produsen benih kelapa sawit. Saat ini, produsen benih Indonesia sudah
bekerja sama dan bergabung dalam Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia
(FKPBSI). Sebagian dari anggota FKPBSI ini sudah mengekspor benih ke berbagai negara.
Saat ini, anggota FKPBSI sudah mencapai 10 perusahaan. Berikut daftar perusahaan benih
2. Socfindo
Pembibitan Awal (Pre Nursery) merupakan tempat kecambah tanamanan kelapan sawit
(Germinated seeds) ditanam dan dipelihara hingga berumur 3 bulan. Selanjutnya, bibit
tersebut akan di pidahkan kepembibitan utama (main nursery). Pembibitan pre nursery
Persiapan penanaman yang harus dilakukan dalam sebuah teknis pembibitan Pre-
Nursery ini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Langkah-langkah
persiapannya adalah :
Penyiapan Bedengan
disesuaikan dengan keadaan lapangan (10-20 m). Lebar bedengan 1,2 m. Jarak antar
bedengan 0,6-1 m. Tepi bedengan dibuat palang dari papan, dengan panjang 10-20 m, tinggi
Norma Kerja: Tenaga kerja yang diperluukan untuk pembuatan bedengan untuk
menampung sebanyak 12.000 kecambah adalah = 7 - 9 HK, pembuatan peneduh = 3-5 HK.
Penyiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah lapisan atas (topsoil) dan tidak
bercampur dengan batu–batu/ kerikil. Tekstur tanah sebaiknya lempung berliat (40% debu,
300% pasir dan 30% liat) dan mempunyai sifat drainase yang baik. Top soil diayak dengan
kerikil. Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup dengan terpal plastik agar tidak
kehujanan. Tanah yang teelah diayak dicampur merata dengan pupuk RP sebanyak 15 g/
Pada waktu pencampuran tanah dengan pupuk RP harus merata, dan tanah harus
kering. Apabila top soil tidak tersedia, maka dapat digunakan tanah sub soil dicampur dengan
POME, dengan perbandingan volume 1 : 0,5 (tanah : POME). Babybag yang telah diisi
dengan campuran ini segera disiram dengan air pada kapasitas lapang dan harus dibiarkan
Apabila top soil dan POME tidak tersedia, maka dapat digunakan 1 m3 tanah sub soil
dicampur dengan 15 kg pupuk compound 15:15:6:4 dan 5 kg pupuk RP untuk 1000 babybag.
Babybag yang telah diisi dengan campuran ini segera disiram dengan air pada kapasitas
lapang dan harus dibiarkan selama satu minggu, sebelum ditanami. Norma Kerja: Tenaga
kerja yang diperlukan untuk pengumpulan top soil dan pengayakan untuk 12.000 polybag
Jangan sekali-kali mengisi tanah basah apalagi yang berkadar liat tinggi ke dalam
polybag karena akan terjadi pemadatan yang akan berakibat buruk terhadap pertumbbuhan
akar. Babybag yang digunakan harus sesuai standar, dengan ukuran lebar 14 cm x panjang 23
Kebutuhan babybag untuk per hektar taanaman di lapangan = 200 lembar + 2%.
Babybag diisi dengan media tanam yang telah disiapkan. Isikan tanah tersebut ke babybag (±
1 kg/ babybag) dan dipadatkan. Babybag disusun rapat dan rapi sehingga membentuk
bedengan selebar ± 120 cm (12 babybaag) dan panjangnya bergantung pada jumlah bibit per
nomor kelompok.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada kapasitas lapang. Pinggiran bedeng diberi
palang kayu/ bambu agar baby bag tidak roboh. Antara bedengan dibuat jalan kontrol dengan
terletak ± 50 cm dari tepi atap naungan. Baby bag harus siap minimal 1 (satu) minggu
sebelum keccambah ditanam dan disiram setiap hari pada kapasitas lapang sampai waktu
penanaman kecambah.
Norma Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk pengisian polybag dan penyusunan di
Penyiapan Naungan
Naungan untuk pre-nursery tidak mutlak dan dapat ditiadakan jika penyiraman
terjamin baik dan teratur. Naungan hanya direkomendasikan apabila penyiraman tidak
terjamin atau kurang baik. Untuk bahan atap naungan bisa dipakai pelepah daun sawit
ataupun plastik net dengan 60% shading (naungan). Tinggi tiang atap sekitar 2 m (dengan
bagian tiang sedalam 0,33m tertanam di dalam tanah) dan lebar jarak antara 2 tiang sekitar
1,5m.
sehingga dala m waktu 2 minggu kemudian naungan sama sekali dihilangkan (ssetiap selang
waktu 4 hari naungan dikurangi seperempatnya). Jangan memakai naungan yang terlalu gelap
Norma Keja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk Pembuatan Naungan bedengan yang
Seleksi Kecambah
diferensiasinya yaitu pucuk (Plumula) dan akar (Radicula). Plumula bentuknya meruncing
berwarna gading dengan posisi saling bertolak belakaang. Apabila plumula kembar, plumula
yang lebih lemah harus dibuang. Kemudian kecambah ditanam seperti biasa.
Kecambah yang harus dibuang dengan kondisi sebagai berikut :
Kecambah abnormal.
Terdapat jamur.
Norma Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk seleksi kecambah sebanyak 12.000
Penanaman Kecambah
Kecambah yang diterima harus disimpan dan dibuka ditempat yang ternaungi/ tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Kecambah yang masih dalam bungkusan plastik
sebelum dibuka terlebih dulu dipisah-pisahkan sesuai dengan nomor kelompoknya. Sebelum
ditanam, semua bungkusan plastik kecambah dibuka dan disimpan ditempat yang sejuk.
Kecambah harus segera ditanam pada hari itu juga atau paling lama 1 (satu) hari setelah
penanaman kecambah, babybag yang telah diisi tanah harus disiram terlebih dahulu.
Gambar 5. Orientasi dan Kedalaman Tanam Benih
Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati/ teliti agar akar dan pucuk tidak
Buat lubang tepat di tengah babybag sedalaam 2 – 2,5 cm dengan menggunakan jari.
Letakkan kecambah dengan posisi bagian akar di sebelah bawah dan pucuk menghadap
keatas.
Timbun kembali dengan tanah setebal 1 – 1,5 cm dan tidak boleh dipadatkan.
Kecambah yang belum jelas perbedaan bakal akar dan daunnya dapat ditunda
Norma Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk penanaman kecambah sebanyak 12.000
2.3.2. Pemeliharaan
Pemeliharaan penanaman harus kita lakukan dalam sebuah teknis pembibitan Pre-
Nursery ini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Langkah-langkah
Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bila pada malam hari turun
hujan > 8 mm, maka besok paginya tidak perlu disiram. Kebutuhan air adalah 0,2 – 0,3 liter
per babybag per hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang air yang dilengkapi
dengan kepala gembor di ujungnya, agar tanah tidak keluar dari babybag atau selang air lay
flat.
Penyiraman dapat juga dilakukan dengan gembor dan persediaan air diambil dari
drum yang ditempatkkan pada setiap modul pre-nursery. Penyiraman adalah salah satu
Norma Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk penyiraman bibit pre nursery sebanyak
Pemupukan
Penyiraman dengan larutan pupuk baru dapat dilakukan jika penyiraman dengan air
pada sore hari telah selesai. Untuk memudahkan pelaksanaan pemberian pupuk dalam bentuk
larutan, maka direkomendasikan untuk membuat larutan stok terlebih dahulu. Larutan stok ini
harus diencerkan sebelum diseemprotkan/ disiramkan ke bibit. Larutan stok Urea merupakan
larutan 300 g Urea dalam 3 liter air. Untuk membuat larutan semprot/ siram sebanyak 15 liter
(setara dengan volume 1 knapsak sprayer),, tambahkan 300 ml larutan stock Urea ke dalam
14.700 ml air, lalu diaduk merata. Larutan ini cukup untuk 300 bibit.
Larutan stok NPK merupakan larutan 300 g NPK 15.15.6.4 dalam 3 liter air. Untuk
larutan semprot/ siraam sebanyak 15 liter (setara dengan volume 1 knapsak sprayer)
tambahkan 300 ml larutan stok NPK ke dalam 14.700 ml air, lalu diaduk merata. Larutan ini
Pemberian larutan pupuk dapat dilakukan dengan pompa semprot (knapsack sprayer)
atau dengan gembor (disiram). Gunakan pompa semprot yang bebas dari herbisida dan atau
pestisida. Penyemprotan larutan pupuk dapat digabung dengan fungisida atau insektisida.
Apabila muncul gejala akibat defisiensi unsur hara yang spesifik atau gejala-gejala
lain karena efek pe mupukan, maka harus segera dilakukan penanganan, riwayat peerlakuan
sebelumnya dengan disertai foto dari gejala yang dimaksud. Gejala defisiensi hara yang
spesifik dari unsur tersebut dibawah ini, dapat diperlakukan sebagai berikut:
Boron
Dilakukan penyemprotan dengan 2,5 grram HGFB per liter (konsentrasi 0,25%).
Magnesium
Dilakukan penyemprotan dengan 10 gram (MgSO4 . 7H2O) per liter (konsentrasi 1%).
Copper
Dilakukan penyemprotan dengan 0,5 gramm (CuSO4 5H2O) per liter (konsentrasi
0,05%).
Setelah umur bibit 12 minggu di babybag pindahkan ke largebag. Jika pada umur 12
minggu bibit beelum dipindahkan dari babybag, maka pemupukan harus tetap dilanjutkan
dengan dosis umur 11 minggu yaitu 30 gram urea/ 15 liter air/ 300 bibit setiap minggu
sampai bibit dipindahkan. Jangan memberikan pupuk dalam bentuk granular pada babybag.
Norma Kerja:Tenaga kerja yang diperlukkan untuk pemupukan bibit pre nursery sebanyak
Mulsa berupa cangkang diitabur dalam babybag disekitar bibit setebal 2,5 cm
menutupi permukaaan tanah (mulsa tidak boleh menyentuh bibit). Mulsa yang terbawa air
hujan atau penyiraman segera diganti. Fiber atau alang-alang (yang tidak berbunga) dapat
juga digunakan untuk mulsa dengan catatan air penyiraman masih dapat masuk kedalam
tanah. Pemberian mulsa dapat mencegah petumbuhan gulma di dalam polybag. Norma Kerja:
Tenaga kerja yang diperlukan untuk pembeerian mulsa bibit pre nursery sebanyak 12.000
mencabuti seluruh jenis gulma yang tumbuh di dalam babybag. Gulma yang telah dicabuti,
dikumpulkan dan disingkirkan dari areal pembibitan. Bersamaan dengan pengendalian gulma
tersebut, untukk bibit yang doyong dilakukan penegakan, sedangkan untuk bibit yaang
akarnya tersembul dilakukan penambahan tanah ke dalam babybag. Norma Kerja: Tenaga
kerja yang diperlukan untuk pengenddalian gulma bibit pre nursery sebanyak 12.000 polybag
Waspada terhadap gejala serangan hama dan penyakit, agar tidak terjadi out break.
Untuk pembibitan diperlukan stok insektisida dan fungisida di gudang kebun adalah 4 x 3,5
liter/ ha atau 3,5 kg/ ha per jenis insektisida maupun fungisida. Hindari penyimpanan
insektisida dan fungisida tercampur dengan bahan lainnya, seperti herbisida dan pupuk.
Pompa semprot yang dipakai untuk insektisida/ fungisida harus khusus dan tidak boleh
dipakai untuk keperluan lainnya. Norma Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk
pengendalian HPT bibit pre nursery sebanyak 12.000 polybag adalah = 10-12 HK.
Seleksi Bibit
Seleksi bibit atau afkir di pre-nursery dilakukan sebelum bibit ditransplanting ke main
nursery (umur 2,5 - 3 bulan). Seleksi bibit dilakukan untuk membuang bibit yang mempunyai
bentuk dan pertumbuhan yang abnormal serta bibit yang terserang hama dan penyakit.
Bibit yang abnormal dikumpulkan secarra terpisah, dan harus diperiksa kembali untuk
% dari populasi bibit. Seleksi bibit dilakukan petak per petak dengan membandingkannya
Bibit yang normal mempunyai bentuk daun “Lanceolate”, dimana tiap daun yang
keluar pada akhirnya pertumbuhannya akan lebih besar dari daun yang terdahulu. Norma
Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk Seleksi bibit pre nursery sebanyak 12.000
Pada saat transplanting bibit ke pemmbibitan utama (MN), semua bibit kembar
dipisahkan dan ditempatkan segera pada tempat terpisah. Babybag bibit doubletone disiram
dengan air supaya cukup lembab, kemudian dibelah pada bagian tengaah (diantara dua bibit
doubletone tersebut) dengan menggunakan pissau yang tajam, untuk menghasilkan 2 bibit.
Setiap bibit memiliki seetengah bagian tanah babybag. Kemudian bibit tersebut dimasukkan
dalam babybag yang baru dan ditambahkan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk RP (1
dengan label asalnya. Bibit disiram dengan sistem kabut. Penyiraman dilakukan selama 10
jam per hari selama 14 hari. Jika sistem penyiraman kabut tidakk ada, dapat disiram dengan
insektisida dan fungisida dilaksanakan setiap minggu sekali. Jaringan tanaman yang mati
pertumbuhan bibit doubletone telah stabil dan daun baru jelas telah tumbuh (± 1 bulan) maka
naungan dapat diambil secara progresif (bertahap). Apabila bibit telah benar-benar kuat,
lakukan seleksi (1,5 bulan setelah pemisahan doubletone), kemudiaan pindahkan ke Main
Nursery.
2.3.3 Seleksi
diprenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit menyimpang dapat
diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, serta
kesalahan kultur teknis. Saat berumur tiga bulan, bibit kelapa sawit yang normal biasanya
berdaun 3-4 helai dan telah sempurna bentuknya. Pengurangan bibit sejak kecambah diterima
hingga dipindahkan ke main nursery dapat mencapai 12% atau lebih. Bibit yang mati terlebih
dahulu harus dikeluarkan, kemudian bibit yang tidak normal harus dimusnahkan. Ciri bibit
1. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves)
4. Daunnya kusut (crinkled), anak daun tidak mengembang, membulat, dan menguncup
(collante)
Pertumbuhan bibit yang tidak normal juga terjadi karena kesalahan kultur teknis.
Berikut beberapa kesalahan teknis penanaman yang menyebabkan bibit tumbuh abnormal
(Sunarko, 2009).
4. Tanah terlalu basah, karena air tidak terbuang dari kantong plastik atau penyiraman
main nursery (umur 2,5 - 3 bulan). Seleksi bibit dilakukan untuk membuang bibit yang
mempunyai bentuk dan pertumbuhan yang abnormal serta bibit yang terserang hama dan
penyakit.
Standar Fisik Bibit Kelapa Sawit Pre Nursery.
Diameter Batang
Umur (Bulan) Jumlah Daun Tinggi (cm)
(cm)
2-3 3 0.9 13.3
3-4 4 1.2 21.5
4-5 5 1.4 30.7
5-6 7 1.8 39.9
6-7 9 2.7 52.2
7-8 11 3.5 64.3
8-9 13 4.5 88.3
9-10 14 5.9 101.1
10-11 15 5.9 114.1
11-12 15 6.0 126.9
12-13 16 6.2 139.6
13-14 16 6.4 153.2
Bibit yang abnormal dikumpulkan secarra terpisah, dan harus diperiksa kembali untuk
% dari populasi bibit. Seleksi bibit dilakukan petak per petak dengan membandingkannya
Bibit yang normal mempunyai bentuk daun “Lanceolate”, dimana tiap daun yang
keluar pada akhirnya pertumbuhannya akan lebih besar dari daun yang terdahulu. Norma
Kerja: Tenaga kerja yang diperlukan untuk Seleksi bibit pre nursery sebanyak 12.000
Pada saat transplanting bibit ke pemmbibitan utama (MN), semua bibit kembar
dipisahkan dan ditempatkan segera pada tempat terpisah. Babybag bibit doubletone disiram
dengan air supaya cukup lembab, kemudian dibelah pada bagian tengaah (diantara dua bibit
doubletone tersebut) dengan menggunakan pissau yang tajam, untuk menghasilkan 2 bibit.
Setiap bibit memiliki seetengah bagian tanah babybag. Kemudian bibit tersebut dimasukkan
dalam babybag yang baru dan ditambahkan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk RP (1
Bibit ditaruh dalam bedengan yang diberi naungan dan papan dengan label sesuai
dengan label asalnya. Bibit disiram dengan sistem kabut. Penyiraman dilakukan selama 10
jam per hari selama 14 hari. Jika sistem penyiraman kabut tidakk ada, dapat disiram dengan
insektisida dan fungisida dilaksanakan setiap minggu sekali. Jaringan tanaman yang mati
pertumbuhan bibit doubletone telah stabil dan daun baru jelas telah tumbuh (± 1 bulan) maka
naungan dapat diambil secara progresif (bertahap). Apabila bibit telah benar-benar kuat,
lakukan seleksi (1,5 bulan setelah pemisahan doubletone), kemudiaan pindahkan ke Main
Nursery.
Pengangkutan Bibit
memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x 27,5 cm. Setiap peti kayu
dapat memuat 35 bibit. Pengangkutan harus berhati-hati dan bibit harus segera ditanam di
Main nursery merupakan tahapan selanjutnya dari pembibitan pre nursery, Untuk
Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan atau
memiliki 4 – 5 helai daun. Persiapan tempat untuk menyusun seluas 1 hektar dilakukan
dengan tenaga manusia dengan cara pembersihan lahan, bebas tunggul dan lahan dapat
disusun polybag besar. Norma Kerja: Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk persiapan lahan
Penentuan Lokasi
Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan bibit
dan pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan
sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan
sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah
lapang dan lapisan tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasimain nursery dekat dengan area
yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009
Satu hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk sekitar 50-60
hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat berat, sekaligus untuk
mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan, parit, dan saluran pembuangan air
(drainase). Buat lay out petak atau bedengan memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran
panjang dam lebarnya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko,
2009).
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit dimain
nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan siap pakai
1. Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan dialirkan ke
3. Setiap sambungan dilengkapi stand pipes yang terpasng berdiri dan ujungnya
4. Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.
5. Kebutuhan air sekitar 75 m3 /ha/hari, efisiensi 30-40% dengan pompa air berdaya
pancar 45 psi. kekuatan pompa 18-20 horse power untuk 8 hektar pembibitan
(Sunarko, 2009).
Penyiapan Polibag
Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black) dengan
panjang 42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag diberi lubang
berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang 7,5 x 7,5 cm. Media tanam bibit
menggunakan topsoil yang memiliki struktur remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan
Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar dengan perbandingan 3:2.
Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16 kg), lalu hentakkan tiga kali agar media
tanam memadat. Pengisian polibag harus selesai dikerjakan dalam waktu dua minggu
Ukuran polybag besar adalah adalah 0,15 cm x 40 mm x50 cm lay flat (Setelah diisi
tanah diameter ± 255 cm dan tinggi ±29 cm ) berwarna hitam dengan 4 baris lubang
dimulai dari 15 cm dari bagian atas kantong plastic kearah bawah sebanyak 5 lubang dengan
jarak masing- masing lubang 5 cm. Total lubang perforasi sebanyak 80 buah.
Untuk sisipan dicadangkan 1 bibit APM per hektar ditanam pada polybag ukuran
0,18mm x 50cm x 60 cm. Ketebalan polybag harus merata, hal ini dapat dilihat dengan cara
mengamatinya dibalik sinar matahari, tidak ada bagian yang terang kaarena tipis. Kelenturan
polybag harus cukup agar tidak rusak atau mudah robek akibat terik matahari.
Tanah 1 m3 untuk 55 polybag. Tanah di polybag besar harus dilubangi dan selanjutnya
dimasukkan 1000 gram pupuk rock phosphate ke lubang polybag. Norma Kerja: Penggalian
tanah topsoil dan pengangkutan untuk pengisian 12.000 polybag diperlukan tenaga kerja 160
Pengisian Polybag
Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum pemin-dahan bibit
dari pre-nursery, untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil setelah dilakukan
- Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan silendris.
- Media tanah harus disaring melalui saringan 1,5 cm x 1,5 cm untuk menghindari adanya
- Persiapkan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah dalam
tidak ada bagian yang mengkerut/terlipat. Isilah sampai mencapai ketinggian 2,5 cm daari
bibir polybag.
Norma Kerja: pengisian tanah di polybag besar untuk pembibitan utama dibutuhkan 120-130
HK.
Penempatan Polybag
Bibit ditanam dengan jarak tanam 90 cm segitiga sama sisi, sedangkan bibit APM
untuk sisipan ditanam denngan jarak 150 cm segitiga sama sisi. Untuk dapat menempatkan
polybag dengan rapi, terlebih dahulu dilakukan pemancangan di dua sisi petak memakai alat
meteran dan kawat licin atau tali rami, dengan menggunakan bahan cat dan anak pancang.
Sewaktu menyusun polybag, kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag.
Norma Kerja: Tenaga kerja untuk pengaajiran dan penempatan polybag di pembibitan utama
Tata cara pelaksanaan transplanting dari polybag kecil ke polybag besar dilakukan
sebagai berikut:
- Untuk tempat pemindahan bibit polybag kecil dibuat beberapa kotak kayu, dan dapat
menggunakan pisau silet/cutter untuk menyayat polybag kecil. Dibutuhkan kereta sorong
atau trailer mini tractor untuk memindahkan kotak berisi bibit kecil dari pre-nursery.
- Pastikan polybag besar sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi tanah.
- Satu hari sebelum transplanting, siram tanah di polybag besar sampai jenuh air, guna
- Buat lubang di tengah polybag dengann menggunakan alat pelubang yang sudah
di polybag kecil.
- Angkat bibit pre-nursery hati-hati dan disuusun ke atas masing-masing kotak kayu
- Turunkan bibit dilokasi polybag besar dan letakkan hati-hati satu demi satu di samping
- Apabila menggunakan cutter, sayat polybag kecil secara vertikal di sepanjang sisinya,
keluarkan bibit lengkap dengan tanahnya dari polybag kecil secara hati-hati, masukkan ke
dalam lubang tanam di polybag besar. (Bila lubang terlalu dalam harus terlebih dahulu
diisi tanah untuk disesuaikan kedalamannya, dan bila lubang terlalu dangkal harus
terlebih dahulu didalaamkan). Tekan sedikit untuk memadatkan tanah dan lakukan
penambahan tanah sehingga permukaan tanah dari polybag kecil sama dengan permukaan
Norma Kerja: Tenaga kerja untuk pemindahan bibit kepolybag besar di pembibitan utama
Bibit yang yang telah ditanam di main nursery perlu dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai
dengan umur dan saat tanam yang tepat, pemeliharaan bibit meliputi :
Penyiraman
penyiraman. Penyiraman harus dilakukan pagi dan sore dengan menggunakan gembor.
Penambahan Tanah.
Pemberian Mulsa.
Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah
penaanaman. Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, apabila tidak tersedia cangkang dapat
Seleksi Bibit
Memastikan bibit yang ditandai sesuai dengan kriteria afkir dan Unit Head melakukan
tahapan:
Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/ abnormal.
Unit Head memastikan bibit yang ditandai sesuai dengan kriteria afkir.
Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di
Kerdil (Runt/Stunted)
Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat
seumurnya.
Bibit erect
Akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/ tajam terhadap
sumbu vertikal sehhingga terlihat tumbuh tegak. Biasa-nya anak daun tumbuh dengaan
sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun (rachis) dan terllihat sangat kaku.
Pelepah dan helai daun terlihat lemah/laayu, penampilan bibit secara keseluruhan pucat dan
pertum buhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnyya.
Akibat faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari
Short internode
Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rachis) terlihat sangat dekat dan bentuk
Wide internode
Jarak antara anak daun pada rachis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan
Bentuk helai anak daun tampak sempit dann tergulung sepanjang alur utamanya (lidi)
sehingga berbentuk sepperti jarum. Anak daun ini biasanya tumbuh membentuk sudut
Bentuk daun ini memperlihatkan berbagai tingkatan kerutan dan pada tingkat yang lebih
berat akan terlihat kerutan tersebut pecah menyi-lang. Gejala berat disebabkan olehh
faktor genetik, dan gejala ringan disebabkan oleh kekurangan air (water stress).
Chimaera
Sebagian atau seluruh daun secara seraggam berubah menjadi pucat atau bergaris kuning
terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari jaringan yang normal.
Akibat faktor genetik, pelepah menjadi bengkok, melintir dan mudah patah.
Blast
Bibit biasanya berubah secara progressif ke arah coklat dan mati perlahan-lahan dimulai
dari daun yang lebih tua dan bergerak keatas ke daun yang lebih muda.
Bibit yang terserang berat oleh hama dan penyakit. Bibit yang terserang busuk pucuk dan
hama/penyakit lainnya harus dipisahkan. Bibit-bibit afkir hasil penyeleksian harus segeera
dimusnahkan dan polybag bekas bibit dikumpulkan pada tempat tersendiri. Norma kerja
Seleksi di main nursery dilakukan 4 tahap yaitu tahap I umur 4 bulan, tahap II umur 6
bulan, tahap III umur 8 bulan dan tahap IV saat akan transplanting ke lapangan.
batang sempit dan sering lebih tinggi dari bibit sekitarnya. Pada umumnya menjadi
Penyebabnya bisa genetis atau pemeliharaan yang kurang baik seperti media tanah
yang salah, kekurangan atau kelebihan air yang menyebabkan defisiensi nitrogen.
3. Permukaan tajuk rata (flat top) dengan ciri daun muda tumbuh lebih pendekdari daun
yang lebih tua sehingga terbentuk tajuk yang rata pada bagian atasnya. Dapat
4. Pokok loyo (limp/flacit) dengan ciri daun muda tumbuh lebih panjang dari daun tua,
tetapi pelepah dan helai anak daun lemas/loyo dan terkulai. Hal ini disebabkan oleh
faktor genetik.
5. Pokok juvenile yaitu bibit yang anak daunnya tidak berdiferensiasi (belum terbentuk),
daun (pinnate) sudah terbentuk.
6. Jarak anak daun pendek (short internode) dengan ciri jarakantara anak daun lebih
sempit dibanding dengan daun normal. Bibit ini kelihatannya lebih pendek dari bibit
7. Jarak anak daun lebar (wide internode) dengan ciri jarakantara anakdaun lebih lebar
dibanding daun normal Bibit kelihatannya lebih tinggi dan kurus dibanding bibit
9. Anak daun lebar dan pendek (short board leaf) dengan ciri anak daun lebih lebar dan
pendek dibanding dengan tanaman normal, sehingga terbentuk tanaman yang kerdil
10. Sudut anak daun sempit (Acute pinnae Insertion) dengan ciri sudut anak daun dengan
pelepah daun sempit/kecil sehingga bibit berkembang menjadi steril. Biasanya gejala
initerjadi bersama dengan anak daun yang mengecil Penyebabnya faktor genetik.
12. Daun dengan strip kuning (chimera) dengan ciri pada helaian daun terdapat bagian
yang berwarna kuning, bisa berupa strip kecil atau menyerupai pita (partial).
13. Crown Diases atau disebut penyakit tajuk, daun muda berputar/bengkok dan anak
daun pada bagian yang berputar/ bengkokrusakatau kering dan sering seperti kena