Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Komposisi kimia pulp adalah selulosa 45%, hemiselulosa 10%, lignin 35%, zat
ekstraktif 10%. Selulosa adalah suatu polimer yang terdiri dari glukosa dalam bentuk
piranosa yang berhubungan satu sama lain.

Komponen utama lain setelah selulosa didalam pulp adalah hemiselulosa.


Hemiselulosa terdapat bersama-sama selulosa dalam jaringan tanaman. Hemiselulosa di
dalam pulp peranan yang penting terutama dalam hal daya ikat.

Tujuan pembuatan pulp adalah untuk memisahkan serat-serat selulosa dari


komponen-komponen yang lain yang terdapat dalam bahan berserat menjadi individu-
individu serat.

Berdasarkan kandungan selulosanya kayu dibagi menjadi dua jenis yaitu: kayu
keras dan kayu lunak.

Pada umumnya kayu lunak menghasilkan pulp yang lebih kuat dari pada kayu
keras. Ini disebabkan serat kayu lunak lebih panjang dan fleksibel dibanding dengan serat
kayu keras.

Pada kondisi reaksi yang sama, kayu lunak biasanya memberi tingkat kecerahan
yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu keras. Kertas dari kayu keras mempunyai
kualitas cetak yang lebih baik membentuk permukaan kertas yang lebih halus karena
seratnya lebih halus.

Kualitas pulp tergantung dari pada bahan baku dan proses pembuatannya. Salah
satu proses yang terpenting dalam pembuatan pulp yaitu pencucian dengan menggunakan
air. (Dumanaun. J. F. 1993)

Universitas Sumatera Utara


2.2 Komposisi Kimia Dari Kayu

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan
oksigen. Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah
terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu
semacam ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak
terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan dan
silikon. Kandungan silika melebihi 0,5% secara relatif umum terdapat pada kayu-kayu
keras tropika dan pada sejumlah spesies kandungan ini mungkin lebih dari 2% dari
beratnya. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)
Secara kimia, kayu terdiri dari empat komponen yaitu : selulosa, hemiselulosa,
lignin dan zat ekstraktif. Keempat komponen ini sangat mempengaruhi kualitas pulp dan
kertas yang dihasilkan. Berdasarkan perbedaan keempat komponen dan penyusun serta
jenis kayu, kayu dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : kayu keras (hard wood)
dan kayu lunak (soft wood). (Sjostrom. Eeoro. 1995)

1. Selulosa
Selulosa adalah komponen utama dari kayu dan merupakan polisakarida linier
dengan rantai yang cukup panjang yang terdiri dari glukosa-glukosa yang kemudian
berhubungan satu sama lain. (Fegel. D. Dan Wegner. G. 1995)
Selulosa dibuat langsung dari unit-unit glukosa. Sebagai langkah pertama dalam
proses tersebut, pohon mengangkut glukosa ke pusat-pusat pengolahan yang terletak pada
pucuk-pucuk cabang dan akar (meristem ujung) dan ke lapisan kambium yang
menyelubungi batang utama, cabang dan akar. Kemudian dalam suatu proses yang
kompleks, glukosa mengalami modifikasi secara kimia dengan dipindahkannya satu
molekul air dari setiap unit dan terbentuklah suatu anhidrid glukosa: C6H12O6 (glukosa) –
H2O = C6H12O5 (anhidrid glukosa). Unit-unit anhidrid glukosa kemudian saling
bersambungan ujung-ujungnya membentuk polimer berantai panjang yaitu selulosa
(C6H12O5)n (derajat polimerisasi) sama dengan 500-10000. (Haygreen. J. G. dan Bowyer.
J. L. 2007)

Universitas Sumatera Utara


2. Hemiselulosa
Hemiselulosa dalah polimer yang baik dibentuk dari monosakarida berbeda
dengan selulosa, dimana hemiselulosa mempunyai lima jenis polimer jenis yang berkadar
monosakarida yaitu: glukosa, galaktosa, sitosa, dan arabinosa.
Jenis kayu yang berbeda mempunyai komposisi hemiselulosa yang berbeda. Kayu
keras lebih banyak mengandung silosa, sedangkan kayu lunak lebih banyak mempunyai
glukosa.
Rantai hemiselulosa lebih pendek dari pada rantai selulosa. Hemiselulosa adalah
polimer bercabang atau tidak linier. Selama pembuatan pulp, hemiselulosa bereaksi lebih
cepat dengan larutan pemasak dibandingkan dengan selulosa. Hemiselulosa bersifat
hidrofil (mudah menyerap air) yang mengakibatkan strukturnya jadi kurang teratur. Kadar
hemiselulosa dalam pulp jauh lebih kecil dibandingkan dengan serat asal, karena selama
pemasakan hemiselulosa bereaksi dengan bahan pemasak dan lebih mudah terlarut
daripada selulosa. (Sjostrom. Eeoro. 1995)

3. Lignin
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi, tersusun
atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen, lignin
bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa
tesebut. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tetap tidak
menentu. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)
Lignin merupakan polimer kompleks phenylpropana, amorf, bersifat aromatis 1,3
dengan indeks bias 1,6. Berat molekul 1500-2000 yang bervariasi dengan jenis kayu.
Kadar lignin dalam kayu 20-30%. Struktur molekul lignin belum dapat diketahui karena
metoda isolasi untuk lignin dapat mengakibatkan perubahan strukturnya. Lignin
merupakan bagian yang tidak diinginkan dalam pulp, sehingga harus dihilangkan atau
diputihkan sesuai dengan mutu pulp yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh lignin yang
mempunyai sifat menolak air (hidrofobik) dan kaku sehingga kandungan lignin dalam
pulp akan menyulitkan penggilingan. Lignin dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan
sebagai zat perekat yang berhubungan dengan kekuatan kayu. (Sjostrom. Eeoro. 1995)

Universitas Sumatera Utara


4. Zat Ekstraktif

Kayu yang mengandung sejumlah kecil beberapa bahan lain yang disebut zat
ekstraktif (getah kayu). Kebanyakan unsur-unsur ini dapat larut dalam air dan bahan
pelarut organik alam lainnya. (Sjostrom. Eeoro. 1995)

Istilah ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat
diekstrasi dari kayu dengan mengunakan pelarut poler dan non-poler. Dalam arti yang
sempit ekstraktif merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik dan
dalam pengertian ini nama ekstraktif digunakan dalam analisis kayu. Tetapi senyawa-
senyawa karbohidrat dan anorganik yang larut dalam air juga termasuk dalam senyawa
yang dapat diekstraksi.

Bagian yang larut dalam pelarut organik jumlahnya hanya beberapa persen dalam
kayu pohon yang berasal dari daerah sedang, tetapi konsentrasinya dapat menjadi jauh
lebih tinggi dalam bagian tertentu, misal dalam pangkal batang, kayu teras, akar bagian
luka. Jumlah ekstraktif yang relatif tinggi diperoleh dalam kayu tropika dan sub tropika
tertentu.

Komposisi ekstrakti berubah selama pengeringan kayu; terutama senyawa –


senyawa tak jenuh, lemak dam asam lemak terdegradasi (Donetzhuber, Swan 1965;
Assarson 1966; Assarson, Akerlund 1966, 1967). Fakta ini penting untuk produksi pulp
karena ekstraktif tertentu dalam kayu segar mungkin menyebabkan noda kuning
(gangguan getah) atau penguningan pulp (Bergman 1965; Corn 1965; Tachibana,
Sumimoto 1980). Ekstraktif dapat juga mempengaruhi kekuatan pulp, perekatan dan
pengerjaan akhir kayu maupun sifat-sifat pengeringan (Saderman, Puth 1965, Gardner
1965; McMillin 1969a; Meyer, Barton 1971; Roffael, Rauch 1974; Popper 1975). (Fengel.
D. dan Wegener. G. 1995)

Universitas Sumatera Utara


2.3 Struktur Kayu Lunak dan Struktur Kayu Keras

a. Struktur Kayu Lunak

Kayu lunak secara tradisional telah menjadi produk tetap industri-industri


kayu di Amerika Utara, dan sampai kini pun kayu-kayu ini tetap merupakan kayu
yang teramat penting. Kayu lunak yang homogen, berserat lurus dan ringan lebih
disukai untuk dijadikan kayu-kayu konstruksi dan kayu lapis. Pokok-pokok
batang kayu lunak yang tinggi dan lurus digunakan untuk tiang dan pancang-
pancang. Karena secara khas kayu lunak tersusun atas serat-serat yang panjang,
maka kayu lunak merupakan bahan baku kelas prima pada pembuatan kertas yang
kuat. Pengetahuan mengenai sifat fisik xilem kayu lunak merupakan dasar yang
penting untuk dapat memahami kayu dan produk-produk kayu. Ciri-ciri struktual
kelompok kayu penting ini diuraikan dalam bab ini.
Xilem kayu lunak sangat sederhana. Kebanyakan spesies memiliki tidak
lebih dari empat atau lima macam sel yang berbeda dan hanya satu atau dua tipe
sel banyak terdapat. Karena kesederhanaan dan keseragaman struktur inilah, kayu
lunak cenderung serupa dalam kenampakannya. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J.
L. 2007)

b. Struktur Kayu Keras

Kayu yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu keras sangat berbeda
dengan yang dibentuk oleh jenis-jenis pohon kayu lunak. Kayu lunak memiliki
susunan yang seragam dengan sedikit tipe sel, dan karenanya sering gambaran
kayunya tidak jelas. Kayu keras, dilain pihak, tersusun atas jenis-jenis sel yang
sangat berbeda dengan variasi proporsi yang luas dan karenanya sering menjadi
unik dan bahkan memiliki gambaran kayu yang sangat indah. Karena gambaran
unik yang banyak dimiliki oleh spesies-spesies kayu keras, maka kayu-kayu
tersebut banyak digunakan untuk perabot rumah tangga, panil, dan tujuan-tujuan
dekoratif yang lain. (Haygreen. J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)

Universitas Sumatera Utara


2.4 Perbedaan Antara Xilem Kayu Lunak dan Kayu Keras

Telah disebutkan dalam pendahuluan bahwa kayu lunak mempunyai stuktur yang
seragam sedangkan stuktur kayu keras adalah kompleks. Perbedaan ini dan perbedaan-
perbedaan lainnya diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Kayu lunak tersusun atas sedikit tipe sel yang penting kayu keras tersusun atas
banyak tipe sel. Sembilan puluh sampai 95% volume xilem kayu lunak tersusun
atas sel-sel yang panjang yang dikenal dengan nama trakeid longitudinal.
2. Hanya kayu keras yang memiliki pembuluh, suatu bangunan yang tersusun atas
unsur-unsur pembuluh. Sel-sel angkutan yang dibentuk secara khusus. (Haygreen.
J. G. dan Bowyer. J. L. 2007)

2.5 Bahan Baku dan Penggunaan Kertas Board

Adapun bahan baku yang di gunakan dalam pembuatan kertas


rokok adalah bahan harus bersertifikat food grade (aman untuk makanan) dan
tidak mengandung bahan berbahaya (non hazardous material).

1. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
produk pada proses produksi dan memiliki persentase yang sangat besar di
bandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Adapun bahan baku yang di gunakan
adalah:

a. Pulp Serat Panjang (Needle Bleached Kraft Pulp)

Gunanya untuk kerangka dasar struktur dan menjaga kekuatan kertas


sewaktu masih dalam keadaan basah (wet strenght) dan mempertahankan
kekuatan kertas agar tidak mudah putus (runability) pada proses pembuatan
maupun pada mesin pembuat kertas rokok. Serat NBKP masih panjang dan harus
dihaluskan melalui proses penggilingan (refining).

Universitas Sumatera Utara


b. Pulp Serat Pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp)

Berfungsi sebagai pembentuk perata sususnan kertas dan pengisi (sheet


uniformity). Serat LBKP tidak perlu dihaluskan lagi agar tidak hancur.

c. Precipitated Calcium Carbonate (CaCO3)


CaCO3 dengan struktur calcite dan partikel size-nya berukuran 1,0-0,2 µm
digunakan sebagai filler (bahan pengisi) kertas, pemerata pori-pori (porosity) dan
memutihkan kertas (whiteness).
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19332/4/Chapter II.pdf.4-4-2014)

2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan kedalam proses pembuatan
pembuatan produk yang mana komponennya tidak dapat dibedakan pada produk. Bahan
yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Cationic Retention Aid


Bahan dasar CRA (starch) dan gum arabicum, kanji kentang yang dibutuhkan
untuk pengikat partikel buburan sehingga menghasilkan buburan pulp yang homogen dan
menambah kekuatan kertas pada waktu maupun kering dan mengurangi lose pada wire.

b. Anti Foam (Deformer)


Polimer yang berdasarkan water base digunakan untuk mencegah buih-buih agar
tidak masuk kedalam kertas.

c. Pencegah Bakteri (Biocide)


Digunakan sebagai pembunuh bakteri untuk mencegah penggumpalan bakteri
(slime pot).

d. Citric Acid, Anhydrous C6H8O7 Kering


Citric acid atau asam sitrat yang dipakai sebagai zat pembakar dalam kertas yang
harus dinetralkan dengan KOH.

Universitas Sumatera Utara


e. Potassium Hydroxide KOH
Digunakan untuk menetralisir Citric Acid sebelum diaplikasikan ke mesin
distribusi.

f. Bahan Penggumpal (Coagulant)


Untuk pengolahan air sungai (water treatment).

g. Air
Air didalam proses produksi digunakan sebagai media dan pelarut.
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19332/4/Chapter II.pdf.4-4-2014)

Tahap-tahap proses pembuatan kertas rokok diatas dapat dilihat pada lampiran 1.

3. Penggunaan Kertas dan Board


Pada umumnya kertas dapat dibagi dalam 3 golongan besar yaitu:
a. Cultural paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas news print (kertas koran)
writing, printing dan business (kertas cetak, tulis dan keperluan bisnis) dan kertas
khusus.
b. Industrial Paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging dan kraft,
boards, cigarette dan kertas khusus.
c. Other Paper (kertas lainnya), yang terdiri dari Tissued, household dan kertas lainnya.
Berdasarkan penggolongan kertas tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada umumnya cultural paper adalah kertas yang digunkan untuk
keperluan kebudayaan secara umum, misalnya surat kabar, buku-buku, dan lain-lain
(sebagian besar digunakan oleh industri percetakan).

Jadi untuk dapat melihat berapa sebenarnya pengunaan cultural paper dapat
dilihat bagaimana perkembangan dari industri-industri percetakan dan tingkat
pendidikan,sedangkan konsumsi akan industrial paper bergantung terutama kepada
berkembangnya industri-industri didalam negeri. (anonim. 1992)

Universitas Sumatera Utara


2.6 Produksi Kertas dan Kertas Board

Perkembangan produksi kertas Indonesia terus mengalami peningkatan yang


mengembirakan, jumlah maupun jenisnya terutama setelah tahun 1975.
Pembahasan selanjutnya kurun waktu akan dibagi menjadi 3 periode yaitu, periode I
(tahun 1970-1975) periode II (tahun 1976-1979) dan periode III (1980-1985).

a. Periode I (1974-1975)
Terlihat bahwa selama periode ini produksi hanya terbatas pada kertas cigarette,
kertas cetak, tulis dan business. Pada tahun 1970 produksinya 18488 ton, meningkat
menjadi 51.335 ton atau rata-rata meningkat 30% per tahun. Produksi kertas cetak dan
tulis merupakan yang terbesar rata-rata 34.921 ton (99,2%) dan kertas cigarette 283 ton
(0,8%).

b. Periode II (1976-1979)
Pada awal periode ini mulai nampak diproduksi berbagai jenis tambahan yaitu
wrapping, packaging dan board lainnya, hnaya kertas khusus specials/khusus belum
diproduksi. Selama waktu ini diproduksi meningkat rata-rata 51%, sedang peningkatan
masing-masing jenis kertas adalah kertas cetak dan tulis 32,7%, wrapping, packaging
198%, boards 63,1%, cigarette 31,6% dan lainnya 13,9%. Atau peningkatan produksi
cultural paper 32,7% dan industrial paper 123,4%.

c. Periode III (periode proyeksi 1980-1985)


Pada akhir periode III produksi rata-rata 760205 ton terdiri dari kertas koran
87,202 (11%), cetak dan tulis 214,502 ton (28%), kraft wrapping pack 267,988 ton (35%),
board 141,798 (19%), cigarette 9000 ton (1%) dan lainnya 39713 ton (6%).

Universitas Sumatera Utara


Peningkatan produksi kalau ditinjau volumenya memang sangat tinggi, akan
tetapi kalau dibandingkan dengan kapasitas terpasang terlihat kurang menggembirakan.
Kalau dirata-ratakan ternyata produksi nyata selama periode 1970-1979 baru mencapai
65%. Memang pada periode 1976-1979 terlihat perkembangan yang lebih pesat
dibandingkan periode sebelumnya.(anonim. 1992)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai