Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ansietas.........................................................................................3

2.2 Penyebab Ansietas......................................................................................3

2.3 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak.....................................................7

2.4 Gangguan Motorik Kasar dan Halus pada Anak........................................9

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari pihak
penyusun makalah dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Psikologi dengan
membahas “Ansietas”

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih rekan-rekan kelompok kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada beberapa hambatan yang
kami alami dalam penyusunan makalah ini.Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras
dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca.Dan
apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat
memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.Sekian dan terima kasih.

Bandar Lampung,23 Februari 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. Ansietas
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari
Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya
merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa
cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena
seringkali ”cemas” menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat,
sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam
atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas tersebut biasanya akan
dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang berkepanjangan, bahkan tidak
jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini
merupakan pertanda gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam
berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial bagi penderitanya. Tidaklah mudah untuk
membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit. Karena keduanya merupakan
respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari.

B. Perkembangan dan pertumbuhan anak


Memonitor tumbuh kembang anak, penting dilakukan. Tujuannya agar bisa
diketahui sejak dini, jika ada kelainan yang terjadi, sehingga penanganan antisipatif bisa
dengan cepat diambil. Waktu terbaik untuk melakukan skrining tumbuh kembang
adalah pada usia 0-3 tahun. Masa 0-3 tahun juga waktu terbaik untuk melakukan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang anak.
Dalam tumbuh kembang anak, ada beberapa hal yang bisa menjadi masalah dan
menghambat perkembangan anak. Jika masalah tidak cepat ditanganni, bisa merugikan
anak dilingkungan keluarga dan sosial kelak.

C. Gangguan motorik kasar dan halus pada anak


Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu
dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata
lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasrkan oleh proses
motorik. Karena motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement),
maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan denga gerak dan didalam
penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak.
Namun yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksudkan disini
bukan hanya semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari,
yakni geraknya anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alat gerak
tubuh (otot dan rangka). Tetapi gerak yang didalamnya melibatkan fungsi motorik
seperti otak, saraf, otot dan rangka.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan
motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik
anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian dari Ansietas?
 Apa penyebab Ansietas?
 Apa yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak
 Apa yang dapat mempengaruhi gangguan motorik kasar dan halus pada
anak

1.3 Tujuan
 Untuk Mengetahui pengertian dari Ansietas
 Untuk Mengetahui penyebab Ansietas
 Untuk mengetahui adanya penyebab dan gangguan tumbuh kembang anak
 Untuk mengetahui adanya penyebab dan gangguan motorik pada anak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ansietas


Banyak para ahli yang menguraikan definisi ansietas, namun dari sekian banyak
definisi yang dikemukakan pada dasarnya pengertian ansietas akan mengarah pada suatu
kesimpulan yang sama.
Kata ansietas berasal dari bahasa latin, angere yang berarti tercekik atau tercekat.
Gangguan ansietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang
ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. (Maramis, 2009)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan
perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi
distress psikologis (buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144).
Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan
emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam
hidupnya (Rivai,2000). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang
tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidak
tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah
perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini
tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului
oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

2.2 Penyebab Ansietas


Gangguan ansietas pada dasarnya mempunyai penyebab multifaktorial, baik dari diri
sendiri, faktor biologis, faktor sosial, psikologis, penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu
secara berlebihan, maupun gejala yang timbul dari suatu penyakit lain. (Fracchione:2004).
2.2.1 Faktor Predisposisi :
1. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus
primitif seseorang. Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku. Berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengigatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terdapat tidak
adanya pnerimaan dan penolakan interpersonal. Ansitas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembanag ansietas yang berat.
3. Menurut pandanagan prilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang menggangu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ansietas dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang
terus menerus yang disebabkan oleh kesusahan dan kegaglan yang bertubi-tubi,
adanya kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang, respressi terdapat
macam-macam masalah emosional, akan tetapi bisa berlangsung secara
sempurna(incomplete repress), atau dorongan-dorongan seksual yang tidak terdapat
kepuasan dan terhambat,sehingga mengakibatkan banyak konflik batin
(Cameroon,2004).
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi. Ansietas juga dapat disebabkan karena ada
pengaruh faktor genetik dari keluarga. Penelitian telah melaporkan bahwa dua pertiga
sampai tiga perempat pasien yang tertekan ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu
anak saudara derajat pertama dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang
sama(Brust,2007)
5. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penhambat
asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya
dengan endorfin.
6. Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga merupakan
salah satu penyebab utama ansietas. Seperti alkoholisme, intoksikasi kafein,
hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala
ansietas ini (Brust, 2007). Karena sebagai besar orang akan berlari ke hal-hal tadi
untuk menhadapi ansietas yang timbul pada dirinya.

2.2.2 Menurut Teori neurobiology


1. Kimia otak dan factor perkembangan Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf
otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih
besar tingaaktannya dari orang lain.
2. Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA (gamma-
aminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas.
3. Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori
dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentfikasi informasi
sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan
cemas/takut). Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory,
dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stressor.
4. Locus ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya
dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan
seseorang mudah mengalami cemas khususnya PTSD (post traumatic sindrom
disorder).
5. Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan
dalam pengkodean informasi ke dalam memori.
6. Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD (obsessive compulsive
disorder).
7. Jaras saraf assendens yang mengandung noradrenalin dan 5-hidroksitriptamin
menginervasi lobus limbic dan neokorteks. Meningkatnya aktivitas saraf noradregenik
akan menimbulkan meningkatnya keterjagaan; meningkat nya aktivitas saraf 5-
hidroksitriptamin akan meningkatkan respon terhadap stimulus yang bersifat aversif.
(Maramis, 2009).
8. Penyakit fisik
9. Exposure of subsntace
10. Paparan bahaya/trauma fisik dan psikologis.
2.2.3 Menurut Teori psikologi
1. Harga diri rendah
2. Pemalu pada masa kanak-kanak
3. Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
4. Ketidaknyamanan dengan agresi
5. Sexual abuse
6. Mengaami peristiwa yang menakutkan
7. Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat
persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara berlebihan terhaap suatu
bahaya.
2.2.4 Beberapa Faktor Resiko Ansietas
1. Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
2. Etnik
3. Perpisahan
4. Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
5. Status sosial dan ekonomi rendah
6. Riwayat keluarga (pernah adanya penyimpangan yang hampir sama)
7. Substance or stimulant abuse

2.2.5 Tingkat ansietas


Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang respon
ansietas yaitu :
1. Ansietas ringan.
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada. Pada
tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan
ktreativitas.
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

3. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderumng
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu
berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.
4. Ansietas panic
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

2.3 Pertumbuhan dan perkembangan anak


Pengertian :
Hambatan pertumbuhan pada anak adalah suatu keadaan dimana berat badan anak atau
pertambahan berat badan anak secara signifikan berada dibawah berat badan anak lain yang
usia dan jenis kelaminnya sama.
Gangguan perkembangan pada anak adalah hambatan dalam pertumbuhan fungsi dan
kemampuan anak.
Tumbuh kembang anak tergantung dari kombinasi 3 faktor yaitu genetik (keturunan),
nutrisi dan lingkungan.
Pertumbuhan pada bayi dan anak-anak ditandai dengan adanya kegagalan menambah
berat badan dan tinggi badan. Pada usia remaja tubuh terlihat pendek dan perkembangan
seksualnya kurang.
Gangguan perkembangan anak berupa hambatan dalam berbicara atau berjalan.
Gangguan perkembangan ini bisa mempengaruhi kemampuan dalam memikir sesuatu,
mengingat, memusatkan perhatian, memecahkan masalah, berbahasa atau berinteraksi dengan
social.
Penyebab :
Intrinsic (berasal dari dalam diri anak) :
– Kelainan kromosom, misalnya syndrome down & syndrome turner
– Kelainan pada system organ utama
– Kelainan pada system endokrin, misalnya kekurangan hormone pertumbuhan
– Anemia atau penyakit darah lainnya
– Kerusakan pada otak dan system saraf pusat
– Kelainan pada system jantung dan pernafasanyang bisa menyebabkan mekanisme
penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
– Masalah fisik pada anak, misalnya tidak dapat mendengar sehingga menghambat
kemampuan berbicara
– Keturunan

Ekstrinsik :
– Factor psikis dan social, misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan
dari orangtua. Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang
– Factor ekonomi
– Factor lingkungan (termasuk paparan infeksi, racun atau parasite). Selain itu stimulasi
mental juga bisa mempengaruhi perkembangan anak
Beberapa factor resiko lain :
– Penyakit yang diderita anak tapi tidak terdiagnosis
– Kemiskinan
– Lingkungan emosional yang negatif
– Tempat tinggal yang berdesakan serta kumuh

Gejala :
– Tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala tidak berkembang secara normal
berdasarkan tabel pertumbuhan standar
– Kemampuan fisik (seperti berguling, duduk, berdiri dan berjalan) berjalan dengan
lambat
– Kemampuan mental dan social yang tertunda
– Perkembangan ciri seksual sekunder yang tertunda (pada wanita)

Diagnosa :
– Pengukuran tinggi badan dan berat badan, dengan melihat grafik pertumbuhannya
– Pemeriksaan darah
– Analisa air kemih
– Pemeriksaan hormone, misalnya hormone tiroid
– Rontgen untuk menentukan usia tulang

2.4 Gangguan Motorik Kasar dan Halus pada Anak


Pengertian Motorik kasar mencakup gerakan otot – otot besar seperti otot tungkai dan
lengan pada bayi berupa gerakan menendang, menjejak, meraih, mengangkat leher dan
menoleh. Pertumbuhan kemampuannya harus terus dipantau dan distimulasi agar anak dapat
tumbuh dan berkembang optimal.
Menggerakkan kaki,Urutan perkembangan motorik kasar pada anak : tangan saat
berbaring Sejak lahir bayi sudah memiliki refleks untuk menggerakkan kaki dan tangannya
secara sederhana.
Menginjak usia 1 bulan Mengangkat ia mulai belajar menggerakkan kaki dan
tangannya ke atas. kepala telungkup Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bias
dilakukan bayi pada usia 2 bulan, namun tidak menutup kemungkinan jika Memiringkan
badan saat telungkup sebelum usia 2 bulan bahkan 1 bulan.
Memiringkan badan saat telungkup umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4
bulan. Latihlah gerakan ini dengan membunyikan mainan dari arah Telungkup sendiri Bayi
berusaha untuk samping atau memanggil namanya. telungkup sendiri pada umumnya dapat
dilakukan usia 45 bulan dan membutuhkan bantuan orang tua, menstimulasi berulang kali
sampai Duduk Di usia 4-6 bulan bayi bias duduk sendiri,melakukannya sendiri. namun
orang tua sudah bias memposisikannya duduk saat si kecil digendong.
Usia 6-7 bulan mampu duduk sendiri meski cuma sebentar tanpa dibantu.Usia 8 bulan
sudah dapat duduk kurang lebih 10 menit dan usia Merangkak Kemampuan merangkak bayi
usia 8-10 ,9-10 bulan duduk sendiri. bulan meski beberapa kali sudah dapat 1 merangkak
pada usia 6-7 bulan ,tapi tidak semua bayi dapat merangkak melalui tahapan kemampuan ini
sebelum berdiri dan berjalan. Berdiri Di usia 4-5 bulan, bayi sangat senang bila dibedirikan
diatas pangkuan kita.
Berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya pada usia 9 bulan lalu usia 10-12 bulan
sudah berdiri sendiri tanpa bantuan. Berjalan Umumnya anak dapat berjalan di rentang usia
13-15 bulan.

 Stimulasi motorik kasar


A. Jalan Sebelum orang tua memberikan stimulasi pada anak pastikan anak sudah melalui
perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak dan berdiri. Pada kemampuan
motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke
depan, berjalan kebelakang, berjalan berjingkat, melompat/ meloncat, berlari, berdiri
satu kaki, menendang bola dan lainnya, berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia
1 tahun sementara berdiri dengan 1 kaki dikuasai saat anak berusia 2 tahun.
Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan
dalam hal berdiri. Ini berarti si kecil tidak hanya dituntut sekedar berdiri,namun juga
berdiri dalam waktu yang lebih lama ( ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja
dalam hal ini otot kaki ) Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik
anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang
percaya diri dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan
seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya anak lebih memilih aktivitas
yang pasif seperti membaca buku , main play stasion dan sebagainya.
Stimulasi : Orang tua berdiri dengan jarak dengan anak sambil memegang
mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar – gambar
yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/ lantai , misalnya “ ayo
dik, injak gambar gajahnya”. Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa
didorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
B. Lari Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan lempar
serta kemampuan berkonsentrasi anak kelak. Pada tugas perkembangan ini dibutuhkan
keseimbangan tubuh , kecepatan gerak kaki, ketepatan 4 pola kaki thed strike,
bertumpu pada tumit toe off,telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada
ujung-ujung jari kaki Swing kaki berayun dan landing setelah mengayuni kaki,
menapak pada alas dan motor planning.
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik anak akan bermasalah
pada keseimbangan , seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit
berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan
aktivitas yang melibatkan kemampuan mental : seperti memasang pasel, tidak mau
mendengarkan saat guru bercerita ( anak justru asyik kemana-mana ) dan lainnya.
Stimulasi Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan sekitar
usia 12 bulan ke atas ,aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda ( mulai
roda 4 sampai toda 3 dan kemuadian roda 2 ) serta naik turun tangga.
C. Lompat Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang
baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak).
Contoh ketika anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah
akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki.
Jika anak tidak kuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan
menghadapi kesulitan dalam perencanaan tugas yang terorganisasi. Stimulasi Lompat
di tempat atau di trampoline. Jangan melompat di tempat tidur karena meski melatih
motorik namun mengacaukan kognitif.
D. Lempar Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi
( proprioseptif ),serta visual. peran yang paling utama adalah propriosertif, bagaimana
sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. jika kemampuan melempar tidak
dikembangkan dengan baik , anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan
gerak ekstremitas atas.
Stimulasi Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu
posisi ,besar bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki
lurus, duduk kaki bersila. Pada jenis lambungan bisa dilakukan dengan lambungan
dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.
 Perkembangan motorik kasar pada anak
a. Pada usia 1 tahun Anak bisa bergerak di tempat yang rata Berdiri dan berjalan
beberapa langkah Berjalan lancer atau cepat Bisa langsung duduk saat jatuh
Merangkak di tangga Menarik dan mendorong benda yang besar Melempar bola
Meloncat Berjalan mundur.
b. Pada usia 2 tahun Menendang bola Memanjat sofa Berjalan jinjit Berdiri
sebelah kaki Bangun tidur langsung duduk Naik tangga Duduk di sepeda
Mengayuh sepeda.
c. Tugas perkembangan motorik kasar pada usia 3 tahun Berjinjit sambil berjalan
tanpa jatuh Melompat dengan satu kaki Melompat dengan satu kaki lebih dari 5
detik Berjalan menyusuri papan titian Melempar bola jarak jauh Melempar bola
besar Mengendarai sepeda roda 3 Sudah boleh menuruni tangga Berjalan.
d. Pada anak usia 4 tahun mundur dengan lurus
 Penyebab keterlambatan motorik kasar
Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya kerusakan pada susunan syaraf
pusat seperti cerebral palsy ( gangguan motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
yang Kurang asupan nutrisi, terserang mengatur otot –otot tubuh ) penyakit infeksi selama
hamil Bayi terlalu lama di jalan lahir, bayi terjepit di jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
Kurang asupan nutrisi ( ASI ) ,menderita penyakit infeksi, asfiksia, ikterus. Gejala –
gejala keterlambatan perkembangan motorik kasar pada anak :
– Bayi terlalu kaku Perhatikan bila si kecil terus berbaring tanpa melakukan gerakan
apapun sertakepalanya tidak dapat di angkat saat digendong , ini menunjukkan motorik
kasar si kecil terlalu parah.
– Gerakan anak kurang aktif Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan
dengan anak sebayanya.

 ·Penatalaksanaan
1) Pola asuh Bila penyebabnya karena masalah perbedaan pola asuh atau protektif,
maka pertama-tama yang harus diubah adalah sikap orang tua. Orang tua harus
membiarkan anaknya bergerak bebas sebatas tidak membahayakan si kecil.
2) Kelainan tubuh Kalau penyebab keterlambatan tersebut karena kelainan tertentu
maka harus dikonsultasikan dengan dokter anak . melalui berbagai pemeriksaan
dokter dapat mendiagnosa penyebabnya dan mengatasi gangguannya.
3) Kurang bergerak Keterlambatan perkembangan motorik kasar si kecil dapat pula
disebabkan kurangnya ia bergerak atau kurangnya rangsangan . kalau hal ini yang
terjadi , tata laksana yang dapat dilakukan adalah dengan rehabilitasi medic antara
lain dengan fisioterapi dengan melatih otot-otot si kecil.
4) Kecukupan gizi Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan
fisik anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motorik akan terasah
dengan baik,
5) Kematangan otot Bayi yang memiliki kematangan otot sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan motorik kasarnya. Hal ini akan sulit pula menstimulasi. Yang perlu
dilakukan hanyalah memberikan fisioterapi okupasi ditambah terafi obat – obatan
jika memang dianggap perlu.
6) Berat tubuh Berat tubuh berlebihan kemungkinan membuat bayi menjadi sulut
mengembangakan motorik kasarnya. Yang diperlukan adalah menjaga asupan
makanan si kecil agar berat badannya mendekati angka ideal.
7) Kenyamanan Kekurang nyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di
tubuh bayi. Terkadang bayi menjadi sulit bergerak karena terikat bedong. Saat
belajar berjalan sebaiknya lepaskan kaos kaki atau kenakan kaos dan sepatu yang
tidak licin.
8) Pengalaman negatif Pengalaman negatif misalnya saat berjalan merangkak si kecil
pernah terjatuh yang membuat gusinya berdarah. Hal ini dapat membuatnya trauma
dan enggan melaukan latihan sehingga kemampuannya terlambat muncul.
9) Sakit Bayi sering sakit diantaranya infeksi telinga, batuk, pilek, maupun radang
tenggorokan yang akan membuat perkembangan motoriknya terlambat dibandingkan
bayi seusianya.
 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANSIETAS

I. PENGERTIAN
A. Ketegangan atau kecemasan dalam diri tanpa tujuan / obyek kecemasan tidak disadari dan
berkaitan dengan kehilangan self image (freud).
B. Kecemasan timbul karena adanya ancaman terhadap self esteem oleh orang terdekat. pada orang
dewasa kecemasan dialami bila prestige dan dignity diri terancam oleh orang lain (sullivan).
C. Kecemasan mempengaruhi hubungan interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak
diketahui yang muncul bila ada hambatan pemanuhan kebutuhan (pepleu).
D. Kekuatiran (uneasiness), keprihatinan, (apprehension), ketakutan (dread) terhadap sesuatu yang
akan terjadi yang dihubungkan dengan sumber yang tidak dikenali dari bahaya yang diantisipasi
(friedman, kaplan, sadock)
E. Respon emosional / manifestasi afek yang tidak pasti dan tidak berdaya

II. FAKTOR PREDISPOSISI


A. Teori psikoanalitik (freud) adanya konflik emosional antara id dan Super Ego untuk
mengingatkan Ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi
B. Teori interpersonal, adanya kekuatiran akan penolakan interpersonal, akibat trauma masa
pertumbuhan dan perkembangan (perpisahan, kehilangan) sehingga tidak berdaya, harga diri
rendah.
C. Teori perilaku, hasil frustrasi dari segala sesuatu yang menggangu kemampuan untuk mencapai
tujuan
D. Kajian biologis
1. Otak mengandung reseptor benzodiazepines mengatur ansietas.
2. Penghambat asam amino butirik- gama nerureguler (GABA) berperan dalam mekanisme
biologis ansietas.

III. FAKTOR PRESIPITASI


A. Ancaman integritas diri, ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar
(maslow).
B. Ancaman sistem diri / keselamatan diri (security of the self) integritas diri, harga diri, prestige,
hubungan interpersonal, kehilangan dan perubahan peran / status, fungsi sosial yang terintegrasi
IV. MEKANISME ANSIETAS

STRESSOR

STRESS

KECEMASAN

secara sadar, mekanisme tidak sadar


beorientasi pada tugas

mekanisme pembelaan reaksi konversi ke


Ego, represi organ – syaraf otonom

somatofrom kecemasan gangguan neurotik otot gastro


intestinal
syaraf

cemas meningkat foby obsesi kompulsi

V. RENTANG RESPON KECEMASAN

RESPON ADAPTIF RESPON


MALADAPTIF

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

A. ANSIETAS RINGAN
1. Respon Fisiologis
 Sesekali nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar.
2. Respon Koginitif
 Lapang persepsi meluas
 Mampu menerima rangsang yang komplek
 Konsentrasi pada masalah kecemasannya
 Menyelesaikan masalah secara efektif
3. Respon Perilaku dan Emosi
 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
B. ANSIETAS SEDANG
1. Respon Fisiologis
 Sering nafas pendek
 Nadi (extra sistole) dan tekanan darah naik
 Mulut kering
 Anorexia
 Diare / konstipasi
 Gelisah

2. Respon Koqnitif
 Lapang persepsi menyempit
 Rangsang luar tidak mampu diterima
 Berfokus pada aa saja yang menjadi perhatiannya
3. Respon Perilaku dan emosi.
 Gerakan tersentak-sentak
 Bicara banyak dan lebih cepat
 Susah tidur
 Perasaan tidak aman
C. ANSIETAS BERAT
1. Respon Fisiologis
 Nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Berkeringat dan sakif kepala
 Penglihatan kabur
 Ketegangan.
2. Respon Koginitif
 Lapang persepsi sangat sempit
 Tidak mau menyelesaikan masalah
3. Respon Perilaku dan Emosi
 Perasaan ancaman meningkat
 Verbalisasi cepat
 Blocking
D. ANSIETAS PANIK.
1. Respon Fisiologis
 Nafas pendek
 Rasa tercekik dan palpitasi
 Sakit dada
 Pucat
 Hipotensi
 Koordinasi motorik rendah.
2. Respon Kognitif
 Lapang persepsi sangat sempit
 Tidak dapat berfikir logis
3. Respon Emosi
 Agitasi, menmgamuk, marah
 Ketakutan, berteriak – teriak, blocking
 Kehilangan kendali / kontrol diri
 Persepsi kacau

VI. RESPON FISIOLOGIS SECARA UMUM PADA SISTEM TUBUH


A. Kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah, nadi menurun, rasa mau pingsan, pingsan
B. Saluran pernafasan
Nafas cepat, dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik, terengah-engah.
C. Neuromuskuler
Peningkatan reflek, reaksi kejutan, mata berkedip kedip, insomnia, wajah tegang,
kelelahan secara umum, gerakan lambat
D. Gastro intestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdominal, rasa
terbakar daerah epigastrium, nausea, diare.
E. Saluran kemih
Tidak dapat menahan buang air kecil, sering buang air kecil/anyang-anyangen.
F. Sistem kulit
Rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal-gatal, perasaan
panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh.
G. Perilaku
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri, hiperventilasi, inhibis (terlambat)

H. Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir, blocking, menurunnya lahan
persepsi, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, kesadaran diri dan kuatir
berlebihan, hilang obyektifitas.
I. Afektif
Tidak sabar, tegang berlebihan, teror, gugup luar biasa dan sangat gelisah

VII. MEKANISME KOPING


Pada ansietas sedang dan berat menggunakan 2 mekanisme koping yaitu:

A. Reaksi orientasi tugas (task oriented)


1. Menyerang (Attack Behavior)
 Pola destruktif : marah-marah, memusuhi – agresif
 Pola konstruktif : pemecahan masalah, asertive
2. Menarik diri : merokok, menghindar dari sumber stres
3. Kompromi : merubah kebiasaan, mengganti tujuan, mengorbankan salah satu kebutuhan
B. Mekanisme pembelaan ego /mpe (ego defence mecanism)
Sublimasi, proyeksi, rasionalisasi, displacement, reaksi konversi, acting out, regresi dsb

VIII. MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi kekerasan, menciderai diri sendiri dan orang lain
2. Ganguan pola tidur
3. Gangguan nutrisi
4. Koping individu tidak efektif
5. Kecemasan sedang / berat / panik berhubungan dengan ……

IX. RENCANA TINDAKAN (KECEMASAN SEDANG / BERAT / PANIK TERLAMPIR)


A. Tujuan tindakan keperawatan klien ansietas adalah menurunkan tingkat ansietas
B. Prinsip tindakan keperawatan ansietas berat dan panik adalah melindungi klien dari bahaya fisik,
dan memberi rasa aman
C. Bila tingkat ansietas menurun sampai tingkat sedang atau ringan prinsip tindakannya adalah :
reedukatif, bertujuan pada kognitif dalam menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
D. Tindakan pertama bagi perawat untuk merawat pasien ansietas adalah : menyadari, mengenali
perasaannya sendiri dan harus mengendalikannya karena ansietas pada diri perawat mempengarui
tingkat ansietas pasien dan perasaan negatif perawat akan menghambat hubungan terapeutik.

X. EVALUASI
A. Ancaman integritas fisik atau sistern diri klien berkurang dalam sifat, jumlah, asal dan waktunya.
B. Perilaku klien mencerminkan penurunan tingkat ansietas.
C. Klien mengenal ansietasnya mempunyai pandangan terhadap perasaan ansietasnya.
D. Sumber koping dimanfaatkan setara adekuat dan konstruktif.
E. Klien mampu menggunakan strategi penyelesaian masalah yang adaptif untuk mengurangi
ansietas.
F. Menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan atau perubahan personal.

Lampiran : Tindakan Keperawatan Asietas Berat / Panik


Tujuan Khusus / Rencana Tindakan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dan terhindar dari bahaya
 Kenalkan diri dan temani pasien
 Dorong dan dengarkan klien mengungkapkan perasaannya
 Bersikap terbuka, siap menerima klien apa adanya
 Gali penyebab ansietasnya, diskusikan dan terima perasaan positif dan negatif termasuk
perkembangan ansietasnya langsung jawab pertanyaan klien
2. Klien dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis
 Kolaborasi obat, menurunkan ansietas (dia-zepam, laroxyl)
 Amati efek samping obat
3. Klien dapat mengidentifikasi dan berusaha menurunkan penyebab ansietas
 Ciptakan situasi dan lingkungan tenang
 Batasi interaksi klien dengan lingkungan untuk mengurangi rangsangan ansietas
 Berikan terapi fisik, mandi air hangat, pijat, relaksasi, jalan – jalan, joging dsb
4. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
 Menerima klien apa adanya dengan tanpa menentang keyakinannya
 Berikan feed back, perilaku, stressor
 Penilaian stressor dan sumber koping
 Kuatkan ide – ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan mental
 Pada saat yang tepat, perilaku yang mal adaptif beri batasan perilaku dengan cara yang
konstruktif
5. Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktifitas terjadwal
 Berikan aktifitas bersifat mendukung dan menguatkan perilaku sosial yang konstruktif
 Bersama klien, buat jadwal sehari – hari
 Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya

Lampiran : Tindakan Keperawatan Ansietas Sedang


Tujuan Khusus / Rencana Tindakan
1. Klien dapat menjalin hubungan dan mempertahankan hubungan saling percaya
 Dengarkan klien, responsif
 Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaannya
 Identifikasi pola perilaku destruktif dan konstruktif
2. Klien dapat mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
 Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien
 Gunakan konfrontasi positif
3. Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas:
 Bantu identifikasi situai dan interaksi yang menimbulkan ansietas
 Bersama klien tinjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik
 Hubungkan pengalaman lalu dan sekarang
4. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
 Gali cara klien mengurangi ansietas dimasa lalu
 Tunjukkan akibat perilaku mal adaptif dan destruktif
 Dorong untuk menggunakan respon koping yang konstruktif
 Bantu untuk menyusun, memodifikasi tujuan dengan mengunakan sumber dan mencoba koping
yang baru
 Latih klien menghadapi ansietas ringan
 Beri latihan fisik
 Libatkan sistem pendukung untuk menggunakan koping adaptif yang baru
5. Klien mampu menggunakan teknik relaksasi
 Ajarkan klien teknik relaksasi, jalan – jalan, joging, pernafasan dalam dsb
 Dorong menggunakan teknik relaksasi, untuk menurunkan tingkat ansietasnya

 KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANSIETAS


Asuhan Keperawatan Klien pasca Bencana

Oleh Dewi Lestari Handayani, 0706270371

Kasus I
Ibu T, 55 tahun, bertempat tinggal di salah satu pemukiman padat di Jakarta. Ibu T sudah dua hari dirawat
di unit prikiatri RSCM karena tidak bisa tidur, sering menangis keras dan teriak-teriak “Api.. Api..Api..”
Menurut keterangan tetangga yang membawa ibu T ke RSCM, kondisi ibu T yang labil tersebut mulai
terlihat sejak kejadian bencana kebakaran yang menimpa keluarganya 1 minggu yang lalu. Bencana yang
disebabkan kelalaian salah satu penduduk di pemukiman padat itu, telah menewaskan suami dan kedua
anak Ibu T. Saat ini ibu T tampak lebih tenang. Dia mengatakan setelah kejadian kebakaran tersebut ia
selalu terkenang dengan suami dan anaknya, tidak mau melihat foto suami dan anaknya, sering terbangun
saat tidur malah hari, nafsu makan menjadi menurun. Malas melakukan aktivitas. Berdasarkan hasil
observasi klien tampak sering melamun

1. Pengelompokan data sesuai dengan masalah keperawatan


No Data Masalah

D.S. Ibu mengatakan setelah kejadian Berduka disfungsional


kebakaran tersebut, ia selalu terkenang
dengan suami dan anaknya, tidak mau
melihat foto suami dan anaknya, sering
terbangun saat tidur malam hari, nafsu
makan menjadi menurun, malas melakukan
aktivitas.

D.O. Ibu T dirawat karena tidak bisa tidur,


sering menangis dan teriak-teriak “api..
api”, klien sering melamun

Ansietas tingkat sedang

D.S. Ibu mengatakan sering terbangun


malam hari
D.O Ibu T dirawat karena tidak bisa tidur

Gangguan pola tidur

D.S. nafsu makan menjadi menurun

Risiko kekurangan nutrisi: kurang


dari kebutuhan

Data lain yang diperlukan:

-Klien

2. Masalah utama dalam kasus: Berduka disfungsional


3. Pohon masalah

Gangguan Pola tidur Risiko Kekurangan Nutrisi

Core problem Ansietas

Berduka

Urutan diagnosa prioritas:


Tgl. DK Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Ansietas Tujuan umum: Individu akan:

Menggambarkan Kaji tingkat


ansietas dan pola ansietas: ringan,
kopingnya sedang, berat,
panik

Berikan
kenyamanan dan
ketentraman hati

-tinggal bersama
klien

-jangan membuat
tuntutan atau
meminta klien
untuk membuat
keputusan

-Tekankan bahwa
semua orang
merasakan cemas
dari waktu ke
waktu

-Berbicara
dengan perlahan
dan tenang,
menggunakan
kalimat yang
pendek dan
sederhana

-Perlihatkan rasa
empati.

Singkirkan
stimulasi yang
berlebihan

Bila ansietas
telah berkurang,
-Menghubungkan cukup untuk
peningkatan terjadi
kenyamanan pemahaman,
psikologi dan Bantu klien
fisiologis dalam mengenali
ansietas dengan
tujuan untuk
mulai memahami
atau memecahkan
masalah.

-Dorong klien
untuk
menyimpan buku
harian.

-bantu untuk
menganalisis
buku harian
untuk
mengidentifikasi
pencetus

-Gali perilaku
alternative apa
yang dapat
digunakan jika
mekanisme
kopingnya
-Menggunakan
maladaptif
mekanisme
koping yang
efektif dalam
menangani Ajarkan
Tujuan khusus: ansietas. penghentian
ansietas untuk
Memudahkan digunakan bila
pembelajaran situasi yang
cara-cara baru menimbulkan
untuk stress tidak dapat
menurunkan dihindari:
ansietas
-melihat ke atas

-kontrol
pernapasan

-menurunkan
bahu

-memperlambat
pikiran

-mengubah suara

-memberi
petunjuk pada
diri sendiri

-latihan

-mengubah
ekspresi wajah

-membayangkan
melihat situasi
dari jauh

Gali intervensi
yang menurunkan
ansietas
Berikan aktivitas
yang dapat
menurunkan
tegangan

Strategi Pelaksanaan 1

 Tujuan Khusus:

-Klien mampu mengenal ansietas

-Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

-Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi

 Tindakan keperawatan

-Bina Hubungan saling percaya

-Kaji dan berikan rasa aman pada Klien

-Diskusikan bersama klien penyebab ansietas yang dialami

-Diskusikan bersama klien tanda-tanda ansietas

-Kaji tingkat ansietas klien

-Kaji pengetahuan klien tentang cara yang baisa digunakan untuk mengurangi tingkat ansietas
-Mengajarkan teknik relaksasi

-Meminta klien untuk memperagakan kembali teknik relaksasi

 Orientasi

Selamat pagi ibu, Saya Dewi, perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa? Senangnya
dipanggil apa? Baik Ibu T. Bagaimana perasaan ibu T pagi ini? Bagaimana jika sekarang kita mengobrol
tentang keadaan ibu T? Baik kalau begitu, ibu T ingin berbincang-bincang dimana? Baik, disini saja. Kita
berbincang-bincang selama 15 menit ya, bu.

 Kerja

“Tadi ibu T mengatakan bahwa ibu T masih merasa takut pasca kejadian yang menimpa ibu, rasa takut
yang seperti apa ibu rasakan? Kalau misalnya ada rentang 1 sampai 10, 1 untuk tidak merasa cemas dan
10 sangat cemas, rasa cemas ibu ada di rentang ke berapa? Kalau cemas, biasanya apa yang ibu T
lakukan? Ooh, ibu T jadi tidak berani mengingat kejadian itu, tidak nafsu makan. Ibu T tahu, apa
akibatnya jika ibu T tidak nafsu makan? Ya, itu akan mengganggu kesehatan ibu T. Saya memiliki cara
untuk mengurangi rasa cemas ibu T, yaitu teknik relaksasi, atau nafas dalam, apakah ibu mau
mempelajarinya? Jadi seperti ini, jika ibu merasa cemas, tarik nafas dalam-dalam lewat hidung, lalu tahan
sebentar, kemudian hembuskan lewat mulut, seperti ini. Coba ibu lakukan. Iya, seperti itu, Bagus sekali
ibu T. Coba lakukan sebanyak 5 kali. Nah, seperti itu. Ibu T bisa melakukannya kapan saja setiap ibu T
cemas.

 Terminasi.

“Bagaimana perasaan ibu T setelah kita mengobrol tadi?”

“Bisa ibu T peragakan lagi cara untuk nafas dalam?”


Ya, bagus sekali. Bagaimana kalau teknik ini kita masukan ke dalam jadwal? Baik, nanti sore jam 4 kita
bertemu lagi untuk belajar cara lain yang dapat mengurangi rasa cemas ibu T. Bagaimana? Ibu T mau
mengobrol dimana? Baik, di sini. Sampai ketemu nanti sore ya.”

 SP2

-Evaluasi SP1

-Mengajarkan aktivitas yang dapat mengalihkan perhatian klien

 Orientasi

Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan ibu T pagi ini? Bagaimana teknik
relaksasi? Sudah dilakukan? Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar melakukan aktivitas lain
yang dapat menurunkan rasa cemas ibu T

 Kerja

Nah, sekarang kita akan melakukan aktivitas lain untuk mengurangi rasa cemas ibu T. Selain menyulam,
biasanya apa yang ibu suka lakukan di rumah jika sedang sendirian? Menyiram tanaman? Wah, bagus
sekali. Bagaimana perasaan ibu T setelah menyiram tanaman? Senang? Wah,. Bagus. Kalau begitu,
bagaimana jika kita melakukannya sekarang? apakah ibu bersedia? Coba ibu lakukan. Iya, seperti itu,
Bagus sekali ibu T. Bagaimana jika kita masukan ke dalam jadwal?

 Terminasi.

“Bagaimana perasaan ibu T setelah kita menyiram tanaman tadi?”

“Saya melihat ibu tampak lebih senang”

Baik, nanti sore jam 4 kita bertemu lagi untuk belajar cara lain yang dapat mengurangi rasa cemas ibu T.
Bagaimana? Ibu T mau mengobrol dimana? Baik, di sini. Sampai ketemu nanti sore ya.

 SP3

-Evaluasi SP1 dan SP2

-Mengajarkan hipnotis lima jari


 Orientasi

Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan ibu T pagi ini? Bagaimana teknik
relaksasi dan menyiram tanamannya? Sudah dilakukan? Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
belajar melakukan aktivitas lain yang dapat menurunkan rasa cemas ibu T

 Kerja

Nah, sekarang kita akan berlatih hipnotis lima jari, yaitu dengan cara membayangkan hal yang
menyenangkan pada ibu T. Caranya seperti ini, pertama pejamkan mata, lalu tempelkan masing2 ibu jari
tangan ke jari telunjuk seperti ini, kemudian bayangkan hal yang menyenangkan dalam diri ibu T. Yang
pertama, bayangkan cinta pertama ibu T, lalu, pindahkan ibu jari menempel ke jari tengah, bayangkan
bagian tubuh yang ibu sukai. Kemudian, pindahkan lagi ibu jari ke jari manis, tempat-tempat yang ibu
senangi, kemudian, pindahkan ke jari kelingking, bayangkan makanan kesukaan ibu.coba kita praktekan
ya, Wah, bagus sekali. Bagaimana jika kita masukan ke dalam jadwal?

 Terminasi.

Bagaimana perasaan ibu T setelah berlatih hipnotis lima jari ini? “coba, tadi bagaimana cara-caranya?”

Baik, nanti sore jam 4 kita bertemu lagi untuk belajar cara lain yang dapat mengurangi rasa cemas ibu T.
Bagaimana? Ibu T mau mengobrol dimana? Baik, di sini. Sampai ketemu nanti sore ya.”
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kecemasan merupakan suatu sensasi aprehensif atau takut yang menyeluruh yang
bersifat normal pada berbagai kondisi, namun dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan
tidak sesuai dengan proporsi ancamannya. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana
kecemasan menjadi ciri yang paling menonjol diberi label gangguan kecemasan.
Ada beberapa jenis gangguan kecemasan yaitu gangguan panik, gangguan cemas
menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, gangguan fobia dan stres akut serta stres pasca
trauma.
Berbagai perspektif teoritis menjelaskan mengenai terjadinya gangguan kecemasan ini,
seperti perspektif psikoanalisa, behavioral, kognitif, dan biologis. Perbedaan perspektif
tersebut juga berdampak pada perbedaan bentuk penanganan yang diberikan untuk mengatasi
gangguan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Harold I, dkk. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : Jakarta
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius : Jakarta.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Penerbit MocoMedia : Yogyakarta.
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC : Jakarta.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta.
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta.
Amstrong, Thomas. 2002. The Seven Kinds of Smart. Jakarta : Gramedia
http://dokteranakku.com/?p:207”>perkembangan motorik kasar http//Rully.blogdetik.com
Anonym . 2002.Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan 13 

Anda mungkin juga menyukai