1. Terhadap perubahan/amandemen pasal 33 UUD 1945 tersebut terdapat beberapa
penafsiran. Ada yang menafsirkan bahwa dengan di hapusnya “koperasi” tersebut tidak ada lagi landasan konstitusional bagi pembangunan koperasi yang kuat. Tanpa landasan konstitusi dan politis, keterkaitan (komitmen) pemerintah terhadap pembangunan koperasi menjadi berkurang. Perkembangan koperasi selanjutnya akan banyak bergantung kepada masyarakat. Perkembangan koperasi selanjutnya akan banyak bergantung pada masyarakat, khususnya gerakan koperasi sendiri. Peranan pemerintah selanjutnya lebih banyak pada pengaturan (regulasi). Sementara Revrisond Baswir, menurutnya “dasar keberadaan koperasi secara konstitusional sesungguhnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan tercantum atau yidaknya kata koperasi dalam penjelasan pasal 33, melainkan pada rangkaian kata yang berbunyi “usaha bersama yang berdasarkan atas asas kekeluargaan” yang justru berasal dari pasal 33 ayat (1)”. Kesimpulan itu sejalan dengan penjelasan yang berulang kali dikemukakan oleh Bung Hatta, yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu ialah koperasi”. 2. Walau negara kita negara yang di kategorikan sebagai negara berkembang, dalam hal ini koperasi Indonesia bisa dibilang sudah mendapat grafik yg baik, meski demikian pembangunan serta perkembangan koperasi Indonesia masih jauh dari kata sempurna, banyak kelemahan mendasar seperti kelemahan manajemen, kelemahan Sumber Daya Manusia, bahkan kelemahan dalam hal permodalan. Hal- hal tersebut merupakan indikator utama dalam membangun koperasi, untuk melakukan pembangunan serta perkembangan koperasi tentunya memerlukan bantuan dari pihak lain misalnya pemerintah. Selain itu sebagai sebuah institusi/lembaga pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat menengah ke bawah koperasi belum bisa mengatasi kemiskinan. artinya, motif pendirian koperasi oleh pendiri atau pemilik modal diorientasikan pada laba dan bukan peningkatan perekonomian masyarakat. 3. Menurunya/mengecilnya peranan pemerintah dalam pembangunan koperas, sudah seharusnya disikapi oleh gerakan koperasi dengan kesadaran bahwa berkembang tidaknya koperasi akan banyak tergantung pada gerakan koperasi itu sendiri. Kebijakan pemerintah di masa orde baru membuktikan bahwa campur tangan pemerintah terlalu dalam, baik dalam bentuk peraturan maupun fasilitas, justru banyak menyebabkan koperasi tidak mandiri. Setelah fasilitas dihentikan , banyak koperasi yang tidak memiliki kegiatan lagi.