Anda di halaman 1dari 11

J-PAL, Vol. 8, No.

1, 2017 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


di Kabupaten Kediri dengan Pendekatan Soft System Methodology
Meika Dwi Nastiti Mulyaningsih1, Abdul Juli Andi Gani2, Abdullah Said3
1 Program Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas IIlmu Administrasi, Universitas Brawijaya
2 Program Studi Administrasi Publik, Fakultas IIlmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Abstrak
Lingkungan hidup kurang diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan, demikian juga situasi yang terjadi di
Kabupaten Kediri. Pengendalian kerusakan dan pencemaran lebih berfokus pada tingkat hilir, tanpa melihat akar
permasalahan di tingkat kebijakan, rencana dan program. Latarbelakang tersebut mendorong penelitian ini, dengan
tujuan: 1) mendeskripsikan dan menganalisa situasi Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH) di Kabupaten Kediri, dan 2) Membangun model konseptual untuk memperbaiki situasi permasalahan.
Pendekatan Soft System Methodology (SSM) dipilih karena sesuai diterapkan untuk meneliti situasi masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur. Melalui tujuh tahapan dalam SSM, bisa mengungkap permasalahan dalam
perencanaan dan membuat model konseptual untuk memperbaiki situasi masalah tersebut. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa perencanaan PPLH di Kabupaten Kediri mengikuti prosedur perencanaan sesuai sistem
perencanaan nasional, tetapi belum mengintegrasikan substansi lingkungan hidup sesuai amanat Undang-undang
Nomor 32 tahun 2009. Dokumen perencanaan disusun prosedural, formatif dan miskin teori, hubungan antar SKPD
yang berperan belum terstruktur, kurangnya partisipasi masyarakat dan belum optimalnya pemberdayaan sektor
swasta dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kesimpulan penelitian dengan SSM diperoleh
dua definisi permasalahan (root definitions) yang diungkap sebagai akar penyebab permasalahan dalam
perencanaan PPLH. Berdasarkan dua definisi permasalahan tersebut, dibangunlah dua model konseptual yang
terdiri dari tahapan sistem aktivitas bertujuan (Purposeful Activity Models) yaitu: 1) Model Konseptual
Pengorganisasian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan 2) Model Konseptual Sistem Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Terpadu. Saran tindakan perubahan yang dihasilkan dari membandingkan
model dan situasi yang ada, diharapkan dapat dilaksanakan sebagai rencana tindak untuk memperbaiki
permasalahan perencanaan PPLH di Kabupaten Kediri.

Kata kunci: Model Konseptual, Perencanaan, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Soft System
Methodology (SSM)

Abstract1
Environmental issues are rarely be accounted in development planning, as well as the situation in Kediri. Control of
damage and pollution is more focused on the downstream level, without looking at the root of the problem at the
level of policies, plans and programs. Background It encourages research, with the aim of: 1) describe and analyze
the situation of Environmental Protection and Management Planning in Kediri, and 2) Build a conceptual model for
fixing problem situations. Soft System Methodology (SSM) Approaches is selected as appropriate to be applied to
examine the complex and unstructured problem situations. Through seven stages in SSM, can reveal problems in
planning and making a conceptual model to improve the situation of the problem. Results of the study revealed that
the Environmental Protection and Management Planning in Kediri has been following to appropriate national
planning system, but has not integrated the substance of the environment as mandated by Law No. 32 of 2009.
Planning documents prepared procedural, formative and poor theory, the relationship between SKPD whose role
has not been structured , lack of community participation and empowerment of the private sector is not optimal in
the context of environmental protection and management. The conclusion of research by SSM acquired two
definitions of problems (root definitions) are revealed as the root cause of problems in Environmental Protection
and Management Planning. Based on these two definitions of the problem, built a conceptual model consisting of
two phases of a system of activities aimed at (Purposeful Activity Models), namely: 1) Conceptual Model of
Organizing Protection and Environmental Management and 2) Conceptual Model of Integrated Protection and
Environmental Management Systems. Suggestions measures changes resulting from comparing models and the
existing situation, expected to be implemented as an action plan to improve planning problems of Environmental
Protection and Management Planning in Kediri.

Keywords: Conceptual models, Environmental Protection and Management, Planning, Soft System Methodology

Name : Meika Dwi Nastiti Mulyaningsih


Email : meikatsabita@yahoo.com
Address : KLH Kediri
Jl. Veteran, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur 64112

61
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup... (Mulyaningsih, et al.)

PENDAHULUAN 4. Keterbatasan sumberdaya manusia.


Penyerahan kewenangan dalam 5. Eksploitasi sumberdaya alam masih terlalu
pengelolaan lingkungan hidup kepada mengedepankan profit dari sisi ekonomi.
pemerintah daerah, diharapkan mampu 6. Lemahnya implementasi peraturan
mengokohkan kebijakan dalam bidang perundangan.
lingkungan hidup. Perencanaan di daerah 7. Lemahnya penegakan hukum lingkungan
seharusnya terintegrasi, sinergis dan segaris khususnya dalam pengawasan.
dengan prioritas pembangunan nasional, selain 8. Pemahaman masyarakat terhadap
itu perencanaan sektoral yang diemban oleh lingkungan hidup yang lemah .
SKPD di daerah juga harus sesuai dengan 9. Penerapan teknologi yang tidak ramah
pemanfaatan ruang dan mampu menciptakan lingkungan.
keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
antar sektor dengan mengacu pada dokumen Tabel 5.1 Isu Lingkungan Hidup di Kabupaten Kediri
perencanaan pembangunan lainnya. Sayangnya No. Permasalahan Lingkungan Hidup SKPD terkait
dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah Belum optimalnya pelayanan pengelolaan
sampah dan pengelolaan sampah 3R yang DKP, KLH,
termasuk di Kabupaten Kediri masih banyak 1. disebabkan kurangnya sarana dan Dinas
permasalahan yang ditemui, penyebab prasarana serta kesadaran masyarakat Kesehatan
dalam pengelolaan sampah
utamanya adalah rendahnya komitmen Dinas
Bertambahnya lahan kritis dan
pemerintah daerah untuk menjadikan 2. penggunaan lahan yang tidak sesuai
Hutbun,
lingkungan hidup sebagai salah satu prioritas Dinas
kaidah konservasi
Pertanian
kebijakan pembangunan daerah, sehingga Bappeda,
Perubahan fungsi lahan, berkurangnya
berpengaruh terhadap orientasi perencanaan 3.
lahan pertanian.
Dinas
Pertanian
pembangunan dan alokasi anggaran bagi Penggunaan pestisida yang berlebihan dan
Dinas
program kegiatan di sektor lingkungan hidup. 4. pengelolaan lahan yang tidak
pertanian
berkelanjutan
Kabupaten Kediri sendiri mulai merasakan BPBD, Semua
5. Ancaman dari bencana alam
dampak dari buruknya perencanaan SKPD
pengelolaan lingkungan hidup. Berbagai Bappeda,
6. Berkurangnya ruang terbuka hijau
DKP, KLH
permasalahan lingkungan bermunculan, Dinas
Ancaman gangguan kesehatan yang
seperti; pencemaran lingkungan akibat 7.
disebabkan buruknya sanitasi
Kesehatan,
Disdikpora
kegiatan usaha, alih fungsi lahan yang Pencemaran air dan tanah akibat kegiatan
berdampak pada berkurangnya ruang terbuka 8. domestik,industri dan usaha kegiatan KLH
lainnya yang menghasilkan limbah
hijau, masalah pengelolaan sampah dan Adanya pelanggaran tata ruang dan Bappeda,
9.
sebagainya. Sementara itu, Kabupaten Kediri perijinan KLH,
adalah salah satu wilayah strategis dan Kesadaran masyarakat dalam perilaku
10. Semua SKPD
ramah lingkungan yang masih kurang
merupakan pusat pengembangan Sumber: Pengumpulan Data, 2015
perekonomian, di tengah-tengah wilayah Jawa
Timur bagian barat yang potensial untuk Permasalahan dan kendala tersebut di
dikembangkan disebabkan potensi sumberdaya atas, sesungguhnya saling terkait dan
geografis (topografi, kesuburan tanah, curah berhubungan erat satu dengan yang lain yang
hujan, dll) dan demografi (jumlah penduduk, mengakibatkan kompleksitas. Untuk itu, upaya
PDRB, dan lain-lain). Potensi pengembangan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
ini, seharusnya tetap dibarengi dengan upaya hidup harusnya terintegrasi dalam pelaksanaan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan pembangunan secara keseluruhan, dan kondisi
sehingga pembangunan daerah dapat berjalan inilah yang memerlukan adanya penelitian yang
optimal dan berkelanjutan. komprehensif dengan pendekatan sistem.
Sebagai suatu sistem, perlindungan dan Berpikir sistem memiliki dua pendekatan,
pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten diantaranya hard dan soft systems thinking.
Kediri masih mengalami berbagai kendala Kedua pendekatan tersebut dibedakan atas
dalam pelaksanaannya, seperti: jenis masalah yang dihadapi. Pendekatan Hard
1. Egosektoral. Terjadi tumpang tindih system umumnya digunakan menghadapi
antara satu sektor dan sektor lain. persoalan yang terstruktur dengan jelas,
2. Tumpang tindih perencanaan antar sementara pendekatan soft system untuk
sektor. menghadapi situasi masalah yang kurang
3. Pendanaan yang masih sangat kurang terdefinisi dengan baik. Perbedaan
untuk bidang lingkungan hidup.

62
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mulyaningsih, et al.)

fundamentalnya adalah: jika hard system publik dalam rangka mengidentifikasi


mengasumsikan bahwa dunia yang dipersepsi perubahan yang layak tersebut.
berisi holon (system), sedangkan soft system 7. Take action to improve the problem
menganut pandangan bahwa metodologinya situation (melakukan tindakan perbaikan)
pun juga sudah mengandung sistem. Membangun rencana aksi untuk
Soft system methodology juga merupakan memperbaiki situasi masalah
sebuah metodologi partisipatori yang dapat
membantu para stakeholders yang berbeda Contoh penyelesaian masalah dengan Soft
untuk mengerti perspektif masing-masing systems methodology terdapat pada Penelitian
stakeholders. Fokus soft system methodology berjudul “Analisis Soft System Methodology
adalah untuk menciptakan sistem aktivitas dan (SSM) dalam pengelolaan Daerah Aliran
hubungan manusia dalam sebuah organisasi Sungai: Studi pada Sungai Citarum jawa Barat”
atau grup dalam rangka mencapai tujuan [2]. Bagaimana penggunaan SSM dalam suatu
bersama. proses pengelolaan DAS bisa dilihat dari hasil
Soft systems methodology didasarkan penelitian tersebut. Diketahui bahwa
pada 7 (tujuh) tahapan proses yang dimulai dari pendekatan SSM dalam Pengelolaan
pengklarifikasian situasi masalah yang tidak Sumberdaya Alam (Das Citarum) menunjukkan
terstruktur melalui perancangan sistem ciri-ciri tidak sitemik dan ciri-ciri organisasi yang
aktivitas manusia yang diharapkan membantu mengalami ketidakmampuan belajar. Setiap
memperbaiki situasi model konseptual ini stakeholder cenderung cenderung berposisi
kemudian dibandingkan dengan situasi masalah pada sudut pandang atau kepentingan sendiri
dalam rangka mengidentifikasi perubahan yang dan penyelesaian permasalahan dalam
layak [1]. Tujuh tahapan soft system pengelolaan das citarum cenderung parsial-
methodlogy sebagai berikut: teknikal, tidak struktural-kultural dan tidak
1. Enter situation considered problematical mampu merubah mindsite. Praktek
(Mengenali situasi permasalahan) pengelolaan Das Citarum pada aspek
2. Express the problem situation pengendalian sering terjadi peralihan
(Mengungkapkan situasi permasalahan) sumberdaya untuk kepentingan yang lain.
3. Formulate root definitions of relevant Pengalihan ini menunjukkan bahwa persoalan
systems of purposeful activity (pembuatan pengelolaan das citarum bukan prioritas dan
definisi permasalahan) adalah bukan sesuatu yang harus ditangani segera
mengidentifikasi stakeholders yang terlibat, serta visi bersama pengelolaan Das Citarum
transformasi, Weltanschaungg (cara tidak sampai pada tataran implementasi atau
pandang), dan lingkungan untuk kemudian disebut terjadi ambivalensi antara ideologis dan
membangun definisi sistem aktivitas teknis.
manusia yang dibutuhkan untuk Dalam perlindungan dan pengelolaan
memperbaiki situasi masalah. lingkungan hidup, Pemerintah mempunyai
4. Build conceptual models of the systems peran sentral karena tugas dan tanggung jawab
named in the root definitions (membangun pemerintah dalam konteks administrasi
model konseptual) Berdasarkan Root pembangunan adalah merumuskan dan
Definition untuk setiap elemen yang melaksanakan kebijakan pembangunan dengan
didefinisikan, maka kemudian membangun efektif. Berdasarkan pendekatan administrasi
model konseptual yang dibutuhkan untuk pembangunan, pemerintah harus berorientasi
mencapai tujuan ideal. kepada usaha-usaha mendorong perubahan-
5. Compare models with real worl action perubahan kearah keadaan yang dianggap lebih
(perbandingan antara model konseptual baik untuk suatu masyarakat dimasa depan,
dengan situasi permasalahan atau realitas) lebih berorientasi kepada pelaksanaan tugas-
yaitu membandingkan model sistem tugas pembangunan (Development Functions),
konseptual yang dibuat dengan apa yang lebih bersikap “Developmen Agent” (Penggerak
terjadi di dunia nyata (real world). Pembangunan), pemerintah juga disebut
6. Define possible changes which are both sebagai penggerak perubahan (Change Agents),
desirable and feasible (menetapkan berpendekatan lingkungan (Ekological
perubahan yang layak/perubahan model Approach), berorientasi pada kegiatan (acton
yang diinginkan) adalah membuat debat oriented) dan bersifat pemecahan masalah
(problem solving) [3].

63
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup... (Mulyaningsih, et al.)

Pendekatan administrasi pembangunan theory in planning. Idealnya kedua teori


sesuai untuk diterapkan dalam perencanaan perencanaan akan membentuk suatu
pembangunan khususnya dalam perlindungan kolaborasi yang oleh disebut sebagai
dan pengelolaan lingkungan hidup karena perencanaan efektif.
persoalan pengelolaan sumber daya alam dan Perencanaan pembangunan merupakan
lingkungan hidup adalah kewenangan suatu tahap awal dalam proses pembangunan,
pemerintah sesuai dengan konstitusi. Untuk sehingga menjadi bahan pedoman atau acuan
menjaga keseimbangan antara pemanfaatan bagi pelaksanaan pembangunan (action plan),
dan pelestarian lingkungan hidup demi oleh karenanya perencanaan pembangunan
kemakmuran diperlukan adanya kapasitas seharusnya implementatif dan aplikatif.
institusi negara atau pemerintah yang bisa Perencanaan pembangunan dalam kaitannya
merumuskan kebijakan-kebijakan yang efisien dengan suatu daerah sebagai area (wilayah)
dan efektif dalam pengelolaan sumberdaya pembangunan membentuk konsep
alam dan lingkungan hidup. perencanaan pembangunan daerah (PPD), yaitu
Memahami teori perencanaan diperlukan suatu proses perencanaan pembangunan yang
dalam penelitan perencanaan. Perencanaan dimaksudkan untuk melakukan perubahan ke
dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu
bergantung konteks obyeknya. Perencanaan komunitas masyarakat, pemerintah dan
merupakan aplikasi dari metoda ilmiah lingkungannya dalam wilayah atau daerah
bagaimanapun sederhananya untuk membuat tertentu dengan memanfaatkan atau
kebijaksanaan, sebagaimana yang disebutkan mendayagunakan berbagai sumber daya yang
Reiner dan Davidoff, bahwa: “Perencanaan ada dan harus memiliki orientasi yang bersifat
adalah suatu proses untuk menentukan menyeluruh, lengkap tapi tetap berpegang
tindakan masa depan yang tepat melalui pada azas prioritas” [6].
serangkaian pilihan-pilihan. Di dalam Model perencanaan pembangunan yang,
perencanaan, proses merupakan sesuatu yang disampaikan O.P Dwivedi dan Keith M.
bersinambungan (planning is a continuous Henderson dibagi menjadi dua mega-model
proces)”. Secara mendasar, proses perencanaan yaitu: Human-Need-Centred
perencanaaan mencakup tiga tahapan, yaitu: Development (HNCD) dan sustainable
formulasi nilai, identifikasi cara-cara untuk development (SD). Inti dari dua Konsep
mencapai tujuan, dan pelaksanaan [4]. perencanaan pembangunan tersebut adalah
Model perencanaan perspektif Andreas bahwa pembangunan pada dasarnya harus
Faludi dibagi atas dua tipe perencanaan yaitu: berfokus pada kebutuhan dasar manusia, tetapi
prosedural dan subtantif. Faludi tidak bisa mengesampingkan faktor
mensimulasikan perencanaan prosedural dan pengelolaan lingkungan agar pembangunan
perencanaan subtantif pada sebuah gambar berkelanjutan dapat diwujudkan [7].
[5]. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 juga
menggariskan bahwa pola pembangunan
Indonesia adalah pembangunan berkelanjutan,
Substantive Procedural
yaitu upaya sadar dan terencana yang
theory theory
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial,
Procedural Substantiv dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan
e
untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
Gambar 1. Teori Prosedural dan Subtantif serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan
Perencanaan yang disampaikan oleh generasi masa depan. Salah satu yang menjadi
Faludi dapat diartikan secara sederhana bahwa, perhatian dalam undang-undang ini adalah
adanya penyerapan substansi metode dari makin kuatnya peran negara dalam rangka
disiplin ilmu lain sering disebut sebagai menyediakan lingkungan hidup yang baik dan
substantive theory atau dalam teori sehat sebagai sarana rakyat Indonesia
perencanaan dikenal dengan theory in berkehidupan.
planning. Sementara teori perencanaan disebut Beberapa istilah yang harus dipahami dalam
sebagai teori prosedural atau theory of perlindungan dan pengelolaan lingkungan
planning. Dalam praktek, seharusnya tidak sesuai UU 32 tahun 2009 adalah: Pertama
dipisahkan antara theory of planning dan definisi lingkungan hidup, yaitu kesatuan ruang

64
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mulyaningsih, et al.)

dengan semua benda, daya, keadaan, dan dan pengelolaan lingkungan hidup di
makhluk hidup, termasuk manusia dan Kabupaten Kediri.
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu 3. Membangun model konseptual dan
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan membuat rencana tindak yang dibutuhkan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup untuk memperbaiki situasi atau
lain. Kedua, pembangunan berkelanjutan yaitu permasalahan dalam perencanaan
upaya sadar dan terencana yang memadukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke hidup di Kabupaten Kediri.
dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, METODE PENELITIAN
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup Penelitian termasuk jenis penelitian yang
generasi masa kini dan generasi masa depan menggunakan metode kualitatif, dengan
[8]. pendekatan Sistem Lunak atau Soft System
Untuk memperoleh keberhasilan dalam Methodology (SSM). Jenis penelitian ini dipilih
upaya perlindungan dan pengelolaan karena metode penelitian kualitatif yang
lingkungan hidup dalam rangka mewujudkan berangkat dari paradigma naturalisme dapat
pembangunan berkelanjutan (sustainable digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
development), maka ada kriteria yang harus yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
dipenuhi, yaitu upaya mengintegrasikan instrumen kunci. Penggunaan SSM didasarkan
kepentingan ekonomi, kelestarian lingkungan pada kerangka berfikir sistem (System Thinking)
dan sosial. Menurut The Word Commission On yang esensinya adalah membangun suatu
Environment and Development, kriteria yang model sistem untuk berusaha memecahkan
dijadikan acuan pembangunan berkelanjutan masalah melalui penyempurnaan model
yaitu: aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Pada konseptual setelah membandingkan dengan
beberapa literatur lain bahkan menambahkan situasi atau permasalahan yang ada [9].
aspek hukum dan kelembagaan serta aspek Maani dan Cavana menyebutkan bahwa
teknologi. ada dua pendekatan dalam berfikir sistem yaitu
Definisi perlindungan dan pengelolaan Hard System Thinking dan Soft System Thinking.
lingkungan hidup yaitu: upaya sistematis dan Pendekatan dalam berfikir sistem yang dipilih
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan dalam penelitian ini adalah soft system thinking
fungsi lingkungan hidup dan mencegah karena pendekatan ini cocok digunakan untuk
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan menganalisis situasi masalah yang tidak
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, terstruktur dan belum dapat didefinisikan
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, dengan baik. soft system thinking juga sangat
pengawasan, dan penegakan hukum. baik untuk mendefinisikan ketidakjelasan
Sedangkan pengertian pemerintah pusat, yang perilaku manusia termasuk menyangkut
selanjutnya disebut Pemerintah, adalah budayanya, SSM dikembangkan dari action
Presiden Republik Indonesia yang memegang research yang sangat sulit ketika berhadapan
kekuasaan pemerintahan Negara Republik dengan manusia yang sangat unik, dapat
Indonesia Dasar Negara Republik Indonesia berubah dan memiliki world view yang beragam
Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah dan tidak mudah untuk diatur, sehingga SSM
gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat sangat sesuai untuk meneliti situasi
daerah sebagai unsur penyelenggara permasalahan yang kompleks [10].
pemerintah daerah.
Mengacu pada latar belakang dan masalah Metode Pengumpulan Data
dalam perlindungan dan pengelolaan Penelitian ini menggunakan data sekunder
lingkungan hidup, maka yang menjadi tujuan dan data primer yang diperoleh melalui:
dari penelitian ini adalah: a. Wawancara mendalam (indepth interview)
1. Mendeskripsikan dan menganalisis situasi Dalam penelitian SSM, wawancara sangat
perencanaan perlindungan dan pengelolaan diperlukan untuk mengklarifikasi dan
lingkungann hidup di Kabupaten Kediri. konfirmasi ulang terhadap data-data serta
2. Mengidentifikasi permasalahan yang keterangan dari narasumber. Wawancara
muncul dalam perencanaan perlindungan mendalam juga dilakukan untuk memperoleh
keterangan yang lebih terperinci serta detail
tentang fenomena atau situasi permasalahan

65
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup... (Mulyaningsih, et al.)

mengenai perencanaan PPLH. Dalam rangka memahami situasi


b. Pengamatan atau Observasi permasalahan yaitu proses perencanaan
Pengamatan atau Observasi ini dilakukan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
untuk mendapatkan gambaran tentang situasi Hidup (PPLH) , maka perlu dilakukan kajian atau
yang sebenarnya secara langsung. Peneliti analisis terhadap regulasi serta dokumen-
terjun langsung ke lapangan atau melakukan dokumen yang terkait dengan perencanaan
orientasi lapangan untuk mencari jawaban- PPLH dan Peran Satuan Kerja Perangkat
jawaban yang ingin diketahui peneliti dengan Daerah (SKPD) terkait PPLH.
melakukan orientasi langsung di lapangan. Dari hasil analisis terhadap regulasi dan
c. Dokumentasi dokumen terkait perencanaan PPLH, diketahui
Dokumentasi merupakan hasil observasi bahwa perencanaan PPLH adalah amanat
dan wawancara yang berbentuk dokumen, Undang-undang yang harus dilaksanakan,
tulisan, gambar, rekaman audio/video. perencanaan pembangunan tidak boleh
d. Focus Group Discussion (FGD) dilepaskan dari perencanaan sektor lingkungan
Penelitian dilakukan menggunakan tahap hidup dalam rangka menjaga kelestarian
FGD, setelah di lakukan wawancara mendalam lingkungan dan menjaga keberlanjutan
dengan narasumber terpilih serta observasi di pembangunan itu sendiri. Berdasarkan
lapangan. FGD diikuti oleh aktor atau pelaku dokumen perencanaan yang ada, proses
utama yang mewakili instansi, atau pihak-pihak perencanaan PPLH di Kabupaten Kediri secara
yang terlibat perencanaan PPLH. umum sudah mengikuti alur perencanaan
Teknik menganalisis data pada penelitian ini sesuai sistem perencanaan pembangunan
dilakukan dengan pendekatan sistem dengan nasional dan peraturan tentang pelaksanaan
mengunakan tujuh tahapan proses yang perencanaan pembangunan di daerah, tetapi
dimulai dari melakukan klarifikasi situasi jika dilihat dari kebijakan rencana program
masalah yang tidak terstruktur melalui yang ada, terlihat bahwa substansi
perancangan sistem aktivitas manusia yang pengelolaan lingkungan hidup masih kurang
diharapkan membantu memperbaiki situasi terlihat.
model konseptual ini kemudian dibandingkan RPJMD yang menggambarkan visi dan misi
dengan situasi masalah dalam rangka kepala daerah, diketahui bahwa sektor
mengidentifikasi perubahan yang layak. lingkungan hidup belum tampak dalam visi,
Gambaran yang dikembangkan oleh penulis misi dan tujuan, meskipun dalam poin sasaran
untuk mempermudah memahami tujuh bisa dilihat adanya kaitan dengan lingkungan
tahapan dalam SSM sebagai berikut: hidup, sehingga fungsi pengelolaan lingkungan
hidup dapat disimpulkan belum menjadi
prioritas pembangunan, hanya sebagai sektor
pendukung dari pengembangan industri dan
perdagangan berbasis pertanian.
Dokumen strategis dan teknis lain yang
berkaitan dengan PPLH, masih disusun sekedar
mengikuti alur atau peraturan yang berlaku,
sehingga sifatnya formatif, belum terintegrasi
dalam proses perencanaan, sehingga tidak
menunjukkan fungsi dan makna sesuai tujuan
penyusunannya.
Perencanaan sektor lingkungan hidup
sangat terkait dengan dengan sektor lainnya,
baik dilihat dari tupoksinya maupun program
kegiatan yang dilaksanakan. Di Kabupaten
Kediri, SKPD yang mempunyai peran dalam
Gambar 2. Tujuh Langkah Kerangka Kerja SSM perencanaan PPLH antara lain: Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
HASIL DAN PEMBAHASAN Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Dinas
1. Situasi Perencanaan Perlindungan Dan Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kesehatan,
Kabupaten Kediri Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, Dinas

66
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mulyaningsih, et al.)

Pendidikan dan Olah Raga, Dinas Pekerjaan kebijaksanaan tujuan atau administrasi dari
Umum, Dinas Pengairan dan ESDM dan Dinas kebijaksanaan dan isi program-program
Komunikasi dan Informasi. pembangunan, tidak hanya sekedar prosedural.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara ringkas peran pemerintah Kabupaten
masih ada perbedaan persepsi antar SKPD Kediri sebagai pemilik masalah sekaligus yang
tentang apa yang menjadi perannya dalam mempunyai tugas sebagai pemecah masalah
perencanaan PPLH, namun sesuai dengan dalam perencanaan PPLH harus bisa lebih aktif
Undang-undang 41 Tahun 2007 tentang dalam mewujudkan orientasi pembangunan
Organisasi Perangkat Daerah, maka aktor dan perubahan yang dicita-citakan, pemerintah
utama yang mengendalikan proses harus bisa menjadi administrator, agen
perencanaan adalah Bappeda sebagai unsur pembangunan sekaligus agen perubahan dalam
perencana penyelenggaraan pemerintah mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan
daerah yang mempunyai tupoksi melaksanakan berwawasan lingkungan.
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
di bidang perencanaan pembangunan daerah. 3. Membangun Model Konseptual dan
Instansi lingkungan hidup yakni Kantor Membuat Rencana Tindak yang
Lingkungan Hidup sebagai unsur pelaksana Dibutuhkan untuk Memperbaiki Situasi
otonomi daerah yang mempunyai tupoksi Permasalahan
merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan Dalam rangka membangun model
lingkup tugasnya, sehingga dalam proses konseptual serta membuat rencana tindak
perencanaan meskipun peran utama untuk memperbaiki situasi permasalahan,
perencanaan ada pada Bappeda tetapi sumber dibutuhkan tahapan sesuai SSM. Tujuh tahapan
dari perencanaan sektoral tetaplah berasal dari dalam SSM seperti digambarkan pada gambar 2
Kantor lingkungan Hidup sebagai instansi (dua) dikelompokkan menjadi empat tahapan
lingkungan hidup di daerah, didukung peran utama sebagai berikut:
dan pelaksanaan tupoksi SKPD lain yang terkait. a. Memahami dan menggambarkan situasi
masalah perencanaan perlindungan dan
2. Masalah-masalah yang Timbul dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam bentuk
Perencanaan Perlindungan dan Rich Picture
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada tahapan ini, yang diperlukan adalah
Berbagai permasalahan yang melingkupi langkah satu (L1) dan langkah dua (L2) yaitu
situasi perencanaan PPLH di kabupaten Kediri memahami situasi yang bersifat problematik
yang diungkap dalam penelitian antara lain dan menggambarkan situasi masalah dalam
sebagai berikut: bentuk rich picture. Tahapan pertama dalam
a. Sektor Lingkungan Hidup belum menjadi SSM yaitu mengenali dan memahami situasi
prioritas pembangunan permasalahan tidak terstruktur, yaitu
b. Lemahnya Kerjasama dan Koordinasi antar permasalahan yang nyata (real) dalam objek
SKPD terkait PPLH yang diteliti yaitu perencanaan PPLH. Situasi
c. Lemahnya inventarisasi dan Pengelolaan permasalahan yang semula tidak terstruktur
Data kemudian dilakukan strukturisasi permasalahan
d. Kurangnya upaya edukasi dan sosialisasi dan proses yang terjadi dalam perencanaan
e. Kurangnya Partisipasi Masyarakat dan Dunia PPLH dan digambarkan dalam rich picture, yaitu
Usaha ekspresi yang menyerupai bentuk kartun untuk
Karaketeristik Administrasi pembangunan memunculkan isu, konflik dan fitur-fitur lain
yang dibutuhkan dalam perencanaan PPLH yang menarik dan problematik. Tujuan
seperti yang disebutkan di atas, antara lain; pembuatan rich picture adalah untuk
bahwa pemerintah diharapkan mampu menangkap, memberi informasi, menemukan
berperan aktif terhadap tujuan pembangunan hal-hal penting atau utama, struktur dan
masyarakat, pemerintah harus berorientasi penekanan dalam situasi, bagaimana proses
kepada usaha-usaha yang mendorong berjalan, penemuan isu-isu penting dalam
perubahan-perubahan kearah keadaan yang situasi serta untuk menyusun beberapa model
dianggap lebih baik dan berorientasi masa aktivitas [10].
depan. Dalam menyusun perencanaan yang Dalam penyelidikan masalah yang dihadapi,
berkelanjutan pemerintah juga harus lebih serta menyusun rich picture, diperlukan
mengaitkan diri dengan substansi perumusan pendekatan tiga analisis itu seperti yang

67
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup... (Mulyaningsih, et al.)

dikemukakan Flood dan Jackson (1991) 1) Customers atau Clients (pelanggan), adalah
pertama, analisis intervensi yang bermanfaat pihak-pihak yang diuntungkan atau
untuk melihat bahwa intervensi secara dirugikan dari kegiatan pemecahan
struktural memiliki tiga peran, yaitu: (1) peran masalah.
client, yaitu pihak yang menyebabkan 2) Actors (aktor-aktor), adalah pihak-pihak
penyelidikan terjadi; (2) peran would-be yang melaksanakan aktivitas pemecahan
problem solver, yaitu pihak yang berkeinginan masalah.
untuk melakukan sesuatu terhadap situasi yang 3) Transformation process (proses
tengah dipertanyakan; dan (3) peran problem tranformasi), adalah aktivitas yang
owner, yaitu pihak yang memiliki dan perhatian mengubah masukan menjadi keluaran
dengan masalah yang dihadapi. dalam institusi.
Kedua yaitu analisis sistem sosial, untuk 4) World view (cara pandang terhadap
melihat bagaimana sistem sosial secara terus realitas), yaitu pemahaman berbagai pihak
menerus mengalami perubahan di antara tentang makna yang mendalam dari situasi
ketiga elemennya, yakni aturan, norma dan permasalahan.
nilai. Ketiga yaitu analisis sistem politik, yang 5) Owners (pemilik), adalah pihak yang dapat
beranggapan bahwa setiap situasi yang dialami menghentikan aktivitas institusi.
manusia memiliki dimensi politis dan perlu 6) Environmental constraints (hambatan
dieksplorasi. Dalam analisis sistem politik ini, lingkungan), adalah hambatan dalam
politik dipandang sebagai proses di mana lingkungan system yang tidak dapat
terdapat perbedaan kepentingan yang harus dihindari.
diakomodasi. Informasi dari ketiga analisis ini
(analisis intervensi, analisis sistem sosial dan
analisis sistem politik) akan menghasilkan
informasi mengenai struktur baik fisik maupun
sosial dari proses perencanaan PPLH.
Berdasarkan kajian terhadap dokumen,
regulasi di bidang lingkungan hidup, menggali
persepsi SKPD tentang perannya dan
menganalisis pengaruh politik dalam proses
perencanaan, peneliti juga mengadakan diskusi
untuk menyimpulkan permasalahan
perencanaan PPLH dan menggambarkan dalam
bentuk Rich Picture, sebagai berikut:
b. Membuat Definisi Permasalahan dan
menentukan sistem aktivitas yang relevan
dengan situasi permasalahan
Proses pendefinisian sistem permasalahan
meliputi pemilihan sistem aktivitas manusia
(purposeful activity models) relevan yang ambil
bagian dalam tindakan bertujuan dari situasi
permasalahan. Sudut pandang yang berbeda-
beda harus dibuatkan definisi yang jelas
mengenai aktivitas tersebut sebagai root
definition. Root definition dibangun sebagai
suatu ekspresi dari aktivitas bertujuan sebagai
proses transformasi (T). [11]
Lebih lanjut root definition dinyatakan Gambar 3 Rich Picture Perencanaan PPLH
dengan spesifikasi yang lebih luas sehingga T
dapat dielaborasi dengan mendefinisikan Tiga konsep sistem aktivitas yang berhasil
elemen-elemen lain, membentuk CATWOE dibuat berdasarkan tiga permasalah utama
(customers, actors, transformation process, dalam perencanaan PPLH adalah sebagai
world view, owners, environmental constraints), berikut
pengertian unsur-unsurnya dijelaskan sebagai
berikut:

68
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mulyaningsih, et al.)

Tabel 1. Definisi Permasalahan Pengorganisasian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Komponen Sistem
Hasil Definisi Sistem Permasalahan I
Permasalahan
Sistem tata kerja atau organisasi yang compatible –dalam perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Q) untuk upaya
Root Definition
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan (R) melalui kesepakatan bersama yang berdasar hukum (P)
Analisis CATWOE
Seluruh Komponen Masyarakat:
- Masyarakat umum
Client/
- Pemerintah daerah
Customer (C)
- Dunia usaha (pemrakarsa usaha/kegiatan)
- LSM/ Aktivis Lingkungan Hidup/ kelompok masyarakat pecinta lingkungan
Para pihak yang berperan (stakeholder) dalam pelaksanaan perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu: Kep ala daerah, DPRD,
Actors (A)
Bappeda, KLH, SKPD terkait
Transformation
Mewujudkan wadah/bingkai organisasi yang mengakomodasi semua pihak, dalam kerangka kerjasama/kolaborasi yang efektif
Process (T)
World View (W) Terbentuk tata hubungan kerja yang jelas antarorganisasi (SKPD) yang terkait dalam Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup
Owners (O) Para pihak yang memegang kendali utama dalam perencanaan PPLH: Bappeda, Kantor Lingkungan hidup, SKPD terkait
Lingkungan sebagai parameter
Environmental
- Pemahaman terhadap tupoksi masing-masing SKPD terutama yang terkait dengan PPLH
Constraint (E)
- Komitmen yang rendah terhadap peran masing-masing dan kecenderungan adanya egosektoral
Purposeful Activity
1. Identifikasi tugas dan amanat dalam UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)PLH
2. Identifikasi isu-isu atau permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten KediriPPLH
3. Identifikasi kebijakan rencana program yang terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupD-SKPD terkait PPLH
4. Menyusun tujuan, sasaran dan strategi besama dalam upaya PPLHKPD
5. Membuat kesepakatan (MOU) kerangka kerjasama yang kongkrit dan terukur (pembagian peran SKPD dalam PPLH)PPLH
6. Identifikasi kriteria dan indikator kerjasama yang efektif (mempertimbangkan struktur, kapasitas, stamina dan komitmen)PLH
Membentuk wadah/organisasi/bentuk kerjasama yang efektif untuk mengkolaborasi stakeholder yang dikuatkan dengan dasar hukum y ang kuatterkait PPLH dan LSM
7.
lingkungan hidup
Membuat tolak ukur keberhasilan proses komunikasi, interaksi dalam wadah yang kompatible dengan kriteria 5E yaitu:
1. Efficacy yaitu menunjukkan keberhasilan transformasi (T): dihasilkan output tertentu
2. Effective yaitu pertimbangnan yang menunjukkan pencapaian transformasi yang dihasilkan dalam waktu tertentu
8. 3. Efficient yaitu penggunaan sumberdaya yang seminimal mungkin untuk mencapai transformasi yang diharapkan
4. Ethic yaitu pertimbangan dari segi kepantasan yaitu apakah sesuai dengan norma, nilai yang dianut atau dipegang oleh masyarakat dan sesuai dengan PUU yang
berlaku
5. Elegance yaitu tindakan yang diambil tidak sembarangan karena telah melalui proses perencanaan yang tepat.
9. Monitoring, Kontrol dan Evaluasi
Sumber: diolah dari hasil penelitian

Tabel 2. Definisi Permasalahan Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terpadu
Komponen Sistem
Hasil Definisi Sistem Permasalahan II
Permasalahan
Sistem kerja perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan efektif (Q) untuk mewujudkan lingkungan hidup yang
Root Definition
lestari (R) mengacu pada RPPLH yang komprehensif (P)
Analisis CATWOE
Seluruh Komponen Masyarakat:
- Masyarakat umum
Client/
- Pemerintah daerah
Customer (C)
- Dunia usaha (pemrakarsa usaha/kegiatan)
- LSM/ Aktivis Lingkungan Hidup/ kelompok masyarakat pecinta lingkungan
Actors Para pihak yang memegang kendali utama dalam perencanaan PPLH: Bappeda, Kantor Lingkungan hidup, SKPD terkait
Transformation Mewujudkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu agar tercipta lingkungan hidup yang lestari dalam kerangka
Process pembangunan yang berkelanjutan
World View Adanya konsep perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan amanat UUPPLH
Owners Para pihak yang memegang kendali utama dalam perencanaan PPLH: Bappeda, Kantor Lingkungan hidup dan SKPD terkait

Lingkungan sebagai parameter


- Political will Pimpinan Daerah
Environmental - Komitmen yang rendah terhadap peran masing-masing dan kecenderungan adanya egosectoral
Constraint - Kondisi alami lingkungan fisik Kabupaten kediri
- Peristiwa alam seperti Bencana alam
- Karakter sosial budaya masyarakat

Purposeful Activity
1. Menyamakan pemahaman konsep perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang akan dimasukkan dalam RPPLH
Membuat kesepakatan tentang substansi, prosedur, mekanisme dari komponen PPLH: Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeli haraan, Pengawasan, dan
2.
Penegakan hukum
3. Kesepakatan mekanisme partisipasi masyarakat
4. Memasukkan hasil kesepakatan dalam bentuk kebijakan rencana program tiap sektor
5. Menyusun perencanaan yang telah berpedoman dan memuat RPPLH
Membuat tolak ukur keberhasilan proses perencanaan PPLH yang terpadu dengan kriteria 5E yaitu:
1. Efficacy yaitu menunjukkan keberhasilan transformasi (T): dihasilkan output tertentu
2. Effective yaitu pertimbangnan yang menunjukkan pencapaian transformasi yang dihasilkan dalam waktu tertentu
6. 3. Efficient yaitu penggunaan sumberdaya yang seminimal mungkin untuk mencapai transformasi yang diharapkan
4. Ethic yaitu pertimbangan dari segi kepantasan yaitu apakah sesuai dengan norma, nilai yang dianut atau dipegang oleh masyarakat dan sesuai dengan PUU yang
berlaku
5. Elegance yaitu tindakan yang diambil tidak sembarangan karena telah melalui proses perencanaan yang tepat.
7. Monitoring, Kontrol dan Evaluasi
Sumber: diolah dari hasil penelitian

69
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup... (Mulyaningsih, et al.)

c. Membangun Model konseptual berdasarkan


definisi permasalahan;
Tahapan selanjutnya dalam SSM, adalah
membangun model konseptual (building
conceptual model), yaitu prosses transformasi
dari root definition. Model konseptual ini
dibangun menggunakan konsep sistem formal
(formal system concept) tentang permasalahan
yang dihadapi dan upaya pemecahannya
dengan menggunakan kerangka berpikir sistem
(other system thinking).
Berdasarkan definisi permasalahan (root
definition) yang dihasilkan, dihasilkan model
konseptual pada gambar 4 dan 5.

d. Rencana tindak dalam memperbaiki situasi


permasalahan perencanaan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Tahap selanjutnya dalam SSM adalah
membandingkan purposeful activity Models
yang disusun dengan persepsi atau cara
pandang para aktor yang terlibat dalam
perencanaan. Proses perbandingan tersebut
merupakan perbandingan antara situasi
permasalahan yang ada dan model tindakan
Gambar 4. Model Konseptual I:
bertujuan (purposeful activity Models) pada:
Pengorganisasian PPLH
sistem pertama, Pengorganisasian
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, sistem kedua, Konsep Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Terpadu
Konsep Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang Terpadu dan sistem
ketiga, Penyusunan dan Penetapan Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Dari proses perbandingan tersebut
dapat diketahui perbedaan diantara kedua
situasi, sehingga bisa ditemukan masukan atau
ide-ide perubahan untuk meningkatkan kualitas
dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
Dari proses perbandingan antara situasi
permasalahan yang ada dan model konseptual
yang dibuat, diketahuilah bahwa ada banyak
aktivitas dalam sistem yang dalam dunia nyata
atau realitasnya belum pernah dilaksanakan.
Sehingga, model konseptual dalam
perencanaan PPLH, sebaiknya bisa diuraikan
menjadi tindakan nyata, meskipun banyak
sekali faktor-faktor yang mungkin bisa
menghambat kerja model sistem tersebut,
termasuk pengaruh politik atau kurangnya
Gambar 5. keinginan (good will) dari pimpinan daerah
Model Konseptual II: Konsep PPLH Terpadu untuk memprioritaskannya dalam proses
pembangunan di daerah.

70
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mulyaningsih, et al.)

KESIMPULAN Daerah. PT.Gramedia Pustaka Utama.


Perencanaan PPLH di Kabupaten Kediri Jakarta.
berjalan prosedural dan formatif, kurang [7]. Henderson, Keith M, and Dwivedi,O.P,
menunjukkan substansi sektor lingkungan 1999. Bureaucracy and The Alternatives in
hidup, cenderung birokratif-administratif, serta World Perspective. Macmilland Press Ltd.
miskin teori dan metode. Permasalahan yang London.
melingkupi situasi perencanaan PPLH antara [8]. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
lain: sektor Lingkungan Hidup belum menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
prioritas pembangunan, lemahnya Kerjasama Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
dan Koordinasi antar SKPD terkait PPLH, Lingkungan Hidup. Jakarta.
lemahnya inventarisasi dan Pengelolaan Data, [9]. Cavana, Maani. 2000. Systems Thinking
kurangnya upaya edukasi dan sosialisasi serta Modelling. Pearson Education New
kurangnya partisipasi masyarakat dan dunia Zealand Limited. Auckland.
usaha. [10]. Checkland, Peter. 2000, Soft System
Berdasarkan tiga definisi permasalahan Methodology : A Thirty Year
yang dihasilkan, dibangunlah tiga model Retrospective, System Research and
konseptuan yaitu: Model Konseptual Behavioral Science. John Wiley & Sons Ltd.
Pengorganisasian Perlindungan dan New York.
Pengelolaan Lingkungan Hidup; Model [11]. Flood, Robert L. And Michael C. Jackson.
Konseptual Perlindungan dan Pengelolaan 1991. Creative Problem Solving: Total
Lingkungan Hidup yang Terpadu; dan Model Systems Intervention. John Willey and
Konseptual Penyusunan dan Penetapan Sons. New York.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Pembimbing: kepada narasumber dari
unsur Pemerintah Kabupaten Kediri yang
mendukung penelitian ini; Keluarga tercinta;
rekan-rekan TM XI dan semua pihak yang telah
berkontribusi membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Checkland, P. & Scholes, J. 1990. Soft
Systems Methodology in Action.
Chichester: John Wiley & Sons Ltd. New
York.
[2]. Raharja, sam’un Jaja. 2008. Analisis Soft
System Methodology (SSM) dalam
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Studi
pada Sungai Citarum Jawa barat.
Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia. Jakarta
[3]. Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar
Adminstrasi Pembangunan. PT. Pustaka
LP3ES Indonesia, Jakarta.
[4]. Faludi, Andreas. 1971. Planning Theory.
Pergamon. Oxford.
[5]. ----------------. 1988. Reader in Planning
Theory. Pergamon Press. Oxford.
[6]. Bratakusumah, Riyadi. 2004. Perencanaan
Pembangunan Daerah: Strategi Menggali
Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi

71

Anda mungkin juga menyukai