Anda di halaman 1dari 5

3.1.

Analisis Alat dan Bahan Difusi Gas-gas


Alat yang dugunkana dalam praktikum difusi gas-gas adalah termometer, water bath,
heater, mikroskop, tabung kapiler T, pompa, scale dan temperature controller. Termometer pada
percobaan ini digunakan untuk mengetahui apakah suhu didalam water bath sudah sama dengan
suhu yang telah ditentukan pada temperature controller. Water bath berfungsi sebagai wadah
fluida (air) berada. Kemudian heater digunakan untuk menaikkan suhu air dari suhu kamar ke
suhu yang diinginkan dan suhu tersebut akan dijaga tetap stabil oleh temperature controller.
Mikroskop dipasang didepan water bath untuk mengamati perubahan ketinggian yang terjadi
(dengan menyesuaikan meniscus yang terjadi) pada aseton didalam pipa kapiler T. Pada
miskroskop, juga terpasang scale yang digunkan untuk mengukur perubahan ketinggian aseton
yang disebabkan oleh difusi. Tabung kapiler digunakan sebagai wadah untuk menampung aseton
agar tidak tercampur dengan air pada water bath. Dan pompa, yang berfungsi untuk megalirkan
udara pada tabung pipa kapiler sehingga aseton dapat mengalami penguapan dan proses difusi
dapat terjadi, sehingga perubahan ketinggian dapat diamati.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air dan aseton. Air
digunakan sebagai media pemanas yang diletakkan didalam water bath. Pemanasan dilakukan
agar aseton dapat mengalami penguapan dan terjadi difusi gas-gas. Dan aseton digunakan
sebagai zat yang mengalami difusi. Dengan tekanan uap yang cukuo rendah yaitu 56℃ akan
mempermudah proses penguapan sehingga aseton dapat berdifusi ke udara.
3.2. Analisis Alat dan Bahan Difusi cair-cair
Alat yang digunakan dalam percobaan difusi cair-cair adalah tabung kapiler, magnetic
stirrer dan konduktometer. Tabung kapiler berfungsi sebagai wadah KCl untuk mendukung
terjadinya difusi. Saat pipa kapiler diletakkan pada tanki air, bagian membrane semipermeable
pada tabung kapiler tersebut harus sepenuhnya tertutup. Hal ini bertujuan untuk mencegah udara
masuk sehingga proses difusi KCl dalam air tidak dapat terjadi. Magnetic sttirer digunakan
sebagai pengaduk. Larutan diaduk agar larutan tercampur secara homogen dan nilai
konduktansinya adalah sama pada seluruh bagian dalam larutan. Dan konduktometer pada
percobaan ini digunakan untuk mengukur derajat ionisasi KCl yang berada dalam air. Dengan
konduktometer, nilai drajat ionisasi tersebut menunjuukan berapa banyak keberadaan konsentrasi
KCl dalam air.
Sedangan bahan yang digunakan dalam peraktikum ini adalah deionized water dan KCl.
Deionized water merupakan air yang bebas ion (telah dihilangkan ion-ion pengotornya). Hal ini
dilakukan adar ion K+ dan Cl- pada larutan dapat berpindah tanpa adanya hambatan dari ion-ion
lain sehingga larutan tidak mudah jenuh. Selain itu, ion- ion dalam air akan mengurangi
keakuratan data untuk difusi KCl ke air. Dan KCl digunakan sebagai bahan yang mengalami
difusi ke air. KCl merupakan senyawa elektrolit kuat, sehingga akan lebih mudah mengalami
ionisasi dalam air menjadi K+ dan Cl- dan nilai drajat ionisasinya dapat terukur dengan baik.
Selain itu, KCl merupakan senyawa polar sehingga dapat larut di dalam air dengan baik.
3.3. Analisis Percobaan Difusi Cair-cair
Langkah pertama dalam percobaan adalah menuangkan KCl ke dalam tabung kapiler
dengan cara memiringkan tabung kapiler. Saat larutan KCl dituangkan secara perlahan,
kemudian tabung tabung kapiler ditegakkan kembali hingga tabung kapiler terisi penuh. Hal ini
dilakukan untuk memastikan tidak ada gelebung udara yang terbentuk didalam taung kapiler
karena dapat menghambat proses difusi cair-cair. Lalu mengisi tankidengan deionized water
sebagai media terjadinya difusi KCl. Kemudia meletakkan tabung kapiler pada sel difusi dalam
tangki yang berisi deionized water, pastikan membrane semipermeable tabung kapiler terendam
agar tidak ada udara atau gelembung sehingga dapat terjadi difusi dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi (taung kapiler berisi KCl) ke rendah (wadah berisi deionized water).
Selanjutnya, menyalakan pengaduk untuk mengaduk larutan agar larutan dapat tercampur secara
homogen. Memasang konduktometer dan dimasukkan kedalam tanki untuk medapatkan nilai
derajat inonisasi KCl yang diukur setiap 3 menit. Melakukan variasi konsentrasi yaitu 1M, 3M
dan 5M yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju difusi yang terjadi.
3.4. Analisis Percobaan Difusi gas-gas
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini, diantaranya
adalah mengisi tabung kaplier T 35 mm dengan aseton pada jarak tertentu dari permukaan
tabung kapiler. Kemudian water bath dipanaskan hingga mencapai suhu yang diinginkan (40℃
dan 50℃). Water bath berfungsi sebagai media agar aseton mendapatkan panas yang stabil
sehingga dapat menguap dan berdifusi.Setelah suhu yang diinginkan tercapai, tabung kapiler T
yang berisis aseton dimasukkan kedalam water bath. Pada percobaan ini, tabung kapiler T diatur
agar berada di bawah permukaan air sehingga dapat diamati dengan mikroskop, tanpa perlunya
dilakukan pengisian ulang aseton akibat tidak teramati oleh mikroskop saat aseton mulai
menguap dan berdifusi. Perpindahan massa akan terjadi dari daerah yang berkonsentrasi tinggi
(aseton) ke daerah yang berkonsentrasi rendah (udara).
Pada bagian permukaan tabung kapiler di aliri udara dengan kecepatan rendah namun
tidak terlalu rendah untuk menghambat proses difusi. Pengaliran udara bertujuan untuk
membawa gas aseton yang berada di atas pipa kapiler keluar. Hal ini dilakukan agar difusi terjadi
secara kontinyu. Jika aliran udara terlalu cepat maka laju difusi akan terhambat oleh aliran udara
tersebut. Namun, apabila aliran udara terlalu lambat maka ion-ion gas aseton di atas tabung
kapiler yang telah menguap akan menumpuk dan menyebabkan sulit terjadinya difusi karena
terhalang gas-gas aseton yang menumpuk. Data yang didapatkan pada percobaan ini berupa
perubaha ketinggian permukaan aseton yang diamati setiap 3 menit. Dan dilakukan variasi suhu
yaitu 40℃ dan 50℃ yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dengan laju difusi pada
aseton.
3.5. Analisis Hasil Digusi gas-gas
Berdasarkan data percobaan yang didapatkan, perubahan ketinggian yang terjadi pada
aseton pada suhu 40℃ dan 50℃ tidak terlalu signifikan dan cenderum memiliki penurunan
ketinggian aseton hampir sama pada suhu yang berbeda. Namun, berdasarkan teori apabila suhu
yang digunakan lebih besar maka penguapan akan lebih cepat terjadi sehingga proses difusi pun
akan semakin cepat. Maka dari itu, perubahan pada penurunan ketinggian aseton yang terjadi
pada suhu yang lebih tinggi akan mengalami perubahan yang lebih besar dibandingkan dengan
suhu yang lebih rendah. Perubahan penurunan ketinggian yang tidak signifikan bias jadi
disebabkan oleh faktor tertentu yang akan dijelaskan pada analisis kesalahan. Dan dari
pengolahan data, didaptkan grafik sebagai berikt:

Grafik 3.1. L22-L02 vs waktu pada suhu 40℃ Grafik 3.2. L22-L02 vs waktu pada suhu 50℃

Berdasarkan garfik diatas, didaptkan slope untuk suhu 40℃, yaitu 0,0259 dan pada suhu 50℃
didapatkan nilai slop 0,0387. Semakin besar slope yang di dapatkan maka maka difusivitas
yang terjadi semakin besar sehingga laju difusi semakin cepat. Hal ini sesuai dengan teori
dimana semakin tinggi suhu maka laju difusi akan semakin cepat. Perbedaan slope ini
berdasarkan penurunan ketinggian yang terjadi pada proses difusi, Walupun perbedaan yang
tidak signifikan antara kedua suhu, namun pada waktu yang lebih lama penurunan ketinggian
pada suhu 50℃ lebih besar. Sehingga didaptakan slope yang lebih besar dari suhu yang lebih
tinggi.
3.6. Analisis hasil Difusi cair -cair
Berdasarkan data yang di dapatkan dari hasil percobaan, nilai konduktivitas semakin
meningkat seiring pertambahn waktu difusi. Hal ini disebabkan oleh proses transportasi pasif,
dimana molekul bergerak dari konsentrasi tinggi ke daerah yang lebih rendah. Selain itu,
semakin tinggi konsentrasi maka nilai konduktivitas yang didapatkan akan semakin besar. Hal
ini terjadi karena semakin besar perbedaan konsentrasi maka laju difusi akan semakin cepat,
sehingga dapat mempengaruhi nilai konduktivitas yang dihasilkan. Namun, pada awal waktu
difusi, KCl dengan konsentrasi 1M memiliki konduktivitas lebih besar dibandingkan dengan KCl
pada konsentrasi 3M. Walupun pada titik tertentu, nilai konduktivitas KCl pada konsentrasi 3M
meiliki nilai konduktivitas lebih besar di bandingkan dengan KCl 1M data yang diperoleh masih
kurang tepat dan akan dianalisis pada analisis kesalahan.
Grafik 3.3. waktu vs konduktansi
Sedangkan berdasarkan grafik diatas, semakin besar konsentrasi KCl maka semakin besar slope
yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini karena perbedaan konsentrasi mempengaruhi nilai
difusivitas yang terjadi, Nilai slope yang positif menunjukkan bahwa seiring dengan penambahan
waktu maka jumlah KCl dalam air semakin bertambah. Sehingga, semakin banyak konsentrasi
KCl di dalam air (deionized water) maka semakin banyak KCl yang mengalami ionisasi menjadi
K+ dan Cl- dan nilai konduktivitas yang dihasilkan akan semakin besar. Berdasarkan literatur,
nilai difusi akan meningkat seiring dengan meningkatnya perbedaan konsentrasi. Hal ini
dibuktikan dengan hasil DAB percobaan dimana nilai DAB pada konsentrasi yang lebih tinggi akan
lebih besar. Namun, pada konsentrasi 5M nilai DAB lebih kecil dibangkingkan dengan
konsentrasi 3M. Dan pada konsentrasi 1M dan 3M nilai DAB sudah sesuai dengan teori yag ada.

3.5. Analisis Kesalahan


Pada percobaan difusi gas-gas, kesalah yang terjadi pada penurunan ketinggian aseton
saat terjadi penguapan untuk berdifusi. Hal ini disebakan oleh praktikan yang tidak
memperhatikan laju udara sehingga mempengaruhi laju difusi yang terjadi. Pada percobaan
difusi gas-gas diperoleh % error berturut-turut pada suhu 40℃ dan 50℃, yaitu 10,33 dan 15,5%.
Kemudian pada percobaan difusi cair-cair, diperoleh data yang tidak sesuai dengan teori.
Dimana, nilai konduktivitas pada konsentrasi 3M lebih kecil dari 1M pada awal proses difusi.
Hal ini mungkin disebabkan pada saat mengisi tabung kapiler dengan KCl masih terdapat
gelembung sehingga mempengaruhi laju difusi dan mengakibatkan konsentrasi KCl yang
terionisasi tidak sebanyak yang seharusnya. Dan nilai DAB yang tidak sesuai pada konsetrasi KCl
5M lebih kecil dibandingkan konsentrasi 3M. Hal ini mungkin disebabkan akibat kesalahn
pertama yang berujung pada data yang tidak sesuai secara teori dan mempengaruhi hasil
pengolahan data. Pada percobaan difusi cair-cair % error yang didaptkan berturut-turut pada
konsentrasi 1M, 3M dan 5M yaitu 80,1%, 6,85% dan 39,37%.

Anda mungkin juga menyukai