DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Penyusun (kelompok 2)
ii
DAFTAR ISI
2.1 Manajemen……………………………………………..……………………..7
2.2.1 Definisi………………………………………………………………...8
2.3.1 Definisi………………………………………………………………..10
2.3.2 Tujuan………………………………………………………………....11
iii
2.5 Pasien safety...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sebagai kegiatan melakukan pengendalian (kontrolling), memelihara atau
memimpin. Kata “management” dijerjemahkan ke dalam bahasa indonesia
dengan manajemen, mengelola, mengurus dan mengatur. (Mamik,2015)
Mary Parker Follet dalam Mamik (2015) mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricki W Gripin
dalam Mamik (2015) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses
dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan(Marquis dan Huston, 2010).Suyanto (2009) menyatakan
bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan
kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.Fungsi manajemen
keperawatan menurut Marquis dan Huston (2010) sebagai berikut:
Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, kebijaksanaan,
prosedur, dan peraturan ; termasuk perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang ; menentukan tindakan fiskal ; dan mengelola perubahan
terencana. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan
untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam
organisasi dan menggunakan Universitas Sumatera Utara kekuatan serta
otoritas dengan tepat. Ketenagaan: meliputi merekrut, mewawancarai,
mengontrak, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf,
sosialisasi staf dan pembentukan tim. Pengarahan: mencangkup tanggung
jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk
2
semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan
memfasilitasi kolaborasi dan. Pengawasan/pengendalian meliputi penilaian
kinerja, tanggung gugat fiskal, pengawasan mutu, pengawasan hukum dan
etika, dan pengawasan hubungan profesional dan kolegial.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat
maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu
keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008).
Pelayanan kesehatan merupakan derajat terpenuhinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang diberikan
sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya
secara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah
dan masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan memuaskan
pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik. Menurut Purnomo
(2011) menerangkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
dengan standar profesi dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang
ada secara baik, sehingga semua kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal dapat tercapai.
Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengertahuan serta kurangnya kemauan menuju
kepada kemampuan melaksankan kegiatan hidup sehari hari secara
mandiri.Pelayanan keperawatan professional berfokus pada berbagai
kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien melalui intervensi keperawatan
yang berlandaskan kiat dan ilmu keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan
bagi pelayanan kesehatan. Setiap pelayanan kesehatan di wajibkan untuk
memenuhi standar operasional serta pelayanan yang optimal. Pelayanan
tersebut ialah sebagai bentuk akuntabilitas setiap rumah sakit agar mampu
3
bersaing di era globalisasi yang terus berkembang ini. Sesuai Undang-
undang Rumah Sakit No.44 tahun 2009 menyatakan bahwasanya rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pelayanan rawat inap menjadi salah satu jenis pelayanan yang ada
di rumah sakit yang perlu aspek penilaian atas pemberian pelayanan
keperawatan yang berkualitas. Pelayanan rawat inap untuk membantu
menangani persoalan yang mengenai dengan masalah kesehatan. Rawat
inap yaitu dimana orang sakit dirawat oleh perawat, penderita yang harus
tinggal di suatu tempat untuk dipelihara atau dijaga. Pelayanan rawat inap,
pasien memperolah pelayanan kesehatan yang berlangsung lebih dari 24
jam. Selama perawatan di ruang rawat inap, pasien akan memperoleh jasa
pelayanan berupa pemeriksaan, dilakukan diagnosa penyakitnya, diberikan
pengobatan atau tindakan, asuhan keperawatan, dievaluasi kondisinya dan
akhirnya pasien diperbolehkan keluar dari rumah sakit (sembuh, cacat,
meninggal, dirujuk). Ruang rawat inap merupakan tempat yang paling
lama bagi pasien untuk tinggal dibandingkan unit-unit lainnya. Disinilah
harapan serta keyakinan pasien akan memperoleh pelayanan yang sebaik-
baiknya, sedang rumah sakit berusaha semaksimal mungkin dapat
memberikan pelayanan sesuai harapan pasien (Setya, 2017).
Rumah sakit dalam pendekatannya banyak menggunakan kajian
SWOT. Hal tersebut digunakan untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan
pada Rumah Sakit tersebut. Analisis SWOT telah menjadi salah satu alat
yang berguna dalam dunia kesehatan. Proses penggunaan Swot adalah
metode perencanaan yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strangeths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan
ancaman (threats). (Nusalam,2016)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi berada di
Kecamatan Cibadak yang dikelola oleh Kabupaten Sukabumi. Ruang
rawat inap Fatmawati 1 merupakan salah satu bagian dari instalansi rawat
4
inap di RSUD Sekarwangi. Pelayanan tersebut diberikan selama 24 jam
secara terus menerus, baik hari kerja, hari libur, hari besar. Ruangan
Fatmawati 1 RSUD Sekarwangi berada dilantai I. Ruang Fatmawati
merupakan ruangan khusus perawatan paru dan sistem pernafasan
sehingga memiliki manajemen yang khusus dalam penanganan penyakit
paru.
1.1 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikut kegiatan praktik ini diharapkan mampu melakukan
pengelolaan manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan
secara komprehensif sesuai dengan konsep dan langkah-langkah
manajemen keperawatan.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan praktik ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan di ruangan
Fatmawati 1 dengan 5 M
b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses
pemberian pelayanan keperawatan diruangan
c. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-
masalah yang ditemukan
d. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi
masalah yang ditemukan
e. Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung)
dibawah supervisi penanggung jawab
f. Memberikan pengarahan organisasional pada kelompok
kerja, melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program.
g. Mengimplementasikan model pengorganisasian
pelayanan keperawatan.
5
1.2 MANFAAT
1.3.1 BAGI RUMAH SAKIT
Membantu meningkatkan kualitas manajemen instalasi rawat inap
RSUD Sekarwangi ruang Fatmawati lantai 1 untuk dapat mencapai
tujuan organisasi dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat
yang paripurna dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga
kesehatan, penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan klinis dan
perawatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana didalam manajemen
tersebut mencangkup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. (Nursalam,2015).
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai. Tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain.
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana ditetapkan dengan seefisien mungkin (Nursalam,2015).
Secara garis besar konsep manajemen terbagi menjadi beberapa
pengertian diantaranya sebagai berikut :
1. Konsep kualitas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualiatas yang mampu
memasuki pasar, dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan
pelangggan.
2. Konsep Manajemen
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua personil
bertugas malaksanakan manajemen menggunakan fakta.
3. Konsep proses
Dalam konsep proses siapapun yang akan melakukan tindak lanjut
rangkaian tindakan, harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan.
Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat
dihindari.
7
4. Konsep Standarisasi
Dalam konsep ini semua melaksanakan pekerjaan berpangkal pada standar,
seperti standar prosedur, kualitas dan kompetensi.
5. Konsep homan respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk
menumbuhkan motivasi.
6. Konsep quality assurance
Dalam konsep ini keikutsertaan pegawai tercermin dari kegiatan dalam
gugus kendali mutu ( quality circle)
8
Manajemen keperawatan dalam rumah sakit adalah tindakan perawat
yang meliputi penanganan administratif pasien seperti pengurusan pasien saat
masuk ke rumah sakit, pengisian dokumen catatan medik dan membuat
penjadwalan proses pemeriksaan dan pengobatan pasien. Selain itu dalam
manajemen keperawatan, seorang perawat membuat penggolongan pasien
sesuai dengan berat atau ringannya penyakit dan kemudian mengatur pekerjaan
perawat secara optimal sekaligus memonitor mutu pelayanan kepada pasien
serta melakukan manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan yang
meliputi staffing, schedulling, assigment dan budgeting (Adhitama, 2010).
9
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. (Kuncoro&Agus, 2010 ).
Menurut penelitian Bijudin & Rompas 2017 Manajemen asuhan
keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep
manajemen secara umum didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Peningkatan mutu pelayanan adalah
derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan
kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan/ keperawatan sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal. Dari hasil penelitian di dapatkan jumlah responden saat
pre test menyatakan kualitas pelayanan keperawatan baik sebanyak 10 responden
(62,5%) dan post test sebanyak 16 responden (100%) dan didapatkan nilai (p)=
0,014. Kesimpulan ini menunjukkan ada pengaruh manajemen terhadap kualitas
pelayanan keperawatan.
2.3.1 Definisi
10
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu
metode pelayanan keperawatan yang sistematis, terstruktur dan memiliki
proses serta nilai-nilai profesionalisme yang memungkinkan perawat
profesional memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Sitorus,
2017). Model Praktik Keperawatan Profesional adalah bentuk dari pemberian
asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme atau
pelayanan prima keperawatan yang dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan di rumah sakit. Untuk mengimplementasikan manajemen
keperawatan yang optimal, diperlukan suatu metode pelaksanaan yang tepat
sasaran, dapat diaplikasikan dan memberikan hasil yang dapat dipertanggung
jawabkan. Saat ini metode manajemen keperawatan mengarah kepada metode
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
2.3.2 Tujuan
Model keperawatan Nursalam,2015 ini diyakini dapat menjadi salah satu
upaya untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas, yang bertujuan :
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
b. Pemanfaatan ketenagaan keperawatan dalam upaya menuju layanan
yang profesional.
c. Sebagai lahan praktik untuk proses belajar bagi mahasiswa keperawatan,
karena mereka dapat melihat secara jelas bagaimana sistem pemberian
asuhan keperawatan yang profesional.
d. Sebagai sistem penunjang bagi program pendidikan ners spesialis
keperawatan, karena pada MPKP seorang PP atau CCM dapat
mempelajari kasus-kasus secara komprehensif.
e. Sebagai lingkungan yang kondusif untuk melakukan penelitian
keperawatan, karena pada MPKP dapat difasilitasi uji coba berbagai lmu
dan teori keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
11
2.3.3 Karakteristik MPKP
1) Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
2) Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang
memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga
tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung
jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masingmasing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan.
3) Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena
berdasarkan hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan
sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup ebutuhan
dasar manusia. Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatan
primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang disebut
perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical
Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam
memberikan asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran
Ners spesialis pada masa yang akan datang.
a. Tahap Persiapan
Menurut (Nursalam,2015) Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada
beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:
1) Pembentukan Tim Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit
yang digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa
12
keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi
yang berkaitan sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi
antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa
terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan.
2) Rancangan Penilaian Mutu Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi
kepuasan klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi
noksomial.
3) Presentasi MPKP Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan
hasil penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,
staf keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga,
sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan
dilaksanakan.
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat
implementasi MPKP, antara lain Nursalam,2015 :
- Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut.
Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan
mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
- Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri
dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan
sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
didahului dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-
turut.
13
c) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian,
dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi :
- Kepala ruang rawat
- Clinical care manager
- Perawat primer
- Perawat asosiate
d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk
mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia
lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan
klien. Adanya standar rencana asuhan keperawatan menunjukan
asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan konsep dan teori
keperawatan yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik
pelayanan profesional. Format standar rencana asuhan keperawatan
yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan
keperawatan: diagnosa keperawatan dan data penunjang, tujuan,
tindakan keperawatan dan kolom keterangan.
e) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan Selain standar rencana
asuhan keperawatan, format dokumentasi keperawatan lain yang
diperlukan adalah :
- Format pengkajian awal keperawatan
- Format implementasi tindakan keperawatan
- Format catatan perkembangan
- Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
- Format laporan pergantian shif
- Resume perawatan.
14
f) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun
fasilitas tambahan yang di perlukan adalah Nursalam,2015 :
- Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan
kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut.
Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
- Papan MPKP Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA,
dan timnya serta dokter yang merawat klien.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Nursalam,2015):
1. Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar
3. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan perawat asosiate (PA). Ronde keperawatan bersama
dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini penting
selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk
memperoleh tambahan data tentang kondisi klien Nursalam,2015.
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan. Standar rencana asuhan keperawatan merupakan
acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Semua
masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut
15
5. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga. Kontrak antara perawat dan klien/keuarga
merupakan kesepakatan antara perawat dan klien/keluarganya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan
saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali
dengan pemberian orientasi bagi klien dan keluarganya.
6. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim. PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-
kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih
mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam.
7. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA. Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam
melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara
berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku
komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM
terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur
gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah
ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak
diperlukan lagi
8. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat
kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat
menjadi penting.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrument
evaluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali
dalam seminggu.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini masalah-
masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan.
Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan :
16
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat (Nursalam,2015).
17
2.3.5 Pilar MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional menurut Nursalam,2015 bentuk
dari pemberian asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai
profesionalisme dan memiliki empat pilar yaitu :
a. Pendekatan manajemen (management approach)
b. Kompensasi dan penghargaan (Compensatory reward)
c. Hubungan profesional (Professional relationship)
d. Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient care delivery)
18
10) Bila ketua tim cuti, tugas dan tanggung jawab ketua tim dapat
didelegasikan kepada anggota tim yang lebih senior (wakil ketua tim
pemula yang ditunjuk)
11) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan di ruangan
12) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang
ada di ruangan, membuat DP3, dan usulan kenaikan pangkat
13) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan
14) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan
15) Membuat peta resiko di ruang rawat
19
keperawatan. Bila PP hanya di dampingi oleh satu orang PA pada satu
tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah
sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab
PA. Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk
membimbing dan membantu PA di bawah tanggung jawabnya dalam
memberikan asuhan keperawatan
6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakukan
tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOAP
7) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
8) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
9) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan
dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
10) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
11) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya
bersama PA
12) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila
PP tidak ada, visite di dampingi oleh PA sesuai timnya
13) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
14) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi keperawatan klien
15) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah
ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat
16) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga
17) Membuat perencanaan pulang
20
3. Perawat asosiet (PA) dalam (Nursalam 2015)
1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
2. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP
3. Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi
berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di
tempat
4. Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
6. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat
7. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
8. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
9. Mengomunikasikan kepada PP pada saat dinas bila menemukan
masalah yang perlu di selesaikan
10. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
11. Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
klien/keluarga yang dilakukan oleh PP
12. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
13. Membantu tim lain yang membutuhkan
14. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP
21
Kasus Setiap pasien dilimpahkan kepada semua perawat yang
melayani sehingga diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau khusus.
Tim metode ini menggunakan anggota yang terdiri atas anggota yang
berbeda – beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien.
Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
2.4 Konsep 5 M
Kepala Ruangan
AnggotaTIm AnggotaTIm
d) Kebutuhan Tenaga
Metode Douglas
Douglas dalam Nursalam,2015 menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien
22
dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standard per siftnya,
yaitu sebagai berikut :
Dst
23
Metode Gilles
Metode gilles dalam (Nursalam 2015)
1) Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
a). Keperawatan Langsung
Keperawatan Mandiri 4 orang pasien 20 x 2 jam = 40 jam
Keperawatan Sebagian 15 orang pasien 5 x 3 jam = 15 Jam
Keperawatan Total 6 orang pasien 5 x 6 jam = 30 Jam
Jumlah Total 85 Jam.
b). Keperawatan tidak langsung 30 pasien x 1 jam = 30 jam
c). penyuluhan kesehatan 30 pasien x 0,25 jam = 7,5 jam
Total jam secara keseluruhan adalah 122,5 jam
1. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang di butuhkan pasien
per hari adalah 122,5 jam = 30 pasien = 4 jam
2. Menentukan jumlah tenaga keperawatan
4 / pasien/hari x 30 pasien/harix 265 hari 43800
= =220 rang
( 365 hari−76 )> 7 jam 2030
20% x 20 = 4 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 22+4 = 26
orang/hari.
3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan per hari, yaitu :
30Orang x 4 Jam
=17 orang
7 Jam
4. Menentukan jumlah tenag keperawatan yang dibutuhkan persif,
yaitu
Dengan ketentuan menurut Easler (Swansburg dalam Nursallam
2015) :
a). Shif Pagi 47% = 7,9 orang (8 orang)
b). Shif Sore 36 % = 6,1 orang (6 orang)
c). Shif Malam 17% = 2,9 orang (3 orang)
5. Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah :
24
a). 55% = 14,3 (14 orang) tenaga professional
b). 45 % = 11, 7 (12 orang) tenaga nonprofesional
25
Perencanaan.
Pengorganisasian.
Pengarahan.
Pengawasan.
B. Timbang terima
1. Persiapan (Pra)
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.
Semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien baru masuk dan pasien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi.
Semua sarana prasarana terkait pelayanan keperawatan dilaporkan dan
dioperkan.
2. Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien.
Kedua kelompok dinas sudah siap.
Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
Kepala ruang membuka acara timbang terima.
Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang terima kepada
perawat berikutnya.
Perawat sif dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan validasi.
Melakukan validasi keliling ke bed pasien.
3. Pasca.
Diskusi/klarifikasi.
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung tanda tangan
pergantian shif serta penyerahan laporan.
Ditutup oleh kepala ruangan.
26
C. Ronde keperawatan dalam (Nursalam 2015)
1. Persiapan (Pra).
Menentukan kasus dan topik.
Menentukan tim ronde.
Mencari sumber atau literatur.
Mempersiapkan pasien: informed consent.
Membuat proposal (Studi Kasus/resume keperawatan).
2. Pelaksanaan.
Penjelasan/penyajian tentang pasien oleh perawat yang mengelola
pasien.
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
Ke bed pasien, perawat lain/konselor/tim kesehatan lainnya melakukan
pemeriksaan/validasi dengan cara observasi; membaca status/dokumen
lainnya; dan menayanyakan.
3. Pasca di nurse station.
Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data, masalah pasien,
rencana, tindakan yang akan dilakukan dan kriteria evaluasi.
Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan keperawatan
selanjutnya oleh Kepala Ruang/pimpinan ronde.
2. Pemberian obat.
27
Perhatikan 6 tepat(pasien, obat, dosis, cara, waktu, dokumentasi) dan 1W
(Waspada/monitoring).
3. Penyimpanan
Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu
persediaan.
Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral dan
obat luar.
E. Penerimaan pasien baru dalam (Nursalam 2015)
1. Persiapan.
2. Pelaksanaan.
Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatn lain.
Peraturan rumah sakit.
Penyakit termasuk sentralisasi obat.
3. Penandatanganan penjelasan.
28
1. Prasupervisi.
Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap kinerja dari tim
(ketua dan anggota) dan atau Perawat Primer dalam melaksanakan
ASKEP
2. Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung jawab, kemampuan,
dan kepatuhan dalam menjalankan delegasi
3. Pascasupervisi-3F:
penilaian (fair),
feedback dan klarifikasi,
reinforcement dan follow up perbaikan.
Dokumentasi Format model dokumentasi yang digunakan
(pengkajian dan catatan asuhan keperawatan).
Pengisian dokumentasi
29
b. Average Length of Stay (AVLOS)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6 - 9 hari
Rumus :
Rumus :
( Jumlah Tempat Tidur x Periode )−Hari Perawatan
jumlah pasien keluar ( hidup+mati )
30
Jumlah pasienkeluar (hidup +mati)
Jumlah Tempat Tidur
Rumus :
Rumus :
Jumlah pasienmati
x 1000
Jumlah pasienkeluar (hidup +mati )
31
2.5 Patien Safety
1. Patient safety (medication error, flebitis, dicubitus, jatuh, restrains, injuri,
ILO, INOS).
Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI
Acredition, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.
32
c) Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-alert medications)
Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur
identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat
yang perlu diwaspadai.
Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila
diperkenankan kebijakan.
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien
diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang
membatasi akses (restrict access).
d) Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi.
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda.
Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum
induksi);“sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum
meninggalkan kamar operasi).
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien.
33
e) Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara
umum (antara lain dari WHO Patient Safety).
Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
f) Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh
dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak disengaja.
Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan
dari risiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.
2.6 Kepuasaan
Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi
harapannya. Jadi kepuasan pelanggan adalah hasil dari akumulasi konsumen atau
pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa (Nursalam,2015).
a. Product Quality
Bagaimana konsumen akan merasa puas atau barang yang digunakan
b. Service Quality
Komsuemen puas dengan jasa yang telah dikonsumsinya
34
c. Emotional Faktor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan
dibandingkan pesaing.
d. Price
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan konsumen.
e. Cost of Aquaring
Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa
35
BAB III
36
3. Luas bangunan
Dari area 5 Ha dimanfaatkan sekitar dengan pembangunan gedung perawat
dan sarana lainnya seluas ± 19.983 m2, dengan jumlah bangunan saat ini
29 gedung.
4. Status kelas
37
Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, aman dan
terjangkau
2. Meningkatkan SDM baik kualitas maupun kuantitas yang professional
3. Meningkatkan Sarana Prasarana Rumah Sakit
4. Menjalin kerjasama (kemitraan) dengan pihak – pihak pengguna jasa
pelayanan kesehatan.
Motto
Kepuasan Anda adalah Kebahagiaan Kami
Misi
1. Memberikan pelayanan keperawatan berbasis promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
2. Meningkatkan kualitas tenaga keperawatan yang memiliki
pengetahuan,
keterampilan dan bermoral tinggi
3. Melaksanakan tata kelola ruangan yang baik dan benar
Motto
Paru sehat bersama kami
38
3.2 PENGKAJIAN 5 M
1. Man
1. Struktur organisasi
39
2. Pendidikan
PENDIDIKAN PERAWAT
RUANG FATMAWATI LT. 1
9 M. Gauzia, Am.Kep D3 L
12 Suci Nurrahmayanti, D3 P
Am.Kep
13 M. Ilham, Am.Kep D3 L
3. Pembagian Tugas
Berdasarkan hasil observasi didapatkan sebagai berikut :
a. Dinas pagi
Kegiatan yang dilakukan operan dinas pemenuhan KDM Pasien
sesuai dengan Kasus pasien Observasi Pasien melaksanakan
40
kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait memberikan terapi sesuai
intruksi dokter pendokumentasian asuhan keperawatan dilanjutkan
membuat laporan.
b. Dinas Sore
Dinas sore selain melakukan tindakan kolaboratif, observasi, terapi,
waktu juga diisi dengan mengisi pendokumentasian buku /status pasien,
membuat laporan dan istirahat dan operan dinas.
c. Dinas malam
Operan dinas tindakan memberi terapi observasi mengecek
buku/status pasien mengecheck buku/ status pasien
pendokumentasian selanjutnya perawat standby di nursing station
istirahat secara bergantian observasi mengecek keadaan pasien
membuat laporan operan dinas.
4. Jumlah Ketenagaan
Jumlah total perawat 15 orang dengan pengaturan jadwal dinas
proporsional dalam setiap shift (pagi, siang, malam), yang terdiri dari 2 tim
masing – masing tim memenang 2 – 3 ruangan
5. Beban Kerja
Untuk pasien di Ruang Fatmawati Lantai I rata-rata membuhkan perawatan
parcial
artinya kebutuhan sebagian sehari-hari bisa dilaksanakan sendiri, dan
sebagian dibantu oleh perawat atau pun keluarga.
41
6. Komunikasi
a. Hubungan Perawat – Klien
Interaksi perawat klien terjadi saat perawat melakukan tindakan
keperawatan langsung, saat perawat memenuhi kebutuhan KDM klien
seperti pemenuhan kebutuhan eliminasi, cairan, serta obat-obatan, serta
tindakan klinis seperti memasang infus, menyuntikan obat dan
sebagainya. Interaksi juga terjadi ketika perawat melakukan operan dinas
serta observasi.
b. Hubungan antar Perawat
Dari hasil pengamatan proses komunikasi berjalan baik komunikasi
berjalan 2 arah, pengambilan keputusan diambil dengan cara
musyawarah, jika dalam keadaan insidentil misalnya ada perawat yang
tiba-tiba tidak bisa melaksanakan dinas, keputusan diambil oleh kepala
ruangan, dan tugas dibagi oleh kepala shift/penanggung jawab. Serah
terima/ operan dinas dilakukan secara langsung setiap pergantian dinas.
c. Hubungan Perawat dengan Tim Medis
Komunikasi dengan dokter bersifat sosial, delegatif dan kolaboratif.
Berdasarkan hasil wawancara kepada perawat, komunikasi lebih banyak
bersifat delegatif yang tertulis pada status, melalui media sosial dan
komunikasi bersifat sosial.
d. Hubungan Perawat dengan Tim Gizi
Dari hasil wawancara, komunikasi antara perawat dengan tim gizi lebih
banyak berkaitan dengan perubahan diet untuk pasien. Komunikasi
terjadi 2 arah untuk memastikan diet yang diberikan pada klien .hasilnya
di tulis dalam asuhan keperawatan klien yang bersangkutan.
e. Hubungan Perawat dengan Petugas Laboratorium
Hasil observasi, komunikasi perawat dengan petugas laboratorium
terbatas pada saat pengambilan sample darah, hasil laboratorium sudah
ada di terkomputerisasi RS sehingga tidak perlu mengambil atau
mengantarkan nya.
f. Hubungan Perawat dengan Petugas Farmasi
42
Komunikasi perawat dengan petugas farmasi hanya terbatas jika perawat
mengambil obat/alkes (BHP) untuk klien.
g. Hubungan Perawat dengan Mahasiswa
Hasil observasi dan wawancara hubungan perawat dengan mahasiswa
sangat terjalin dengan baik/bina trust, baik saat penerimaan, orientasi,
bimbingan maupun dalam aktivitas sehari-hari manager kasus Fatmawati
I dan staf sangat welcome terbukti dengan memberi banyak masukan
dalam melaksanakan target stase.
7. Pasien
Tingkat Ketergantungan untuk pasien di Fatmawati I termasuk
parcial artinya kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,
semua dibantu oleh perawat dan keluarga
Di Ruang rawat dengan 26 orang klien, dimana 6 orang dengan
ketergantungan minimal, 12orang dengan ketergantungan parsial dan 8
orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 6 = 1,02 0.27 x 12 = 0.36 x 8 = 7,14 (7)
3,24 2.88 orang
Sore 0.14 x 6 = 0,84 0.15 x 12 = 0.30 x 8 = 2.4 5,04 (5)
1,8 orang
Malam 0.07 x 6 = 0.42 0.10 x 12= 1,2 0.20x 8 = 1.6 3,22 (3)
orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 15
Orang
43
Pasien baru diterima oleh perawat yang bertugas di ruangan fatmawati.
Prosedur penerimaan pasien baru diawali dengan penerimaan informasi
(pemberitahuan) dari IGD ataupun poliklinik. Kemudian perawat ruangan akan
mempersiapkan ruangan dan tempat tidur untuk pasien baru. Penentuan
ruangan berdasarkan jenis penyakit apakah pasien tersebut harus di isolasi apa
tidak.
Saat pasien masuk ke ruangan, perawat akan menerima pasien dari petugas
IGD berikut dengan status pasien, ringkasan pada waktu pasien masuk,
pengkajian pasien diinstalasi. Setiap pasien baru memiliki hak dan kewajiban
yang berlaku di ruangan fatmawati.
2. Metode
a) Penerapan model MAKP di ruang Fatmawati lantai I RSUD Sekarwangi
dilaksanakan dengan menggunakan metoda Tim, Belum adanya falsafah
ruangan.
b) Prosedur timbang terima dilakukan pada setiap shift jaga.
c) MAKP dengan menggunakan metode manager tim
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan
keperawatan.
44
e) Ronde keperawatan yang sesuai dengan standar belum pernah dilakukan.
f) Discharge planning dilaksanakan pada pasien saat pulang,
g) Dokumentasi keperawatan yang berlaku saat ini adalah berorientasi pada
diagnosa medis. Pendokumentasian keperawatan yang meliputi pengkajian
keperawatan, NCP (Nursing Care Plan), implementasi keperawatan,
catatan perkembangan dan evaluasi keperawatan. Dokumentasi sudah
menggunakan system SIMRS yang terhubung melalui komputer di
ruangan.
3. Material
a) Sarana dan prasarana petugas Kesehatan
Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas ruang tindakan, ruang
penyimpanan dan menyiapkan obat, terdapat WC khusus petugas kesehatan,
ruang peenyimpanan alat tenun, meja tulis, nurse station dan kursi sudah
tersedia bagi petugas kesehatan. Sudah tersedianya komputer untuk melihat
data pasien dan dokumentasi perawat lainnya seperti SOP dan lain-lain.
Untuk fasilitas petugas kesehatan di ruang Fatmawati masih ada ruangan-
ruangan yang belum ada diantaranya, ruang kepala ruangan, ruang alat tenun
kotor serta ruang untuk mahasiswa.
b) Sarana dan prasarana untuk pasien
Daftar fasilitas untuk pasien ruang Fatmawati RSUD Sekarwangi :
45
PELAYANAN 1. Ruang rawat terdiri dari :
Pertama masuk ruang Fatmawati 1 terdapat nursing station
Fisik
Di samping kiri nursing station terdapat ruang tindakan
Ruangan dokter
Ruang zaitun 1 terdiri dari 5 kamar, yaitu ruang Intermedit,
ruang A,B,C dan Isolasi
ditunjang dengan fasilitas nurse center, trolly untuk
tindakan, lemari peralatan, EKG, timbangan, stetoskop.
ruang untuk dokter dan peralatan-peralatan penunjang
ruangan non bedah. .
Tempat sholat.
Kamar mandi
46
Kursi roda 1 buah
Tempat tidur 29 buah
4. Money
1. Adanya tunjangan hari raya yang nilainya sesuai dengan kebijakan dari
Rumah Sakit.
2. Pembagian gaji untuk karyawan tetap diberikan setiap awal bulan.
3. Tidak ada anggaran biaya keseluruhan pendidikan bagi karyawan untuk
melanjutkan pendidikan.
4. Adanya pelaporan rutin bagian keuangan kepada pimpinan/direktur.
5. Tidak adanya program insentif bagi karyawan setiap bulan.
6. Pembayaran dengan menggunakan umum, JKD, BPJS.
7. Adanya koperasi rumah sakit untuk karyawan.
5. Marketing
a. Bed Ocupancy Rate (BOR)
1463
x 100 %
29 x 92
1463
x 100 %
2668
= 0, 54 x 100 % = 54 %
47
1463
¿ =3,52=3−4 hari
415
29 x 92−1721
415
2668−1721
415
947
=2,28=2−3 hari
415
415
=14,3=14 kali
29
18
¿ x 1000=43,37=43
415
48
f. Gross Death Rate(GDR)
Rumus :
Jumlah pasienmati
x 1000
Jumlah pasienkeluar (hidup +mati )
26
x 1000=62,65=62
415
a. 10 kasus terbanyak
1. Respiratory Tuberculosis, bacteriologically and histologically
confirmed
2. Pneumonia
3. Effusi pleura
4. Tuberculosis of lung, confirmed histologically
5. Haemoptysis
6. Astma
7. Tuberculosis of lunfconfirmed by sputum microscopy with or
without culture
8. Astma, unspecified
9. Chronic obstructive pulmonary diasese
10. Pneumonia, unspecified
49
secara umum menyatakan bahwa pelayanan perawat di
Ruang fatmawati kategori puas yaitu sebanyak 14 orang
(76−100%). Sebanyak 6 orang (56−75%) menyatakan
pelayanan perawat cukup puas.
.
2) Tingkat kepuasan perawat
Berikut adalah hasil tingkat kepuasan perawat terhadap
hasil kinerja selama menjadi perawat di RSUD Sekarwangi.
Dari total 14 perawat yang yang menjadi responden, 2
diantaranya (11,11%) menyatakan sikap puas, 7 responden
(66,67%) menyatakan cukup puas dan 5 responden
(22,22%) menyatakan kurang puas. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja di
ruang fatmawati adalah cukup puas.
1. Identifikasi Masalah
ANALISA DATA
Analisis Data Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan di Ruang Fatmawati
PENYEBAB
DATA FOKUS MASALAH
MASALAH
50
lain
prasarana pelabelan
51
Analisis SWOT Ruang Fatmawati 1
52
No. ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
1. Sumber Daya Manusia (MAN)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya sistem pengembangan staf 0,3 3 0,9
berupa pelatihan dan sebanyak 96%
perawat telah mengikuti pelatihan
( DOTS, bronkoskopi)
S-W
2. Jenis kenetagaan
0,3 3 0,9 3,4-3,5 =0,1
a. S-1 Kep Ners: 2 orang
b. S- 1 Kep : 1 orang
c. D- 3 Kep : 12 oarang
3. PNS/ non PNS 0,2 4 0,8
a. PNS : 1orang
b. Non PNS : 14 orang
0,2 4 0,8
4. Adanya pelatihan perawat 3,4
TOTAL
Weakness
1. Beban Kerja Perawat Di Ruangan 0,5 4 2
Cukup Tinggi
2. Jumlah Perawat Masih Kurang Dari 0,3 3 0,9
54
1. Discharge planing. Discharge 1. Membagikan media Setiap pasien mulai
Format pemulangan planing sosialisasi berupa masuk sampai pulang
paisen sudah ada dilaksanakan buklet dan liflet bagi sudah mendapatkan
tapi belum secara optimal pasien. dischange planing
dilakukan dan dengan media buklet
terdokumentasi dan liflet
dengan baik
2. M2-Material Sarana Sarana dan Mengusulkan: 1. Setiap tindakan
dan Prasarana belum prasarana untuk 1. Perawatan saran dan keperawatan
tercukupi terutama tindakan prasarana secara tersedia instrumen
mengenai alat keperawatan berkala dan lebih sesuai dengan
kesehatan yang sudah tersedia intensif protap
belum tersedia dan mencukupi 2. Meningkatkan proses 2. Ada perawatan
intervensi sarana dan
3. Penataan alat-alat prasarana secara
emergency lebih rapi berkala
4. Membuat penomeran 3. Apabila ada
bed pasien kerusakan alat
segera ada
gantinya
3. Timbang terima Timbang terima 1. Menentukan 1. timbang terima
belum efektif dalam dilakukan secara penanggung jawab dilakukan di ners
prosesnya dan efektif dan sesuai timbang terima station dan di
kurang sesuai konten 2. Menyusun format pasien
dengan konten timbang terima pasien 2. isi timbang terima
serta petunjuk medis tentang masalah
pengisiannya lebih keperawatan yang
menekankan pada sudah dan belum
aspek keperawatan teratasi
3. Melaksanakan timbang 3. timbang terima
terima, setiap terdokumentasi
pergantian sif dengan baik
4. Dokumentasi
4. ronde keperawatan Ronde 1. menentukan pasien Ronde keperawtan
belum temukan keperawatan untuk ronde sudah terlaksanakan
kriteria kasus yang terlaksana 2. mempersiapkan ronde bersama perawat
sesuai dengan optimal keperawatan ruangan
sesuai prosedur 3. melaksanakan ronde
keperawatan (stategi
dan materi)
55
sentralisasi obat
2. Melaksanakan
sentralisasi obat pasien
bekerjasama dengan
perawat, dokter dan
bagian farmasi
M4-Money
M5-Mutu Keselamatan Mengusulkan peningkatan 1. Kepuasan pasien
Pelayanan dan pasien mutu pelayanan sehingga terpenuhi
keselamatan pasien. meningkatan memberikan kesan yang 2. Tidak ada komlen
Mutu pelayanan sudah kepuasan pasien baik pada pasien. Menyusun dari pasien dan
berjalan tapi meningkat, perencanaan keselatan keluarga pasien
pendokumentasian pendokumentasia pasien sesuai standar terhadap
patient safety masih n yang rapi untuk akreditasi rumah sakit pelayanan
kurang indikator mutu terbaru (6 sarana utama) 3. Mengupayakan
adanya informasi
senter di perawat
senter bagi
keluarga pasien
4. Keselamatan
pasien terjaga
56
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan fatmawati lantai
1 dimulai pada tanggal 24 Desember s/d 11 Januari 2020. Kelompok
melakukan pengkajian selama 1 minggi dari tanggal 24 Desember s/d 28
Desember 2019 kemudian data diolah/analisa dan merumuskan masalah
dimana kelompok menemukan beberapa masalah yang perlu diintervensi
Adapun masalah yang tidak dapat diintervensi karena keterbatasan
kemampuan kelompok dalam mengatasi masalah tersebut, seperti perekrutan
tenaga perawat dan peningkatan SDM untuk runagan, pengadaan beberapa
bahan logistik fisik dan material yang dibutuhkan beberapa ruangan yang
disesuaikan dengan standart, dan lain – lain.
5.2 Saran
1. Pihak Rumah Sakit
Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan bahan logistik fisik
dan material yang dibutuhkan beberapa ruangan fatmawati lantai 1 RSUD
Sekarwangi.
57
58