Anda di halaman 1dari 3

Faktor penyebab bayi berat lahir rendah menurut Manuaba et al.

, (2010), adalah: Faktor Ibu,


meliputi:Gizi saat hamil kurang,Usia ibu kurang 20 tahun atau lebih 35 tahun,Penyakit menahun yang
diderita ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah/ perokok).Faktor Kehamilan, meliputi:
Hamil hidramnion, Hamil ganda, Perdarahan ante partum dan Komplikasi kehamilan ( pre-
eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini) dan Faktor Janin meliputi: Cacat bawaan dan Infeksi dalam
rahim.

Umur

Ibu hamil pada usia muda atau kurang dari 20 tahun akan mengalami masalah, baik secara fisik maupun
secara mental. Secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal, sehingga
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya dan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu
terhenti/terhambat. Secara mental ibu belum siap menghadapi perubahan yang terjadi saat hamil,
belum siap menjalankan peran sebagai ibu, serta belum siap menghadapi pernasalahan yang terjadi
dalam berumah tangga. Jika digabungkan faktor fisik dan mental yang belum matang, akan
meningkatkan risiko terjadi persalinan yang sulit dengan komplikasi medis.Demikian juga pada usia di
atas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai berkurang, fungsi rahim menurun, kualitas sel telur
berkurang, serta meningkatnya komplikasi medis pada kehamilan dan persalinan, yang berhubungan
dengan kelainan degeneratif, hipertensi dan kencing manis (diabetes melitus). Risiko yang mungkin
terjadi, antara lain : Keguguran, Pre-eklamsi (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), Eklamsi
(keracunan kehamilan), Persalinan lama/kesulitan dalam persalinan, Perdarahan, Berat Bayi Lahir
Rendah (< 2500 Gram), Cacat bawaan (BKKBN, 2007).

Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Pendidikan No. 12, Tahun 2012).Demikian
juga pendidikan bagi perempuan memiliki makna yang sangat penting. Lebih dari sekedar instrumen
untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, tetapi dapat membebaskan diri dari belenggu
kemiskinan dan ketidakberdayaan. Pendidikan juga akan memperbaiki kondisi kehidupan kaum
perempuan dalam banyak aspek atau dimensi kehidupan. Dengan pendidikan yang lebih baik, maka
kaum perempuan akan lebih banyak terekspos dengan berbagai hal, seperti: kesehatan, hak-hak pribadi
dan hak politik.

Sosial Ekonomi

Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (faktor genetis) status gizi janin. Status gizi janin juga
ditentukan oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu
pada waktu konsepsi. Status ibu pada saat konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu
sebelum hamil. Status ekonomi jika yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga
prasejahtera), berguna untuk memastikan apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan
yang bernilai gizi tinggi (Arisman, 2010).Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak memperoleh uang berarti
semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan makanan
lainnya (Syafiq et al., 2010).

Status Gizi

Pentingnya status gizi bagi ibu hamil perlu dilihat dari berbagai aspek. Selain akses terhadap keamanan
pangan dan terhadap pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya merupakan hak asasi dasar setiap
orang, status gizi ibu juga mempunyai dampak sosial dan ekonomi. Status gizi ibu tidak hanya
memberikan berdampak negatif terhadap status kesehatan dan risiko kematian dirinya, tetapi juga
terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap
pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Secara spesifik, penyebab Kurang Energi Kronis (KEK)
adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran
energi. Kurang Energi Kronis (KEK) yang dinilai dengan LILA berpengaruh terhadap BBLR. KEK berdampak
negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya berupa peningkatan risiko kematian ibu saat
melahirkan dan BBLR (Syafiq et al., 2010). Rendahnya status gizi, selain meningkatkan risiko terhadap
ibu hamil, juga menjadi salah satu penyebab bayi berat lahir rendah ( BAPPENAS, 2010).

Hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan diastolik ≥ 15 mmHg atau tekanan darah ≥
140/90 mmHg (Benson and Pernoll’s, 2009).Hipertensi dalam kehamilan, perlu penanganan khusus
karena dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan oksigen dan
nutrisi pada bayi. Hal ini akan memperlambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan risiko saat
melahirkan.

Penyakit Infeksi

pada ibu saat hamil, dapat terjadi dua kemungkinan. Pertama bisa memperburuk penyakit tersebut
sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil. Kedua dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti:
abortus, persalinan kurang bulan, atau mempengaruhi bayi atau jalannya persalinan. Pada umumnya,
penyakit infeksi yang akut lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalinan terjadi karena saat
persalinan membutuhkan tenaga yang banyak dan juga kehilangan banyak darah, sehingga
mengakibatkan daya tahan tubuh ibu berkurang (Martaadisoebrataet al., 2012).

Perokok pasif

akan mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif antara 1–5 batang per hari. Perempuan yang
merokok pada kehamilan trimester dua atau tiga mempunyai risiko yang sama bila merokok selama
kehamilan. Bayi seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir yang rendah tetapi juga
ukuran panjang tubuh, ukuran kepala dan dada yang lebih kecil, pH darah tali pusat yang rendah dan
menunjukkan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan neurologis (Prawirohardjo, 2010).

Ante Natal Care

Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai
dengan penyulit atau berkembang menjadi patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara
mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik
untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil.
Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandung (Prawirahardjo, 2010).

Paritas

Ibu yang melahirkan anak lebih dari 3 orang, mengakibatkan terjadi gangguan dalam kehamilan, seperti
plasenta (ari-ari) yang letaknya dekat dengan jalan lahir, menghambat proses persalinan, seperti
gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak dan posisi. Penyebab lain dapat juga terjadi perdarahan
pasca persalinan, waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang, tumbuh kembang anak tidak
optimal, serta menambah beban ekonomi keluarga. Risiko yang dapat terjadi antar lain, berhubungan
dengan segi kesehatan dan segi ekonomi (BKKBN, 2007).

Anda mungkin juga menyukai