Anda di halaman 1dari 23

PERAN PERAWAT

DALAM KEGIATAN
KESELAMATAN
PASIEN

Disusun oleh kel. 4


2

Isu Keselamatan Pasien


Peran Masalah keselamatan hampir
Perawat Menurut Edgar, 2017 : selalu merupakan akibat dari
kehilangan informasi yang
Dalam Perawat adalah pemain
tersedia, namun tidak ditindak
kunci karena mereka
Keselamatan memiliki kontak langsung lanjuti dengan beberapa cara
yang berbeda.
Pasien dengan pasien, dan
karena itu kemungkinan Kasus salah diagnosa,
besar memiliki informasi perlakuan salah, pemberian
penting mengenai obat yang salah hampir selalu
perasaan dan kondisi merupakan akibat dari masalah
fisik pasien, informasi komunikasi.
yang dibutuhkan oleh
anggota tim lainnya.
3

Peran Perawat Dalam Hierarki


Perawat berada dalam posisi yang sangat sulit dalam hal ini karena
mereka harus beroperasi tidak hanya di unit keperawatan hierarkis
mereka sendiri, namun juga di hierarki rumah sakit yang lebih luas di
mana dokter sangat berkuasa dan dapat mendikte perawat sementara
perawat, dan gilirannya, dapat mendikte ke anggota tim perawatan
lainnya.

Kuncinya, yaitu agar perawat berhati-hati terhadap jenis hubungan


yang secara otomatis mereka asumsikan bersama pasien dan orang
lain dalam hierarki.
4
Perlu Kepemimpinan Keperawatan
Kepemimpinan keperawatan yang kuat diperlukan untuk memastikan
bahwa pandangan perawat terhadap masalah keselamatan pasien
didengar. Kepemimpinan keperawatan membawa perspektif unik pada
dialog tentang keselamatan pasien karena "sedikit pemimpin dalam
perawatan kesehatan diperlengkapi dengan lebih baik atau lebih
mengenal keseluruhan sistem dan bagaimana bagian-bagian bekerja dan
berhubungan secara keseluruhan" (Commission on Patient Safety and
Quality Assurance, 2008).
Kebijakan
Yang
Mendorong
Keselamatan
Pasien

6

Di Indonesia telah mengeluarkan kepmen


No. 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang
tujuan utamanya untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang
jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien.

7
Pasal 43 UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
a. Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
c. Rumah Sakit melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan
oleh menteri
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonim
dan ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.

8
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
b. Kemampuan belajar dari insiden
c. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan
risiko
9
○ Kebijakan Departemen Kesehatan
Kebijakan tentang keselamatan pasien rumah sakit
Yang ○
Mendorong ○ a. Terciptanya budaya keselamatan
Keselamatan pasien dirumah sakit.
Pasien ○ b. Meningkatnya akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat.
○ b. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan
(KTD).
○ c. Terlaksananya program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.
○ 3. Kebijakan keselamatan pasien di rumah
10

sakit antara lain:


Kebijakan
Yang
○ a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim
Mendorong keselamatan pasien.
Keselamatan ○ b. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7
Pasien langkah menuju keselamatan pasien.
○ c. Rumah Sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien.
○ b. Evaluasi pelaksanaan keselamatan
pasien akan dilakukan melalui program
○ akreditasi rumah sakit.
11

2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit


a. Pasal 29b UU No.44/2009
○ ”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit.”

b. Pasal 46 UU No.44/2009
○ “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan di Rumah Sakit.”
12

c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009


○ “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan
tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”

3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit


○ Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum
apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif. “
13

Hak Pasien

a. Pasal 32d UU No.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”

b. Pasal 32e UU No.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang
efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
14
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan”

d. Pasal 32q UU No.44/2009


“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana”
15

Menurut Institute of Medicine (1999), medical error


didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang
telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang
diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan
yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan
perencanaan).

Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan


mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD).
16

Indonesia salah satu negara yang menerapkan


keselamatan pasien sejak tahun 2005 dengan
didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI).

Peraturan perundang-undangan memberikan jaminan


kepastian perlindungan hukum terhadap semua
komponen yang terlibat dalam keselamatan pasien.
17

Monitoring & Evaluasi


Keselamatan Pasien
18
1). Sistem Keamanan Dalam Perawatan Kesehatan

(Vincent, Burnett, & Cartney, 2013), Adanya


Protokol London Memiliki tujuan khusus untuk
memastikan proses penyelidikan reflektif yang
komprehensif untuk insiden klinis yang melampaui
kesalahan dangkal atau kesalahan untuk
mengungkap faktor kontribusi yang mengakar lebih
dalam.
2) Implikasi Untuk Memantau Keamanan Sistem Di 19
Bidang Kesehatan

Pemantauan keamanan sistem yang efektif


disampaikan melalui rekayasa sistem informasi
yang mengenali sifat dinamis dari keamanan sistem
dan bahwa ketahanan muncul melalui
keseimbangan antara beberapa faktor pada satu
titik waktu (Vincent, 2010).
20
4) Sistem Pelaporan

a). Pelaporan kejadian yang ditargetkan


melaporkan masalah spesifik seperti kehilangan
hasil tes berdasarkan target untuk bulan berikutnya
(Australian Commission on Safety and Quality in
Helathcare, 2010).
21
4) Sistem Pelaporan

b) Pelaporan Wajib Tidak Pernah Kejadian

Beberapa kejadian keselamatan jarang terjadi namun


memiliki konsekuensi tragis, Identifikasi kejadian langka
namun mengerikan ini selalu bergantung pada pelaporan,
setidaknya sampai cara yang dapat diandalkan untuk
mencari rekam medis elektronik muncul.
22

b) Pelaporan Wajib Tidak Pernah Kejadian

Beberapa kejadian keselamatan jarang terjadi namun


memiliki konsekuensi tragis, Identifikasi kejadian langka
namun mengerikan ini selalu bergantung pada pelaporan.

Tidak pernah kejadian juga menandai pernyataan standar


keselamatan minimum yang baru dan agak kuat dalam
perawatan kesehatan yang mungkin, dalam jangka panjang,
membuktikan perkembangan yang lebih penting.
23

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai