Disusun Oleh :
dr. ABDUL AZIZ
NIM : 25010115410004
LATAR BELAKANG
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena underlying
disease atau kondisi pasien.
Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit
untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit.
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah
prioritas strategik. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam TO ERR IS HUMAN,
Building a Safer Health System melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah
sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).
Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety,
program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah
sakit.
B. PERUMUSAN MASALAH
1.Hak pasien
2.Mendidik pasien dan keluarga
3.Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4.Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5.Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
6.Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
C.
4. Hak Pasien
a.Pasal 32d UU No.44/2009 tenteng Rumah Sakit
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional
F. SANKSI HUKUM
1. Sanksi Pidana
Dalam hukum pidana dianut asas tiada pidana tanpa kesalahan .
Selanjutnya dalam Pasal 2 Kitab Undang_Undang Hukum Pidana (KUHP) disebutkan,
ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu delik di
Indonesia.
KUHP mengadopsi pendirian bahwa korporasi ( Rumah Sakit ) dapat menjadi subjek tindak pidana sebagaimana
terdapat pada :
Pasal 47 KUHP yaitu Korporasi merupakan subjek tindak pidana.
Tanggung Jawab Pidana Korporasi Dalam KUHP Terdapat Dalam Pasal 47-53.
Menyangkut denda dinyatakan: Pidana denda paling banyak untuk korporasi yang melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun sampai dengan 15 tahun adalah denda Kategori V, yaitu sebesar
tiga ratus juta rupiah. Sedangkan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 tahun
adalah denda Kategori VI, yaitu sebesar tiga miliar rupiah.
Pasal Pasal 25 ayat (1) Undang-undang R.I. NO. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin .
Pasal 62 Undang-undang R.I. NO. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00- (lima milyar rupiah)
Pasal 63 Undang-undang R.I. NO. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
ayat (1) : Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 UU RS dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 .
ayat (2) : Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
pencabutan izin usaha; dan/atau
pencabutan status badan hukum.
2. Sanksi Perdata
.
Sahnya perjanjian harus memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata
yaitu ada kesepakatan,
kecakapan,
obyek tertentu dan
kausa yang halal.
. Pasal 1320 KUHPerdata Setiap perjanjian mengandung adanya kebebasan di mana isinya:
Perjanjian yang dibuat dengan sah itu mengikat sebagai undang-tmdang bagi pembuatnya.
Dijalankan dengan itikad baik.
Tidak dapat diputuskan tanpa persetujuan pihak lain.
tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan
juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan
atau undang-undang.
. Dalam Pasal 46 UU No.44/2009 tentang Rumah Sakit
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
.
.
3. Sanksi Administratif
b.Pasal 46 UU No.44/2009
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
dilakukan tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
kelalaian yang
SARAN.
1.