Anda di halaman 1dari 27

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERAWAT

DALAM IMPLEMENTASI PASIEN SAFETY


DI RUMAH SAKIT

By :
Eviwindha Suara
Hernandia Distinarista
 Rumah sakit organisasi padat modal,
padat tehnologi, padat karya, padat profesi,
padat sistem, dan padat mutu serta padat
resiko
 proses pemberian layanan kesehatan dapat
terjadi kesalahan berupa kesalahan diagnosis,
pengobatan, pencegahan, serta kesalahan
sistem lainnya.
 Dari Institute of Medicine (IOM) tahun 1999
Amerika Serikat diproyeksikan terjadi 44.000 s.d
98.000 kematian setiap tahun akibat dari medical
error yang sebenarnya dapat dicegah.
 WHO mendirikan lembaga World Alliance for
Patient Safety baru pada tahun 2004
 Di Indonesia tahun 2005 yaitu Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh
Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).
 Perawat bagian dari pemberi
layanan, 24 jam selalu
bersama pasien
 proporsi perawat 60% dari
tenaga kesehatan lainnya di
RS rentang
untuk melakukan error dalam
implementasi asuhan
keperawatan, berkaitan
dengan kepuasan dan
keselamatan pasien.
 Perawat tahu akan tanggung jawabnya pada
implementasi pasien safety
 Tahu akan konsekuensi hukum pada
pelanggaran pasien safety
Masalah

• Perawat mengetahui akan pasien safety?


• Perawat mengetahui akan tanggung jawabnya
dalam pelaksanaan pasien safety?
• Perawat mengetahui undang-undang yang
menjadi payung hukum pasien safety?
• Perawat mampu melaksanaan pelayanan
sesuai dengan standar dari pasien safety?
 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 : keselamatan
pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang
lebih aman. Termasuk didalamnya asesmen resiko,
identifikasi, dan manajemen resiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah keselamatan medis
(medical errors), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
 pemberi pelayanan keperawatan
 perawat mematuhi standar pelayanan dan
SPO yang telah ditetapkan
 menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
pemberian pelayanan keperawatan
 memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga tentang asuhan
keperawatan yang diberikan;
Lanjutan…

• Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang


handal dalam pemberian pelayanan kesehatan
• menerapkan komunikasi yang baik terhadap
pasien dan keluarganya
• peka, proaktif dan melakukan penyelesaian
masalah terhadap kejadian tidak diharapkan
• mendokumentasikan dengan benar semua
asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dan keluarga
Kewajiban perawat dalam pasien safety
• Mencegah malpraktek & kelalaian
dengan mematuhi standar; melakukan
pelayanan keperawatan berdasarkan
kompetensi; menjalin hubungan
empati dengan pasien
• Mendokumentasikan secara lengkap;
teliti, objektif dalam melakukan
asuhan keperawatan; mengikuti
peraturan dan kebijakan institusi; peka
terhadap terjadinya cidera ( kelalaian
dalam pemberian obat, transfusi
darah, dekubitus, penggunaan
restrain).
Aspek Etik
• Permenkes no 49 tahun 2013
tentang komite keperawatan bahwa
nilai etik sangat diperlukan dalam
pelayanan sebagai landasan
pelayanan secara manusiawi pada
pasien.
• Prinsip carring merupakan inti dari
pelayanan yang diberikan oleh
tenaga keperawatan.
• Carring mencegah perawat
melakukan tindakan yang tidak
diharapkan
ASPEK YURIDIS

 Pasal 29 b UU No.44/2009; ”Memberi pelayanan


kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
 Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit bertanggung
jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”
LANJUTAN……
 Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “Rumah sakit tidak
dapat dituntut dalam melaksanakan tugas
dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”
Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
 Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah
sakit; “Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang
kompresehensif. “
Tanggung jawab hukum keselamatan pasien
Pasal 58 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009

• Setiap orang berhak menuntut ganti rugi


terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
• Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang
melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.
Hak dan tanggung jawab perawat
Undang-undang no 38 tahun 2014

• Perawat berhak memperoleh pelindungan


hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang- undangan, memperoleh
informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien
dan/atau keluarganya.
 Petugas kesehatan tidak bermaksud
menyebabkan cedera pasien, tetapi fakta
tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada
pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat
dicegah (non error) mau pun yang dapat
dicegah (error), berasal dari berbagai proses
asuhan pasien.
 Solusi keselamatan pasien
adalah sistem atau
intervensi yang dibuat,
mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien
yang berasal dari proses
pelayanan kesehatan
 Untuk mencegah terjadinya KTD ataupun KNC
maka dalam segala pelayanan harus terdapat
standar prosedur operasional dan setiap
pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan SPO.
 Menurut pasal 15, Kepmenkes 1239/2001 sekrg
uu no 38 tahun 2014 pasal 37 dalam
melaksanakan asuhan keperawatan harus sesuai
dengan standar profesi, praktek, kode etik
keperawatan Indonesia yang ditetapkan oleh
organisasi profesi. Sedangkan untuk pelayanan
yang bersifat delegasi harus ada penyataan
tertulis dari pihak pemberi delegasi.
IMPLEMENTASI PASIEN SAFETY MAKA PERAWAT
HARUS
 Terus menerus mengembangkan peranan keperawatan,
menentukan ruang lingkup praktek keperawatan
sehingga perawat, atau disiplin lainnya, dan masyarakat
menyadari terjadinya proses evolusi pada profesi,
mengusulkan pengenalan profesional dan remunerasi,
mengembangkan dan menyebarluaskan suatu
pernyataan sikap tentang pentingnya suatu lingkungan
kerja yang aman
LANJUTAN …..
 Memastikan bahwa disiplin lain terlibat dalam
pengembangan kebijakan untuk lingkungan
kerja yang aman, mendukung penelitian,
mengumpulkan data untuk praktek terbaik, dan
penyebarluasan data setelah tersedia,
mendorong lembaga pendidikan untuk
meningkatkan kerjasama dengan memberikan
kesempatan untuk kolaborasi dan penekanan
pada teori kerja sama tim
LANJUTAN……..
 Menyajikan penghargaan kepada fasilitas
kesehatan yang menunjukkan efektivitas praktik
lingkungan positif melalui rekrutmen dan
inisiatif retensi, mengurangi tingkat drop out,
opini publik, memperbaiki perawatan dan
tingkat kepuasan pasien lebih tinggi,
menggunakan sebagai tool kit untuk
memberikan informasi latar belakang tentang
pentingnya lingkungan kerja yang positif
LANJUTAN………

 Pelanggaran atau kelalaian yang dilakukan


perawat bisa termasuk dalam pelanggaran etik
atau bisa masuk didalam pelanggaran hukum
 Permenkes no 49 tahun 2013 bahwa fungsi
komite keperawatan adalah meningkatkan
profesinalisme perawat dengan cara melakukan
kredensial seluruh perawat yang bekerja
dirumah sakit, memelihara mutu profesi tenaga
keperawatan dan menjaga disiplin, etika dan
perilaku perawat
Payung hukum perlindungan perawat
 Undang-undang no 38 tahun 2014 bahwa perawat dalam praktik
keperawatan, perawat memiliki berhak memperoleh pelindungan
hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang- undangan, memperoleh
informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya
Lanjutan……..
 Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS
 Undang-undang no 38 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan,
bahwa tenaga perawat merupakan tenaga dari keperawatan
 Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada
saat berada di ruang perawatan. Perawat tidak
membuat rencana keperawatan guna memantau
dan mempertahankan keamanan pasien dengan
memasang penghalang tempat tidur. Sebagai
akibat disorientasi, pasien kemudian terjatuh dari
tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien
mengalami patah tulang tungkai
PEMBAHASAN
 Dari kasus diatas jika pasien melakukan gugatan maka,
perawat tersebut bisa dipidanakan karena lalai dalam
melakukan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai