Ladang Berpindah Terkait Peletarian Hutan dan Budidaya Pertanian
Berkelanjutan di Lahan Tropika Basah
Sejak dulu masyarakat di pedesaan menggunakan hutan sebagai sumber utama
pemenuhan kebutuhan dan mudah didayagunakan, salah satunya sebagai tempat dilakukannya kegiatan ladang berpindah. Sistem pertanian dengan cara ladang berpindah dapat menjadi salah satu bentuk sistem pertanian yang banyak diminati dari dulu hingga saat ini. Mereka membuka lahan baru ketika lahan tempat bercocok tanam dirasakan produksinya sudah mulai menurun. Saat tanah tersebut digunakan, tanaman dapat ditanami diatasnya hanya dalam waktu yang singkat sekitar 1-2 tahun. Setelah panen, tanah tersebut ditinggalkan agar semua komponen tanah tersebut kembali seperti semula. Perladangan berpindah merupakan suatu lapangan usaha para petani untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sampai saat ini masih terus dilakukan oleh masyarakat suku Dayak. Sebagian besar masyarakat Dayak mempraktekkan sistem perladangan berpindah dan padi merupakan tanaman utama dalam sistem perladangan mereka. Kegiatan perladangan ini merupakan perwujudan dari akal pikiran manusia yang selalu mengikuti bioritme alam sekitarnya, sehingga berhasil menciptakan teknik pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Teknik tersebut untuk mewujudkan kesejahteraannya baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggerakkan tenaga, daya dan modal dalam menggali sumber daya alam yang tersedia, sehingga tercipta upaya pemanfaatan hutan yang dilaksanakan oleh manusia baik secara modern maupun tradisional. Pada era modern, sekitar abad ke-19 hingga ke-20, teknik ladang berpindah telah banyak ditinggalkan. Sebagian besar orang beranggapan bahwa ladang berpindah adalah kegiatan primitif yang menyebabkan penggundulan hutan dan erosi tanah yang sangat kritis. Tuduhan yang paling sering, saat kebakaran hutan di Kalimantan, salah satu yang dianggap menjadi sebab adalah sistem perladangan berpindah. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, perladangan berpindah turut menjaga keanekaragaman hayati di dalam hutan. Masyarakat adat biasanya menanam berbagai jenis tanaman untuk ladang, baik itu berupa padi, buah, maupun sayuran. Kegiatan perladangan berpindah mampu menjaga siklus peremajaan hutan. Proses suksesi yang terjadi pasca ladang ditinggalkan membantu menjaga biodiversitas hewan tanah, burung, dan berbagai reptil yang ada didalamnya. Dalam penggunaan teknik tradisional, perladangan berpindah sangat sesuai dengan lingkungan dan dapat lebih berkelanjutan dari sistem pertanian permanen dalam kondisi tropika basah. Hal tersebut dikarenakan perladangan berpindah tidak menyebabkan efek yang berbahaya terhadap lingkungan, bahkan mampu menyediakan alternatif yang aman dibandingkan dengan sistem pertanian lainnya di hutan tropis basah. Adapun kurangnya peningkatan produktivitas adalah merupakan konsekuensi dari pengabaian dari sistem ini di dalam kebanyakan penelitian pertanian. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian Lahajir, yang menemukan bahwa hasil perladangan berpindah tidak sanggup lagi mencukupi kebutuhan subsisten mereka.
Nama : MUHAMMAD ALI HUSSAIN (Ali Hussain)
Nim : 1703015045 Dosen Pengajar : Donny Dhonanto dan Nurul Puspita Palupi