Anda di halaman 1dari 3

Pada masyarakat Dayak yang masih tinggal di pedalaman, sangat dikenal

dengan kehidupan mereka yang bergantung pada alam, sebagai besar masyarakat
dayak yang tinggal dipedalaman memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan
memanfaatkan lahan dan hutan sebagai sumber kehidupan, seperti berburu
dihutan, bercocok tanam dikebun, menyadap karet dan berladang. Kegiatan yang
mereka lakukan sangat terikat pada nilai-nilai animisme dan terintegrasi dalam
budaya yang sakral sehingga masyarakat dayak memiliki hukum adat yang sangat
dihormati dan dipegang teguh oleh masyarakatnya hingga saat ini. Kepercayaan
masyarakat dayak terhadap nilai-nilai religius dan budaya yang telah diturunkan
nenek moyang mereka diterapkan dalam aktivitas pengolahan sumber daya seperti
pertanian. Masyarakat dayak biasanya memanfaatkan hutan sebagai lahan
pertanian dengan menerapkan sistem ladang berpindah.

Ladang Berpindah

Menurut Spencer dan Fox (dalam Roslinda, E: 2012) Perladangan berpindah


adalah bentuk pertanian tradisional yang telah dipraktekkan selama lebih dari
seribu tahun di pegunungan wilayah daratan Asia Tenggara (Spencer, 1966; Fox,
2000). Cara bertani dengan model berladang masih banyak dianut oleh sebagian
masyarakat di Kalimantan Barat, ada yang melakukan dengan berladang tetap dan
ada juga degan cara ladang berpindah terutama suku dayak. Selain Papua,
Pertanian dengan model ladang berpindah sangat akrab bagi masyarakat Dayak.
Menurut Arman (1994) dalam Arkanudin (2010), mengemukan bahwa ladang
berpindah merupakan salah satu teknik untuk bertahan hidup yang dianut oleh
orang-orang yang memandangnya sebagai prosedur praktis, disetiap waktu,
disegala tempat

Dalam melakukan kegiatan bertani suku Dayak memanfaatkan hutan sebagai


areal ladang, terutama hutan rimba yang paling cocok untuk perladangan
berpindah, akan tetapi masyarakat Dayak tidak  melakukan pembuatan lahan
sesuka hati, terdapat banyak atur yang harus ditaati oleh masyarakat dayak dalam
proses pembukaan lahan. Ketua adat sangat berperan dalam hal ini, ritual-ritual
sebagai nilai kepercayaan juga tidak terlepas. Masayarakat daya sangat mengenal
alam sehingga kehidupan mereka hampir tidak terlepas dari alam dan mereka juga
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kepercayaan leluhur mereka.

Ladang berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara


berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak
belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian
dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen
tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak
subur lagi. Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 –  20
tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka.
(http://idkf.bogor.net).  Dalam sistem penggunaan lahan, hutan ditebang dan
dibakar pada musim kemarau untuk dibersihkan dan disuburkan yang selanjutnya
ditujukan untuk kegiatan budidaya. Lahan yang dibersihkan kemudian ditanami
untuk satu  tahun atau lebih dengan padi gogo atau tanaman lain selama musim
hujan dan kemudian dibiarkan “bera” untuk periode yang panjang untuk
memungkinkan terjadinya suksesi alami yang menghasilkan hutan sekunder

Bentuk Solidaritas

Masyarakat dayak terbiasa dalam melakukan kegiatan bersama-sama


termasuk dalam aktivitas pertanian di ladang berpindah, dalam kegiatan
pembukaan lahan pertanian, pengolahan serta pengelolaan ladang berpindah,
masyarakat dayak akan melakukannya secara bersama-sama. Telah menjadi
tradisi dan budaya bagi masyarakat dayak dalam proses mata pencahariannya
dilakukan secara berkelompok. Hal ini menandakan adanya solidaritas yang
terjalin dalam kehidupan masyarakat dayak. Setiap masyarakat memiliki pola
perilaku masing-masing yang saling berhubungan satu sama lain. Adanya
kesamaan pola-pola dalam perilaku masyarakat dapat mendorong terjadinya
solidaritas dalam tindakan-tindakan sosial. Dalam pemikiran Durkheim dengan
Teori The Division of Labour, Durkheim mengenalkan istilah solidaritas mekanik
(Mechanic Solidarity) dan solidaritas Organik (Organic Solidarity). Solidaritas
mekanis lebih menekankan pada sesuatu kesadaran kolektif bersama (collective
consciousness), yang menyandarkan pada totalitas kepercayaan dan sentimen
bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama. Solidaritas
mekanis merupakan sesuatu yang bergantung pada individu-individu yang
memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola norma yang
sama pula. Berlawanan dengan solidaritas mekanis, solidaritas organis muncul
karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada
tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah
sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan, yang
memungkinkan dan juga menggalakkan bertambahnya  perbedaan pada kalangan
individu. Munculnya perbedaan-perbedaan pada kalangan individu ini merombak
kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai
dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan
fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memilikispesialisasi
dan secara relatif lebih otonom sifatnya. (Setiawan, R :260)

Solidaritas Mekanik biasanya terjadi pada masyarakat tradisional,  yakni 


dapat dikatakan terjadi pada masyarakat yang berada di daerah-daerah pedesaan
yang masih memiliki ikatan-ikatan persatuan  yang terintegrasi melalui konsensus
secara kolektif satu sama lain. Terkait dengan solidaritas mekanik tersebut dapat
dilihat pada masyarkat Dayak secara kusus pada proses pengelolaan pertanian
ladang berpindah. Masyarakat dayak merupakan penduduk asli yang mendiami
pulau Kalimantan, tersebar di Kalimantan Timur, barat, Utara, dan Tengah,
Masyarakat Dayak tidak hanya berada di Indonesia, Masyarakat dayak juga
mendiami daerah-daerah di negara Tetangga yakni  Malaysia terutama pada 
Daerah-daerah perbatasan. Masyarakat dayak dalam kesehariannya sangat dikenal
dengan kedekatannya pada alam, Masyarakat Dayak sangat kuat dalam menjaga
norma dan menjalankan tradisi maupun adat-istiadat yang menjadi warisan turun-
temurun dari nenek moyang mereka, hal ini mengikat mereka dalam hubungan
dan solidaritas yang kuat.Tampak pada proses pengelolaan pertanian pada
masyarakat daya yang dikenal dengan model pertanian ladang berpindah.
Konservasi Budaya

Nilai-nilai yang terkandung dalam proses  ladang berpindah pada masyarakat


Dayak mencerminkan keutuhan budaya yang dapat diartikan dengan
berlangsungnya proses pertanian ladang berpindah maka masyarkat dayak secara
langsung telah melakukan konservasi budaya. Hal ini dikarenakan dalam proses
pelaksanaan ladang berpindah masyarakat dayak tidak hanya terlibat secara
individu melainkan pengerjaan dilakukan secara kelompok, dengan kata lain
adanya gotong royong dalam proses pertanian ladang berpindah sehingga nilai
gotong royang yang menjadi salah satu budaya di Indonesia tercermin melalui
proses ini secara otomatis.  Masyarkat dayak menkonservasi budaya kedalam
kehidupannya sehari-hari. Dalam proses ladang berpindah tidak telepas dengan
nilai-nilai animisme atau sistem kepercayaan dan keyakinan akan leluhur yang
dianut oleh masyarkat dayak. Ritual-ritual khusus dilakukan sebelum adanya
pengolahan lahan ladang berpindah. Ritual ini telah ada turun-temurun dari nenek
moyang masyarakat dayak, dan dalam keberlangsungannya diaktualisasikan
melalui kegiatan-kegiatan penopang kehidupan sehari-hari seperti ladang
berpindah ini. Masyarkat dayak lebih sadar menjaga eksistensi budaya mereka
dengan menerapkan kehidupannya dikehidupan sehari-hari.

Referensi

Arkanudin. 2010. Masyarakat ladang berpindah. Pontianak:STAIN Pontianak


Press_____. Pertanian. Diakses Januari 2016
dari http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-
DU.KU/edukasi.net/SMP/GEOGRAFI/Pertanian/materi02.html

Roslinda, E. (2012). Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Agroforestri:


Perladangan Berpindah.Seminar Nasional Agroforestri III

Setiawan, R.______. Solidaritas Mekanik Ke Solidaritas Organik Suatu Ulasan


Singkat Pemikiran Emile Durkheim._____Diases Januari 2016 dari
http://riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/SOLIDARITAS-
MEKANIK-KE-SOLIDARITAS-ORGANIK.pdf

Anda mungkin juga menyukai