Anda di halaman 1dari 115

HUBUNGAN ANTARA SIKAP RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU

HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI RUMAH TAHFIDZ


(RUMAH QUR’AN MULIA) PALEMBANG TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

DEFPRI HS
NIM. 211.150.98

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Defpri Hs
Nim : 211.150.98
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan antara Sikap Religiusitas dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tahfidz
(Rumah Qur’an Mulia) Palembang Tahun 2019

Telah diperiksa, disetujui dipertahankan didepan tim Penguji Skripsi.

Palembang, Juli 2019

Pemimbing I Pemimbing II

Dewi Pujiana, S.Kep., Ns., M.Bmd. Aristoteles, S.Kep., M.Kes.


NBM: NBM: 1206450

Disetujui
Ketua Program Studi

Anita Apriyani, S.Kep.,Ns.,M.Bmd.


NBM: 1000777

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Defpri Hs
Nim : 211.150.98
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan antara Sikap Religiusitas dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tahfidz
(Rumah Qur’an Mulia) Palembang Tahun 2019

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawtan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Palembang.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Dewi Pujiana, S.Kep., Ns., M.Bmd. ( )

Pembimbing II : Aristoteles, S.Kep., M.Kes. ( )

Penguji I : Anita Apriany, S.Kep., Ns., M.Bmd. ( )

Penguji II : Rizka Primananda, SKM, MKM. ( )

Ditetapkan di: Palembang


Tanggal 27 Juni 2019
Ketua STIKes MP

Heri Shatriadi, CP., M.Kes


NBM: 884664

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,


dan sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Defpri HS

NIM : 211.150.98

Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Juni 2019

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Palembang, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:

Nama : Defpri Hs
NPM : 211.150.98
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes


Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Hubungan antara Sikap
Religiusitas dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tahfidz (Rumah
Qur’an Mulia) Palembang Tahun 2019. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini STIKes Muhammadiyah Palembang
berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Palembang
Pada Tanggal : 27 juni 2019
Yang Menyatakan

(Defpri Hs)
NIM. 211.150.98)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

. IDENTITAS

Nama : Defpri Hs

Tempat, tanggal lahir : Muara Enim, 18 Desember 1996

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dusun 2, Jalan HTI desa Lubuk Empelas,Kec. Musra Enim,

Kab Muara Enim

Email : Defprih@gmail.com

. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Muara Enim (2003 – 2009)

2. MTs Negeri 1 Muara Enim (2009 – 2011)

3. SMA Negeri 2 Muara Enim (2011 – 2014)

4. PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang (2015 – 2019)

C. RIWAYAT ORGANISASI

1. Pramuka (2012 – 2014)

2. UKM Seni (Paduan Suara) (2016 – 2019)

vi
ABSTRAK

Nama : Defpri Hs
Nim : 211.150.98
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Hubungan antara Sikap Religiusitas dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia)
Palembang Tahun 2019

Jumlah Halaman : 92 Halaman

Latar Belakang: Sikap religiusitas adalah suatu pikiran, kecenderungan, dan perasaan
seseorang untuk mengenali aspek-aspek pengetahuan agama, pelaksanaan ibadah dan kaidah
dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya dan keyakinan yang telah
diperoleh semasa hidup, yang nantinya dapat menjadi penentu dan landasan dalam
berperilaku saat mengambil suatu tindakan dan diataranya adalah dalam perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara sikap religiusitas
dengan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang
tahun 2019. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasi yang menggunakan desain penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional.
dengan total sampling dengan total 39 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner
Sikap Religiusitas dan PHBS. Hasil Penelitian: Hasil analisis hubungan antara sikap
religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh responden dengan sikap
religiusitas yang tinggi dengan PHBS yang baik ada sebanyak 13 (33,3%) responden,
sedangkan responden dengan sikap religiusitas tinggi tetapi memiliki PHBS yang kurang baik
sebanyak 7 (17,9%) responden. Responden dengan sikap religiusitas rendah dengan PHBS
yang baik ada sebanyak 5 (12,8%), dan responden dengan sikap religiusitas rendah dan
memiliki PHBS yang kurang baik ada sebanyak 14 (35,9%). Dari hasil uji statistik Chi
Square diperoleh nilai p value = 0,036 (p < α 0,05) yang berarti ada hubungan antara sikap
religiusitas dengan PHBS. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara sikap
religiusitas dengan PHBS terbukti secara statistik. Simpulan: Terdapat hubungan antara
hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tahfidz
(Rumah Qur’an Mulia) Palembang dengan p velue (0,036).
Kata kunci: Sikap Religiusitas, PHBS, Rumah Tahfidz

Daftar Pustaka : 40 (1994-2018)

vii
ABSTRACT

Name : Defpri Hs
NIM : 211.150.98
Study Program : Nursing
Tittle : The Correlation between Attitude of Religiusity and Clean and Health
Behavior (PHBS) at Tahfidz House (Rumah Qur’an Mulia) Palembang
in 2019

Number of Page : 92 Halaman

Background: Religiosity is a thought, tendency, and feeling of a person to recognize aspects


of Religious knowledge, the implementation of worship and rules and how deep the
appreciation of the religion they embrace and the beliefs that have been acquired during life,
which later can become determinants and foundation in behave when taking an action and for
example is in a clean and healthy lifestyle (PHBS). Research Objective: To find out the
correlation between religiosity and clean and healthy behavior at the house of Tahfidz
(Rumah Qur'an Mulia) Palembang in 2019. Method: The type of research used in this study
was descriptive correlation that used quantitative research design, with a cross sectional
approach, total sampling with a was 39 respondents. The data was taken by using
questionnaires Attitudes of Religiosity and PHBS. Results: The analysis of the correlation
between attitude of religiosity and clean and healthy behavior was obtained by respondents
with a high attitude of religiosity with good PHBS There were 13 (33.3%) respondents, while
respondents with high religious but had poor PHBS were 7 (17.9%) respondents.
Respondents with a low religiosity with good PHBS were 5 (12.8%), and respondents with a
low attitude of religiosity and poor PHBS were 14 (35.9%). From the results of the Chi
Square statistical test, the value of pvalue = 0.036 (p <α0.05) which means that there was a
correlation between the attitude of religiosity and PHBS. So the hypothesis states that there
was a correlation between the attitude of religiosity and PHBS was statistically proven.
Conclusion: There was a correlation between the the attitude of religiosity and PHBS
lifestyle at the house of Tahfidz (Rumah Qur'an Mulia) Palembang with p value (0.036).

Keywords: Attitude of Religiousity, PHBS, Tahfidz House

References : 40 (1994-2018)

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga sholawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kita akan dapat memperoleh syafaat beliau dihari
akhir kelak. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Heri Shatriadi CP., M.Kes. selaku Ketua Stikes Muhammadiyah Palembang
2. Ibu Anita Apriany, S.Kep., Ns., M.Bmd. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
3. Ibu Dewi Pujiana, S.Kep., Ns., M.Bmd. selaku Pemimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan proposal skripsi
ini
4. Bapak Aristoteles, S.Kep., M.Kes. selaku Pemimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan proposal skripsi ini
5. Kepada Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang, dan seluruh teman
teman yang ada di rumah tahfidz yang telah membantu dan mau berpartisipasi
dalam penelitian ini
6. Para dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Palembang.

ix
7. Kepada Ayahanda HAMSEH dan Ibunda LENI tercinta yang telah mensuport,
mendo’a kan dan tak pernah berhenti selalu memberikan yang terbaik untuk anak-
anaknya
8. Kepada Saudara ku Desty prayuni HS, Seftian Prayudhi HS, dan Jannatin Aaliyah
HS berkat doa dan dukungan kalianlah aku dapat sampai ke titik ini
9. Dan teruntuk teman-teman seperjuanganku PSIK tahun angkatan akademik 2015
PSIK Muhammadiyah Palembang terkhusus teman-teman Genggong yang dari
yang paling tua sampai yang termuda (Santy Marlina, Arie Nugraha, Ita Riani,
Lussy Saswina, Aslami Analia, Serly fitria dewi lusiana, dan Riandini Pandansari)
terima kasih yang telah memberikan suport dan motifasi itu sangat membantu.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Palembang, 27 Juni 2019

Defpri Hs

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN ORISINILITAS................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................... v
HALAMAN PUBLIKASI .................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN................................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1. Tujuan Umum ............................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup ............................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1. Manfaat Teoristis.................................................................................. 7
2. Manfaat Praktis..................................................................................... 7
G. Keaslian penelitian ...................................................................................... 8

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Tahfidz............................................................................................. 11
1. Definisi Rumah Tahfidz.......................................................................... 11
B. Sikap Religiusitas......................................................................................... 12
1. Definisi Sikap.......................................................................................... 12
2. Definisi Religiusitas ............................................................................... 14
3. Fungsi Religusitas .................................................................................. 15
4. Dimensi-dimensi Religiusitas ................................................................ 18
5. Faktor yang mempengaruhi Religiusitas ................................................ 20
C. Perilaku Hidup Bersih Dan sehat (PHBS) .................................................. 22
1. Definisi Perilaku Hidup Bersih Dan sehat (PHBS)................................. 22
2. Konsep Tatanan ...................................................................................... 23
3. Masyarakat Dalam Tatanan .................................................................... 24
4. PHBS di Berbagai Tatanan ........................................................... 25
a. Perilaku terhadap Makanan dan Minuman ....................................... 27
b. Perilaku terhadap Kebersihan Tubuh dan Pakaian ........................... 33
c. Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan ...................................... 38
d. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit ............................................... 39
e. Perilaku Hidup yang Teratur dan Terukur ....................................... 40
f. Perilaku yang Merusak Kesehatan ................................................... 42
5. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Dalam Konteks Islami. . 48

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ........................................................................................ 54
B. Definisi Operasional ................................................................................... 55
C. Hipotesis ...................................................................................................... 56

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ......................................................................................... 57

xii
B. Populasi dan Sampel ................................................................................... 57
1. Populasi................................................................................................. 57
2. Sampel .................................................................................................. 57
3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ................................................................. 58
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 58
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 58
1. Jenis Data ............................................................................................. 58
a. Data Primer ................................................................................... 58
b. Data Sekunder ............................................................................... 59
E. Tehnik dan Instrument Pengumpulan Data ................................................. 59
1. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................... 59
2. Intrument Penelitian ............................................................................. 59
3. Uji validitas........................................................................................... 60
4. Uji rliabelitas......................................................................................... 61
F. Pengolahan Data ......................................................................................... 62
1. Pengolahan Data (editing) ................................................................... 62
2. Pengkodean (cosing) ........................................................................... 62
3. Pemasukan Data (entry) ...................................................................... 62
4. Pembersihan Data (cleaning) .............................................................. 62
G. Tekhnik Analisa Data .................................................................................. 62
1. Analisa Univariat ................................................................................. 63
2. Analisa Bivariat ................................................................................... 63
H. Etika Penelitian ........................................................................................... 64

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia Palembang)..................... 66
B. Hasil Penelitian ........................................................................................... 67
1. Analisa Univariat ................................................................................. 68
2. Analisa Bivariat ................................................................................... 69

xiii
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 70
1. Analisa Univariat ................................................................................. 70
a. Analisa Deskriptif Sikap Religiusitas ........................................... 70
b. Analisa Deskriptif Perilaku Hidup Bersih dan Sehat..................... 72
2. Analisa Bivariat ................................................................................... 74
3. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 77

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ..................................................................................................... 78
B. Saran ............................................................................................................ 78
1. Bagi Perawat Puskesmas/ Perawat Komunitas .................................... 78
2. Bagi Santri Pondok dan Rumah Tahfidz ............................................. 78
3. Bagi Institusi Pendidikan ..................................................................... 79
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Keaslian Penelitian...................................................................................... 8


Tabel Definisi Operasional.................................................................................... 55
Tabel Sarana dan Prasarana di Rumah Tahfidz..................................................... 67
Tabel Distribusi Frekuensi Usia ........................................................................... 67
Tabel Distribusi Frekuensi Sikap Religiusitas ..................................................... 68
Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .............................. 69
Tabel Hubungan Sikap Religiusitas dengan PHBS .............................................. 69

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan Rumus Kebutuhan Kalori........................................................................... 24


Bagan Tatanan Rumah Tangga ............................................................................ 31
Bagan Variabel Dependen dan Independen ......................................................... 54

xvi
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR PENELITIAN

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Melakukan Penelitian


Balasan Surat Izin Melakukan penelitian
Lembar Proses Bimbingan
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Kuesioner Penelitian
Uji Statistik

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1) Latar belakang
Rumah tahfidz adalah gabungan kata rumah dan tahfidz, adapun
rumah yang berarti bangunan untuk tempat tinggal sedangkan tahfidz berasal
dari kata hafadzo yang artinya menjaga. Yang dimaksud menjaga disini
adalah menjaga dengan menghafal al-Quran (Mahardhika, 2003). Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah tahfidz al-Qur’an adalah
rumah yang dipergunakan sebagai tempat pembelajaran dalam hal
menghafalkan al-Quran.
Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan dan tempat belajar
yang lebih menekankan pada pelajaran agama Islam dan didukung sarana
asrama yang dijadikani tempat hunian untuk para santri (Tuanaya, 2007).
Sama halnya dengan pondok pesantren, rumah tahfidz juga menyediakan
tempat hunian (asrama) bagi para santri dan merupakan tempat untuk belajar
agama Islam bagi santri namun lebih di khususkan dalam hal mendalami dan
menghafalkan al-Qur’an.
Rumah tahfidz yang sama juga halnya dengan pondok pesantren yang
juga memiliki permasalah yang sama dalam bidang kesehatan, seperti
masalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Adapun permasalah PHBS
yang seringkali muncul dalam pondok pesantren diantaranya kepadatan
hunian kamar, sarana pembuangan sampah, sarana jamban sehat yang kurang
memadai dan penyediaan air bersih santri, sering menggantung pakaian di
kamar, saling bertukar benda pribadi seperti pakaian, sisir dan handuk
(Nugraheni, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh zuhriyah (2015) di pondok pesantren
Mamba’us Syafa’atil Qur’an menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat
santri sebesar 31,25% dalam kategori baik, 42,5% cukup, dan 26,25%
kurang. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) santri yang sudah baik yaitu,
selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar serta tidak
ada santri yang pernah menggunakan narkoba, sementara PHBS santri yang
2

kurang yakni tindakan menghindari penularan penyakit. Penelitian lain oleh


Parman dkk., (2017) di pesantren Al-baqiyatushshalihat didapatkan hasil
yang menunjukkan bahwa sebanyak 50% responden menderita scabies
(kasus), 42,1% responden memiliki kebersihan kulit kurang baik, 50%
responden memiliki kebersihan tangan dan kuku kurang baik, 31,0%
responden memiliki kebersihan genital kurang baik, 45,2% responden
memiliki kebersihan pakaian kurang baik, 47,6% responden memiliki
kebersihan handuk kurang baik, 57,9% responden memiliki kebersihan
tempat tidur dan sprei kurang baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh
nasyith (2018) didapatkan hasil bahwa pola hidup sehat santri di pondok
pesantren Bahrul Qur’an Sumberadi Mlati Sleman sebagian besar berada
pada kategori “cukup” sebesar 41,86% (18 orang), dan “baik” sebesar
25,58% (11 orang), sisanya berada pada kategori “kurang” sebesar 18,60% (8
orang), “sangat kurang” sebesar 6,98% (3 orang), dan “sangat baik” sebesar
6,98% (3 orang).
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya di bebrapa
pondok pesantren di Indonesia dapat disimpulkan bahwa program perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di pondok pesantren masih berada dalam
katogori cukup yang dapat dilihat dari hasil penetilian yang menunjukan
bahwa kategori cukup menjadi predikat tertinggi dari setiap hasil penelitian.
Dari belum terlaksana sepenuhnya program PHBS di pondok pesantren/
rumah tahfidz di Indonesia, penentuan sikap menjadi hal yang penting dalam
mengatur perilaku dalam bidang kesehatan terutama perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) yang ada di pondok pesantren dan rumah tahfidz.
Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu objek atau perangsang (stimulus) (Notoatmodjo, 1997). Sikap
adalah keyakinan atau pendapat seseorang terkait situasi, subjek atau objek
yang disertai dengan munculnya perasaan tertentu. Perasaan inilah yang akan
dijadikan sebagai dasar orang tersebut untuk berperilaku dan merespon
menggunakan cara tertentu sesuai dengan pilihannya (Walgito, 2001). Sikap
merupakan kesiapan seseorang dalam merespon suatu objek atau situasi
tertentu baik bersifat positif maupun negatif secara konsisten (Ahmadi,
3

2007). Dari beberapa pengertian sikap menurut para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan
seseorang untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada lingkungan yang
seringnya bersifat permanen karena sulit diubah. Komponen yang dimaksud
adalah pengetahuan yang selama ini diperoleh semasa hidup, dimana sangat
mempengaruhi perilaku saat bertindak.
Religiusitas seringkali diidentikkan dengan keberagamaan.
Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas
dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan
penghayatan atas agama Islam (Nashori dan Mucharam, 2002).
Ancok dan Suroso (2001) mendefinisikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang
bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),
tapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.
Sumber jiwa keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak, adanya
ketakutan-ketakutanakan ancaman dari lingkungan alam sekitar serta
keyakinan manusia itu tentang segala keterbatasan dan kelemahannya. Rasa
ketergantungan yang mutlak ini membuat manusia mencari kekuatan sakti
dari sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pelindung dalam
kehidupannya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya yaitu
Tuhan.
Adapun pengertian religiusitas Menurut Gazalba (dalam Ghufron,
2012) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa Latin “religio” yang
akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Dengan demikian,
mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki
aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat
seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan,
sesama manusia, dan alam sekitarnya.
4

Dari pengertian sikap dan religiusitas diatas dapat disimpulkan bahwa


sikap religiusitas adalah suatu pikiran, kecenderungan, dan perasaan
seseorang untuk mengenali aspek-aspek pengetahuan agama, dan keyakinan
yang telah diperoleh semasa hidup, yang nantinya dapat menjadi penentu dan
landasan dalam berperilaku saat mengambil suatu tindakan dan diataranya
adalah dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah budaya hidup
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan
untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik,
mental maupun sosial (Dinas Kesehatan, 2010). Kondisi sehat dapat dicapai
dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih (Dinas Kesehatan, 2010).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perilaku merupakan
tanggapan atau Reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan. Bersih
merupakan bebas dari kotoran atau tidak tercemar. Sedangakan sehat
merupakan suatu kondisi dimana sesuatu berjalan dengan normal dan bekerja
sesuai dengan fungsinya. Sehat juga terbagi kepada beberapa bagian
meliputi: Sehat jasmani, Sehat mental, Sehat spiritual, dan sehat
kesejahteraan sosial. Jadi PHBS merupakan Perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat.
PHBS perlu diterapkan dalam berbagai tatanan tempat dimana
sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi. Penerapan di
berbagai tatanan berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan sehingga
meningkatkan produktifitas dari penghuni berbagai tatanan tersebut karena
masing-masing penghuni dari tatanan memiliki resiko terkena penyakit. Ada
enam tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Institusi Pendidikan, Tempat
Kerja, Sarana Kesehatan, Tempat-Tempat Umum dan Pesantren (DepKes RI,
2012).
Penerapan PHBS tersebut dilaksanakan terhadap 5 tatanan,
diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS
tatanan rumah tangga, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
5

bayi diberi ASI ekslusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan,


ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban sehat, kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan lantai tanah, tidak merokok di
dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan
sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga
didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: Sehat
I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV, dengan target pemerintah yaitu
tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat Sehat IV
(Kementrian Republik Indonesia, 2010).
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 2 orang santri, asrama
dan juga tempat ibadah dan di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia
Palembang) tanggal 10-12 Febuari didapat hasil bahwa ada beberapa masalah
PHBS yang masih terjadi di Rumah Qur’an Mulia diantaranya: tempat
sampah yang penuh, kasur jarang dijemur, ketika akan makan tidak mencuci
tangan menggunakan sabun, beberapa santri membiarakan pakaian kotor
menumpuk/digantungan didalam asrama, bantal sering diggunakan bersama-
sama dan jarang di jemur, merendam pakaian terlalu lama hingga berbau
tidak sedap, dan ada beberapa santri yang terkadang saling menggunakan
benda pribadi seperti sisir, dan handuk satu sama lain.
Dari beberapa permasalahan kesehatan (PHBS) yang terjadi di rumah
tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) penulis tertarik mencari tahu lebih lanjut
tentang hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia Palembang) untuk
mengetahui.

2) Rumusan Masalah
Berdasarkan data diatas dan dari studi pendahuluan yang telah
dilakukan di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia Palembang) maka
rumusan masalah penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan antara
sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tahfidz
(Rumah Qur’an Mulia) Palembang.
6

3) Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara sikap religiusitas dengan
perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia
Palembang) tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap religiusitas di Rumah
Qur’an Mulia Palembang.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan
sehat di Rumah Qur’an Mulia Palembang.
c. Untuk mengetahui hubungan antara sikap religiusitas dengan
perilaku hidup bersih dan sehat di Rumah Qur’an Mulia Palembang.

4) Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam penelitian keperawatan dasar tentang
hubungan antara sikap religiusitas dengan prilaku hidup bersih dan sehat.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2019 di rumah
tahfidz (Rumah Qur’an Mulia Palembang). Penelitian ini difokuskan untuk
mengetahui hubungan antara sikap religiusitas dengan prilaku hidup bersih
dan sehat di Rumah Qur’an Mulia. Subjek yang menjadi sampel penelitian
ini adalah santri putra yang tinggal di asrama. Penelitian ini dilakukan
dengan membagikan kuesioner pada responden untuk mengetahui variabel
religiusitas dan observasi untuk mengetahui variabel prilaku hidup bersih dan
sehat.

5) Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam
pengembangan media pembelajaran atau penerapan media pembelajaran
secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah
pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan di Indonesia.
7

2. Manfaat Praktis
a. Sebagai upaya aplikatif untuk menambah wawasan dan pengalaman
tentang ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara sikap
religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Sebagai upaya objektif untuk mengungkapkan argumentasi
hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan
sehat
c. Untuk memberi informasi bagi lahan penelitian mengenai hubungan
antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan sehat di
Rumah Qur’an Mulia
d. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi dan
rujukan untuk penelitian selanjutnya.
8

F. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1
Keaslian penelitian
No Judul/Peneliti/ Metodelogi Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun
1 Pengaruh sikap Metode yang Hasil penelitian menunjukan − Berfokus pada − Sampel:
religiusitas digunakan bahwa sikap religiusitas masalah PHBS (random
terhadap Perilaku adalah dengan memiliki pengaruh − Variabel sampling).
hidup bersih dan pendekatan kontribusi sebesar 83,80% independen − Populasi: 489
sehat metode terhadap PHBS masyarakat − Variabel kepala keluarga
Masyarakat kombinasi dusun curup. Sikap dependen − Tempat dan
kabupaten (mixed religiusitas masyarakat − Desain: study waktu penelitian
Rejang Lebong/ methods), memiliki pengaruh terhadap korelatif − Alat ukur
Eka Yanuarti/ metode perilaku bersih masyarakat, − Jenis penelitian:
Tahun 2018 campuran antara seperti dimensi ritual metode
kuantitatf dan beragama membawa kombinasi
kualitatif pengaruh terhadap perilaku (mixed
Secara penggunaan air bersih dalam methods)
berimbang. kehidupan sehari-hari. campuran
Kemudian dimensi kuantitatif dan
konsekuensi beragama kualitatif
masyarakat membawa
pengaruh terhadap perilaku
masyarakat dalam
memberantas jentik nyamuk.
2 Wellness ditinjau Penelitian ini Karakteristik wellness − Variabel − Populasi: 216
dari religiusitas menggunakan mahasiswa Universitas independen mahasiswa
pada mahasiswa pendekatan Negeri Yogyakarta − Desain: study − Tempat dan
Universitas kuantitatif. mayoritas kecenderungan korelatif waktu penelitian
Negeri Penelitian pada kategori tinggi − Jenis penelitian: − Alat ukur
Yogyakarta/Roh kuantitatif sejumlah 143 mahasiswa metode − Sampel: (cluster
matus Naini/ dengan (66.2%), kategori sedang kuantitatif random
Tahun 2015 menggunakan sejumlah 73 mahasiswa sampling).
populasi atau (33.8%). Untuk karakteristik
sampel tertentu. religiusitas mahasiswa
Universitas Negeri
Yogyakarta mayoritas
kecenderungan pada
9

kategori tinggi sejumlah


184 mahasiswa (84.3%),
kategori sedang sejumlah 33
mahasiswa (15.3%) dan
kategori rendah sejumlah 1
mahasiswa (0.5%)
3 Perilaku Hidup Penelitian ini Santri Pondok Pesantren − Berfokus pada − Dimensi
Bersih Dan Sehat merupakan As’ad yang memiliki masalah PHBS variabel yang
Santri Pondok penelitian perilaku hidup bersih dan − Desain: study diteliti
Pesantren As’ad deskriptif sehat baik sebanyak 14 korelatif − Populasi: 842
Dan Pondok (51,9%) dan responden − Jenis penelitian: santri
Pesantren memiliki perilaku hidup deskriptif − Tempat dan
Al Hidayah/ Tina bersih dan sehat kurang baik waktu penelitian
Yuli Fatmawati sebanyak 13 (48,1%). − Alat ukur
Dan Nofrans Eka Santri Pondok Pesantren Al- − Sampel:
Saputra/ Hidayah bahwa responden (propotional
Tahun 2016 yang memiliki perilaku random
hidup bersih dan sehat baik sampling).
sebanyak 39 (62,9%),
responden yang memiliki
perilaku hidup bersih dan
sehat kurang baik sebanyak
20 (32,3%), dan responden
memiliki perilaku hidup
bersih dan sehat sangat baik
sebanyak 3 (5%).
4 Hubungan antara Penelitian ini Berdasarkan sampel yang − Variabel − Populasi: 500
Tingkat menggunakan diambil yaitu responden independen mahasiswa
Religiusitas pendekatan yang termasuk kategori − Desain: study − Tempat dan
dengan Sikap kuantitatif. sikap kurang positif korelatif waktu penelitian
Terhadap Penelitian berjumlah 11 orang dengan − Jenis penelitian: − Alat ukur
Pornoaksi pada kuantitatif persentase 14%. Responden metode − Sampel: (80
Mahasiswa yang memiliki sikap cukup kuantitatif mahasiswa).
Sekolah Tinggi 47 orang dengan persentase
Ilmu Ekonomi 59%. Sedangkan responden
(STIE) yang memiliki sikap positif
Perbanas / Rifqi / berjumlah 11 orang dengan
Tahun 2011 persentasi 14%
5 Pola Hidup Sehat Penelitian ini Hasil dari penelitian ini − Berfokus pada − Dimensi
10

di Pondok merupakan menunjukan bahwa pola masalah PHBS variabel yang


Pesantren Bahrul penelitian hidup sehat di kalangan − Jenis penelitian: diteliti
Qur’an deskriptif, pondok pesantren Bahrul deskriptif − Populasi: 43
Jonggrangan dengan metode Qur’an Sumberadi Mlati − Alat ukur santri
Sumberadi Mlati survey Sleman termasuk kedalam − Sampel: (total − Sampel: 43
Sleman / Ahmad kategori “cukup”. Pada sampling). santri
Dzaky Nasyith / kategori “sangat kurang” − Tempat dan
2018 sebesar 6,98% (3 orang), waktu penelitian
“kurang” sebesar 18,60%
(8orang), “cukup” sebesar
41,86% (18 orang), “baik”
sebesar 25,58% (11 orang),
dan “sangat baik” sebesar
6,98% (3 orang).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Tahfidz
1. Definisi Rumah Tahfidz
Istilah Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan al-
Qur’an. Tahfidz berarti memelihara, menjaga atatu menghafal (Mahmud
Yunus, 1999). Sedangkan al-Qur’an secara etimologi (asal kata) al-Qur’an
berasal dari kata Arab qaraa ( ‫ ) أﺮﻗ‬yang berarti membaca, sedangkan al-
Farra’ mengatakan bahwa kata al-Qur’an berasal dari kata qara in ( ‫) ﻦﺋاﺮﻗ‬
jamak dari qari nah (‫ )قرينة‬dengan makna berkait-kait, karena bagian al-
Qur’an yang satu berkaitan dengan bagian yang lain. Al-Asy’ari
mengidentifikasi etimologi al-Qur’anberasal dari kata qarn (‫ )قرن‬yang
berarti gabungan dari berbagai ayat, surah dan sebagainya.
Rumah tahfidz merupakan gabungan dari kata rumah dan tahfidz.
Rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal sedangkan tahfidz berasal
dari kata hafadzo yang artinya menjaga. Adapun yang dimaksud disini
adalah menjaga dengan menghafal al-Quran (Mahardhika, 2003). Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rumah tahfidz al-Qur’an
merupakan rumah yang dipergunakan sebagai tempat menghafal al-
Quran.
Menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa Arab hafidza-
yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa
(Mahmud Yunus, 1990). Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf
definisi menghafal adalah “proses mengulang sesuatu baik dengan
membaca atau mendengar”. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti
menjadi hafal (Abdul Aziz Abdul Rauf, 2004).
Seseorang yang telah hafal al-Qur’an secara keseluruhan di luar
kepala, bisa disebut dengan juma’ dan huffazhul Qur’an. Pengumpulan al-
Qur’an dengan cara menghafal (Hifzhuhu) ini dilakukan pada masa awal
penyiaran agama Islam, karena al-Qur’an pada waktu itu diturunkan
12

melalui metode pendengaran. Pelestarian al-Qur’an melalui hafalan ini


sangat tepat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut ‘Abd al-Wahab al-Khallaf, secara terminologi al-Qur’an
adalah firman Allah yang diturunkan melalaui Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan
sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan
petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya,
yang terhimpun dalam mushafyang dimulai dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan al-Naas, yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan
mutawatir.
Al-Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW, sehingga al-Qur’an menjadi nama khas
kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara gabungan kata itu dipakai untuk
nama al-Qur’an secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan ayat-
ayatnya. Maka jika kita mendengar orang yang membaca ayat al-Qur’an,
kita boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca al-Qur’an. Seperti yang
tertera dalam firman Allah yang artinya: “Dan apabila dibacakan al-
Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang
agar kamu mendapat rahmat” (QS. al-A’raaf: 204).
Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan
nama al-Qur’an diantara kitab-kitab Allah itu karena ini mencakup inti
dari kitab kitab-Nya, bahkan mencakup inti dari semua ilmu itu. Hal itu
diisyaratkan dalam firman-Nya yang artinya: “Dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri” (QS. al-Nahl: 89).

B. Sikap Religiusitas
1. Sikap
a. Definisi Sikap
Sikap adalah suatu cara seorang individu untuk bereaksi atau
memberi respon terhadap suatu situasi. Maka dari itu, seseorang yang
13

memiliki sikap positif terkait suatu situasi ataupun objek akan


menunjukkan kesenangan dan kesukaan. Lain halnya dengan sikap
negatif yang akan menunjukan suatu ketidaksenangan (Purwanto,
2000). Sikap adalah keyakinan atau pendapat seseorang terkait situasi,
subjek atau objek yang disertai dengan munculnya perasaan tertentu.
Perasaan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar orang tersebut
untuk berperilaku dan merespon menggunakan cara tertentu sesuai
dengan pilihannya (Walgito, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa sikap
bisa diartikan sebagai perasaan dan juga pikiran seseorang dalam
bertingkah laku saat sedang tidak menyukai atau menyukai sesuatu.
Pada dasarnya, sikap memiliki tiga komponen penting yaitu emosi,
perilaku dan kognisi. Komponen kognitif atau kognisi adalah semua
pemikiran yang berkenaan dengan sikap. Sikap yang diambil
seseorang dalam mengambil tindakan juga tergantung dari
permasalahan apa yang sebenarnya dihadapi.
Secara umum adalah suatu pikiran, kecenderungan dan
perasaan seseorang untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada
lingkungan yang seringnya bersifat permanen karena sulit diubah.
Komponen yang dimaksud adalah pengetahuan yang selama ini
diperoleh semasa hidup, dimana sangat mempengaruhi perilaku saat
bertindak. Pengertian lainnya menyebutkan bahwa sikap merupakan
kecondongan evaluatif seseorang terhadap suatu subjek maupun
objek. Sikap yang dimiliki setiap individu memberikan warna
tersendiri untuk seseorang bertingkah laku.
2. Religiusitas
a. Definisi Religiusitas
Istilah untuk menyebutkan agama, antara lain religion
(Inggris), religie (Belanda), religio/relegare (Latin), dan dien (Arab).
Kata religion (Inggris) dan religie (Belanda) adalah berasal dari
bahasa induk dari kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa Latin “religio”
dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat (Kahmad, 2002).
14

Menurut Cicero (Ismail, 1997), relegare berarti melakukan sesuatu


perbuatan dengan penuh penderitaan, yakni jenis laku peribadatan
yang dikerjakan berulang-ulang dan tetap. Dalam bahasa Arab, agama
dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri
mengandung berbagai arti, ia bisa berarti al-mulk (kerajaan), al-
khidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah
(pemaksaan), al-ihsan (kebajikan), al-adat  (kebiasaan), al-ibadat  
(pengabdian), al-qahr wa al-sulthan  (kekuasaan dan pemerintahan),
al-tadzallul wa al-khudu  (tunduk dan patuh), al-tha’at  (taat), al-
islam al-tauhid  (penyerahan dan mengesakan Tuhan) (Kahmad,
2002).
Berdasarkan dari beberapa istilah agama inilah kemudian
muncul apa yang dinamakan religiusitas. Meski berakar dari kata
sama, namun dalam penggunaannya istilah religiusitas mempunyai
makna yang berbeda dengan religi atau agama. Kalau agama
menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban, religiusitas menunjuk pada aspek religi yang
telah dihayati oleh individu di dalam hati.
Menurut Gazalba (dalam Ghufron, 2012) religiusitas berasal
dari kata religi dalam bahasa Latin “religio” yang akar katanya adalah
religure yang berarti mengikat. Dengan demikian, mengandung makna
bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang atau
sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam sekitarnya.
Ancok dan Suroso (2001) mendefinisikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi
yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah), tapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh
kekuatan supranatural. Sumber jiwa keagamaan itu adalah rasa
ketergantungan yang mutlak, adanya ketakutan-ketakutan akan
15

ancaman dari lingkungan alam sekitar serta keyakinan manusia itu


tentang segala keterbatasan dan kelemahannya. Rasa ketergantungan
yang mutlak ini membuat manusia mencari kekuatan sakti dari
sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pelindung dalam
kehidupannya dengan suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya
yaitu Tuhan.
Fetzer (2007) juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu
yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial, dan
merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Doktrin
yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa religiusitas adalah hubungan yang mengikat antara manusia
dengan Allah SWT, yang membuat manusia memiliki ketergantungan
yang mutlak atas semua kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani
ataupun kebutuhan rohani, yang mana hal tersebut diimplementasikan
dengan mengarahkan hati, pikiran dan perasaan untuk senantiasa
menjalankan ajaran agama.
Glock dan Stark (dalam Jalaluddin, 2004) mengatakan bahwa
religiusitas adalah keseluruhan dari fungsi jiwa individu mencakup
keyakinan, perasaan, dan perilaku yang diarahkan secara sadar dan
sungguh-sungguh pada ajaran agamanya dengan mengerjakan lima
dimensi keagamaan yang didalamnya mencakup tata cara ibadah
wajib maupun sunat serta pengalaman dan pengetahuan agama dalam
diri individu.
b. Fungsi Religiusitas
Fungsi religusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi
agama. Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan
merupakan kebutuhan alamiah. Adapun fungsi agama bagi manusia
menurut Jalaluddin agama memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan
manusia meliputi:
16

a) Fungsi edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama
yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi.
Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang.
Kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang
yang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi
lebih baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran dan agama
masing-masing.
b) Fungsi penyelamat
Dimana pun manusia berada dia selalu menginginkan
dirinya selamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas
adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang
diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan
yang meliputi dua alam yaitu: dunia dan akhirat. Dalam mencapai
keselamatan itu mengajarkan para penganutnya melalui:
pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada
Tuhan.
c) Fungsi perdamaian
Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa
dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa
berdosa dan tasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya
apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat,
pensucianatau penebusan dosa.
d) Fungsi pengawasan sosial
Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang
dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik
secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh
penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini
agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu
maupun kelompok karena:
17

1) Agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya


2) Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang
bersifat profesi (wahyu, kenabian)
e) Fungsi pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan
merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan iman dan kepercayaan.
Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok
maupun perorangan bahkan kadang-kadang dapat membina rasa
persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan
itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.
f) Fungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan kepribadian
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya, kehidupan baru yang diterimanya
berdasarkan ajaran agama yang dipeluk kadangkala mampu
merubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang
dianut sebelumnya.
g) Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya
untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama
bukan saja di suruh bekerja secara rutin dalam pola yang sama
akan tetapi juga untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
h) Fungsi sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan
saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat
duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-normal agama, bila dilakukan atas nilai yang tulus, karena
untuk Allah, merupakan ibadah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
religiusitas: adalah sebagai edukatif, penyelamat, pengawasn
18

sosial, pemupuk rasa solidaritas, transformatif, kreatif serta


sublimatif.
c. Dimensi-dimensi Religiusitas
Konsep religusitas yang dirumuskan oleh Glock dan Stark adal
lima macam dimensi keagamaan, seperti yang dikutip oleh
Djamaludin. Ancok dan Fuad Nashori (1994):
a) Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan-
pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada
pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-
doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan kepercayaan
dimana para penganut diharapkan akan taat.
Dalam konteks ajaran Islam, dimensi ini menyangkut
keyakinan terhadap rukun iman, kepercayaan seseorang terhadap
kebenaran-kebenaran agama-agamanya dan keyakinan masalah-
masalah ghaib yang diajarkan agama.
b) Dimensi praktek agama (the ritualistic dimension)
Dimensi ritual yaitu aspek yang mengukur sejauh mana
seseorang melaukan kewajiban ritualnya dalam agama yang
dianut. Misalnya pergi ke tempat ibadah, berdoa, pribadi,
berpuasa, dan lain-lain. Dimensi ritual ini merupakan perilaku
keberagmaan yang berupa peribadatan yang berbentuk upacara
keagamaan. Pengertian lain mengemukakan bahwa ritual
merupakan sentiment secara tetap dan merupakan pengulangan
sikap yang benar dan pasti. Perilaku seperti ini dalam Islam
dikenal dengan istilah mahdaah yaitu meliputi salat, puasa, haji,
zakat, dan kegiatan lain yang bersifat ritual.
c) Dimensi ihsan dan penghayatan (the experiental dimension)
Sesudah memiliki keyakinan yang tinggi dan
melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun amal) dalam
tingkatan yang optimal maka dicapailah situasi ihsan. Dimensi
ihsan berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan
19

dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini


mencakup pengalaman dan perasaan dekat dengan Allah, perasaan
nikmat dalam menunaiankan ibadah, dan perasaan syukur atas
nikmat yang dikaruniakan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
d) Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Dimensi
ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
Dan al-Quran merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu
pengetahuan. Hal tersebut dapat difahami bahwa sumber ajaran
Islam sangat penting agar religiuitas seseorang tidak sekedar
atribut dan hanya sampai dataran simbolisme ekstoterik. Maka,
aspek dalam dimensi ini meliputi empat bidang yaitu, akidah,
ibadah, akhlak, serta pengetahuan al-Qur’an dan hadist. Dimensi
pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena
pengetahuan mengenai sesuatu keyakinan adalah syarat bagi
penerimaannya.
e) Dimensi pengamalan dan konsekuensi (the consequential
dimension)
Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat
dimensi yang sudah dibicarakan diatas. Dimensi ini mengacu pada
identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi
ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk
merealisasikan ajaran-ajaran dan lebih mengarah pada hubungan
manusia tersebut dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari
yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama yang
dianutnya. Pada hakekatnya, dimensi konsekuensi ini lebih dekat
dengan aspek sosial. Yang meliputi ramah dan baik terhadap orang
20

lain, menolong sesama, dan menjaga lingkungan. (Ancok dan


Suroso, 2005).
Jalaluddin (dalam Firmansyah, 2011) menyebutkan bahwa
religiusitas merupakan konsistensi antara kepercayaan terhadap
agama sebagai unsur konatif, perasaan terhadap agama sebagai
unsur afektif dan perilaku agama sebagai unsur kognitif. Jadi
aspek keberagamannya merupakan integrasi dari pengetahuan,
perasaan dan perilaku keagamaan dalam diri manusia.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas
Menurut Jalaluddin (2008) religiusitas bukan merupakan aspek
psikis bersifat instinktif, yaitu unsur bawaan yang siap pakai.
Religiusitas juga mengalami proses perkembangan dalam mencapai
tingkat kematangannya. Religiusitas tidak luput dari berbagai
gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Pengaruh
tersebut baik yang bersumber dalam diri seseorang maupun yang
bersumber dari faktor luar, yang faktor-faktor itu adalah:
1) Faktor Internal
Perkembangan religiusitas selain ditentukan oleh faktor
ekstern juga ditentukan oleh faktor intern seseorang. Seperti
halnya aspek kejiwaan lainnya, maka para ahli psikologi agama
mengemukakan berbagai teori berdasarkan pendekatan masing-
masing. Tetapi, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut
berpengaruh juga terhadap perkembangan religiusitas antara lain:
a) Faktor hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung
sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun,
melainkan terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya
yang mencakup kognitif, afektif dan konatif. Selain itu
Rasulullah juga menganjurkan untuk memilih pasangan hidup
yang baik dalam membina rumah tangga, sebab menurut beliau
keturunan berpengaruh.
21

b) Tingkat usia
Berbagai penelitian psikologi agama menunjukkan
adanya hubungan tingkat usia dengan kesadaran beragama,
meskipun tingkat usia bukan satu-satunya faktor penentu
dalam kesadaran beragama seseorang. Yang jelas, kenyataan
ini dapat dilihat dari adanya perbedaan pemahaman agama
pada tingkat usia yang berbeda.
c) Kepribadian
Sebagai identitas diri (jati diri) seseorang yang sedikit
banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di
luar dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu
manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Perbedaan ini
diperkirakan berpengaruh terhadap aspek-aspek kejiwaan
termasuk kesadaran beragama.
d) Kondisi kejiwaan
Banyak kondisi kejiwaan yang tak wajar seperti
schizoprenia, paranoia, maniac, dan infantile autisme. Tetapi
yang penting dicermati adalah hubungannya dengan
perkembangan kejiwaan agama. Sebab bagaimanapun
seseorang yang mengidap schizophrenia akan mengisolasidiri
dari kehidupan sosial serta persepsinya tentang agama akan
dipengaruhi oleh halusinasi.
2) Faktor Eksternal
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam religiusitas
dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup.
Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling
sederhana dalam kehidupan manusia. Keluarga merupakan
lingkungan sosial pertama kali yang dikenal setiap individu.
Dengan demikian, kehidupan keluarga merupakan fase
22

sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan pada tiap


individu.
b) Lingkungan institusional
Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran,
sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan
antar teman di sekolah dinilai berperan penting dalam
menanamkan kebiasaan yang baik. Pembiasaan yang baik
merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat
kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c) Lingkungan masyarakat
Sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan
lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab,
melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka. Tetapi
norma dan tata nilai yang ada terkadang pengaruhnya lebih
besar dalam perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam
bentuk positif maupun negatif.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
religiusitas menurut Jalaluddin dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya faktor internaldan eksternal. Adapun faktor internal
yang merupakan faktor yang telah ada pada diri seseorangan dan
faktor eksternal merupakan faktor yang dating dari luar diri
seseorang.

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


1. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga mampu menolong
dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan. PHBS merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,
mau, mampu mempraktekkan PHBS (Kemenkes RI, 2008).
23

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan


perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin
beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinginya. (Kemenkes RI,
2011).
Indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di
tingkat pendidikan yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
memakai sabun, mengkonsumsi jajanan warung/kantin sekolah,
menggunakan jamban bersih dan sehat, olahraga teratur dan terukur,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap 6 bulan dan membuang sampah pada
tempatnya.
Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta
penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan
dengan sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi
syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan
limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok di dalam ruangan dan lain-lain.
Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus
dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi,
menjadi akseptor keluarga berencana dan lain-lain. Di bidang gizi dan
farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seibang, minum
Tablet Tambah Darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI)
eksklusif, mengkonsumsi Garam Beryodium dan lain lain. Sedangkan di
bidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau
memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM),
24

memanfaatkan Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain dan lain-


lain (Kemenkes RI, 2011).
2. Konsep Tatanan
Kita hidup di berbagai tatanan, yaitu berbagai tempat atau sistem
sosial dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap tatanan,
faktor-faktor individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial berinteraksi
dan menimbulkan dampak terhadap kesehatan. Oleh sebab itu dapat pula
dikatakan bahwa suatu tatanan adalah suatu tempat dimana manusia
secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan
sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya di bidang kesehatan. Jelas
bahwa setiap tatanan memiliki kekhasan, sehingga denan demikian
pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan.
Telah disepakati dalam Kemenkes RI (2011), adanya lima tatanan,
yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat
kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan tetapi,
untuk keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah
yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan 10 (sepuluh)
indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah
mempraktikkan PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian
dari semua perilaku yang harus dipraktikkan di rumah mencerminkan
keseluruhan perilaku.
Adapun sepuluh indikator dalam rumah tangga yang telah
ditetapkan diantaranya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan
jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/ Stop BABS),
pengelolaan limbah cair di rumah tangga, membuang sampah di tempat
sampah, memberantas jetnik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan
lain-lain (Kemenkes RI, 2011).
25

3. Masyarakat Dalam Tatanan


Adapun demikian harus kita sadari bahwa PHBS di tatanan rumah
tangga sangat dipengaruhi oleh PHBS di tatanan-tatanan lain. Demikian
sebaliknya, PHBS di tatanan-tatanan lain juga dipengaruhi oleh PHBS di
tatanan rumah tangga (Kemenkes RI, 2011). Seperti yang tertera pada
bagan berikut:
Bagan 2.1
Tatanan Rumah Tangga

TATANAN TATANAN
FASILITAS INSTITUSI
PELAYANAN PENDIDIKAN
KESEHATAN

TATANAN TATANAN
TEMPAT DITEMPAT
KERJA UMUM

TATANAN RUMAH TANGGA

Sumber: (Kemenkes RI, 2011)

Jadi, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini terbatas


pada masyarakat dalam pengertian umum (yaitu tatanan rumah tangga),
tetapi juga masyarakat khusus di berbagai tatanan lain. Sebagaimana
masyarakat di tatanan rumah tangga, yaitu masyarakat umum, masyarakat
di masinin tatanan pun memiliki struktur masyarakat dan peran-peran
dalam masyarakat. Jika di masyarakat umum terdapat struktur masyarakat
formal dan struktur masyarakat informal, di tatanan-tatanan lain pun
terdapat pula struktur yang serupa.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di berbagai tatanan
Menurut (Kemenkes RI, 2011), PHBS mencakup semua perilaku
yang harus dipraktikkan di bidan pencegahan dan penanggulangan
penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga
26

berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku


tersebut harus dipraktikkan dimana pun seseorang berada yang diantara
telah dibagi menjadi 5 tatanan sebagai berikut:
a. PHBS di Rumah Tangga
Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan
perilaku yang dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang
mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi
ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air
minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat
(Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS), pengelolaan
limbah cair di rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah,
memberantas jetnik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah
dan lain-lain.
b. PHBS di Institusi Pendidikan
Di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari,
padepokan dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan
perilaku yang dapat menciptakan Institusi pendidikan ber-PHBS,
yang mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang tempat, memberantas
jentik nyamuk dan lain-lain.
c. PHBS di Tempat Kerja
Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer
harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan tempat kerja
ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
27

mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat,


memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
d. PHBS di Tempat Umum
Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal,
dermaga dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikan perilaku
yang dapat menciptakan tempat umum ber-PHBS, yang mencakup
mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat,
membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah
sakit dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku
yang dapat menciptakan Fasilitas pelayanan kesehatan ber-PHBS,
yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
Menurut (Kemenkes RI, 2011), dari kelima tatanan PHBS yang
ada, lingkup tatanan pondok pesantren dan juga rumah tahfidz termasuk
kedalam tatanan PHBS institusi pendidikan, Adapun hal-hal yang menjadi
indikator penting demi terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di
rumah tahfidz yang apabila dapat dilaksanakan dengan baik maka akan
menjadikan individu dan lingkungan sekitar menjadi sehat. Berbagai
perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tahfidz diataranya sebagai
berikut:
a. Perilaku terhadap Makanan dan Minuman
Manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-
hari memerlukan suatu hal yang disebut energi. Energi yang
dibutuhkan manusia didapatkan diantaranya berasal dari makanan dan
minuman. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lutan (2000) bahwa
28

semua zat gizi yang diperlukan tubuh terdapat di dalam makanan


yang kita makan sehari-hari.
Menurut Wiarto (2012), makanan sehat adalah makanan yang
seimbang. Makanan yang seimbang merupakan makanan yang
memiliki zat gizi atau nutrisi yang cukup bagi tubuh. Misalnya
karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. Makanan sehat
juga merupakan makanan yang terhindar dari bibit-bibit penyakit dan
harus bebas dari kuman-kuman yang membawa penyakit berbahaya
bagi tubuh.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan asupan
cairan dalam tubuhnya sekitar 1,6-2 liter air. Effendi (2009)
memaparkan bahwa manusia harus menjaga keseimbangan air yang
ada di dalam tubuhnya, karena jika tubuh kekurangan air maka akan
timbul dehidrasi yang memiliki dampak buruk bagi tubuh. Walaupun
hanya kekurangan 2 persen kadar air saja metabolisme tubuh bisa
terganggu dan jika kekurangan cairan hingga 25 persen maka dapat
beresiko fatal, yaitu kematian. Perilaku terhadap makanan dan
minuman yang bergizi meliputi beberapa hal:
1) Pemilihan Jenis dan kebersihan makanan dan minuman
Setiap orang perlu mengkonsumsi beraneka ragam makanan
yang didalamnya terdapat unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh (terkecuali bayi berumur 0-4 bulan yang cukup dengan
memperoleh ASI), menurut Wiarto (2012), macammacam zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh yaitu:
a) Zat tenaga, yang didapatkan dari: beras, jagung, gandum,
kentang. Makanan dengan kandungan zat tenaga sangat
menunjang dalam memberikan tenaga guna melakukan
aktivitas sehari-hari.
b) Zat pembangun yang terdiri dari dua sumber yaitu berasal
dari tumbuh-tumbuhan atau nabati yang terdiri dari kacang-
kacangan, tempe, tahu. Berasal dari hewan yang terdiri dari
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju.
29

Zat pembangun sangat berperan dalam pertumbuhan dan


perkembangan seseorang.
c) Zat pengatur, yang didapatkan dari semua sayur-sayuran dan
buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin
dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya
fungsi-fungsi organ tubuh.
Kebersihan makanan yang dikonsumsi hendaknya
memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk
dimakan dan tidak menimbulkan penyakit. Menurut Wiarto
(2012), kriteria makanan yang bersih diantaranya:
a) Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
b) Bebas dari pencemaran
c) Bebas dari perubahan fisik dan kimia yang tidak dikehendaki,
sebagai akibat dari pengaruh enzyme, aktivitas mikroba,
hewan pengerat, serangga, parasite dan kerusakan-kerusakan
karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
d) Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan
penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
Selain kebutuhan akan makanan, dalam upaya
pemenuhan energi manusia juga membutuhkan zat-zat penting
lainnya yang didapatkan dari minuman yang bersih dan
mengandung mineral didalamnya. Menurut Lutan (2000), secara
normal kebutuhan air seseorang setiap harinya kurang lebih 2,5
liter. Dalam pemenuhan kebutuhan air, tentu saja air yang
dikonsumsi haruslah dalam keadaan bersih dan menyehatkan.
Adapun syarat-syarat air bersih menurut Soeharta (1997) adalah:
a) Air jernih (tidak berwarna), tidak berbau dan tidak berasa
b) Air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya
c) Air tidak mengandung kuman penyakit, umpamanya
kuman penyakit kolera, tipes dan disentri
Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka air
dapat dikatakan sudah layak untuk digunakan untuk kebutuhan
30

sehari-hari seperti untuk mandi, mencuci dan memasak.


Sedangkan untuk diminum terlebih dahulu air harus dimasak
sampai mendidih agar kuman dan penyakit yang kemungkinan
masih ada akan sepenuhnya mati.
2) Makanan Jajanan
a) Definisi
Makanan Jajanan merupakan makanan dan minuman yang
dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di
jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang
langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut. Konsumsi makanan jajanan yang tidak
sehat dapat mengakibatkan penurunan status gizi dan
meningkatnya angka kesakitan pada masyarakat (Mudjajanto,
2005).
Makanan jajanan dikenal juga dengan sebutan “street food”
seperti jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan,
di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta tempat yang
sejenisnya.
Makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok:
yaitu pertama makanan utama atau “main dish” contohnya
nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan sebagainya; yang
kedua panganan atau snack contohnya kue-kue, onde-onde,
pisang goreng, dan sebagainya; yang ketiga adalah golongan
minuman contohnya es teler, es buah, teh, kopi, dawet, dan
sebagainya; dan yang keempat adalah buah-buahan contohnya
mangga, jambu air, dan sebagainya (Mudjajanto, 2005).
b) Kontaminasi makanan
Pada umunya makanan mengalami proses pengolahan baik
pada suatu industri maupun pengolahan rumah tangga sebelum
disajikan. Proses pengolahan tersebut sangat menentukan
kualitas makanan yang selanjutnya sampai pada penyajian,
karena itu perhatian mengenaisanitasi dan higienis makanan
31

selama proses produksi hingga makanan siap disajikan


menjadi sangat penting (Marwanti, 2010).
Menurut Naria (2005) peluang terjadinya kontaminasi
makanan dapat terjadi pada setiap tahap pengolahan makanan.
Berdasarkan hal ini, higiene sanitasi makanan yang
merupakan konsep dasar pengelolaan makanan sudah
seharusnya dilaksanakan. Enam prinsip higiene sanitasi
tersebut adalah:
a. Pemilihan bahan makanan.
Bahan makanan yang dipilih harus mempertimbangkan
beberapa hal, seperti batas kadaluarsa, terdaftar pada
Kemenkes, dan bahan tersebut diizinkan pemakaiannya
untuk makanan.
b. Penyimpanan bahan makanan.
Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk
mencegah bahan makanan agar tidak cepat rusak.
c. Pengolahan makanan.
Pengolahan makanan meliputi 3 hal, yaitu peralatan,
penjamah makanan, dan tempat pengolahan.
d. Penyimpanan makanan matang.
Makanan matang yang disimpan sebaiknya pada suhu
rendah, agar pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
merusak makanan dapat ditahan.
e. Pengangkutan makanan.
Cara pengangkutan makanan yang diinginkan adalah
dengan wadah tertutup.
f. Penyajian makanan.
Makanan disajikan dengan segera, jika makanan
dihias maka bahan yang digunakan merupakan bahan
yang dapat dimakan.
32

Higiene sanitasi makanan minuman yang baik perlu


ditunjang oleh kondisi lingkungan dan sarana sanitasi yang baik
pula. Sarana tersebut antara lain:
a. Tersedianya air bersih yang mencukupi, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas.
b. Pembuangan air limbah yang tertata dengan baik agar tidak
menjadi sumber pencemar.
c. Tempat pembuangan sampah yang terbuat dari bahan
kedap air, mudah dibersihkan, dan mempunyai tutup
3) Waktu dan jumlah Makanan dan minuman
Waktu makan disarankan 3 kali dalam sehari yaitu pagi
(pukul 07.00), siang (13.00) dan malam (19.00) (Giri Wiarto,
2012). Makan 3 kali dalam sehari ini dimaksudkan untuk
memenuhi energy yang dibutuhkan oleh tubuh. Semakin banyak
beraktivitas maka energi yang dibutuhkan seseorang juga akan
lebih banyak. Makan terlalu banyak akan menyebabkan perut
sesak. Perut yang penuh akan menekan jantung dan paru-paru
sehingga kita akan sulit untuk bernafas. Selain itu dapat membuat
kita mual dan mengantuk. Secara umum nilai kalori yang
dihasilkan oleh tiap makanan tiap gram dapat diperoleh
sebagai berikut: Karbohidrat 4 kal/g, lemak 9 kal/g, protein 4
kal/g.
Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat
dilihat dari BB-nya. Pada remaja perempuan usia 10-12
tahun, kebutuhan energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari,
sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40- 50 kkal/kg BB/hari.
Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun, kebutuhan energiya
sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun
sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari. (Dedeh dkk, 2010)
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS), yang merupakan
panduan gizi seimbang harian Indonesia), mencantumkan anjuran
untuk minum sedikitnya 2000 ml yaitu setara dengan 8 gelas per
33

hari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan asupan


cairan dalam tubuhnya sekitar 1,6-2 liter air (Effendi, 2009).
b. Perilaku terhadap Kebersihan Tubuh dan Pakaian
Upaya pertama agar seseorang selalu dalam keadaan sehat
yaitu dengan menjaga kebersihan diri sendiri atau kebersihan pribadi.
Menurut Wiriarto (2012), kebersihan pribadi segala usaha dan
tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan
derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, agar
mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai tenaga kerja yang
sebaik-baiknya. Hal ini dilakukan agar setiap orang mengetahui
manfaat dari kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan
bagian-bagian tubuh, serta mampu menerapkan perawatan
kebersihan diri sendiri dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
sehat.
Menurut Wiarto (2012), usaha-usaha yang dapat dilakukan
dalam upaya menjaga kebersihan pribadi, antara lain:
1) Menjaga kebersihan rambut, hidung, telinga, gigi dan kuku
Memelihara kesehatan rambut pada hakekatnya adalah dengan
menjaga kesehatan kulit kepala, vitamin A merupakan vitamin
yang paling penting untuk menjaga kesehatan kulit kepala dan
sekaligus mencegah kerontokan. Dalam menjaga kesehatan kulit
kepala hendaknya selalu memperhatikan kebersihan rambut.
Membersihkan rambut dengan cara mencucui haruslah dilakukan
secara seksama, sehingga kotoran-kotoran yang melekat di rambut
dan di kulit kepala dapat terangkat. Memelihara rambut menurut
(Kriswanto 2012):
a) Membersihkan rambut secara teratur
b) Pilih shampo yang tepat
c) Pilih-pilih sisir
d) Gunting rambut
e) Konsumsi makanan bergizi
f) Ikat rambut saat berolahraga
34

g) Jauhi sinar matahari


h) Kenakan penutup saat berenang
i) Hati-hati saat mengeringkan
Menurut Tim Kreatif SPEKTRA (2008), terdapat tiga hal
yang harus diperhatikan untuk menjaga kebersihan dan keindahan
rambut, antara lain:
a) Kesehatan, rambut memerlukan zat besi dengan
memperbanyak buah dan sayuran segar yang kaya akan
vitamin C
b) Keramas secara rutin dengan menggunakan samphoo dengan
air bersih. Pada iklim tropis sebaiknya keramas dilakukan 3
kali dalam seminggu
c) Selektif memilih kosmetik rambut, pemilihan kosmetik
rambut perlu diperhatikan karena rambut akan rusak akibat
terlalu banyak penggunaan bahan kimia dan pewarnaan.
Pertumbuhan rambut pada tiap orang sangat bergantung pada
keadaan tubuh orang tersebut. Banyak penyakit yang dapat
mempengaruhi keutuhan rambut. Kelainan rambut tersebut
berupa rambut rontok, rambut putih dan rambut merah. Oleh
karena itu sebaiknya kesehatan rambut haruslah selalu dijaga agar
didapatkan manfaat seutuhnya dari rambut. Manfaat rambut
menurut dr. Djoned Soetatmo (1979) yaitu sebagai pelindung
kepala dari suhu dan memberi keindahan/estetika.
Demikian juga dengan kuku, hidung dan telinga. Kuku dapat
memanjang dengan sendirinya. Ketika memegang sesuatu,
mengambil sebongkah tanah misalnya. Secara tidak sadar terdapat
puluhan anak cacing yang masuk kedalam sela-sela kuku. Apabila
kita makan dan lupa mencuci tangan, maka puluhan anak cacing
tersebut akan ikut masuk ke dalam tubuh dan akan mengakibatkan
berbagai penyakit, misalnya diare. Menurut (Kriswanto, 2012)
merawat kuku bisa dilakukan dengan cara:
35

a) Diet seimbang
b) Hindari bahan kimia
c) Melembabkan kuku
d) Gunting kuku secara teratur
e) Menghindari kebiasaan buruk terhadap kuku
Begitu juga dengan hidung dan telinga. Menurut Wiarto
(2012), hidung merupakan tempat menyaring kotoran yang berasal
dari debu-debu yang ikut bersama udara yang kita hirup. Bila
terlalu banyak debu atau kotoran yang menumpuk di dalam
hidung, maka akan kotoran tersebut akan mempersulit kita
untuk bernafas.
Oleh karena itu, dalam menjaga kebersihan hidung, kita harus
rajin membersihkan kotoran-kotoran yang ada dalam hidung kita.
Bila perlu gunakanah masker jika akan bepergian jauh atau
sedang beraktifitas di tempat yang berdebu. Telinga harus selalu
dibersihkan dari benda-benda yang mengganggu. Dalam
membersihkan telinga, gunakanlah bahan yang lembut, seperti
cotton bud, jangan terlalu dalam ketika membersihkannya, karena
akan merusak gendang telinga. Menurut (Kriswanto, 2012)
merawat telinga bisa dilakukan dengan cara:
a) Kurangi intensitas penggunaan earphone
b) Hindari suasana yang bising
c) Perawatan rutin
d) Kunyah makanan dengan baik
Mulut termasuk didalamnya lidah dan gigi merupakan
sebagian dari alat pencernaan makanan. Menurut Soetatmo (1979),
gigi merupakan alat yang penting dalam pencernaan makanan.
Makanan yang masuk ke dalam mulut dilembutkan dengan gigi.
Gigi-gigi yang sehat diperlukan dalam upaya mewujudkan
kesehatan badan seluruhnya.
Dengan seringnya makanan masuk kedalam mulut maka
kebersihan mulut dan gigi secara teratur harus selalu dijaga. Hal
36

ini penting untuk selalu diperhatikan mengingat gigi sangat


rawan terserang bakteri atau penyakit yang dapat
megakibatkan gigi berlubang, karang gigi dan bahkan gusi
bengkak. Menurut Soetatmo (1979) cara menjaga kebersihan gigi
dapat dilakukan dengan cara:
a) Menggosok gigi paling sedikit 3x sehari menggunakan pasta
gigi dan waktu menggosok gigi ialah segera setelah makan
dan sebelum tidur.
Cara menggosok gigi yang benar adalah:
a. Menggosok permukaan gigi sebelah pipi (yang
menghadap ke pipi). Cara menyikat giginya harus
demikian rupa sehingga seluruh permukaan gigi harus
tergosok oleh sikat gigi.
b. Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah dan
langit-langit. Permukaan gigi harus digosok dari pangkal
gigi kearah gigitan mahkota gigi disertai gerakan kearah
belakang dan ke depan.
c. Menggosok bagian dataran pengunyahan. Setiap
permukaan harus digosok dengan gerakan-gerakan
berputar-putar ditambah gerakan dari muka ke
belakang dan dari kiri ke kanan.
b) Jangan makan dan minum yang terlalu panas. Jangan makan
panas segera setelah minum yang dingin atau sebaliknya.
a. Jangan membiarkan mengigit yang terlalu keras (tulang,
es batu dan lain-lain).
b. Selalu memeriksakan gigi ke Puskesmas secara teratur.
2) Memakai Pakaian yang Bersih dan Rapi
Memakai pakaian yang bersih dan rapi menurut Soetatmo
(1979), pakaian adalah suatu benda yang dipakai untuk
menutup badan (melindungi sebagian tubuh). Pakaian harus
dipilih dengan memperhatikan kebersihan dan keserasian
dengan badan serta kegiatan atau aktivitas yang akan
37

dilakukan. Misalnya pakaia pada saat melakukan kegiatan


olahraga tentu saja berbeda dengan pakaian yang dikenakan pada
saat bepergian. Menurut moeloerifah (2004), guna pakaian antara
lain untuk:
a) Melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar
tubuh misalnya debu, lumpur dan sebagainya
b) Melindungi kulit dari sengatan sinar matahari
c) Mencegah bibit penyakit masuk dalam tubuh, misalnya
cacing tambang yang berada di tanah lembab akan masuk
melalui kuku, telapak kaki
d) Membantu mengatur suhu tubuh, misalnya pakaian yang
tebal dapat menahan atau menghalangi tubuh kehilangan
panas, sehinga orang yang bersangkutan tetap merasa
hangat meskipun udara/hawa disekitarnya dingin.
e) Membantu mempercantik diri, misalnya sesorang dengan
pakaian yang serasi, rapi dan bersih akan nampak lebih cantik
atau gagah dalam penampilannya
Dalam menjaga kebersihan pakaian harus selalu diperhatikan
dalam hal perawatan dan pemeliharaan pakaian. Pakaian harus
selalu dipelihara dengan cara dicuci secara rutin agar pakaian
tersebut selalu dalam keadan baik, rapih dan bersih. Menurut
Soetatmo (1979), cara mencuci pakaian yang benar ialah:
a) Kaos dicuci hati-hati agar benang tidak tertarik-tarik oleh
kuku/cincin kita
b) Pisahkan pakaian yang sangat kotor
c) Pakaian putih dicuci tersendiri lebih dulu
d) Pakailah sabun sampai berbusa
e) Untuk yang kotor sekali dapat dipakai sikat halus
f) Bila menggunakan air bersih beberapa kali
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian
manurut Ananto dan Kadir (2010) antara lain sebagai berikut:
38

a) Pakaian hendaknya diganti, setiap selesai mandi, dan bila


kotor atau basah karena keringat atau kena air.
b) Kenakan pakaian sesuai dengan ukuran tubuh.
c) Pakaian harus dicuci dengan detergen bila sudah kotor,
kemudian dijemur dan setelah kering disetrika lalu dilipat.
d) Pakaian yang telah dipakai keluar hendaknya jangan dipakai
untuk tidur, karena memungkinkan terkena debu atau kotoran.
e) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk
mencegah tertularnya penyakit.
c. Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan
Dalam mencapai derajat kesehatan yang baik, manusia dalam
kehidupan sehari-harinya haruslah selalu mempraktekkan pola
hidup bersih dan sehat secara teratur. Selain itu dalam upaya
mewujudkan hidup sehat maka diperlukan pula kondisi lingkungan
yang baik dan sehat. Oleh karena itu kondisi lingkungan perlu
diperhatikan benar-benar agar tidak merusak kesehatan. Perilaku
terhadap lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagai determinan terhadap kesehatan lingkungan. Manusia selalu
hidup dan selalu berada di suatu lingkungan seperti lingkungan tempat
tinggal, tempat belajar dan tempat untuk melakukan suatu aktivitas
jasmani dan olahraga.
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku terhadap kebersihan
lingkungan merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan manusia. Selanjutnya dijelaskan perilaku
kesehatan lingkungan itu sendiri antara lain mencakup:
1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya
komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk
kepentingan kesehatan.
2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang
menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan
penggunaanya.
39

3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun


limbah cair. Termasuk di dalamnaya system pembuangan
sampah dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang
tidak baik.
4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, sekolah atau
tempat kerja yang sehat meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai,
dan sebagainya.
5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vector) dan sebagainya.
Menurut Maryunani (2013) kebersihan rumah dan
lingkungannya, seperti rumah dan lingkungannya disapu,
membuang sampah, membuang kotoran, dan air limbah pada
tempatnya, dengan menyadari akan arti pentingnya kebersihan
lingkunan jelas bahwa kesehatan lingkungan merupakan salah satu
upaya yang bersifat pencegahan yang dapat dilakukan mulai sejak
dini, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.
Menurut Ichsan (1979), manfaat mempelajari kesehatan
lingkungan yang diberikan di sekolah diharapkan agar para siswa; (1)
Mengenal, memahami masalah kesehatan lingkungan, (2) Memiliki
sikap positif dan peran serta aktif dalam usaha kesehatan
lingkungan, (3) Memiliki keterampilan untuk memelihara dan
melestarikan kesehatan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit
Perilaku terhadap sakit dan penyakit menurut Notoatmodjo
(2007), perilaku terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
merespon baik pasif serta rasa yang adapada dirinya dan di luar dirinya,
maupun aktif yang dilakukan sehubungandengan penyakit dan sakit
tersebut. Notoatmodjo (2007), menjelaskan perilaku atau tindakan
seseorang terhadap sakit dan penyakit meliputi:
1) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit.
Tindakan atau perilaku ini mencakup: pencegahan penyakit,
mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi,
40

menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan


penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk
dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.
2) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain:
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga
secara teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras,
narkoba, dan sebagainya.
3) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup, membuang air besar di
jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah,
menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.
Kesehatan merupkan hal yang tidak datang dengan sendirinya. Oleh
karena itu dibutuhkan kesadaran dan peran khusus dari dalam diri
seseorang dalam upaya mewujudkannya.
Usaha tersebut adalah dengan mengupayakan agar setiap
individu maupun kelompok mendapatkan suatu kesehatan yang
optimal, sehingga dalam pencapaian berperilaku hidup bersih dan
sehat tercapai secara baik. Dengan menjalankan pola hidup sehari-
hari yang tidak teratur pasti akan berakibat kurang baik bagi
kesehatan. Untuk itu agar dapat dicapai suatu kesehatan yang baik,
dan lebih meningkatkan kegiatan jasmani yang seimbang dan
kurangi hidup yang kurang teratur
e. Perilaku Hidup yang Teratur dan terukur
Pada dasarnya kesehatan tidak akan datang dengan sendirinya
maka dari itu dibutuhkan kesadaran dan peran khusus dari dalam
diri sendiri. Usaha tersebut adalah dengan mengupayakan agar
setiap individu maupun kelompok selalu melakukan atau
mempraktikkan perilaku yang teratur dalam kehidupan sehari-harinya,
sehingga dalam pencapaian berperilaku hidup bersih dan sehat tercapai
41

dengan baik. Menurut Purnomo dan Kadir (1994), kebiasaan hidup


yang tidak teratur adalah sebagai berikut:
1) Melakukan cara hidup di luar kebiasaan yang wajar dan sehat
2) Tidur terlalu larut malam atau begadang karena akan
membahayakan kesehatan
3) Tidur kurang dari 8 jam sehari dan tidur di tempat yang tidak baik
untuk kesehatan
4) Melakukan latihan jasmani atau olahraga yang tidak teratur
5) Makan secara sembarangan, baik yang dimakan maupun cara dan
waktu makan
Selain itu dalam upaya melakukan perilaku hidup yang teratur,
setiap hari sebaiknya selalu melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit.
Menurut Proverawati dan Rahmawati (2012), aktifitas fisik adalah
melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehataan
fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik yang dapat dilakukan bisa berupa
kegiatan sehari hari yaitu: berjalan kaki, berkebun, kerja tani, mencuci
pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa
belanjaan dan berolahraga. Olahraga adalah kebutuhan hidup bagi
orang yang mau berfikir. Bila olahraga sudah menjadi kebutuhan, maka
mereka akan merasa rugi manakala tidak dapat melakukan olahraga.
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kecemasan, Istirahat adalah suatu
keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar (Asmadi, 2008). Tidur merupakan alah satu cara
untuk melepas kelelahan baik jasmani maupun mental. Menurut (Peter,
1985) berpendapat bahwa tidur merupakan suatu keadaan yang
sederhana, proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ
tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang
kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi.
42

Maryunani (2013) berpendapat bahwa salah satu cara untuk


melihat pertumbuhan dan gizi anak dengan cara mengukur tinggi badan
dan berat badan setiap 6 bulan sekali. Menurut proverawati dan
Rahmawati (2012), keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur
yaitu:
1) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker,
tekanan darah tinggi, kencing manis, dll.
2) Berat badan terkendali
3) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
4) Bentuk tubuh menjadi bagus
5) Lebih percaya diri
6) Lebih bertenaga dan bugar
7) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
Untuk itu agar dapat dicapai suatu kesehatan yang baik, dan lebih
meningkatkan kegiatan jasmani yang seimbang, maka hal yang
terpenting untuk dilakukan adalah mengurangi hidup yang kurang
teratur, seperti keseringan melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat.
f. Perilaku yang Merusak Kesehatan
Kebiasaan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari bila
diperhatikan banyak dipengaruhi oleh kebiasaan hidup sehari-hari
peserta didik tersebut. Kebiasaan baik maupun buruk biasanya
berlangsung tanpa disadari oleh peserta didik yang bersangkutan.
Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian kehidupan
seharihari sangat sukar diubah. Menurut Purnomo dan Kadir, (1994),
kebiasaan-kebiasaan buruk yang perlu dihindari adalah:
1) Merokok
Kebiasaan merokok di kalangan siswa di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan sebagai akibat gencarnya
promosi rokok diberbagai media. Industri rokok pada saat ini
sudah masuk pada tahap pemberi sponsor pada kegiatan anak
muda, seperti konser musik dan olah raga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik untuk mencoba merokok antara lain
43

pengaruh lingkungan, keluarga, teman, promosi, gaya hidup dan


coba-coba.
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun
2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, rokok
merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat,
oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pengamanan.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu
atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan (Padmaningrum, 2007). Menurut Wiarto
(2012), rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang
antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun daun tembakau yang
dicacah.
Menurut Proverawati & Rahmawati (2012), perokok aktif
adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan
sekecil apapun walaupun itu hanya 1 batang dalam sehari.
Sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi
menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam
satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.
Menurut Irianto (2007), sudah banyak diketahui umum bahwa
merokok dapat mengganggu kesehatan seperti system pernafasan,
paru-paru, jantung, dan lain-lain.
Asap rokok mengandung karbon monoksida yakni salah satu
senyawa karbon yang memiliki afinitas (daya ikat) terhadap Hb
200-300 kali lebih kuat daripada afinitas terhadap oksigen (O2).
Merokok sangat membahayakan kesehatan, baik diri sendiri
maupun bagi orang yang ada disekitarnya. Walaupun sudah
diketahui bahaya dan resikonya tetapi tampaknya hal itu tidak bisa
mempengaruhi para siswa untuk mencoba merokok.
44

Menurut Proverawati & Rahmawati (2012), merokok


baik secara aktif maupun pasif membahayakan tubuh, seperti:
a) Menyebabkan kerontokan rambut
b) Gangguan pada mata, seperti katarak
c) Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok
d) Menyebabkan paru paru kronis
e) Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap
f) Menyebabkan stroke dan serangan jantung
g) Tulang lebih mudah patah
h) Menyebabkan kanker kulit
i) Menyebabkan kemandulan dan impotensi
j) Menyebabkan kanker rahim dan keguguran
Menurut Wiarto (2012), faktor-faktor yang memperngaruhi
kebiasaan merokok adalah sebagai berikut:
a) Orang Tua
Karena kesibukan dalam hal social dan ekonomi yang
sangat tinggi, sehingga banyak anak-anak dibawah umur
sangat mudah mendapatkan rokok. Hal ini disebabkan para
orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul dengan bebas,
serta tidak memperhatikan apa kebiasaan yang dilakukan oleh
anaknya setiap hari. Selain itu mungkin juga dipengaruhi oleh
orang tua yang memiliki kebiasaan merokok.
b) Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar dapat juga berupa iklan, banyak
sekarang ini iklan-iklan rokok yang ditayangkan di media
cetak maupun eletronik. Karena seseorang ingin seperti iklan
tersebut, maka ia mencoba untuk merokok.
c) Kepribadian
Seseorang mencoba merokok karena ada beberapa
hal diantaranya, merasa malu kepada teman-teman/orang
lain, membebaskan rasa bosan, menahan diri dari tekanan jiwa
dan biar dikatakan lelaki sejati.
45

Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang


dipelajari. Hal itu berarti ada pihak-pihak yang berpengaruh besar
dalam proses sosialisasi. Perilaku merokok biasanya dimulai pada
masa remaja meskipun proses menjadi perokok telah dimulai sejak
kanak-kanak.
Masa remaja merupakan periode penting risiko untuk
pengembangan perilaku merokok jangka panjang yang apabila
telah kecanduan maka akan sulit untuk meninggalkan kebiasaan
tersebut hingga dewasa. Selain itu, perilaku merokok merupakan
pintu masuk perilaku negatif yang lain seperti penyalahgunaan
narkotika dan minum minuman keras.
2) Alkohol
Secara tidak langsung bahwa masuknya alkohol dalam
tubuh berarti masuknya bahan kimia ke dalam tubuh. Siswa
yang meminum alkohol sekali-kali mungkin tidak akan mengalami
gangguan seberat mereka yang telah menjadi alcoholic. Tingkah
laku sosial dan emosi sudah dikendalikan oleh bahan-bahan kimia.
Menurut Irianto (2007), alkohol yang terkandung dalam
minuman keras seperti beer, whiskey, dan lain-lain
mempunyai pengaruh pada vasodilatasi sehingga dapat
melebarkan pembuluh darah perifer, menyebabkan kulit
kemerahan dan terasa hangat. Disamping itu alkohol termasuk
jenis minuman penghasil energi instan. Satu gram alkohol dapat
menghasilkan 7 kalori. Minuman keras atau minuman beralkohol
juga termasuk zat adiktif. Menurut Wiarto (2012), minuman keras
dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:
a) Golongan A yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 1-
5%, contohnya: Bir
b) Golongan B yaitu minuman keras yang berkadar alkohol
5-20%, contohnya: Anggur/Wine
c) Golongan C yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 20-
45%, contohnya: Arak, wiski, vodka
46

Menurut Wiarto (2012), akibat yang ditimbulkan dari minum


minuman beralkohol secara langsung yaitu:
a) Kehilangan keseimbangan tubuh
b) Pusing, merasa gembira, kulit menjadi merah
c) Perasaan ingatan menjadi tumpul
d) Dalam dosis tinggi menjadi mabuk, tindakan tidak terkontrol
dan kendali diri berkurang.
Selain itu alkohol dapat mempengaruhi sistem organ yang
ada di dalam tubuh. Menurut Wiarto (2012), pengaruh yang
terjadi adalah rusaknya organ tubuh, yaitu:
a) Pengaruh pada sistem kardiorespirasi adalah denyut jantung
dan pernapasan lambat. Dengan lambatnya frekuensi
pernapasan maka jumlah oksigen yang disuplai dalam darah
akan berkurang.
b) Pada sistem pencernaan alkohol akan berpengaruh pada
hilangnya selera makan, peradangan hati, kanker mulut,
kerongkongan dan lambung.
c) Pada sistem reproduksi dan pengaruh pada bayi. Pengaruh
alkohol pada ibu hamil adalah dapat menyebabkan cacat
bayi yang dikandung. Sedangkan pengaruh alkohol pada pria
adalah menyebabkan impotensi.
d) Pada sistem saraf pusat dapat menghambat fungsi otak
yang mengontrol pernapasan dan denyut jantung sehingga
menyebabkan kematian dan dapat menyebabkan hilangnya
memori (amnesia), sakit jiwa, kerusakan tetap pada otak
dan sistem saraf.
3) Narkotika
Menurut Istiati (2008), narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintesis yang dapat menimbulkan pengaruh-
pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan. Pengaruh
tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
47

semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang


akan menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1997
yang dikeluarkan Tanggal 1 September 1997 tentang narkotika,
“Narkotika hanya dapat digunaka untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan termasuk kepentingan lembaga
penelitian atau pendidikan saja / sedangkan pengadaan
impor/ekspor, peredaran dan pemakaiannya diatur oleh
pemerintah, dalam hal ini departemen kesehatan.
Kenyataanya zat-zat tersebut banyak yang datang dan masuk
ke Indonesia secara illegal sehingga menimbulkan permasalahan.
Peredaran zat terlarang secara gelap itu dilakukan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab yang ingin memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Menurut Wiarto (2012), terdapat banyak akibat negatif yang
disebabkan oleh narkoba, yaitu:
a) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan pada remaja
normal yang ditandai mudah lupa, sulit berkonsentrasi,
bertindak tidak rasional/akal sehat, sering mengkhayal,
motivasi menurun.
b) Intoksikasi (keracunan) adalah gejala yang ditimbulkan akibat
pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup berpengaruh
pada tubuh dan perilaku. Istilah yang sering digunakan adalah
teller, mabuk dan fly.
c) Overdosis (OD) dapat menyebabkan kematian karena
terhentinya pernafasan (heroin) atau pendarahan otak
(amfetamin). Overdosis dapat terjadi karena penggunaan
dalam jumlah besar atau karena sudah lama berhenti pakai,
lalu memakainya lagi dalam dosis yang dahulu dipakai.
4) Perilaku seks bebas
Perilaku seksual remaja timbul bersamaan dengan
kematangan seksualnya. Timbulnya dorongan seksual yaitu
48

tertarik dengan lawan jenis, sering disebut sebagai nafsu birahi.


Dalam keadaan ini, remaja di tantang untuk tidak sampai
melakukan hubungan seksual (Depkes RI, 2001).
Sarwono (2011) menyebutkan, kebudayaan kita tidak
mengizinkan hubungan seksual diluar perkawinan. Padahal
perkawinan biasanya menuntut persyaratan yang berat dan baru
dapat dilakukan setelah beberapa tahun setelah masa remaja.
Karena itu para remaja terpaksa mencari pemuasanya kepada
khayalan, membaca buku atau melihat film dewasa (18+) dan
sebagainya yang sering menyulitkan orang tua, guru dan para
pendidik lainnya. Gunarsa (1991) menyebutkan berbagai perilaku
pada remaja yang belum saatnya untuk bisa melakukan hubungan
seks secara wajar, antara lain:
a) Masturbasi/onani
b) Berpacaran
c) Kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual
Oleh karena itu orang tua dan juga tenaga pendidik harus
bisa memberi arahan dan pelajaran untuk anak dan peserta
didik agar tidak masuk kearah yang tidak diinginkan. Orang tua,
guru, teman sebaya, lingkungan, dan masyarakat merupakan faktor
penting untuk membentuk karakter yang baik pada masa remaja
awal.
5. Prilaku hidup bersih dam sehat (PHBS) dalam konteks islami
Didalam agama Islam telah dijelaskan tentang hidup bersih dan
sehat, Seperti yang tertera dalam sabda Rasulullah SAW berikut, yang
artinya: “Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Islam
memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi
ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki
aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan
logis.”
49

Berikut adalah beberapa hal menyangkut perilaku hidup bersih dan


sehat yang telah dianjurkan dalam agama Islam berdasarkan Firman Allah
SWT dan Sabda Rasulullah SAW:
a. Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri
Salah satu ayat dalam Al-Qur’an telah menerangkan bagaimana
pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan. Hal ini tertera dalam
surah (Al-Baqarah, 222): “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
Dan sebaimana sabda Rasulullah Saw bahwa kebersihan itu
merupakan sebagian dari iman. “Ath-thauuru syathrul iman”.
“Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR. Muslim)
Dari uraian ayat di atas telah di jelaskan bahwa Allah
menyuruh umatnya untuk menjaga kebersihan, karena Allah menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. Dengan mensucikan diri dengan
menjaga kebersihan akan menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat. Dengan demikian akan mempengaruhi pula pada kehidupan
manusia, yakni terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
Seseorang bisa dikatakan sehat bisa ditinjau dari segi fisik
maupun psikis. Sehat dari segi fisik dapat dilihat dari bentuk tubuhnya
yang segar bugar dan mampu melakukan berbagai aktivitas.
Sedangkan, seseorang dikatakan sehat secara psikis dapat diketahui
bagaimana jiwa orang tersebut berfikir dengan baik dan bertindak
secara realistis dan terarah.
Dengan demikian kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh
badan yang sehat dan lingkungan yang bersih, untuk menjaga pola
hidup yang sehat yang nantinya memberikan pengaruh positif bagi
kesehatan seseorang. Begitu juga sebaliknya jika seseorang kurang
memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan maka dampak
yang akan terjadi adanya berbagai virus atau penyakit yang akan
menyerang tubuh sehingga ia tidak lagi merasakan kesehatan. Oleh
karena itu, seseorang perlu menjaga gaya hidupnya dengan baik dan
teratur untuk mendapatkan hidup sehat.
50

Didalam agama Islam telah diperintahkan mandi bagi umatnya


untuk menjaga kebersihan tubuhnya dikarenakan 23 alasan
diantaranya 7 alasan untuk mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat
mandi yang di sunah. Dalam menjaga kebersihan tangan baik sebelum
maupun sesudah melakukan kegiatan telah dijelaskan dalam sabda
Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: “Cucilah kedua tanganmu
sebelum dan sesudah makan, dan cucilah kedua tanganmu setelah
bangun tidur, tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat
tidur”.
b. Penanggulan dan penanganan epidemi penyakit
Karantina penyakit untuk menghidari tertularnya suatu
penyakit sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda: “jauhkanlah
dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit
lepra”. Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan
penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan
masyarakat misalnya wabah penyakit seperti penyakit kolera dan
cacar, Nabi Muhammad SAW: “janganlah engkau masuk kedalam
suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di
dalamnya janganlah pergi meninggalkannya”. Islam juga telah
menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri yaitu ikhtiar
dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.
c. Makanan
a) Makanan yang diharamkan
Allah telah melarang hambanya untuk memakan makanan
yang haram dikarenakan dapat membawa dampak buruk bagi
tubuh manusia. Tetapi jika dalam keadaan terdesak yang jika
dengan tidak memakan nya dapat menyebabkan orang tersebut
meninggal maka larangan mengenai makanan haram dapat
berubah dengan syarat tidak berleihan atau secukupnya saja.
Sebagaimana yang tercantum didalam firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut
51

nama selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa


memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya
Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Qr. Al Baqarah,
173)
Setiap makanan yang dilarang didalam al-quran
ternyata saat ini memilikiargumentasi ilmiah yang dapat
dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan
dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi
kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai
penyakit yang membahayakan tubuh seperti Salmonella, cacing
pita, dll.
b) Makanan sehat dan halal
Didalam agama Islam telah diperintahkan bagi umatnya
untuk makan makanan yang baik dan halal, misalnya daging, ikan,
madu dan susu. Seperti yang telah diterangkan dalam firman Allah
berikut ini, yang artinya: “Wahai sekalian manusia, makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi” (Al-
Baqarah, 168). “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari
apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu” (Al-Baqarah,
172).
c) Menjaga perilaku ketika makan
Islam menegaskan kepada umat Muslim untuk menjaga
etika ketika makan. Allah SWT memerintahkan kita untuk makan
tidak berlebihan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “perut
adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi. Sebagian besar penyakit
bersumber dari perut”. Dan Firman Allah yang artinya: “Apa saja
nikmat yang kamu perleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia, dan
cukuplah Allah menjadi saksi” (Qr. An-Nisaa’, 79).
52

Dalam hal ini kesehatan menjadi sangat penting sebagai salah satu
faktor penentu kehidupan. Pentingnya menjaga kesehatan perlu diterapkan
sejak dini, agar tercipta pola hidup yang bersih dan sehat yang membawa
dampak pada hidup dan lingkungan. Dalam hal ini, prilaku hidup bersih
dan sehat juga telah dijelaskan dan dibahas dalam al-Qur’an secara luas
dan mendetail. Al-Qur’an sebagai pedoman umatIslam menjadi salah satu
tinjauan yang perluuntuk digalidan dipelajari kandungan isinya, salah
satunya adalah tentang prilaku hidup dan sehat. Hal ini perlu dilakukan
sebagai tinjauan umat Islam dalam menjalankan kehidupannya, agar
sesuai dengan aturan hukum Islam yang ada.
Penelitian tentang hubungan antara sikap religiusitas dengan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi hal yang menarik untuk
dikaji. Diharapkan nantinya bisa menjadi tolak ukur dalam menentukan
sikap dan perilaku agar dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dan juga
diharapkan nantinya penelitian ini dapat berguna untuk pengembangan
pengetahuan baik bagi diri sendiri, orang lain maupun masyarakat sekitar.
53

Kerangka Teori
Bagan 2.2
Kerangka Teori

Stimulus Proses stimulus Religiusitas:


1. Keyakinan (Ideology)
2. Praktik agama
Pengetahuan Respon (Ritualistic)
sikap tertutup
3. Pengalaman dan
konsekuensi
(Consequential)
Respon
Perilaku 4. Pengetahuan agama
terbuka
(Intellectual)
5. Penghayatan
(Experimental)
Perilaku sehat

Faktor Eksternal
1. Lingkungan keluarga
Perilaku Hidup 2. Lingkungan institusional
Bersih dan Sehat 3. Lingkungan masyarakat

Kebersihan Kebersihan Faktor Internal


pribadi tempat
tinggal 1. Faktor hereditas
2. Tingkat usia
3. Kepribadian
Meningkatkan derajat kesehatan 4. Kondisi kejiwaan
dan sebagai pencegahan
(Ancok dan Suroso)
terhadap berbagai penyakit

(Syahriani Syukri)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

1) Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,
2007). Kerangka konsep terdiri dari variabel independen dan dan variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap religiusitas
dan variabel dependennya adalah pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Bagan 3.1
Kerangka konsep penelitian

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Pola Hidup Bersih Dan Sehat


Sikap Religiusitas
(PHBS).

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Terdapat hubungan

2) Definisi Operasional
Defenisi operasiaonal adalah variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukururan secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena (Natoatmojo, 2012)
55

Tabel 3.1
Definisi operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala


1 Sikap Pengetahuan, Wawancara Kuesioner 1. Tinggi, jika Ordinal
Religiusitas keyakinan, skor Mean
pengalaman, ≥ 105
pelaksanaan dan 2. Rendah,
penghayatan, pada jika skor
aspek religi yang Mean <
telah dihayati oleh 105
seseorang yang (Sumber:
Penelitian, 2019)
nantinya dapat
menjadi landasan
dalam mengambil
tindakan dan
berperilaku
seseorang.
2 Perilaku semua perilaku Wawancara Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
hidup yang dilakukan skor Mean
bersih dan atas kesadaran ≥114
sehat untuk seseorang 2. Kurang
dapat baik jika
meningkatkan, skor Mean
memelihara dan < 114
menolong dirinya (Sumber:
Penelitian, 2019)
sendiri dan orang
lain didalam
bidang kesehatan

3) Hipotesis
56

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan


dugaan, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan melalui
penelitian (Natoatmodjo, 2002). Hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:

Ha: Ada hubungan antara sikap religiusitas dengan prilaku hidup bersih
dan sehat di Rumah Qur’an Mulia Palembang.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

1) Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antara dua
variabel (Nursalam, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel bebas (sikap religiusitas) dan
variabel terikat (perilaku hidup bersih dan sehat).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, dengan
pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk melihat gambaran dan hubungan antara variabel dependen dan
variabel independen secara bersamaan (Natoatmodjo, 2002).

2) Populasi Dan Sampel Penelitian


1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti (Arikunto,
2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri yang berada
di asrama Rumah Qur’an Mulia Palembang tahun 2019 yaitu
berjumlah 46 orang santri dengan total santri putra sebanyak 39 orang
dan santri putri sebanyak 7 orang.
2. Sampel penelitian
Tahnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling. Total sampling adalah tehnik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiono, 2011).
Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang dari
100, jadi seluruh populasi bisa dijadikan sampel penelitian semuanya
(Sugiono, 2011). Adapun sampel yang di ambil dalam penelitian ini
adalah suluruh santri putra di (Rumah Qur’an Mulia Palembang) tahun
2019 berjumlah 39 orang santri.
Dalam pemilihan sampel peneliti membuat kriteria bagi
sampel yang diambil. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
58

adalah berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu


karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti.
a. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek peneliti
mewakili sampel peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Nursalam, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Bersedia menjadi responden
2) Santri yang menetap diasrama
3) Santri yang berusia 15 sampai usia 28 tahun
b. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek peneliti tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian (Nursalam, 2011). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
1) Santri yang sedang pulang kampung
2) Tidak bersedia menjadi responden

3) Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di tempat ibadah rumah tahfidz
(Rumah Qur’an Mulia Palembang) dan dilaksanakan pada bulan Maret
2019.

4) Metode Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder, dimana:
a. Data primer
Data primer diambil dengan cara menyebarkan angket kepada
responden untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di Rumah Qur’an Mulia Palembang.

b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari profil Rumah Qur’an Mulia dan
data penunjang di Rumah Qur’an Mulia Palembang.
59

5) Tehnik dan instrument pengumpulan data


1. Tehnik pengumpulan data
Di dalam penelitian terdapat tehnik pengumpulan data yang
digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Tehnik pengumpulan
data yang digunakan diharapkan mampu memberikan data yang
dinginkan oleh peneliti sehingga peneliti harus mengetahui teknik
pengumpulan data yang tepat untuk digunakan. “Terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data” (Sugiyono,
2011).
2. Instrumen Penelitian Pengolahan Data
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mendapatkan data penelitian (Arikunto, 2006). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket kuesioner. Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Didalam
penelitian ini terdapat dua kuesioner yaitu kuesioner sikap religiusitas,
dan kuesioner PHBS.
a. Kuesioner Sikap Religiusitas
Kuesioner sikap religiusitas digunakan untuk mengetahui sikap
religiusitas responden. pada kuesioner ini yang digunakan adalah
kuesioner yang dibuat oleh peneliti sebelumnya dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 30 item pertanyaan. Dari total seluruh
pernyataan yang ada sebanyak 30 pertanyaan terdapat pernyataan
positif (favorable) dan pernyataan negative (unvavorable).
Pernyataan positif pada angket kuesioner terdapat 13 pernyataan
yang diantaranya 1, 4, 6, 8, 9, 13, 14, 16, 19, 22, 24, 27, dan 28.
Dan pernyataan negatif terdapat sebanyak 17 pernytaan
diantaranya 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25,
26, 29 , dan 30.
Jenis pertanyaan Favorable pilihan pertanyaan jawaban bila
sangat setuju skornya 4, bila setuju skornya 3, bila tidak setuju
60

skornya 2, bila sangat tidak setuju skornya 1. Sedangkan jenis


pertanyaan Unfavorable pilihan jawaban bila sangat setuju
skornya 1, bila setuju skornya 2, bila tidak setuju skornya 3, bila
sangan tidak setuju skornya 4. Kemudian hasil akhir yang
diperoleh dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu Tinggi, jika skor
religiusitas ≥ mean sedangkan rendah, jika skor religiusitas <
mean.
b. Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Kuesioner PHBS digunakan untuk mengetahui perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) santri di rumah tahfidz (Rumah Qur’an
Mulia Palembang). Pada kuesioner ini yang digunakan adalah
kuesioner yang dibuat oleh peneliti sebelumnya dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 45 item pertanyaan. Dari total seluruh
pertanyaan sebanyak 45 pertanyaan terdapat pernyataan positif
(favorable) dan pernyataan negative (unvavorable). Pernyataan
positif pada angket kuesioner terdapat 38 pernyataan yang
diantaranya 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40,
41, 42, 43, dan 44. Dan pernyataan negatif terdapat sebanyak 7
pernytaan diantaranya 10, 14, 16, 19, 21, 39, dan 45.
Jenis pertanyaan Favorable pilihan pertanyaan jawaban bila
Selalu dilakukan skornya 4, bila Sering dilakukan skornya 3,
Kadang–kadang dilakukan skornya 2, bila Tidak pernah dilakukan
skornya 1. Sedangkan jenis pertanyaan Unfavorable pilihan
jawaban bila Selalu dilakukan skornya 1, bila Sering dilakukan
skornya 2, Kadang–kadang dilakukan skornya 3, bila Tidak pernah
dilakukan skornya 4. Kemudian hasil akhir yang diperoleh
dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu Baik, jika skor PHBS ≥
mean sedangkan Rendah, jika skor PHBS < mean. Dalam
kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
sebelumdigunakan untuk pengumpulan data penelitian.
61

a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu alat ukur atau instrument
(Arikunto, 2006). Sebuah instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan atau dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secara tepat.
1) Kuesioner sikap religusistas tentang sikap religiusitas yang
diadopsi dari kuesioner Rifqi (2011) dengan 35 pertanyaan dan
telah dilakukan uji validitas. Terdapat 5 item pertanyaan yang
gugur dalam uji validitas dengan hasil pengujian yang
dinyatakan valid jika nilai reabilitasnya 0,8143.
2) Kuesioner PHBS tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang diadopsi dari kuesioner Nasyith (2018) dengan
45 pertanyaan. Menurut Nasyith pada penelitian nya: Nilai r xy
yang diperoleh akan dikonsultasikan dengan harga product
moment pada pada taraf signifikansi 0,05. Bila nilai korelasi r
hitung ≥ 0,304, maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan
valid. Sebaliknya apabila nilai korelasi r hitung < 0,304 maka
pertanyaan dalam kuesioner tidak valid. Setelah dilakukan uji
validitas hasil pengujian menunjukan terdapat 15 item
pertanyaan yang gugur dan tidak digunakan dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
sesuatu instrumen cukup dapat untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumenl
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2010). Pengujian reliabilitas
dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi jika sebuah
pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut tidak dilanjutkan
untuk uji validitas. Pertanyaan-pertanyaaan yang sudah valid ke
mudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya.
62

a. Uji reliabilitas pada kuesioner sikap religiusistas telah


dilakukan uji reliabelitas oleh peneliti sebelumnya dengan cara
melihat Cronbsch’s Alpha yaitu dengan nilai 0,916.
b. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner PHBS yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hasil pengujian variabel
angket Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat
dihitung dengan Cronbsch’s Alpha. Pernyataan dari kuesioner
dinyatakan reliable jika nilai Cronbsch’s Alpha dari item
berada di atas 0,987.

6) Pengolahan Data
Menurut Natoatmojo (2002), tehnik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
a. Pengolahan data (editing)
Setelah seluruh data responden terkumpul peneliti memeriksa
kembali karakteristik responden seperti jenis kelamin, umur satu per
satu dan menngecek kembali jawaban pada lembar checklist sehingga
dapat diproses lebih lanjut.
b. Pengkodean data (coding)
Upaya mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut bentuk
yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.Peneliti merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan
coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data, misalnya coding hasil jika 1 (baik)
danjika 2 (kurang baik).
c. Pemasukan data (entry data)
Data yang telah terkumpul dari masing-masing responden
dalam bentuk kode (angka/huruf) kemudian peneliti memasukkan
kedalam program komputer (SPSS),masukkan hasil data yang telah
secara manual kedalam tabel.
63

d. Pembersihan data (cleaning data)


Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, peneliti mengecek kembali untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya
kemudian dilakukan pembersihan data (cleaning)

7) Tehnik Analisa Data


Tehnik analisa data dilakukan dengan analisa data univariat dan
bivariat untuk mengetahui persentase dan variabel prilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia Palembang).
1. Analisa Univariat
Analisis univariat berfungsi untuk meringkas data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. Dalam penelitian ini analisa
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian dari data-data karakteristik
responden penelitian berupa nama responden, umur, dan jenis
kelamin.
Pada hasil data sikap religiusitas dan perilaku hidup bersih dan
sehat yang diwajibkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.

X = n x 100%
N

Keterangan:
X = nilai presentase
n = nilai yang diperoleh dari tiap kelompok
N = jumlah responden (Notoatmodjo, 2005)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
didugaatau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini
64

analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap


religiusitas (variabel independen) dengan prilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) (varibel dependen) di (Rumah Qur’an Mulia
Palembang) melalui uji chi square. Uji statistik yang digunakan
adalah chi square, uji chi square digunakan untuk menguji hipotesis
bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana datanya
berbentuk kategorik.

1) Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa rekomendasi
dari institusi pendidikan STIKes Muhammadiyah Palembang dengan cara
mengajukan permohonan izin kepada Kepala Rumah tahfidz (Rumah
Qur’an MuliaPalembang) setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti
melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian peneliti tetap menjaga
etika penelitian antara lain:
1. Informed consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti. Responden harus memenuhi kriteria inklusi. Lembar Informed
concent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat
penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak boleh memaksa
harus tetap menghormati hak-hak sobjek.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama
responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode atau inisialny
namanya saja.
3. Confidentiality (Kerahasian)
Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya
kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Peneliti tidak menceritakan rahasia responden pada orang lain, kecuali
seizin responden.
65

4. Beneficience (Berbuat Baik)


Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek
peneliti dan dapat diaplikasikan di tingkat populasi yang ada. Peneliti
melakukan responden dengan baik dan benar.
5. Justice (Keadilan)
Semua responden dalam penelitian ini diperlukan secara adil dengan
memberikan hak yang sama tanpa membedakan satu dengan yang
lainya.
6. Nonmaleficience (Tidak Merugikan)
Penelitian memaksimalkan dampak yang merugikan bagi subjek.
Penelitian ini tidak merugikan bagi responden baik dari segi waktu
maupun material, karena penelitian ini dilakukan pada saat hari libur
atau pada waktu senggang.
7. Protection from discomfort
Peneliti memastikan bahwa penelitian yang dilakukan ini tidak
menimbulkan hal-hal yang dapat membahayakan responden, dan
responden akan diberikan kesempatan untuk mengisi kuisioner
sehingga peneliti memohon kesediaan responden untuk mengisi lembar
kuisioner yang diberikan oleh peneliti kepada responden.
BAB V
HASIL PENELITIAN

1) Gambaran umum Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang


1. Sejarah rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang
Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang merupakan
pesantren mahasiswa yang rata-rata santrinya yang belajar dan tinggal
diasrama merupakan mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas di
Palembang. Lokasi dari Rumah Qur’an Mulia terletak di Silabranti
Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
tepatnya berlokasi di masjid Al-Ma’arif Palembang yang berdiri pada 1-
oktober-2017. Adapun asrama untuk para santri terletak tidak jauh dari
masjid Al-Ma’arif Palembang. Kepala pengurus Rumah Tahfidz di
Rumah Qur’an Mulia Palembang adalah Ustadz Gusman Suryadi SE.
Adapun dalam kegiatan belajar mengajar seperti menghafal al-Qur’an
dan kegiatan belajar lainnya biasanya dilakukan di masjid Al-Ma’arif.
Total dari keseluruhan santri yang tinggal di asrama rumah tahfidz
(Rumah Qur’an Mulia) adalah berjumlah 46 orang dengan jumlah santri
sebanyak 39 orang dan santriwati sebanyak 7 orang.
2. Visi dan misi rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang
a. Visi
“Membina kader untuk menjadi pemimpin berbasis tahfidzul al-
Qur’an yang berakhlak mulia untuk kemandirian ekonomi, sosial,
budaya, dan yang berorientasi pada pemuliaan Al-Qur’an”.
b. Misi
1) Membina para santri dan santriwati agar hafal 30 Juz al-Qur’an.
2) Mencetak calon pemimpin yang kokoh dalam aqidah, kuat dalam
ibadah, dan berakhlaq karima.
3) Menjadikan Rumah Qur’an Mulia sebagai pusat belajar dan
mengajarkan Al-Qur’an.
67

3. Sarana dan prasarana rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang


Tabel 5.1
Sarana dan prasarana di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia)
Palembang

No Saran dan Prasarana Jumlah


1 Asrama 2
2 Dapur 2
3 Ruang tamu 1
4 Masjid 1
5 WC Santri 3
6 Lapangan Olahraga 1

4. Stuktur organisasi rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang


a. Pembina Rumah Tahfidz : Ustadz Gusman Suryadi SE.
b. Wakil Pembina : Andika
c. Pimpinan : Aman Sobirin
d. Ketua Asrama : Yusyil Ihza
e. Bendaha : Jepri iswanto
f. Skertaris : Aan Saputra
5. Jumlah santri/santriwati rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia)
Palembang
Santri dan santriwati di Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia)
Palembang adalah berjumlah 46 orang, yaitu 39 santri laki-laki dan 7
orang santri perempuan.

2) Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden menurut usia

Jumlah Responden SD Mean-Median Min-Max 95%CI


39 2,307 20,31-20,00 15-26 19,59-21,06

Dari tabel distribusi statistik di atas, jumlah rata-rata usia


responden yaitu 20,31 tahun, dan nilai tengah usia responden yaitu 20,00
tahun, dengan standar deviasi usia 2,307 tahun. Responden dengan usia
68

terendah yaitu 15 tahun berjumlah 2 responden, dan usia tertinggi 26


tahun berjumlah 1 responden, dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa CI diyakini rata-rata usia responden berkisar antara 20
sampai 22 tahun.

2. Analisis Univariat
a. Responden sikap religiusitas
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden menurut sikap religiusitas

No Sikap Religiusitas Total Persentase


1. Tinggi 20 51,3%
2. Rendah 19 48,7%
Jumlah 39 100%
(Sumber: Penelitian, 2019)
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, responden yang
memiliki sikap religiusitas tinggi berjumlah 20 responden (51,3%)
dan responden yang sikap religiusitasnya rendah berjumlah 19
responden (48,7%).
b. Responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden menurut perilaku
hidup bersih dan sehat

No Perilaku hidup bersih dan sehat Total Persentase


1. Baik 18 46,2%
2. Kurang Baik 21 53,8%
Jumlah 39 100%
(Sumber: Penelitian, 2019)
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, responden dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang baik berjumlah 18 responden
(46,2%), responden dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
kurang baik berjumlah 21 responden (53,8%).
69

3. Analisis Bivariat
Hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan
sehat
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi hubungan antara sikap religiusitas
dengan perilaku hidup bersih dan sehat

Sikap Religiusitas
Perilaku Hidup Bersih Tinggi Rendah Total OR 95% P Value
dan Sehat (PHBS)
N % N % N % 5,200
Baik 13 33,4 5 12,8 18 46,2
0,036
Kurang Baik 7 17,9 14 35,9 21 53,8 1,317-
Total 20 51,3 19 48,7 39 100 20,539
(Sumber: Penelitian, 2019)
Hasil analisis hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku
hidup bersih dan sehat diperoleh bahwa responden dengan sikap
religiusitas yang tinggi dengan PHBS yang baik ada sebanyak 13
(33,3%) responden, sedangkan responden dengan sikap religiusitas
tinggi tetapi memiliki PHBS yang kurang baik sebanyak 7 (17,9%)
responden. Responden dengan sikap religiusitas rendah dengan PHBS
yang baik ada sebanyak 5 (12,8%), dan responden dengan sikap
religiusitas rendah dan memiliki PHBS yang kurang baik ada sebanyak
14 (35,9%).
Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p value = 0,036
(p < α 0,05) yang berarti ada hubungan antara sikap religiusitas dengan
perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi hipotesis yang menyatakan ada
hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan
sehat terbukti secara statistik. Analisa keeratan hubungan (Odds Ratio)
diperoleh nilai OR= 5,200 (95% CI = 1,317 - 20,539), artinya santri
yang memiliki sikap religiusitas rendah berpeluang 5,2 kali memiliki
perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik dibandingkan dengan
santri yang mampu memiliki sikap religiusitas yang tinggi.
BAB VI
PEMBAHASAN
1) Pembahasan
A. Karakteristik Responden
Responden yang mengisi kuesioner hubungan antara sikap
religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah
tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang adalah berjumlah 39 santri,
yang terdiri dari santri laki-laki yang berusia 15-26 tahun yang tinggal
diasrama Rumah Qur’an Mulia.
Rata-rata usia responden yaitu 20 tahun, dan nilai tengah usia
responden yaitu 20,31 tahun, dengan standar deviasi usia 2,307 tahun.
Responden dengan usia terendah yaitu 15 tahun berjumlah 2
responden, dan usia tertinggi 26 tahun berjumlah 1 responden, dari
hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini rata-
rata usia responden berkisar antara 20 sampai 22 tahun.

B. Analisis Univariat
1. Sikap Religiusitas
Pada tabel distribusi frekuensi sikap religiusitas dapat
diketahui dari total 39 responden, jumlah responden yang memiliki
sikap religiusitas tinggi berjumlah 20 responden (51,3%) dan
responden yang sikap religiusitasnya rendah berjumlah 19
responden (48,7%).
Sikap adalah respon dasar sesorang dalam menentukan
perilaku dan tindakan, yang dalam hal ini sikap itu sendiri
merupakan respon awal yang akan menjadikan seseorang
berperilaku baik ataupun buruk. Menurut Notoatmodjo (2011),
sikap merupakan respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu objek atau perangsang (stimulus). Sikap adalah
keyakinan atau pendapat seseorang terkait situasi, subjek atau
objek yang disertai dengan munculnya perasaan tertentu. Perasaan
inilah yang akan dijadikan sebagai dasar orang tersebut untuk
71

berperilaku dan merespon menggunakan cara tertentu sesuai


dengan pilihannya (Walgito, 2001).
Sikap religiusitas identik dengan keberagamaan. Religiusitas
diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa
dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang
Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh
pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama
Islam (Nashori dan Mucharam, 2002). Sikap religiusitas sesorang
yang tinggi, sedang maupun rendah tentunya akan dapat
mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang.
Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siti Nurjanah (2014), berdasarkan hasil dari nilai rata-rata
religiusitas siswa di MAN Sawit Boyolali adalah 327,1 dengan
nilai tertinggi 337 dan nilai terendah 283. Adapun nilai rata-rata
perilaku disiplin remaja di man sawit Boyolali adalah 327,1
dengan nilai tertinggi 337 dan nilai terendah 321. Maka dari itu
religiusitas dan perilaku disiplin mempnyai korelasi, karena
keduanya mempunyai nilai tertinggi yang sama religiusitas dengan
nilai tertinggi 337 dan perilaku disiplin mempunyai nilai tertinggi
337. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh
positif yang signifikan antara tingkat religiusitas terhadap perilaku
disiplin remaja, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas
berpengaruh terhadap perilaku disiplin remaja.
Pendapat lain dari penelitian yang dilakukan oleh Saputri
dan Rahmatan (2016), yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif antara religiusitas dengan gaya hidup hedonisme
pada mahasiswa Unsyiah. Hal ini menjelaskan bahwa semakin
tinggi religiusitas mahasiswa maka akan semakin rendah pula gaya
hidup hedonismenya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
religiusitas mahasiswa maka semakin tinggi pula gaya hidup
hedonismenya. Berdasarkan hasil diatas peneliti berasumsi bahwa
72

sikap religiusitas yang tinggi maka berpengaruh baik pada gaya


hidup, baik dalam perilaku maupun tindakan. Begitupun
sebaliknya, dengan rendahnya sikap religiusitas seseorang maka
akan berpengaruh pula pada perilaku dan tindangan seseorang.
Berdasarkan hasil analisis dan teori peneliti berasumsi bahwa
sikap religiusitas menjadi respon dasar seseorang dalam
berperilaku dan bertindak yang didasarkan pada seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama
yang dianutnya. Dengan demikian semakin tinggi sikap religiusitas
seseorang maka akan berpangaruh baik pada hidup gaya hidup dan
perilaku seseorang, begitupun sebaliknya semakin rendah sikap
religiusitas seseorang maka akan berpengaruh buruk pula pada
gaya hidup dan perilaku seseorang
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi perilaku hidup bersih
dan sehat di rumah tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang dari
total 39 responden, didapatkan responden dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat yang baik berjumlah 18 responden (46,2%),
responden dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang
baik berjumlah 21 responden (53,8%).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah perilaku
seorang individu yang dilakukan untuk menjaga dan memelihara
baik dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Sebagaimana
pernyataan dari Dinas Kesehatan (2010), Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah budaya hidup perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik
fisik, mental maupun sosial. Kondisi sehat dapat dicapai dengan
mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
73

Menurut pernyataan dari Ikhwanuddin (2011), didalam


penelitian nya tentang perilaku kesehatan santri, menjelaskan
bahwa kebanyakan pondok pesantren di Indonesia memiliki
masalah yang begitu klasik yaitu tentang kesehatan santri dan
masalah terhadap penyakit. Masalah kesehatan dan penyakit di
pesantren sangat jarang mendapat perhatian dengan baik dari
warga pesantren itu sendiri maupun masyarakat dan juga
pemerintah. Kesederhanaan dan kesahajaan serta kurangnya
fasilitas dan sarana di pondok pesantren menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehatan santri dipondok pesantren.
Hal ini jugalah yang menyebabkan rendahnya santri yang
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik.
Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ariyanti, dkk (2014), dengan hasil penelitian jenis kelamin laki-
laki berjumlah 34 responden (48,6%) dan 26 responden lainnya
(51,4%) berjenis kelamin perempuan. Usia kurang dari 16 tahun
berjumlah 23 responden (32,9%), responden yang berusia 16-18
tahun berjumlah 47 responden (67,1%), dan tidak ada responden
yang berusia diatas 18 tahun (0%). Perilaku responden sebagian
besar masuk dalam kategori cukup dengan jumlah 26 responden
(37,11%). Jumlah responden yang memiliki perilaku dengan
kategori kurang berjumlah 23 responden (32,9%), dan yang
memiliki perilaku baik berjumlah 21 responden (30,0%).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nasyith (2018) di salah
satu pondok pesantren di Indonesia, hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa pola hidup sehat di kalangan pondok pesantren
Bahrul Qur’an Sumberadi Mlati Sleman termasuk kedalam
kategori “cukup”. Dengan hasil pada kategori “sangat kurang”
sebesar 6,98% (3 orang), “kurang” sebesar 18,60% (8 orang),
“cukup” sebesar 41,86% (18 orang), “baik” sebesar 25,58% (11
orang), dan “sangat baik” sebesar 6,98% (3 orang). Berdasarkan
hasil dari penelitian sebelumnya tentang PHBS di pondok
74

pesantren, perilaku hidup bersih dan sehat di pondok pesantren dan


rumah tahfidz masih tergolong dalam kategori cukup, yang dapat
terlihat dari tingginya jumlah hasil dari kategori cukup yang
mendominasi hasil dari total keseluruhan hasil dari penelitian
diatas.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang kini sudah
banyak di terapkan di berbagai tatanan mulai dari rumah tangga,
institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, dan fasilitas
pelayanan kesehatan sudah mulai berjalan hingga sekarang.
Pondok pesantren dan rumah tahfidz yang juga termasuk kedalam
tatanan PHBS seringkali kurang mendapatkan promosi kesehatan
yang dilakukan puskesmas maupun unit layanan kesehatan
lainnya. Kesederhanaan dan kesahajaan serta kurangnya fasilitas
dan sarana di pondok pesantren dan rumah tahfidz menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan santri tidak
dapat diterapkan dengan baik.

C. Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel hubungan antara sikap religiusitas dengan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diperoleh bahwa responden
dengan sikap religiusitas yang tinggi dengan PHBS yang baik ada
sebanyak 13 (33,3%) responden, sedangkan responden dengan sikap
religiusitas tinggi tetapi memiliki PHBS yang kurang baik sebanyak 7
(17,9%) responden. Responden dengan sikap religiusitas rendah
dengan PHBS yang baik ada sebanyak 5 (12,8%), dan responden
dengan sikap religiusitas rendah dan memiliki PHBS yang kurang baik
ada sebanyak 14 (35,9%).
Dari hasil uji statistic Chi Square tidak terdapat cell yang
mempunyai nilai E > 5, sehingga jumlah cells 0 dengan tabel 2x2,
maka nilai p value yang digunakan continuity correction adalah
Asymp. Sig. (2-sided), diperoleh nilai p = 0,036, (p < α 0,05) yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap religiusitas dengan
75

perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi hipotesa yang menyatakan ada
hubungan antara sikap religiusitas dengan perilaku hidup bersih dan
sehat terbukti secara statistis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori dari Green (2009), yang
menyatakan bahwa sikap adalah salah satu predisposisi untuk
munculnya perilaku yang dapat dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
Penyataan ini juga sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (1993),
yang di kutip oleh Sari (2006), yang menyatakan bahwa perilaku
seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan
emosional dan kecenderungan untuk perilaku yang semua itu
merupakan komponen sikap dari seseorang itu sendiri.
Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Eka
Yanuarti (2018), Tingkat religiusitas masyarakat kelurahan dusun
curup, menurut seluruh perangkat kelurahan dalam kategori sedang.
Hasil angket menunjukkan masyarakat dusun curup memiliki sikap
religiusitas yang sedang (57%). Religiusitas masyarakat jika dilihat
dari dimensi religiusitas diantaranya, dimensi keyakinan yang tinggi
sekitar (44%), dimensi praktek dalam agama Islam masyarakat yaitu
(27%) dimensi praktek ibadah tinggi, kategori sedang berjumlah
(62%), dan (11%) kategori rendah. Masyarakat kelurahan Dusun Curup
memiliki pengalaman keagamaan yang sedang (57%), anggota
masyarakat yang memiliki dimensi pengetahuan keagamaan tinggi
(41%), masyarakat dusun curup memiliki dimensi konsekuensi
beragama yang sedang (61%). Tingkat perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) tinggi sebesar 24%, 56% masyarakat kategori sedang, dan
20% kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Kelurahan Dusun Curup memiliki perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang sedang.
Dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti berasumsi, bahwa
dari rendahnya sikap religiusitas seseorang maka akan dapat
berdampak buruk pula pada perilaku hidup bersih dan sehat, begitu
pula dengan tingginya sikap religiusitas seseorang makan akan dapat
76

berdampak baik pada perilaku hidup bersih dan sehat seseorang. Akan
tetapi hal ini juga tidak terlepas dari berbagai faktor lain seperti
pengetahuan, berbagai fasilitas yang tersedia, dan kebiasaan buruk dari
seseorang itu sendiri.
Berdasarkan hasil dari penelitian, konsep teori, penelitian terkait
dan asumsi penelitian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa ada
hubungan yang yang erat antara sikap religiusitas dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Santri sikap religiusitas yang tinggi maka akan
memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang baik, sedangkan santri
yang memiliki sikap religiusitas yang rendah maka akan perilaku hidup
bersih dan sehat yang kurang baik.
77

2) Keterbatasan Penelitian
Walaupun telah diusahakan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin,
tetapi peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak
keterbatasan dan kelemahan, yang diiantaranya:
1. Keterbatasan didalam penelitian ini diantaranya meliputi pengalaman
peneliti yang masih kurang, dan waktu.
2. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan instrument
angket kuesioner, sehingga pengambilan dan pengumpulan data yang
hanya berfokus pada angket kuesioner.
3. Kurangnya referensi mengenai jurnal terkait tentang penelitian dengan
variabel sikap religiusitas yang mengacu kepada perilaku terutama
perilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga hanya ditemukan 1 jurnal
terkait dengan dua variabel yang sama.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

1) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi sikap religiusitas didapatkan hasil yaitu responden
yang memiliki sikap religiusitas tinggi berjumlah 20 responden
(51,3%) dan responden yang sikap religiusitasnya rendah berjumlah 19
responden (48,7%).
2. Distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) didapatkan
hasil yaitu responden dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
baik berjumlah 18 responden (46,2%), responden dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yang kurang baik berjumlah 21 responden
(53,8%).
3. Terdapat hubungan antara hubungan antara sikap religiusitas dengan
perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tahfidz (Rumah Qur’an
Mulia) Palembang dengan p velue (0,036).

2) Saran
1. Bagi Perawat Puskesmas/ Perawat Komunitas
Upayakan peningkatan pengetahuan santri khususnya tentang
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti dengan mengadakan
promosi dan pendidikan kesehatan bagi santri di komunitas atau
pendidikan kesehatan bagi santri dipondok pesantren dan rumah
tahfidz.
2. Bagi santri di pondok pesantren dan rumah tahfidz
Untuk santri yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat
yang cukup, kurang baik, dan sangat kurang disarankan agar unutuk
meningkatkan lagi upaya dalam menjaga kebersihan dan kesehatan
tubuh sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi Muhammad Saw
yang artinya: “Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh
manusia. Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama
79

lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya
mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam
syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat
komprehensif, harmonis, jelas dan logis”. Sebagai upaya memperbaiki
dan menjaga tubuh agar tetap sehat dan terlindung dari berbagai
macam penyakit.
Sedangkan untuk santri yang perilaku hidup bersih dan sehat
yang sudah baik agar tetap menjaga dan meningkatkan lagi baik sikap
religiusitasnya maupun perilaku hidup bersih dan sehat yangsesuai
dengan tuntunan dan contoh dari suri tauladan kita Nabi Muhammad
Saw, dan juga pedoman yang ada di dalam al-Qur’an.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian mengenai keperawatan dasar adalah bagian penting
bagi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut maka, untuk
Institusi pendidikan, khususnya PSIK STIKes Muhammadiyah
Palembang, disarankan lebih memfasilitasi mahasiswa dalam
melakukan penelitian seperti memperbanyak referensi atau literature
yang berkaitan dengan ilmu keperawatan dasar.
4. Untuk peneliti selanjutnya
Pada mahasiswa yang nantinya juga akan melakukan penelitian
dengan masalah hubungan sikap religiusitas dengan perilaku hidup
bersih dan sehat, hendaknya lebih mengembangkan dan
menyempurnakan penelitian ini serta dapat melakukan penelitian pada
variabel-variabel dan metode yang berbeda seperti variabel
pengendalian diri (emosi) seseorang dengan metode quasy eksperimen
serta memperluas cangkupan penelitian selanjutnya dari penelitian
yang sudah ada. Dan diharapkan penelitian ini kelak akan dapat
menjadi perbandingan dan sebagai referensi tambahan dalam
melakukan penulisan skripsi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perilaku.


[Online] 2019
A, Rofiq, et.all. 2008. Pemberdayaan pesantren. Jogjakarta: Pustaka Pesantren.
Ahmadi, Abu dkk. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Cet. 2. 1999.
Ariyanti, Maelina, et,all. 2014. Pengaruh PHBS dengan Pengetahuan PHBS
Pada Remaja di Pondok Pesantren Ulil Albaab Desa Prian Kabupaten
Lombok Timur. Jurnal Edisi Agustus 2014 – Januari 2015
Ananto, Purnomo dan Kadir, Abdul. 1994. Memelihara Kesehatan dan
Kesegaran Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Bimo, Walgito. (2001). Psikologo sosial. Yogyakarta: Andi Offset
Dedeh, et.all. 2010. Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. PT Penerbit Sarana
Bobo. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta: Depkes RI
------------. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta: Depkes RI
Desmawati, et,all. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Al-Kautsar Pekanbaru. Jurnal
Edisi Februari 2015 Volume 2 No.1.
Djamaludin, Ancok dan Fuad Nasori Suroso. 2011. Psikologi Islami: Solusi
Islam atas Problem-Problem psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Green, L. Kreutzer, M. 2002. Health Promotion Planning an Educational and
Environmental Approach. 2nd Edition: Mayfield publishing.
HD, Kaelany. 2005. Islam dan Asoek-aspek Kemasyarakatan/ Edisi kedua.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ichsan, M. 1979. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti
Pendidikan Tinggi, PPLPTK.
Indra, Febby Firmansyah. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Religiusitas Pasien
Terhadap Keputusan Menggunakan Jasa Kesehatan (Studi Pada Pasien
PKU Muhammadiyah Roemani Semarang). Semarang: Perpustakaan
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Ikhwanuddin, Alim. 2011. Perilaku Kesehatan Santri: (Studi Deskriftif Perilaku
Pemeliharaan Kesehetan, Pencarian dan Penggunaan Sistem Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan Lingkungan di Pondok Pesantren Assalafi Al
Fithrah Surabaya). Jurnal Sosial Dan Politik Universitas Airlangga
Surabaya.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kemenkes RI. 2010. Laporan Kinerja Satu Tahun. Pemberdayaan Masyarakat
dan Promosi Kesehatan Untuk Hidup Sehat. Jakarta: Kemenkes RI Pusat
Promosi Kesehatan.
------------. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kemenkes RI Pusat Promosi
Kesehatan.
Kementerian Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Depag RI.
81

Kriswanto, Erwin Setyo. 2012. Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Pendidikan
Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.
Lutan, Rusli. 2000. Gizi Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
Mahardika, Esan Bayu. 2013. Peran Rumah Tahfidz Zulfa Qurrotaayun dalam
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Purbayan Kota Gede Yogyakarta.
Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.
Moeloek, et,all. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Sekolah. Bandung: Mahasiswa Rodakarya.
Mudjajanto, E. S. 2005.Keamanan Makanan Jajanan Tradisional dalam Makan
Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas.
Mu’rifah. 2004. Materi Pokok PPDO 2401/3SKS/Modul 1-9 Pendidikan
Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Naini, Rohmatus. 2015. Wellness Ditinjau dari Religiusitas pada Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Nashori, Fuad dan Diana Mucharam. Mengembangkan Kreatifitas dalam
Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus. 2002.
Nasyith, Ahmad Dzaky. 2018. Pola Hidup Sehat di Pondok Pesantren Bahrul
Qur’an Jonggrangan Sumberadi Mlati Sleman. Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
------------. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, Dwi Nurlina. 2008. Pengaruh Tentang Kebersihan diri terhadap
timbulnya Skabies (Gudik) pada santriwati dipondok Pesantren Al-
Muayyad Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Jurnal
Volume 05 No. 4, Desember 2012.
Nurjanah, Siti. 2014. Pengaruh Tingkat Religiusitas terhadap Perilaku Disiplin
Remaja di Man Sawit Boyolali. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nursalam 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Medika.
Parman, et.al. 2017. Faktor Risiko Hygiene Perorangan Santri terhadap
Kejadian Penyakit Kulit Skabies di Pesantren Albaqiyatushshalihat
Tanjung Jabung Barat Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017.
Proverawati, Atikah, et,all. 2011. PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmadi. 2003. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Remaja Dirumah
Yatim Arrohman Lamlagang Kecamatan Banda Raya Banda Aceh.
Banda Aceh: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Rachmatan Risana, Saputri Ardilla. 2016. Religiusitas Dengan Gaya Hidup
Hedonisme: Sebuah Gambaran Pada Mahasiswa Universitas Syiah
Kuala. Univesitas Syiah Kuala: Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 2,
Desember 2016.
82

Regina Tutik Padmaningrum. 2007. Rokok Mengandung Zat Adiktif yang


Berbahaya
Bagi Kesehatan.Yogyakarta: FMIPA UNY.
Rifqi. 2011. Hubungan antara tingkat Religiusitas dengan Sikap terhadap
Pornoaksi pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Perbanas. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al- Misbah/ Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Soetatmo, Djoned. 1999. Kesehatan Pribadi. Jakarta: Rora Karya.
Sulistyowati, Lily S, 2011, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Penerbit Kemenkes
RI, Jakarta.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Edisi
pertama. Jakarta: Prenada Media.
Suparman, Deden. Pembelajaran Ibadah Shalat dalam Perpektif Psikis dan
Medis, Jurnal Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2, ISSN 1979-8911.
Syukri, Syahriani. 2017. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Santri Mengenai
Kebersihan Pribadi dan Tempat Tinggal Pada Pesantren X di
Kabupaten Bogor. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan
Universitas Negeri Syarif Hudayatullah.
Tuanaya, A M. M. T. 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengenbangan Agama, Depag RI.
Wiarto, Giri. 2012. Budaya Hidup Sehat. Surakarta: Goysen Publshing
Yanuarti, Eka. 2018. Pengaruh Sikap Religiusitas Terhadap Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Masyarakat Kabupaten Rejang Lebong. Bengkulu:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup.
Zakiudin, Ahmad. Perilaku Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Santri di
Pondok Pesantren Wilayah Kabupaten Brebes akan Terwujud Jika
Didukung dengan Ketersediaan Sarana Prasarana. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Volume 11 No.11 Agustus 2016. 242
Zuhriya, Rizka ihromatuz. 2015. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Santri di
Pondok Pesantren Mamba’us Syafa’atil Qur’an (Clean And Healthy
Behavior Of Santri in Pondok Pesantren Mambau’us Syafa’atil Quran).
Jurnal Ners dan Kebidanan,Volume 2, Nomor 3, Desember 2015.
PEERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Yth. Responden
Di
Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang

Dengan Hormat,
Saya mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang, akan melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan antara Sikap Religiusitas dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di Rumah Tahfidz (Rumah Qur’an Mulia) Palembang Tahun
2019”.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi anda sebagai responden. Jawaban
yang anda berikan akan saya rahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Bersamaan ini saya mohon kesediaan anda untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Palembang, April
2019
Responden Peneliti

Defpri HS
( ) 21115098

KUESIONER HUBUNGAN ANTARA SIKAP RELIGIUSITAS DENGAN


PERIAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RUMAH TAHFIDZ (RUMAH
QURAN MULIA) PALEMBANG

Identitas Santri
Nama/Inisial :
Usia :
84

Tanggal Pengisian :

ANGKET SIKAP RELIGUSITAS


Petunjuk Pengisian:
Bacalah baik-baik butir-butir dan setiap alternatif jawaban, beri tanda check list
( √ ) pada salah satu alternatif jawaban yang anda anggap paling tepat
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

N PERNYATAAN SS S TS STS
O
1 Saya percaya dan yakin, Allah Maha Melihat
dimanapun saya berada
2 Seringkali saya merasa jauh dari Allah
3 Saya tidak yakin dengan adanya Qadha dan
Qadar yang ditentukan Allah
4 Saya yakin malaikat mencatat semua amal
perbuatan manusia yang baik dan yang buruk
5 Saya tidak yakin pembawa kitab suci al-Qur'an
adalah Nabi Muhammad SAW
6 Hati saya bergetar bila mendengar suara adzan
7 Saya merasa doa saya jarang dikabulkan oleh
Allah
8 Saya merasa Allah selalu mengabulkan doa-doa
saya
9 Saya merasa Allah selalu menolong saya ketika
menghadapi musibah
10 Menurut saya membaca al-Qur'an itu
membuang-buang waktu
11 Adzan tidak membuat hati saya tersentuh
12 Saya tidak merasakan manfaat berpuasa
13 Saya selalu melaksanakan shalat sunah sebelum
shalat wajib
14 Saya tidak peduli dengan aturan-aturan agama
yang memberatkan umatnya
15 Dengan berdzikir tidak membuat hati saya
menjadi tenang
16 Saya senantiasa berdo'a untuk orang tua saya
setiap selesai shalat
17 Dalan sehari saya hanya shalat kurang dari lima
waktu
85

18 Saya menjalankan ibadah puasa dengan terpaksa


19 Belajar maupun bekerja merupakan salah satu
bentuk pengamalan ajaran Islam
20 Menghargai waktu dan disiplin menurut saya
tidak ada manfaatnya
21 lbadah haji tidak wajib bagi orang Islam
22 Disiplin dan menghargai waktu merupakan
aktifitas yang dianjurkan dalam ajaran Islam
23 wanita muslim tidak diwajibkan menutup aurat
24 Melaksanakan perintah agama selalu saya
kerjakan, seperti shalat
25 Seseorang boleh saja melanggar hukum agama
sepanjang tidak merugikan orang lain
26 Menurut saya bertanggung jawab terhadap
pekerjaan tidak perlu dilakukan
27 Kita harus ikhlas memaafkan kesalahan orang
lain walau kesalahan itu sangat menyakitkan
bagi kita
28 Menurut saya, marah tidak boleh lebih dari tiga
hari
29 Menurut saya, menolong sesama tidak perlu
dilakukan jika tidak mendapatkan imbalan
30 Saya tidak akan menolong orang lain yang
berbeda keyakinan dengan saya
Sumber: Rifqi (2011)

ANGKET PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


Petunjuk Pengisian:
Bacalah baik-baik butir-butir dan setiap alternatif jawaban, beri tanda check list
( √ ) pada salah satu alternatif jawaban yang anda anggap paling tepat
Keterangan:
SL : Selalu dilakukan
SR : Sering dilakukan
KD : Kadang – kadang dilakukan
TP : Tidak pernah dilakukan

N PERNYATAAN SL SR KD TP
O
1. Apakah Anda sarapan setiap pagi?
2. Apakah Anda mengatur jadwal sarapan setiap pagi?
3. Apakah makan Anda terdiri dari nasi, lauk dan sayur?
4. Apakah Anda tidak suka makan-makanan yang instant
(cepat saji)?
5. Apakah Anda rutin makan buah-buahan?
86

6. Apakah Anda suka membeli makanan yang dibungkus?


7. Apakah Anda mengatur jadwal makan anda?
8. Apakah hidangan makanan anda bervariasi?
9. Apakah Anda makan 3 kali dalam sehari?
10. Apakah Anda tidak mempedulikan jam makan?
11. Apakah Anda menghindari jajanan sembarangan?
12. Jika berpergian anda membawa makanan dari rumah
tahfidz, karena lebih terjamin kebersihannya?
13. Apakah Anda mandi minimal sehari 2 kali?
14. Apakah Anda malas mandi pagi dan sore?
15. Apakah Anda menggosok gigi 2 kali sehari?
16. Jika mandi, Apakah anda bergantian menggunakan sabun
mandi bersama teman?
17. Apakah Anda keramas setiap hari?
18. Apakah Anda keramas memakai samphoo?
19 Apakah Anda mempunyai kutu dirambut?
20. Apakah Anda mensetrika pakaian sebelum dipakai?
21. Apakah Anda suka meminjam pakaian teman anda?
22. Apakah Anda menggosok gigi setelah selesai makan?
23 Apakah Anda menggunakan cotton bad untuk
membersihkan telinga dan hidung?
24. Apakah rutin anda memotong kuku?
25. Apakah Anda rutin memeriksakan gigi ke dokter?
26. Apakah Anda merapikan tempat tidur setelah bangun
tidur?
27. Apakah Anda mencuci sprei dan selimut setiap
minggunya?
28. Jika buang air (besar/kecil) di WC anda menyiramnya
sampai bersih?
29. Apakah Anda rutin membersihkan kamar mandi dan
mengurasnya bak setiap seminggu sekali?
30. Apakah Anda melaksanakan jadwal piket di rumah
tahfidz dengan rutin?
31. Apakah Anda ikut kegiatan kerjabakti di rumah tahfidz?
32. Apakah Anda membuang sampah di tempat sampah?
33. Anda akan beristirahat/mengurangi aktivitas ketika
kondisi sedang sakit?
34 Apakah Anda memeriksakan diri ke dokter gigi setiap 6
bulan sekali?
35. Apakah Anda sedia obat untuk P3K?
36. Apakah Anda mengkonsumsi vitamin untuk menjaga
daya tahan tubuh?
37. Jika sakit Anda periksa ke dokter atau Puskesmas?
38. Jika Anda sakit, Apakah Anda menobati diri sendiri?
39. Apakah Anda merokok?
87

40. Apakah Anda menegur orang tua anda yang merokok?


41. Apakah Anda menegur teman anda yang merokok?
42. Apakah di rumah tahfidz anda tidak merokok?
43. Apakah Anda menghindar jika ada teman yang merokok?
44. Apakah Anda mengetahui bahaya akibat merokok?
45. Apakah Anda ingin mencoba minuman beralkohol?
(sumber: Nasyith)
Uji Statistik Chi squere

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikap religiusitas * PHBS 39 72.2% 15 27.8% 54 100.0%

sikap religiusitas * PHBS Crosstabulation

Count

PHBS

Baik Kurang Baik Total

sikap religiusitas Tinggi 13 7 20

Rendah 5 14 19

Total 18 21 39

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.867a 1 .015

Continuity Correctionb 4.414 1 .036

Likelihood Ratio 6.036 1 .014

Fisher's Exact Test .025 .017

Linear-by-Linear Association 5.717 1 .017

N of Valid Casesb 39

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.77.

b. Computed only for a 2x2 table


89

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.867a 1 .015

Continuity Correctionb 4.414 1 .036

Likelihood Ratio 6.036 1 .014

Fisher's Exact Test .025 .017

Linear-by-Linear Association 5.717 1 .017

N of Valid Casesb 39

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.77.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for sikap


5.200 1.317 20.539
religiusitas (Tinggi / Rendah)

For cohort PHBS = Baik 2.470 1.090 5.598

For cohort PHBS = Kurang


.475 .247 .914
Baik

N of Valid Cases 39

Distribusi frekuensi sikap religiusitas dan PHBS

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

hasil_sikap 39 87 119 105.05 7.504

hasil_phbs 39 91 149 113.74 13.038

Valid N (listwise) 39

Frequencies
90

Statistics

sikap religiusitas PHBS

N Valid 39 39

Missing 0 0

Percentiles 25 1.00 1.00

50 1.00 2.00

75 2.00 2.00

Frequency Table

sikap religiusitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 20 51.3 51.3 51.3

Rendah 19 48.7 48.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

PHBS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 18 46.2 46.2 46.2

Kurang Baik 21 53.8 53.8 100.0

Total 39 100.0 100.0


91

Uji Normalitas

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil_sikap 39 100.0% 0 .0% 39 100.0%

hasil_phbs 39 100.0% 0 .0% 39 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

hasil_sikap Mean 105.05 1.202

95% Confidence Interval for Lower Bound 102.62


Mean Upper Bound 107.48

5% Trimmed Mean 105.28

Median 105.00

Variance 56.313

Std. Deviation 7.504

Minimum 87

Maximum 119

Range 32

Interquartile Range 11

Skewness -.381 .378

Kurtosis -.103 .741

hasil_phbs Mean 113.74 2.088

95% Confidence Interval for Lower Bound 109.52


Mean
Upper Bound 117.97

5% Trimmed Mean 113.08

Median 113.00
92

Variance 169.985

Std. Deviation 13.038

Minimum 91

Maximum 149

Range 58

Interquartile Range 19

Skewness .659 .378

Kurtosis .670 .741

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hasil_sikap .089 39 .200* .976 39 .574

hasil_phbs .119 39 .174 .959 39 .159

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

hasil_sikap
hasil_sikap Stem-and-Leaf Plot

 Frequency    Stem &  Leaf

     2.00        8 .  79
     2.00        9 .  33
     3.00        9 .  889
    12.00       10 .  000012223334
     7.00       10 .  5678889
     9.00       11 .  000112233
     4.00       11 .  5679

 Stem width:        10
 Each leaf:       1 case(s)
93
94

hasil_phbs
hasil_phbs Stem-and-Leaf Plot

 Frequency    Stem &  Leaf

     1.00        9 .  1
     5.00        9 .  55688
     4.00       10 .  2234
     2.00       10 .  57
    11.00       11 .  01111123344
     6.00       11 .  666779
     2.00       12 .  33
     5.00       12 .  55678
      .00       13 .
     1.00       13 .  8
     1.00       14 .  4
     1.00 Extremes    (>=149)

 Stem width:        10
 Each leaf:       1 case(s)
95
96

Anda mungkin juga menyukai