DEMAM
“Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
demam dan mual. Hasil pengkajian nyeri pada sendi, otot perut dan tenggorokan, lemah,
batuk dan pilek dan beberapa hari ini mengeluh diare. Nampak tatoan pada tangan dan
kaki. Test ELISA (+), TD : 130/80 mmHg, Nadi : 110x/menit, Pernapasan : 24x/menit,
dan Suhu Badan 39,5◦C. Pasien mengatakan sering berkeringat di malam hari.”
2. KATA/PROBLEM KUNCI
a. Demam (Suhu Badan 39,5◦C)
b. Nyeri pada sendi, otot perut dan tenggorokan
c. Lemah
d. Batuk pilek
e. Nampak tatoan pada tangan dan kaki
f. Test ELISA (+),
g. Berkeringat di malam hari
3. MIND MAP
TB PARU PNEUMONIA
DEMAM
HIV
Manifest Test
Nyeri Sendi, Otot Batuk Berkeringat Pada
Demam Lemah ELISA
asi Klinis Dan Tenggorokan Pilek Malam Hari
(+)
HIV
TB Paru - -
Pneumo - -
nia
5. JAWABAN PERTANYAAN
1. Demam adalah kondisi meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 380C. Demam
menandakan adanya penyakit atau kondisi lain di dalam tubuh. Demam umumnya
terjadi sebagai reaksi dari sistem imun dalam melawan infeksi virus, bakteri, jamur,
atau parasit penyebab penyakit. Karena yang diserang oleh virus adalah sistem
kekebalan tubuh, penderita biasanya jadi tidak memiliki kemampuan melawan
serangan infeksi dari luar. Pada 1-4 minggu setelah terinfeksi virus, penderita
HIV mungkin akan merasakan adanya gejala mirip flu / pilek yang berlangsung
selama 1-2 minggu. Flu ini terjadi karena tubuh manusia bereaksi terhadap HIV
dan sistem kekebalan tubuh mencoba melawannya. Setelah beberapa bulan,
infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung hingga
beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan
merusak kekebalan tubuh. Pada titik ini, virus bergerak ke aliran darah dan mulai
mereplikasi dalam jumlah besar. Ketika itu terjadi, ada reaksi peradangan oleh
sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan demam.
2. Tes antibodi HIV dilakukan dengan menggunakan 3 metode pemeriksaan (ELISA
atau EIA) yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda. Bila hasil tes
ELISA atau EIA positif, maka perlu dikonfirmasi dengan metode lain yang memiliki
spesifitas yang sangat tinggi yaitu Western Blot. Hasil positif dilaporkan setelah
konfirmasi dengan metode Western Blot menunjukkan hasil positif. Jika hasil tes
antibodi HIV meragukan (intermediate), perlu dilakukan tes ulang setelah rentang
waktu 2 minggu sesuai prosedur tertentu. Hasil tes HIV positif menunjukkan adanya
antibodi terhadap HIV di dalam tubuh seseorang, artinya orang tersebut pernah
terinfeksi HIV. Bukan berarti orang tersebut menderita AIDS. Dengan pengobatan
yang menghambat perkembangan virus yaitu minum ARV secara teratur maka AIDS
dapat dicegah dan Pasien dapat hidup secara berkualitas.
3. Diare tidak hanya disebabkan oleh bakteri, virus juga bisa. Jenis virus yang menjadi
penyebab diare adalah dan muntah adalah rotavirus dan norovirus. Jalur penularannya
kebanyakan sama dengan infeksi bakteri, yaitu lewat konsumsi makanan dan
minuman yang tidak higienis atau kontak langsung dengan orang yang sakit diare.
Seseorang yang terinfeksi virus penyebab diare dapat mulai menularkan penyakitnya
bahkan sebelum merasakan gejala diare. Tangan sering bersentuhan dengan berbagai
benda. Bersalaman dengan orang lain, membuka gagang pintung, atau memencet
tombol lampu adalah beberapa contoh aktivitas yang melibatkan sentuhan tangan
sehingga bisa memindahkan berbagai kuman penyebab diare.Pada orang dewasa,
infeksi rotavirus tidak selalu menyebabkan diare. Bahkan pada beberapa kasusnya
tidak memunculkan gejala apa pun sama sekali. Namun, infeksi rotavirus rentan
menjadi penyebab diare yang parah pada anak kecil dan bayi. Diare anak yang
disebabkan oleh rotavirus bisa berlangsung hingga 8 hari.
7. INFORMASI TAMBAHAN
PENANGANAN DEMAM (FARMAKOLOGI & NON FARMAKOLOGI)
A. FARMAKOLOGI
Terdapat beberapa golongan penurun panas yang dapat dipakai seperti :
1. Paracetamol
2. Golongan Aspirin
3. Golongan Ibuprofen
B. NON FARMAKOLOGI
8. KLARIFIKASI INFORMASI
PENANGANAN DEMAM (FARMAKOLOGI & NON FARMAKOLOGI)
A. FARMAKOLOGI
Terdapat beberapa golongan penurun panas yang dapat dipakai seperti :
4. Paracetamol, misalnya :
- Panadol
- Bodrex
- Paramex
- Tempra
5. Golongan Aspirin, misalnya :
- Aspilet
- Naspro
- Puyer bintang tujuh
6. Golongan Ibuprofen, misalnya :
- Proris
- Fenris
Obat-obat penurun panas terdapat dalam bentuk obat tetes, sirup, bubuk dan tablet,
sedangkan dosis obatnya telah tertera dalam kemasan masing-masing obat. Biasanya
pemakaiannya 3 kali sehari, dan bila terpaksa dapat dipakai empat kali sehari. Patuhi
dosis yang tertera karena pemakaian berlebihan dapat merusak ginjal atau hati si
pemakai.
B. NON FARMAKOLOGI
Prinsip utama adalah menurunkan demam secepat mungkin untuk menghindari
timbulnya efek samping demam seperti kejang atau penurunan kesadaran. Upaya yang
telah dilaksanakan sejak jaman dahulu untuk menurunkan panas adalah kompres
memakai air pada dahi, belakang kepala, kedua ketiak, dan kedua lipat paha. Hingga
kini masih merupakan perdebatan antara para ahli apakah memakai air dingin/air
es/alkohol 70% atau memakai air hangat. Pemakaian air dingin/air es/alkohol akan
lebih cepat menurunkan panas dengan resiko penderita sering menggigil, dan
menimbulkan rasa tidak nyaman. Pemakaian kompres air hangat lebih dianjurkan
karena menurunkan suhu tubuh secara bertahap dan menyebabkab timbulnya keringat
sehingga pada akhirnya menurunkan panas. Selain itu tidak dianjurkan memakai
pakaian yang tebal karena dapat meningkatkan suhu tubuh dan menyebabkan timbulnya
kejang. Bila dalam dua hari panas tidak turun dan tetap tinggi, sebaiknya penderita
segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
Berdasarkan penjelasan teori tentang HIV dan gejala-gejala yang di tuliskan dalam
kasus 2, disebutkan bahwa “Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang penyakit
dalam dengan keluhan demam dan mual. Hasil pengkajian nyeri pada sendi, otot perut
dan tenggorokan, lemah, batuk dan pilek dan beberapa hari ini mengeluh diare. Nampak
tatoan pada tangan dan kaki. Test ELISA (+), TD : 130/80 mmHg, Nadi : 110x/menit,
Pernapasan : 24x/menit, dan Suhu Badan 39,5◦C. Pasien mengatakan sering berkeringat
di malam hari.”
Berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus diatas maka dapat
ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis utama adalah HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang
secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan
yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim
transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi
rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN
inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi,
secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
B. ETIOLOGI
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-
deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan
di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya
infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus
ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek.
C. PATOFISIOLOGI
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut
sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran
kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran
menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3
– 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3
– 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara
laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala.
Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini
berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase
full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang
bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun,
maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam
dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan
AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait.
Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.
F. KOMPLIKASI
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,
keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa
terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
KASUS II
DEMAM
“Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
demam dan mual. Hasil pengkajian nyeri pada sendi, otot perut dan tenggorokan, lemah,
batuk dan pilek dan beberapa hari ini mengeluh diare. Nampak tatoan pada tangan dan
kaki. Test ELISA (+), TD : 130/80 mmHg, Nadi : 110x/menit, Pernapasan : 24x/menit,
dan Suhu Badan 39,5◦C. Pasien mengatakan sering berkeringat di malam hari.”
STUDI KASUS
A. Pengkajian
a. Biodata pasien
Nama :-
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Diagnose medis : Susp. HIV
b. Penanggung jawab pasien
Nama :-
Umur :-
Hubungan dengan pasien :-
c. Riwayat kesehatan
1. Alasan masuk Rumah sakit : klien masuk dengan keluhan
demam dan mual,. Hasil pengkajian nyeri pada sendi, otot perut
dan tenggorokan, lemah, batuk pilek dan beberapa hari ini
mengeluh diare. Nampak tatoan pada tangan dan kaki. pasien
mengatakan sering berkeringat di malam hari.
2. Keluhan utama : Demam
3. Riwayat keluhan utama : Klien mengeluh demam SB 39,5◦C.
4. Keluhan menyertai : Klien mengeluh mual, nyeri pada
sendi, otot perut dan tenggorokan, klien mengeluh batuk dan pilek,
klien mengeluh diare dank lien mengeluh sering berkeringat di
malam hari.
d. Pemeriksaan fisik
1. KU : Lemah
2. Tanda – tanda vital : TD: 130/80 mmHg, Nadi 110x/menit,
pernapasan 24x/menit, dan suhu badan 39,5◦C.
e. Pemeriksaan Laboratorium : Test ELISA (+).
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
2 DS : Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui NYERI
darah, cairan vagina/sperma ASI / cairan
Klien AKUT
tubuh ibu yg infeksius
mengeluh nyeri ↓
pada sendi, otot Virus masuk dalam peredaran darah dan
invasi sel target hospes
perut dan ↓
tenggorokan Terjadi perubahan pada struktural sel
akibat transkripsi RNA virus + DNA sel
sehingga terbentuknya provirus
DO : ↓
KU : Lemah Sel penjamu (T helper, limfosit B,
TTV : makrofag) mengalami kelumpuhan
↓
TD : 130/80
Menurunnya sistem kekebalan
mmHg
tubuh
Nadi :
↓
110x/menit
Terbentuk virus - virus HIV yang baru
Pernapasan : dalam tubuh
24x/menit ↓
Replikasi perkembangan HIV dalam
cairan tubuh
↓
imunosupresi
↓
Pelepasan mediator kimiawi (pirogen)
↓
Organ target
↓
Neurologi
↓
Menyerang SSP, perifer, autonom
↓
Neuropati perifer
↓
Kelemahan, mati rasa pada ekstremitas,
hipotensi ortostatik
↓
Mengenai ujung saraf nyeri
↓
Saraf eferen
↓
Persepsi nyeri
↓
Nyeri Akut
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi
2. Nyeri Akut
3. Diare
4. Nausea
INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
NO INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika
perlu
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
NO INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
E. EVALUASI
1. Proses (formatif)
Fokusnya pada aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan.
Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai tujuan
tercapai.
Evaluasi merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap
respon klien langsung pada tindakan keperawatan.
2. Hasil (sumatif)
Fokusnya pada perubahan perilaku/status kesehatan klien pada
akhir tindakan perawatan klien.
Tipe ini dilaksanakan pada akhir tindakan secara paripurna
DAFTAR PUSTAKA