Anda di halaman 1dari 13

TREND KB ARAH AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Sampai saat ini standar akuntansi yang resmi masih menganggap bahwa akuntansi itu bertujuan
memberikan informasi kepada para pemakainya untuk pengambilan keputusan. Tujuan ini dapat kita
baca ialam APB Statement No. 4 (Hamhap, 1994: 139):

"Tujuan utama dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan adalah memberikan informasi
keuangan kuantitatif tentang suatu perusahaan yang berguna bagi pemakai khususnya pemilik dan
kreditur dalam proses pengambilan keputusan."

Dalam Trueblood Committe Report (Harahap, 1994: 201): 'Tujuan utama dari laporan keuangan
adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan."

Walaupun dalam bagian lain disebutkan tujuan lain dari laporan keuangan yaitu untuk
pertanggungjawaban, tetapi tujuan utama masih tetap untuk  pengambilan Keputusan. tujuan
akuntansi untuk pertanggungjawaban disebutkan dalam Trueblood Committee sebagai berikut
Hamhap, 1994: 216):

”laporan Keuangan bertujuan memberikan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan
manajemen menggunakan kekayaan perusahaan (accountability) secara: efektif dalam mencapai
tujuan perusahaan.”

Dalam Conceptual Framework dari FASB, PSAK, dan sebaga inya juga menjelaskan tujuan yang
sama.. Mengenai pertanggungjawaban tidak banyak menyinggung secara eksplisit kecuali Trueblood
Committee.

Di sini, di samping untuk pengambilan keputusan laporan keuangan juga harus dapat
dijadikan “sebagai alat menilai pertanggungjawaban manajemen (accountability) dalam
mengelola resorsis yang dipercayakan kepada ya.

Gambar kerangka tujuan laporan keuangan dapat dilihat sebagai berikut.

Pengambilan Keputusan

&

Pengambilan Keputusan Pertanggungjawaban

GANIBAR 11.1 Kerangka Tujuan Laporan Keuangan

Kemampuan Akuntansi

Karena akuntansi hanya memikirkan entitynya karena pengaruh filosofi kapitalis maka
akuntansi menjadi terisolir dan mengabaikan masyarakatnya. Akuntansi hanya mencatat
transfer yang bersifat "reciprocal transfer" yaitu transfer yang teijadi secara timbal balik di
mana perusahaan mengeluarkan resorsis dan mendapatkan timbal baliknya yang mempunyai
manfaat kepadanya. Sedangkan transfer yang bersifat "nonreciprocal” seperti sumbangan
perusahaan kepada masyarakat yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan, kerugian
masyarakat seperti pembuangan limbah belum menjadi bagian yang dicatat oleh akuntansi
keuangan.

Sifat dan tujuan akuntansi yang hanya untuk pengambilan keputusan dan lupa terhadap
masyarakatnya ini terus dinilai dan disorot masyarakat. Apa harus dibiarkan pengaruh yang
ditimbulkan perusahaan kepada masyarakat dan apa benar akuntansi dapat memenuhi
tujuannya ini? Dan apakah akuntansi harus tutup mata pada tuntutan masyarakat yang selalu
berubah sebagaimana telah ditulis dengan baik oleh ahli futurolog

seperti Naisbitm, Alvin Tomer, dan lain sebagainya? Hal ini selalu menjadi pertanyaan dan
ternyata saat ini pemakai informasi akuntansi baik manajemen, masyarakat, banyak yang
meragukan keampuhannya.

Keadaan ekonomi khususnya yang dialami private sector dapat kita review satu setengah
abad terakhir ini. Menurut Lee Parker (1994: 1) kondisinya adalah sebagai berikut:

”Standards, more standards and crush.” Kita menambah standar, menambah persyaratan“
disclosure maupun menambah audit dalam kegiatan auditing tetapi ekonomi mengalami crash
juga.

Para akuntan malah mengajak keterlibatan pemerintah ikut dalam standard setting body, dan
lain sebagainya untuk menambah peraturanperaturan. Lembaga yang bertanggung jawab
kepada masyarakat justru menambah berbagai aturan tambahan misalnya Bapepam membuat
aturan akuntansi, Dirjen Pajak, Bank Indonesia, Direktorat Asuransi, dan Lain sebagainya.
Lee menambahkan:

“Secara profesional kisah ini berbicara kepada kita bahwa masalahnya memang rumit tetapi
diisi lagi oleh rasionalisasi dan pembenaran diri oleh kita sendiri." !
Setelah penambahan prinsip, aturan ini, ternyata apa yang terjadi dalam ekonomi? Ingat
masih depresi 1930, 1950, 1980, crash 1987, Bank Duta, Bapindo, Golden Key, Penggelapan
pajak, Kanindo? Demikian juga banyaknya akuntan telah dimejahijaukan karena
kegagalannya dan keterlibatannya dalam kecurangan dan kegiatan melawan hukum lainnya.
Editorial dalam majalah New Accountant (1990) menyebutkan ada beberapa akuntan
mempertaruhkan integritasnya dan menjadi pelayan pengusaha ambisius. Henry Bosch
menuduh akuntan berperan dalam ambruknya ekonomi Australia, Menteri Keuangan Mari'e
Muhammad pada pembukaan Kongres di Bandung baru-baru ini mengingatkan sedikit
banyaknya akuntan berperan dalam kegiatan ”mark up" yang merugikan perkenominan
bangsa.

Keadaan ini digambarkan Lee sebagai: ”adanya koalisi antara pengusaha, profesi akuntan,
investor yang menghasilkan produk laporan yang saling menguntungkan dengan
menggambarkan dalam laporan keuangan sehingga keadaan tetap menjadi status quo. Gene
Flegm (1989) seorang eksekutif di General Motor USA, dan terlibat dalam penyusunan
standar selama 12 tahun menyatakan tantangannya pada kongres yang menyangkut upaya
perlindungan pada integritas data yang disajikan akuntan. Dia merasakan bagaimana muncul
dan berkembangnya dikotomi antara penyaji laporan keuangan dan penyusun standar.

Keadaan ini mengulangi apa yang terjadi pada tahun 1970 dengan munculnya Metcalf
Committee yang juga menggugat profesi akuntan yang menghasilkan lahirnya Finacial
Accounting Foundation yang dicampuri pemerintah dan profesi lainnya menggantikan APB
yang dulunya dikuasai sepenuhnya oleh AICPA.

Oleh Karena itu muncul pertanyaan siapa yang dilayani Akuntan? Kalau investor, negara,
ekonomi, kenapa masih juga terjadi crash yang juga merugikan mereka? Keadaan ini
menyebabkan Pemerintah kurang mempercayai akuntan, pemilik perusahaan tidak
mempercayai akuntan, demikian juga manajemen, investor, dan bahkan masyarakat. Padahal
profesi akuntan lahir dari kebutuhan untuk melahirkan dan memberikan kepercayaan kepada
masyarakat.
Private vs public sector, investor, negara, ekonomi, kenapa masih juga terjadi crash yang juga
merugikan mereka? Keadaan ini menyebabkan Pemerintah kurang mempercayai akuntan,
pemilik perusahaan tidak mempercayai akuntan, demikian juga manajemen, investor, dan
bahkan masyarakat. Padahal profesi akuntan lahir dari kebutuhan untuk melahirkan dan
memberikan kepercayaan kepada masyarakat. Lihat tulisan Kwik Gian Gie di kampus tanggal
17-7-1995 yang juga meragukan fungsi akuntan publik.

Private vs Public Sector

Dalam perkembangannya khususnya perkembangan sistem kapitalisme sejak revolusi industri


sampai saat ini arah perhatian akuntansi memang terfokus pada private sector khususnya
sektor komersil. Sektor ini memfokuskan perhatian pada investor dan para pemilik modal
lainnya. Sehingga akuntansi memang mau tidak mau harus meladeni kepentingan pemakai
ini. Hal inilah yang menyebabkan Karl Marx menuduh akuntansi ini hanya sekadar bius
untuk mempertahankan eksistensi kapitalisme.

Dari sisi lain dapat dilihat bahwa kalau kita kembali melihat struktur teori akuntansi Barat,
apa yang ada adalah bahwa postulat, konsep, prinsip, maupun teknik yang mendasari laporan
keuangan sumbernya adalah: apa tujuan laporan keuangan menurut pemakaianya?

Sehingga semua perangkat akuntansi Barat memang diarahkan pada kebutuhan "user" dalam
hal ini adalah para investor atau pemilik modal. Kendatipun belakang ini sudah semakin
disorot dan sudah mulai ada kecenderungan memikirkan aspek sosial, sumber daya manusia,
dan nasional atau aspek makro.

___-..

1. Tuiuan Laporan Akuntansi


______...

2b. Konsep Teoretis Akuntansi '

1'"

2a. Postulat Akuntansi

__…

~3. Prinsip-prinsip Akuntansi

4. TeEnik Akuntansi

GAMBAR 11.2 Struktur Teori Akuntansi

Namun, dalam perkembangannya sistem kapitalisme ini semakin ”sosialis”. Para pencetus
dan pengikutnya semakin etis dan semakin memperhatikan aspek di luar dari ”hanya
kepentingan priyate sector" atau investor tadi. Perkembangan masyarakat yang semakin
banyak, semakin berpengetahuan, semakin sadar politik, maka eksistensi private sector ini
digrugat. Karena kenyataannya mereka ini cenderung menjadi "homo homini lupus", serakah,
'loba, monopoli, boros, kolusi, merusak moral pejabat, bahkan destruktif.
Keadaan ini semakin disadari sehingga masyarakat menuntut agar private sector ini harus
berperilaku sebagaimana masyarakat lainnya ia harus ikut menjaga kelestarian alam,
ketenangan, keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat lainnya.

Tuntutan ini sebenarnya sadar tak sadar telah' dilaksanakan oleh private sector dan mereka ini
mulai menyesuaikan diri dengan tuntutan itu, tuntutan ”customer"-nya. Sehingga dalam
perkembangannya 'ilmu akuntansi memperkenalkan misalnya Socio Economic Accounting,

Envirotental Accounting, Employee Reporting, Value Added Accounting, .

Social Accounting, dan lain sebagainya. Public sector pun semakin berkembang. Masyarakat
semakin

menyadari hak-haknya, semakin demokratis, semakin kuat, dan akhirnya kebutuhannya


semakin canggih bukan lagi hanya perut, hiburan, tetapi juga keadilan, dan keprihatinan
sesama. Keprihatinan ini menuntut pertangungjawaban pihak lain yang ikut menentukan
nasibnya, yang

mengurus hak publiknya seperti pemerintah, organisasi, bahkan perusahaan. Karena


perusahaan ini beroperasi tanpa bisa memisahkan diri dari kegiatan masyarakat, hak-hak
masyarakat seperti lingkungan, penggunaan asset publik, lahan, udara, dan sebagai konsumen
perusahaan. Keadaan ini menyebabkan masyarakat mengharapkan pertanggungjawaban yang
lebih besar dari perusahaan maupun dari public sector.

Enterprise Theory

Keadaan ini menimbulkan munculnya berbagai teori dan konsep yang menampung tuntutan
ini. Enterprice Theory muncul di samping Entity Theory dan Proprietory Theory. Teori ini
bukan hanya memfokuskan perhatian akuntansi pada perusahaan atau pemilik tetapi adalah
enterprices yang mencakup para stakeholders: Pemilik, pegawai, kreditur, supplier,
pemerintah, dan masyarakat seluruhnya. Dalam akuntansi muncul desakan yang sangat kuat
untuk melahirkan bidang-bidang akuntansi yang tidak hanya memfokuskan perhatian pada
perusahaan seperti yang telah disinggung di muka. Akuntansi tidak hanya diharapkan untuk
menopang kepentingan orang per orang, investor saja tetapi harus juga memperhatikan ke
semua variable.

Decision Usefullness

Dari perkembangan ilmu manajemen dan teknologi informasi khususnya decision science
dapat dilihat bahwa bahan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi tidak bisa lagi
hanya dengan mengandalkan informasi kuantitatif atau informasi finansial yang disupply oleh
akuntansi. Bahkan dalam hal tertentu unsur nonfinansial data lebih penting dalam rnelahirkan
keputusan yang tepat.

Oleh karena itu, orang tidak lagi hanya berharap pada akuntansi apalagi perkembangan
Cybernetic, Expert System, Information Technology (TT), Artificial Intelectual (AI), dan lain
sebagainya. Keadaan ini mengarahkan akuntansi lebih baik pada bidang Accountability.

Accountability

' Apa yang harus dilengkapi akuntan sehingga menekankan fungsinya pada accountability.
Beberapa penulis telah mencoba memberikan langkah berikutnya untuk meningkatkan peran
accountability. Misalnya Gray et al

(1988, 1991), Patton (1992). Accountability bukan hanya dapat mempertanggungjawabkan


secara finansial, secara formal tetapi lebih luas dari situ kita harus mampu meningkatkan
tanggung jawab kepada masyarakat, pemerintah, dan kepatuhan pada peraturan.
Bahkan menurut penulis bukan hanya itu tetapi kita harus bertanggung jawab pada
kepentingan karyawan, lingkungan, sistem yang mendukung kebenaran, kebaikan, etika,
penegakan hukum, menciptakan lingkungan kasih sayang, ketaatan pada peraturan, loyalitas
pada keadilan, dan sebagainya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Peter Drucker yang
menganalogkan perusahaan dengan seorang penduduk yang juga harus berperilaku
sebagaimana penduduk yang baik.

Lee Parker (1994) memberikan beberapa petunjuk peningkatan accountability itu sebagai
berikut:

1. Mengintegrasikan antara data keuangan dan nonkeuangan.

2. Penilaian terhadap hasil yang bersifat keuangan dan nonkeuangan dengan


membandingkannya dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Memperluas ruang lingkup tanggung jawab mencakup masyarakat/ lingkungan.

4. Laporan menyangkut tingkat kepatuhan perusahaan pada peraturan pemerintah dan standar
akuntansi.

Sehingga laporan akuntan akan menampung tuntutan seperti:

1. Peraturan kita diperketat sehingga kebijaksanaan manajemen dalam metode pengukuran


dan pelaporan lebih sedikit.

2. Informasi akuntansi harus menyinggung kemungkinan adanya manipulasi manajemen.


3. Informasi akuntansi didesak agar dapat memenuhi harapan dan pemahaman masyarakat.

4. Informasi akuntansi harus menyajikan istilah teknis dan istilah awam yang dipahami
masyarakat.

Akunt-an yang Beretika dan Bertanggung Jawab

Kemajuan ekonomi, kemajuan teknologi, dan sosial yang sangat demikian cepat memerlukan
akuntan yang bukan akuntan biasa apalagi seperti akuntan yang melahirkan situasi yang dapat
merugikan masyarakat sebagaimana telah disinggung di muka. Untuk menghadapi kemajuan
masa depan diperlukan akuntan yang menghormati etika, akuntan yang

dapat dipercaya, akuntan yang jujur, akuntan yang bertanggung jawab, akuntan yang
memperhatikan kebenaran, sistem akuntansi yang dapat menjamin kualitas itu, dan akuntansi
yang dapat melahirkan laporan akuntansi yang benar. Oleh karena itu, akuntansi masa depan
mestinya bukan hanya berfokus pada kepentingan decision making saja tetapi juga untuk
pertanggungjawaban. Kedua tujuan ini sebenarnya dapat kita padukan. Kalau kita jujur maka
kerangka standar akuntansi yang ada sudah harus direvisi untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan tuntutan masyarakat yang terus berubah dan semakin cepat. Dan tentunya
pendidikan akuntansi juga harus memperhatikan masa depan bukan masa lalu apa lagi
berkutat pada peraturan yang kuno dan sudah basi.

Hayashi (1986) mengemukakan pandangannya mengenai masa depan akuntansi dikaitkan


dengan konsep akuntansi Islam sebagai berikut:

"Saya mengharap studi Akuntansi Islam dapat memberikan sumbangan untuk menciptakan
paradigma baru dalam akuntansi. Sebagaimana saya jelaskan, tidak perlu untuk membedakan
antara Akuntansi normatif dan deskriptif dalam Akuntansi Islam. Bicara sebaliknya:
Teknologi Akuntansi berpasangan Barat yang tradisional adalah didesain dengan baik ke arah
ortodoks, dan sejenis magyarakat positif. Tidaklah mengejutkan bahwa terbukti tidak cukup,
karena masyarakat kembali ke pandangan dunia yang lebih terinterpretasi, di mana Islam
justru sebaliknya. "

Beliau melanjutkan:

”Pendeknya, jika akuntansi diambil dari pandangan Islam kita tidak dapat menghindari
berpikir berbeda dari cara berpikir deskriptif dan normatif. Adalah perlu mempelajari suatu
masyarakat di mana kedua perbedaan ini tidak ada sebab hal ini dapat memberikan kita
petunjuk untuk memecahkan masalah yang didasarkan pada suatu dikotomi. "

Hayashi melanjutkan:

”Saya ingin menyatakan bahwa juga akan berguna untuk mempelajari Akuntansi Islam untuk
menemukan: Akuntansi apa yang mampu untuk mengganti akuntansi yang sekarang sebab
Akuntansi Islam mungkin adalah akuntansi yang bisa seperti itu di mana kita sendiri tidak
memilikinya. Dengan mempelajari Akuntansi Islam akan membantu kita menemukan
bagaimana akuntansi dapat hadir dalam suatu masyarakat di mana kita tidak pernah
mengalaminya. "

Sejalan dengan pengamatan Parker di atas, Hayashi juga melihatnya sebagai berikut:

“Tidak ada alasan yang terpikir dalam benak kita mengapa tidak ada teori yang tepat untuk
Dunia Pasca Newton, juga mengapa tidak ada teknologi akuntansi yang menggambarkan
teori baru. Kendalanya adalah karena belum muncul Hasilnya di mana-mana di dunia, adalah
merupakan keprihatinan yang besar bagi akuntansi dan keuangan, ditambah lagi dengan
ketidakpuasan atas akibat yangi dihasilkannya. Seperti yang paling mungkin dari Teori
Akuntansi Pasca Newton dan Teknologi Akuntansi sekarang telah muncul walaupun agak
lambat dan bersifat tidak menentu.”

Oleh karena itu beliau menyarankan beberapa hal yang harus kita tempuh di masa datang
sebagai berikut:

"Kita harus meramalkan bahwa apa ”akuntansi should be” jadinya akan berubah menjadi
Akuntansi yang hampir disebut sebagai Akun tansi yang berbeda dari jenis akuntansi
sekarang. "

Dan dari semua ini ia menyimpulkan suatu keadaan yang sangat cocok dengan trend yang
berlangsung sekarang, beliau menyebutkan:

”Akuntansi Islam yang memiliki unsur pengertian ekonomi, politik dan agama memiliki
kemungkinan besar untuk menunjukkan kunci ke arah Akuntansi Pasca Newton. "

Adolf ].H. Enthoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No. 5 dengan judul
"Mega Accountancy trands", berdasarkan Mega Treand ZOOO-nya N aisbit, ia merefleksikan
megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut:

1. Perlunya pengukuran efisiensi dan produktivitas.

2. Perlunya keterpaduan Akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.

3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang releven.


Kemudian untuk mengantisipasi trend tersebut di atas maka Enthoven menganjurkan
penyempurnaan infrastruktur Akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan trend tersebut.

1. Penyempurnaan sistem pendidikan, pelatihan, dan riset. 2. Struktur dan persyaratan sosio
ekonomi dan budaya.

3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya.

4. Praktek profesi dan kelembagaan akuntansi.

GAMBAR 11.3 Mega Akunting

Sumber: Enthoven (1985) Mega Accountancy Trends, ARM Accounting Researech


Manogrhraph #5.ha4

Dari keadaan ini dapat kita tarik garis atau benang merah bahwa trend atau kecenderungan ke
arah mana akuntansi menuju sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat adalah
menuju suatu sifat yang lebih bernuansa sosial, etis, dan bertanggung jawab. Lee Parker
maupun profesi Akuntan Australia dari konferensi intemasional_yang dilakukannya pada
tahun 1994 menunjukkan arah ke akuntansi yang semakin bertanggung jawab. Islam pada
dasarnya menginginkan akuntansi yang memberikan informasi yang adil dan benar yang
hakikatnya adalah pertanggungjaWaban. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa”
kecenderungan

ilmu akuntansi searah dengan sifat dari akuntansi Islam. Dan sesuai dengan pendapat
Toshikabu Hayashi di atas:
"Akuntansi Islam yang memiliki unsur pengertian ekonomi, politik, dan agama memiliki
kemungkinan besar untuk menunjukkan kunci ke arah akuntansi Pasca Newton Pasca
Newton maksudnya era sekarang ini dan masa depan. Permasalahannya sekarang adalah
kalau akuntansi Islam sudah banyak menjadi bahasan di studi-studi dan penelitian di luar
negeri yang nota bene non-muslim ternyata di negara kita yang pendudulmya terbesar di
dunia upaya ke arah ini belum banyak kelihatan. Semoga literatur ini dapat

mendorong kita ke arah penelitian akuntansi Islam yang semakin aktif dan intens.

Anda mungkin juga menyukai