PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran, bagi banyak wanita, merupakan
aspek yang paling mendebarkan. Seperti perubahan fisik dari
kehamilan itu sendiri. Wanita yang hamil 9 bulan siap untuk
melahirkan, dan agar berpartisipasi sepenuh dalam pengalam itu
dia semestinya menjadi tahu dengan semua kemungkinan yang
ada. Tetapi pengalaman setiap wanita secara haqiqi bersifat pribadi
dan individual: apakah dia melahirkan dirumah atau di RS, dan
dengan atau tanpa obat-obatan, dan dengan atau tanpa kehadiran
pasangannya atau teman pada akhirnya dia sendiri yang harus
memutuskan (Elisabeth, Endang: 2019)
Angka kematian ibu dan anak di tahun 2015 di Provinsi
Papua terus menurun. diakui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Papua, Aloysius Giyai. “Dari 275 ribu per 107 ribu kelahiran terus
menurun di tahun 2015 ini dari 142 ribu per 100 ribu kelahiran,”
kata Aloysius kepada sejumlah wartawan di Kota Jayapura, Papua.
Menurut Aloysius, meski belum mendekati angka nasional
menurunnya kasus kematian itu atas kerja keras berbagai pihak,
terutama Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Ini terbukti dengan
jangkauan layanan kesehatan yang terus dilebarkan ke pelosok
Papua.
B. Latar belakang
Berdasarkan dari permasalahan diatas dikemukakan rumusan masalah
yaitu:
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. “H”
UMUR 20 TAHUN G1P0 A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU
1 HARI KALA 1 FASE AKTIF DILATASI MAKSIMAL DI
PUSKESMAS SENTANI
1
2. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY.”H”
UMUR 20 TAHUN INPARTU KALA II FASE AKTIF
DISELERASI G1P0A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 1
HARI DI PUSKESMAS SENTANI
3. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”H” UMUR 20 TAHUN
P1A0 KALA III NORMAL DI PUSKESMAS SENTANI
4. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”H ” UMUR 20 TAHUN
P1A0 KALA IV NORMAL DI PUSKESMAS SENTANI
C. Tujuan Penulisan
1. Umum
Penulis mendapat pengalaman yang nyata dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalinan normal melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
2. Khusus
a. Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian terhadap ibu bersalin Ny. H
dengan persalinan normal secara lengkap dan sistematis
di Puskesmas Sentani.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin
Ny.P dengan persalinan normal di Puskesmas Sentani.
3) Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan
pengkajian data pada ibu bersalin Ny.H dengan
persalinan normal di Puskesmas Sentani.
4) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin Ny.H dengan persalinan normal di Puskesmas
Sentani.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Ny.H dengan persalinan normal di Puskesmas Sentani.
2
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah ilmu pengetahuan khususnya mahasiswi kebidanan
tentang pengetahuan mengenai penatalaksanaan asuhan
PERSALINAN
2. Bagi puskesmas
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai pelaksanaan
dalam asuhan persalinan
3. Bagi institusi
Sebagai salah satu pembelajaran untuk diberikan kepada
mahasiswi kebidanan, sehingga mahasiswi kebidanan bisa
memahami asuhan kebidanan yang diberikan kepada persalinan
4. Bagi pasien
ibu dapat memperhatikan keadaanya, dan ibu bisa mengetahui
bagaimana keadaan keadaannya.
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar
belakang masalah, tujuan penulisan yang meliputi tujuan khusus dan
tujuan umum serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan tentang teori umum yang meliputi macam-
macam perdarahan pada saat persalinan dan teori khusus yang
membahas tentang pengertian persalinan, tujuan asuhan persalinan,
tanda-tanda persalinan, tahapan persalinan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan.
BAB III Tinjauan Khusus
Bab ini berisi tentang tinjauan kasus asuhan kebidanan ibu bersalin
dengan retensio plasenta secara nyata sesuai dengan manajemen
kebidanan menurut 7 langkah Varney mulai dari pengkajian sampai
evaluasi.
3
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisi kesenjangan antara teori dan kasus serta kesulitan yang
dialami penulis selama proses pengkajian.
BAB V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban
dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus asuhan
kebidanan ibu bersalin normal. Sedangkan saran merupakan alternatif
pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
setelah bayi baru lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu
serta bayi baru lahir. (Elisabeth, Endang : 2019)
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terjadi integrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. Dengan
pendekatan ini berarti bahwa upaya persalinan normal harus
didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah
yang dapat menunjukan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada
setiap proses persalinan (Widy : 2018)
5
2. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan
teori-teori yang komplek, faktor-faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, strusktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf
dan nutrisis disebut sebagai faktor yang mengakibatkan partus
mulai . Perubahan –perubahan dalam biokomia dan biofisika telah
banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara
lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti
diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menajdi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter, sehingga plasenta akan mengalami degenerasi .
Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi akan segera
di keluarkan. Faktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada
ganglion servikale dari frankenhauser yang terletak di belakang
.bila ganglion tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan
(Yanti:2010).
a. Tanda-tanda persalinan
1) Adanya kontraksi rahim
2) Keluarnya lendir bercampur darah
3) Keluarnya air-air (ketuban)
4) Pembukaan serviks
b. Tanda persalinan palsu
Ketika mendekati kehamilan atetem,banyak wanita yang
mengeluhkan kontraksin uterus yang terasa nyeri, yang
mungkin menunjukkan permulaan persalinan tetapi meskipun
terjadi kontraksi kemajuan dilatasi servik tidak terjadi yang
disebutkan dengan persalinan palsu atau false labout.disini
terjadi aktifitas uterus yang kekuatan kontraksi bagian bawah
uterus hampir sama besar dengan kontraksi bagian atas,
6
karena itu dilatasi serviks tidak terjadi dan nyeri karena
kontraksi uterus sering dirasakan pada panggul bawah,dan
tidak menyebabkan nyeri dari pinggang sampai perut bagian
bawah, lama kontraksi pendek dan tidak begitu kuat, bila
dibawah berjalan kontrasi biasanya menghilang.kontraksi
lebih sering terjadi pada malam hari tetapi frekuensi dan
intensitasnya tidak meningkat dari waktu ke waktu
(Yanti:2010).
c. Pemeriksaan menjelang persalinan
Saat mulai terasa mules dan mengalami kontraksi secara
teratur sebagai tanda akan segera melahirkan, perlu di lakukan
pemeriksaan dalam. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan
persalinan yang meliputi pembukaan servik, masih ada atau
tidaknya selaput ketuban karena, apabila sudah pecah harus
diberikan tindakan dengan pemeriksaan dalam dapat dinilai
juga tentang kepala bayi, apakah sudah memutar atau belum,
sampai mana putaran tersebut karena kondisi ini akan
menentukan jalannya persalinan. Jantung janin akan di
monitor secara teratur dengan fetoscope yang akan diperiksa
secara rutin oleh petugas kesehatan untuk mengetahui
kesejahteraan janin.kontraksi di hiituung setiap kali ibu
merasakan mulas, dan pada perut ibu teraba keras. Mengukur
waktunya dan mencacat jarak antar kontraksi (dari akhir satu
kotraksi sampai awal kontraksi yang lain). Tanda- tanda vital,
intake dan out take ibu juga diperiksa selama proses
persalinan (Nining Wiyati,2008).
3. Tahapan Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R ,2001) di bagi 4 kala
yaitu:
a. Kala I : Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap (10 cm).dalam kala pembukaan di bagi menjadi 2
fase :
7
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung
kurang dari 8 jam
2) Fase aktif
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b. Serviks membuka dari 4 sampai 10, biasanya dengan
kecepatan 1 cm/lebih perjam hingga pembukaan
lengkap (10)
c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d. Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase,
yaitu:
(1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm
(2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2
jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi
9 cm
(3) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm
(lengkap)
b. Kala II : Kala Pengeluaran Janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengejan mendorong janin hingga keluar.
Pada kala ll ini memiliki ciri khas:
1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira- kira 2-3
menit sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan
3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAK
4) Anus membuka
8
1) Primipara kala ll berlangsung 1,5 jam -2 jam
2) Multipara kala ll berlangsung 0,5 jam – 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada dua cara ibu mengejan pada kala ll yaitu menurut
dalam letak berbaring, merangkul kedua padanya dengan
kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit
sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup dengan sikap
seperti di atas, tetapi badan miring dimana punggung janin
berapa dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah
atas. (JNPKR DAN Depkes ,2002)
9
terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan
mengeluarkan cairan sedikit darah yang di sebut lochea yang
berasal dari sisa-sisa jaringan.
10
6) Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya
mengenai kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi
yang akan di lakukan dalam persalinan.
7) Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah
lahir.
8) Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.
b. Prinsip asuhan
Prinsip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh
bidan, sebagai berikut:
1) Rawat ibu dengan penuh hormat
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang
dikatakan ibu. Hormati pengetahuan dan pemahaman
mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar sama
pentingnya dengan memberikan nasihat.
3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang
bermutu serta sopan.
4) Memberikan asuhan denga memperhatikan privasi.
5) Selalu menjelaskan apa yang ingin di kerjakan sebelum
anda melakukannya serta meminta izin dahulu.
6) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta
kepada siapa saja yang ia inginkan untuk berbagi
informasi ini.
7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta plihan
yang sesuai dan tersedia bersama ibu.
8) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang
menemaninya selama persalinan, kelahiran dan
pascasalin.
9) Mengizinkan ibu mengunakan posisi apa saja yang
diinginkan selama proses pencukuran, dan edema.
10) Memfasilitasi hubungan dini antara persalinan dan
kelahiran.
11
11) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang
tidak perlu (episiotomi)
12) ibu dan bayi baru lahir (bounding attachment)
12
b. Kebutuhan makan dan cairan
c. Kebutuhan eliminasi
d. Posisioning dan Aktifitas
e. Pengurangan Rasa Nyeri
13
terlentang. Denyut jantung diantara kontraksi sedikit
lebih tinggi dibandingkan selama periode persalinan.
e) Pernapasan
Pernapasan terjadi kenaikan sedikit di bandingkan
dengan sebelum persalinan, kenaikan paernafasan ini
dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan tekhnik pernapasan
yang tidak benar.
f) Perubahan renal
Polyuria sering terjadi selama persalinan, hal ini
disebabkan oleh kardiak output yang meningkat, serta
disebabkan karena filtrasi glomelurus serta aliran
plasma ke renal. Polyuria tidak begitu kelihatan dalam
posisi terlentang, yang mempunyai efek mengurangi
aliran urin selama kehamilan.
g) Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan
makanan dapat berkurang akan menyebabkan
pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan
menyebabkan konstipasi.
h) Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100ml selama
persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada
hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi
kahilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi
berkurang dan akan mendapat tambahan plasma
selama persalinan.
i) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan
pada otot polos uterus dan penurunan hormone
progesterone yang menyebabkan keluarnya hormone
oksitosin.
14
j) Pembentukan segmen atas dan bawah rahim
Segmen atas rahim terbentuk pada uterus bagian atas
dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada
bagian ini terdapat banyak otot serong yang
memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai
ishmus uteri.
k) Perkembagan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan
SBR, dalam keadaan persalinan normal tidak Nampak
dan akan kelihatan pada persalinan abnormal, karena
kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan
tampak sebagai garis atau batas yang menonjol diatas
simpisis yang merupakan tanda dan ancama rupture
uterus.
l) Pembukaan ostium uteri interna dan externa
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena
membesarnya OUE karena otot yang melingkar di
sekitar ostium merangsang untuk di lewati kepala.
Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR
akan tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala
dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dan
ostium uteri internum dan eksternum membuka secara
bersama pada saat persalinan terjadi.
m) Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari
sedikit lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal
dari ekstruksi lender yang menyumbat canalis
servikalis sepajang kehamilan, sedangkan darah
berasal dari desidua vera yang lepas.
n) Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya
regangan SBR yang menyababkan terlepasnya selaput
15
korion yang menempel pada uterus, dengan adanya
tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan
yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka.
Cairan ini terbagi 2 yaitu Fore Water Hind Water yang
berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar tidak
terlepas seluruhnya.
o) Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala 1 bila pembukaan sudah lengkap dan
tidak ada tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi
yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan
kantong ketuban pecah, di ikuti dengan proses
kelahiran bayi.
2) Perubahan fisiologi
Perubahan fisiologi pada kala satu :
a) Perasaan tidak enak
b) Takut dan ragu akan persalinan yang aka di hadapi
c) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan
apakah persalinan akan berjalan normal.
d) Menganggap persalinan sebagai cobaan
e) Apakah penolong persalinan dapat dengan sabar dan
bijaksana dalam menghadapiya.
f) Apakah bayinya normal apa tidak
g) Apakah ia anggup merawat bayinya
h) Ibu merasa cemas
Manajemen kala I :
a) Mengidentifikasi masalah
b) Mengkaji riwayat kesehatan
c) Pemeriksaan fisik
d) Pemeriksaan janin
e) Menilai data dan membuat diagnose
f) Menilai kemajuan persalinan
16
g) Membuat rencana asuhan kebidanan kala 1
b. Persiapan persalinan
1) Persiapan persalinan
Pada suatu tahap kehamilan bahwa semua wanita akan
menyadari keharusan untuk melahirkan, sehingga pada
saat ANS diperlukan informasi tentang persalinan. Di
harapkan wanita hamil sudah mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan.
2) Informasi
Idealnya seorang wanita hamil sudah melakukan
hubungan dengan seoang bidan/penolong persalinan
tertentu agar mendapatkan informasi secara konsisten dan
wanita tersebut akan merasa rileks dan secara bebas
meminta informasi.
3) Mengurangi kecemasan
Meskipun banyak wanita yang mungkin merasa sedikit
takut tentang beberapa aspek dan kehamilan dan
persalinan, tetapi ada juga wanita yang tidak merasa takut
akan kehamilan dan peralinan. Oleh karena itu disarankan
pada semua wanita hamil untuk tidak segan mencaru
informasi pada sumber yang jelas.
4) Keikutsertaan dalam perencanaan
Rencana persalinan sekarang sudah semaki popular.
Rencana persalinan dibuat oleh wanita hamil bersama
bidan yang akan memeri pertolongan pada saat
persalinan. Pasangan yang bisa berpartisipasi dalam
perencanaan yang di kehendaki akan lebih tenang dalam
menghadapuu persalinan.
5) Berkenalan dengan staf
Berkenalan dengan staf dan ruangan untuk bersalin serta
melihat lingkungan akan sangat berguna bagi wanita
17
hamil. Penggunaan alat di yang di gunakan di jelaskan
dengan jelas akan mengurangi rasa takut.
c. Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu selama
persalinan
1) Kebutuhan fisik
a) Kebersihan dan kenyamanan
b) Posisi
c) Kontak fisik
d) Pijatan
e) Perawatan kandung kemih
2) Kebutuhan psikologis ibu
Pada ibu bersalin sering merasa cemas, memikirkan hal
yang akan terjadi antara lain sakit, takut menghadapi
persalinan, banyak pikiran yang menhantui selama
persalinan. Hal ini dapat menambah rasa sakit, oleh karena
itu, ibu bersalin memerlukan pendamping selama
persalinan.
Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran pendamping
pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif
terhadap persalinan yang dapat menurunkan mordibitas,
mengurangi rasa sakit, persalinan lebih singkat dan
menurunnya persalinan dengan tindakan (Hodnett, 1997,
Klau dan Kannel, 1993).
d. Tanda bahaya persalinan kala 1
1) Pendahuluan
Selama kala 1 persalinan dalam rencana penatalaksanaan
bidan memonitor kemajuan persalinan dengan partograf,
memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan
perubahan posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu,
menganjurkan untuk rehidrasi, keluarga terlibat dalam
mendukung persalinan. Selama persalinan berlangsung
normal sesuai dengan partograf, bidan memanfaatkan
18
rencana penatalaksanaan kala 1. Untuk menentukan
bahwa persalinan berjalan normal, bidan harus mengerti
temuan apa saja baik yang normal dan tidak normal. Jika
temuan tidak normal, maka bidan harus merujuk.
19
berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai
kala pengeluaran bayi. Lamanya (durasi) kala dua pada
persalianan spontan tanpa komplikasi adalah sekitar 40 menit
pada primi-gravida dan 15 menit pada multipara. Kontraksi
selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu
kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan
interaksi tinggi semakin ekspulsif sifatnya.
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat:
1) Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran atau
doran)
2) Perineum menonjol (perjol)
3) Vulva membuka (vulka)
4) Adanya tekanan pada spincter anus (teknus) sehingga
ibu merasa ingin BAB
5) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
6) Meningkatnya pemgeluaran darah dan lendir
Dengan adanya his persalianan, terjadi perubahan pada
serviks yang menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukan
b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang
terdapat pada kanalis servikalis terlepas
7) Lightening menjelang minggu ke 36 pada primigravida,
terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi
sudah masuk kedalam panggul. Penyebab dari proses
ini adalah sebgai berikut :
a) Kontraksi braxton hicks
b) Ketegangan dinding perut
c) Ketegangan ligamentum rotundum
d) Gaya berat janin, kepala kearah bawa uterus.
Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat
dirasakan wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai
brikut:
20
1) Terasa ringan dibagian atas dan terasa sesak
berkurang
2) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal
3) Kesulitan saat berjalan
Diagnosis pasti:
a) Telah terjadi pembukaan lengkap
b) Tampak bagian kepala janin melalui
introitus vagina.
a) Pemantauan ibu
(1) Periksa nadi ibu setiap 30 menit
(2) Pantau frekuensi dan lama kontraksi
setiap 30 menit
(3) Memastikan kandung kemih kosong
melalui bertanya kepada ibu secara
langsung sekaligus dengan melakukan
palpasi
(4) Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi
ataupun keinginan ibu
(5) Periksa penurunan kepala bayi
melalaui pemeriksaan abdomen
(pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan
pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau
kalau ada indikasi
(6) Upaya meneran ibu
(7) Apakah ada presentasi majemuk atau
tali pusat disamping kepala
(8) Putaran vaksi luar segera setelah bayi
lahir
(9) Adanya kehamilan kembar setelah bayi
pertama lahir
21
b) Pemantauan janin
Saat bayi belum lahir
(1) Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan
menjawab 2 pertanyaan, apakah bayi
menagis kuat dan atau tanpa kesulitan
apakah bayi bergerak aktif atau lemas.
(1) Syok
(2) Dehidrasi
(3) Infeksi
(4) Preeklampsia/eklampsia
(5) Insersia uteri
(6) Gawat janin
(7) Penurunan kepala terhenti
(8) Adanya gejala dan tanda distosia
bahu
(9) Pewarnaan mekonium pada cairan
ketuban
(10) Kehilan ganda/kembar
Prinsip penolong persalinan
(a) Sarung tangan dan barier
protektif lainnya
(b) Tempat persalinan dan steril
(c) Peralatan dan bahan yang
dibutuhkan
(d) Tempat meletakkan yang
nyaman bagi bayi
(e) Persiapan ibu dan keluarganya
(asuhan sayang ibu, bersihkan
perineum dan lipat paha,
kosongkan kandung kemih,
22
amniotomi dan menjelaskan
peran suami/pendamping).
Penatalaksanaan Kala II :
23
Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR). Dalam persalinan perbedaan SAR dan
SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh
korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif
(berkontraski) dan dindingnya bertamnbah tebal dengan
majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan
suatu kontraksi.
3) Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan
pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak
teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim (SBR) dan
serviks.
4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah
terjadi perubahan, terutama pada dasar panggul yang
ditegangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi
saluran yang dinding-dindingnya tipis karena suatu
regangan dan kepala sampai vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas dan anus, menjadi terbuka
perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala
janin tampak pada vulva
5) Perubahan fisik lain yang mengalami perubahan
a) Perubahan sistem reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan besifat unik
mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot
fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh.
b) Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg. Dengan
mengubah posisi dari telentang ke posisi miring,
perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat
dihindari.
24
c) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbihidrat
meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan
aktifitas metabolisme terlihat dari peningkatkan
suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut jantung
jantung dan cairan yang hilang
d) Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan
tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.
e) Perubahan denyut nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraski disertai
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan,
selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih
rendah daripada frekuensi di antara kontraksi dan
peningkatan selamafase penuruanan hingga mencapai
frekuensi lazim diantara kontraksi.
f) Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi.
g) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Poliuria
menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena
posisi ini membuat aliran urine berkurang selama
persalianan.
h) Perubahan pada saluran cerna
Absorsi lambung terhadap makanan pada jauh lebih
berkurang.
i) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama
persalianan dan kembali ke kadar sebelum persalinan
25
pada hari pertama pascapartum jika tidak ada
kehilangan darah yang abnormal.
6) Perubahan psikologis pada ibu bersalin
Perubahan psikologis keselurahan seorang wanita yang
sedang mengalami persalinan sangat bervariasi,
tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi.
c. Mekanisme persalinan normal
Mekanisme persalinan
1) Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu masuknya
kepada dalam pintu atas panggul, dan majunya
kepala.
2) Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida.
3) Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya
dengan sutura sagitalis, melintang dan dengan fleksi
yang ringan.
4) Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah
jalan lahir
5) Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis
atau agak kebelakang mendekati promontorium maka
posisi ini disebut asynclitismus.
6) Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah
kepala masuk kedalam rongga panggul dam biasanya
baru dimulai pada kala II.
7) Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya
dorong dari kontraksi dan posisi, serta peneranan
selama kala II oleh ibu.
8) Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada
waktu diameter bipariental dari kepala janin telah masuk
panggul ibu.
9) Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala,
terjadi karena adanya, tekanan cairan amnion , tekanan
26
langsung pada bokong saat kontarksi, usaha meneran,
ekstensi, dan pelurusan badan janin.
10) Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala kala 2
agar bagian terkecil termasuk panggul dan terus
turun.
11) Putaran paksi dalam/rotasi internal , pemutaran dari
bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan kepala bagian kebawah
simpisis.
12) Rotasi internal dari kepala janin akan membuat
diameter enteroposterior (yang lebih panjang) dari
kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter
anteroposterior dari panggul.
13) Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala
sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau
defleksi dari kepala.
14) Setelah subocciput tertahan pada pinggir sympisis
maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di
atas adalah bagian yang berhadapan dengan
subocciput
15) Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan
dengan putaran interior bahu.
16) Eksspuktasi, setelah putaran paksi luar bahu depan
sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclin
untuk kelahiran bahu belakang.
d. Menolong persalinan sesuai APN
Melihat tanda dan gejala kala II
1) Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan
2) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
baik
3) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
27
4) Persiapan pertolongan kelahiran’
5) Memulai meneran
6) Menolong kelahiran bayi
7) Penanganan bayi baru lahir
8) Gejala tanda distosia bahu
28
a) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba karena
pecahnya penyumbatan retro plasenter saat plasenta
pecah
b) Terjadi perubahan uterus yang semula discoid menjadi
globuler
c) Tali pusat memenjang. Hal ini disebabkan plasenta
turun segmen uterus yang lebih bawah atau rongga
vagina
d) Perubahan uterus, yaitu menjadi naik di dalam
abdomen
e) Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa saat setelah
pelepasan plasenta TFU akan naik. Hal ini disebabkan
oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang
lebih bawah.
3) Fase pelepasan plasenta
Fase ini adalah tahap di mana plasenta
menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus. Tidak
ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan
plasenta. Plasenta pasif dengan otot uterus yang aktif pada
tempat meletakannya plasenta. Keadaan tersebut
mengakibatkan sobeknya plasenta dilapisan spongiosa,
namun biasa juga dikatakan fase plepasan plasenta terjadi
di myometrium yang berkontraksi mengikuti penyusutan
volume cavum uteri setelah bayi lahir.Tempat implantasi
plaseneta
Berikut ini adalah tempat implantasi plasenta :
a) Plasenta adhesiva, melekat pada desidua endrometrium
lebih dalam
b) Plasenta akreta, melekat dan tumbuh pada vili chorialis
lebih dalam dan menembus desidua sampai ke
myometrium
29
c) Plasenta pekreta, tumbuh sampai menembus serosa
dinding Rahim
d) Plasenta inkreta, tumbuh lebih dalam ke myometrium
tetapi belum menembus serosa
4) Penanganan jika plasenta belum lepas
a) Plasenta tertinggal
Penangannya dapat dilakukan dengan memberikan
injeksi oxytocin intraumbilikalis dengan larutkan 10
IU Pitocin yang dilarutkan dengan 20 cc normal saline
ke vena umbilikalis selanjutnya bidan memantau
tanda-tanda vital, mengecek tanda-tanda syok yang
lain, mengecek pendarahan eksternal tampak dan
pendarah internal yang tersembunyi, serta
menginformasikan dokter konsulan tentang situasi ini.
b) Plasenta akreta
Penangaanan yang dilakukan ketika terjadi plasenta
akreta adalah dengan melakukan pemeriksaan
mikroskopis untuk mengetahui apakah plasenta akreta
atau bukan.
c) Plasenta belum lahir
Apabila plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit,
seorang bidan yang harus memberikan 10 IU oxitocyn
IM dosis ke 2. Pada menit ke 30 lakukan pemeriksaan
lagi dengan melakukan penanganan tali pusat untuk
terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, segera
lakukan rujukan. Namun apabila fasilitas rujukan sulit
dijangkau dan kemudian timbul perdarahan maka
sebaiknya dilakukan tindakan plasenta manual.
Pastikan bahwa petugas kesehatan telah terlatih dan
kompeten agar tindakan dapat berjalan dengan baik
sesuai prosedur.
b. Manajemen Aktif Kala III
30
Tujuan manajemen aktif kala III
1) Manajemen aktif kala III bertujuan untuk menghasilkan
kontraksi uteus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan
mengurangi kehilangan darah pada kala III.
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat mencegah
terjadinya kasus perdarahan yang terjadi setelah
persalinan.
2) Prosedur Pelaksanaan MAK III
Langakah utama manajemen aktif kala II adalah
pemberian suntikan oksitosin, peregangan tali pusat
terkendali, dan masase fundus uteri.
c. Pemantauan Kala III
1) Perdarahan
Pemantauan kala III pada bagian perdarahan ini dilakukan
dengan melihat apakah ada darah atau tidak. Jika jumlah
darah lebih dari 500 cc, segera lakukan penatalaksanaan
sesuai dengan faktor penyebabnya.
2) Robekan Jalan Lahir
Temukan dan perhatikan penyebab perdarahan dari
laserasi atau robekan perineum dan vagina. Lakukan
penilaian terhadap perluasan laserasi jalan lahir dan
perineum untuk mengetahui jenis pentalaksanaan yang
akan dilakukan.
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah sistolik dan diastolik mulai kembali ke
tingkat sebelum persalinan
b) Nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelum
persalinan
c) Suhu badan meningkat secara perlahan
d) Pernapasan kembali normal
31
e) Aktivitas gastrointestinal pada ibu bersalin dianggap
abnormal apabila ibu merasa mual dan muntah tanpa
adanya pengaruh obat-obatan, mobilitas lambung, dan
absorsi kembali ke aktivitas normal
4) Kontraksi Uterus
Setelah plasenta terlepas dan lahir, uterus akan melakukan
kontraksi. Kontraksi ini harus dipantau sampai kala IV
persalinan .apabila uterus berkontraksi dengan jelek atau
bahkan tidak ada kontraksi maka kemungkinan akan
terjadi Antonia uteri atau sebagai salah satu penyebab
perdarahan setelah persalinan.
d. Kebutuhan Ibu Bersalin Kala III
Ibu bersalin pada kala III ini membutuhkan nutrisi dan
asupan gizi yang baik sebagaimana yang dibutuhkan pada
kala sebelumnya.
Komplikasi Kala III
1) Atonia uteri
2) Inversion uteri
3) Retensio plasenta
4) Robekan Jalan Lahir
5) Syok Obstetrik
32
pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus
yang tidak kuat dan terus menerus dapat menyebabkan
terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu
keselamatan ibu. untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca
pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan.
Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan
dengan massase agar uterus tidak menjadi lembek dan
mampu berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini
uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat diberikan
obat oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya
selama satu jam sambil mengamati terjadinya perdarahan
postpartum.
b. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Hal ini berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi
(adanya robekan) yang dapat diketahui dari adanya
perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap serta
adanya kontraksi uterus.
Segera setelah kelahiran bayi servik dan vagina harus
diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya
laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau
diperlukan. Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih
mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada
perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu.
Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5 sampai 10 menit
pada akhir kala II. Memijat fundus seperti memeras untuk
mempercepat pelepasan plasenta tidak dianjurkan karena
dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke
dalam sirkulasi ibu. setelah kelahiran plasenta perhatian harus
ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang dapat berasal
dari tempat implantasi palsenta. Kontraksi uterus yang
mengurangi perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat
uterus dan penggunaan oksitosin. Dua puluh (20) unit
33
oksitosin rutin ditambahkan pada infus intravena setelah bayi
dilahirkan. Palsenta harus diperiksa untuk memastikan
kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi perdarahan masa
nifas (misalnya karena anemia, pemanjangan masa
augementasi oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar
atau hidramnion) dapat diperlukan pembuangan plasenta
secara manual, eksplorasi uterus secara manual atau kedua-
duanya.
c. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut
1) Tanda vital
Pemantauan tanda vital pada persalinan kala IV antara
lain:
a) Kontraksi uterus harus baik.
b) Tidak ada perdarahn dari vagina atau alat genetalia
lainnya.
c) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir
lengkap.
d) Kandung kemih harus kosong.
e) Luka-luka pada perineum harus terawat baik dan
tidak terjadi hematoma.
f) Bayi dalam keadaan baik.
g) Ibu dalam keadaan baik.
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan
digunakan untuk memastikan bahwa ibu tidak mengalami
syok akibat banyak mengeluarkan darah. Adapun gejala
syok yang dipehatikan antara lain: nadi cepat, lemah (110
kali/menit atau lebih), tekanan darah rendah (sistolik
kurang dari 90 mmHg, pucat, berkeringat atau dingin,
kulit lembab, nafas cepat (lebih dari 30 kali/menit), cemas
kesadaran menurun atau tidak sadar serta produksi urin
sangat sedikit (kurang dari 30 cc/jam). Pemantauan
tekanan darah sangat berhubungan dengan adanya gejala
34
syok, gejala dehidrasi, gejala infeksi gejala pre eklampsia,
pre eklampsia berat bahkan eklamsia. Pemantauan suhu
tubuh diperhatikan apakah ada kenaikan suhu tubuh, suhu
mencapai 38ºC atau lebih dapat menyebabkan produksi
urin sedikit sehingga urin menjadi pekat, dan suhu yang
tinggi perlu diwaspadai juga kemungkinan terjadinya
infeksi dan perlu penanganan lebih lanjut.
2) Kontraksi uterus
Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara
seksama mengenai ada tidaknya kontraksi uterus yang
diketahui dengan meraba bagian perut ibu serta perlu
diamati apakah tingginya fundus uterus telah turun dari
pusat, karena saat kelahiran tinggi fundus akan berada 1-2
jari dibawah pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai
akhirnya hilang dihari ke-10 persalinan.
3) Lochea
Melalui proses ketabolisme jaringan, berat uterus dengan
cepat menurun dari sekitar 1000 gr pada saat kelahiran
menjadi sekitar 50gr pada saat 3 minggu masa nifas.
Servik juga kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku
seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama
setelah kelahiran secret rahim (lochea) tampak merah
(lochea rubra) karena adanya entrosit. Setelah 3 sampai 4
hari, lochea menjadi lebih pucat (lochea serosa), dan
dihari ke-10 lochea tampak putih atau putih kekuningan
(lochea alba). Lochea yang berbau busuk diduga adanya
suatu endomentriosis.
4) Kandung kemih
Pada saat setelah plasenta keluar, kandung kencing harus
diusahakan kosong agar uterus dapat berkontraksi dengan
kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya
perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu. jika
35
kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu
mengosongkannya jika diperlukan, dan ingatkan
kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah dia
melahirkan bayinya.
5) Perineum
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang
robek dinamakan robekan perineum tingkat satu. Pada
robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan
ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma
urogenetalis pada garis tengah terluka. Sedang pada
tingkat tiga robekan total muskulus sfingyter ani
eksternum ikut terputus dan kadang-kadang dinding depan
rectum ikut robek pula. Jarang sekali terjadi robekan yang
mulai pada dinding belakang vagina di atas introitus
vagina dan anak dilahirkan melalui robekan itu,
sedangkan perineum sebelah depan tetap utuh (robekan
perineum sentral). Robekan perineum yang melebihi
robekan tingkat satu harus dijahit, hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan
plasenta harus dikeluarkan secara manual lebih baik
tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir.
6) Perkiraan darah yang hilang
Cara yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah
adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang digunakan
untuk menampung darah dan di nilai berapa botol darah
yang telah digunakan untuk menampung darah, kalau
setengah botol berarti 250 ml dan kalau 2 botol sama
dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk
menilai kondisi ibu. kalau menyebabkan lemas, pusing
dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun
lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah
36
terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. kalau ibu mengalami
syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50%
dari total darah ibu (2000-2500 ml).
d. Melakukan Penjahitan Luka Episiotomi/Laserasi
1) Anastesi lokal, prinsip penjahiran perineum
Terjadinya robekan atau laserasi pada perineum
perlu segera ditangani secara hati-hati dan benar, kalau
tidak segera ditangani akan sangat membahayakan kondisi
ibu karena kemungkinan akan terjadi infeksi pada luka
robekan sangat besar, karena pada saat jarum masuk
jaringan tubuh juga akan terjadi luka. Pada proses
penjahitan perlu diperhatikan bahwa saat menjahit laserasi
atau episiotomi harus digunakan benang yang panjang dan
diusahakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai
tujuan pendekatan dan hemostasis. Karena pada saat
menjahit mungkin timbul rasa sakit yang berlebihan maka
perlu digunakan anastesi lokal untuk mengurangi hal
tersebut. Anastesi lokal standar yang digunakan adalah
lidokain 1% tanpa epinefrim (lidokain), jika tidak tersedia
gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan air steril
atau normal salin dengan perbandingan 1:1.
2) Penjahitan episiotomy/laserasi
Secara umum prosedur penjahitan episiotomi sama
dengan menjahit laserasi perineum, setelah episiotomi
dilakukan penilaian secara hati-hati untuk memastikan
lukanya tidak meluas dan gunakan jahitan jelujur untuk
merapatkan jaringan pada sayatan terlalu dalam atau
bahkan mencapai lapisan otot diperlukan penjahitan
secara terputus.
37
\
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. LANGKAH I. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama Ibu : Ny. H Nama Suami : Tn. J
Umur : 20 Tahun Umur : 24 Tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Suku : santani Suku : sentani
Agama : Kristen Agama : Kristen
Protestan Protestan
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Btn. Sereh Alamat : Btn. Sereh
38
b. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan seperti ingin melahirkan
c. Keluhan utama
Ibu mengatakan sakit pada perut bagian bawah hingga tembus
tulang belakang sejak pukul: 11.00 WIT disertai dengan
pengeluaran lendir bercampur darah.
d. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lamanya : 6 hari
Siklus : 28 hari
Teratur : Ya
Banyak : 2-3x ganti pembalut
Warna : Merah segar
Keluhan : Tidak Ada
Konsistensi : Encer
HPHT : 11-05-2019
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit menular dalam keluarga
Ibu mengatakan baik dalam pihak keluarga maupun suami
tidak sedang menderita penyakit menular, seperti : TBC,
Hepatitis, dan HIV/AIDS.
f. Perilaku kesehatan
1) Penggunaan alkohol/obat sejenisnya
Ibu mengatakan tidak minum-minuman alkohol dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan.
39
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan.
4) Iritasi vagina
Ibu mengatakan tidak ada iritasi pada vagina
40
7) Muntah
Ibu mengatakan tidak muntah
8) Oedem
Tidak ada oedem
9) Nyeri perut
Ibu mengatakan tidak ada nyeri perut
10) Penglihatan
Ibu mengatkan penglihatan tidak kabur
11) Gerakan janin pertama kali
Pada UK 20 minggu
12) Rasa gatal vulva dan vagina
Ibu mengatakan tidak merasa gatal pada vulva dan vagina
13) Gerakan janin sekarang
Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin sekarang
UK 38 Minggu 1 hari
8. Aktifitas sehari-hari
NO. Pola kebutuhan Sebelum Hamil Selama Hamil
a. Nutrisi
Frekuesi Makan 3x/hari 3x/hari
Nafsu Makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Ngidam Ibu mengatakan tidak ada Ibu mengatakan tidak ada.
Frekuensi Minuman 3-5x/hari 3-5x/hari
Jenis Minuman Air putih, teh Air putih, susu dan jus
b. Eliminasi BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Bau/warna Khas/kuning kecoklatan Khas/kuning kecoklatan
41
c. Pola istirahat
Tidur siang 1-2 jam/hari 1-2 jam/hari
Tidur malam 8 jam/hari 8 jam/hari
d. Personal hygiene
Frekuensi mandi 2x/hari 2x/hari
Sikat gigi 2x/hari 2x/hari
Bersihkan alat kelamin
Ganti pakaian dalam Saat mandi, BAB, BAK Saat mandi, BAB, BAK
9. Riwayat pernikahan
Status pernikahan : Menikah
Lama : 1 tahun
Usia saat menikah : 16 tahun
Menikah ke : 1 (Pertama)
42
Ibu mengatakan tidak mengharapkan jenis kelamin laki-laki
atau perempuan, yang penting bayinya lahir dengan selamat.
5) Kegiatan spiritual
Ibu mengatakan selalu mengikuti ibadah setiap minggu.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Keadaan emosional : Baik
4) Vital sign :
TD : 120/80 mmHg Nadi : 75 x/menit
RR : 22 x/menit Suhu : 36,5oC
5) TB : 156 cm
6) BB sebelum hamil : 50 kg
7) BB sekarang : 62 kg
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Warna rambut : Hitam
b) Tekstur : Keriting
c) Luka : Tidak ada
43
d) Kebersihan : Bersih
2) Muka
a) Bentuk : Oval
b) Odema : Tidak ada
c) Pucat : Tidak ada
d) Cloosma gravidarum : Tidak ada
3) Mata
a) Bentuk : Simetris
b) Odema : Tidak ada
c) Konjungtiva : Merah muda
d) Sklera : Tidak ikterik
4) Hidung
a) Kebersihan : Bersih
b) Radang : Tidak ada
c) Polip : Tidak ada
d) Sekret : Tidak ada
5) Mulut dan gigi
a) Bibir : Lembab
b) Lidah : Bersih
c) Stomatitis : Tidak ada
d) Tonsil : Tidak ada
e) Caries : Tidak ada
f) Karang gigi : Tidak ada
6) Telinga
a) Bentuk : Simetris
b) Kebersihan : Bersih
c) Radang : Tidak ada
d) Pendengaran : Baik
e) Pengeluaran cairan : Tidak ada
7) Leher
a) Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
b) Kelenjar lyfa : tidak ada pembesaran
44
c) Vena jugularis : tidak ada pembengkakan
8) Dada
a) Bunyi jantung : Teratur
b) Bunyi paru : Baik
9) Payudara
a) Bentuk : Simetris
b) Pembesaran : Membesar +/+
c) Striae : Tidak ada
d) Puting : Menonjol
e) Areola : Hiperpigmentasi
f) Benjolan : Tidak ada
g) Colostrum : Ada
h) Pengeluaran : +/+
10) Abdomen
a) Bekas luka operasi : Tidak ada
b) Pembesaran perut : Membesar sesuai usia
kehamilan
c) Bentuk perut : Membulat
d) Striae : Tidak ada
e) Kandung kemih : Kosong
f) Oedema : Tidak ada
g) Linea : Nigra
45
Leopold III : Teraba keras, bulat dan melinting
pada bagian terbawah (kepala)
Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP)
b) TFU : 30 cm
c) TBJ : 2945 gram
d) Auskultasi
(1) DJJ : 144 x/menit
(2) Frekuensi : setiap 30 menit
(3) Puntum maximum : Perut bagian kiri bawah
(4) Irama : Teratur
e) Kontraksi
(1) Frekuensi : 4 x / 10 menit
(2) Durasi : 40 detik
12) Ekstremitas
a) Oedema tangan dan jari : Tidak ada
b) Oedema kaki : Tidak ada
c) Betis merah/lembek/keras : Keras
d) Varises : Tidak ada
e) Reflek patella ka/ki : +/+
13) Anogenital
a) Inspeksi
(1) Vulva/vagina
(2) Varises : Tidak ada
(3) Kemerahan : Tidak ada
(4) Luka : Tidak ada
(5) Oedema : Tidak ada
(6) Perinium (luka perut) : Tidak ada
b) Pemeriksaan dalam
(1) Dinding vagina : Tidak ada luka parut
(2) Portio (effecement) : Lunak
(3) Posisi portio : Atas
46
(4) Pembukaan serviks : 6 cm
(5) Konsistensi serviks : Lunak
(6) Ketuban : Utuh
(7) Presentasi janin : Kepala
(8) Penurunan bagian terendah : Hodge II
(9) Posisi janin : Normal
14) Punggung/pinggang dan anus
a) Posisi tulang belakang : Panggul luas
b) Kebersihan : Bersih
c) Hemoroid : Tidak ada
3. Pemeriksaan penunjang
a. HB : Tidak dilakukan
b. Protein urin : Negatif (-)
c. Glukosa urin : Tidak dilakukan
d. Golongan darah : Tidak dilakukan
47
2. Masalah
Tidak ada
E. LANGKAH V. PERENCANAAN
1. Lihat tanda kala II persalinan
R/= untuk mengetahui ibu sudah dalam fase inpartu atau belum
2. Pastikan kelengkapan peralatan bahan dan obat- obatan esensial
R/= Untuk persiapan menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir
3. Pakai celemek atau bahan yang tidak tembus cairan
R/= Untuk menghindari kontaminasi cairan tubuh atau darah dari
pasien ke penolong
4. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, kemudian cuci
tangan
R/= Untuk menghindari perhiasan mengganggu pada saat menolong
persalinan dan cuci tangan untuk menghindari kontaminasi dari
penolong ke pasien
5. Pakai sarung tangan steril pada tangan yang akan melakukan VT
R/= Untuk menghindari kontaminasi cairan atau darah dari pasien ke
penolong
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (spuit 3cc)
R/= Untuk persiapan obat saat persalinan
7. Bersihkan vulva dan perinium
R/= Agar vulva dan periunium bersih
8. Lakukan periksa dalam
R/= Untuk memastikan pembukaan lengkap
48
9. Lakukan dekontaminasi sarung tangan
R/= Untuk menjaga agar cairan atau darah dari pasien, yang
menempel pada sarung tangan tidak menyebabkan kontaminasi
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus meredah
( relaksasi)
R/= Untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal
11. Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian anjurkan ibu berbaring kesebalah kiri
R/=Agar ibu mengetahui keadaan dan janinnya, kemudian agar ibu
merasa nyaman
49
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (spuit 3 cc)
a. Gunakan tangan yang memakai sarung tangan steril dan pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik
b. Kemudian letakkan kembali kedalam partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum, membersihkan dengan hati-hati
dari depan ke belakang
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pembukaan sudah lengkap
9. Melakukan dekontaminasi sarung tangan
a. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan
secara terbalik kerendaman klorin 0,5% selama 10 menit
b. Mencuci tangan
10. Memeriksa DJJ=144x/menit setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi)
11. Memberitahukan pada ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian menganjurkan dan membantu ibu
berbaring ke sebelah kiri
50
5. Penolong sudah memakai sarung tangan steril pada tangan yang akan
melakukan VT
6. Sudah mengisi oksitosin ke dalam tabung suntik (spuit 3 cc) dan
meletakkannya kembali kedalam partus set
7. Sudah memberishkan vulva dan perineum ibu
8. Sudah melakukan VT (pemeriksaan dalam) pembukaan sudah legkap
(10 cm)
9. Sudah lakukan dekontaminasi sarung tangan
10. Sudah memeriksa DJJ
11. Sudah memberitahukan pada ibu pembukaan sudah lengkap, keadaan
bayi cukup baik, dan menganjurkan ibu posisi berbaring ke sebelah
kiri agar ibu nyaman dan ibu sudah berbaring ke sebelah kiri
51
a. Ibu mengatakan ingin buang air besar
b. Ibu mengatakan ada dorongan untuk meneran
c. Ibu mengatakan sakitnya bertambah kuat dan tembus ke tulang
belakang
2. Data Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
TD : 128/64 mmHg R : 24 x/menit
N : 101 x/menit S : 36,6oC
d. Adanya tekanan pada anus
e. Perineum menonjol
f. Vulva dan anus membuka
g. Portio tidak teraba
h. Pembukaan serviks 10 cm
i. Ketuban (J)
j. Presentase kepala
k. Posisi UUK
l. Penurunan kepala hodge IV (4/5)
m. Adanya pelepasan lendir bercampur darah
n. Kontraksi uterus 4 x/menit, durasi 45 detik
o. Molase 0
52
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
TD : 128/64 mmHg R : 24 x/menit
N : 101 x/menit S : 36,6oC
LANGKAH V. PERENCANAAN
1. Berikan lembar persetujuan (informed concent)
R/ agar ibu dan keluarga mengetahui tindakan apa saja yang akan diberikan
dan menyetujui tindakan tersebut
2. Lakukan bimbingan memeran pada saaat ibu ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat
R/ agar ibu dapat meneran yang baik dan aktif untuk mempermudah
persalinan
3. Anjurkan ibu posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan
meneran yang kuat, jika ada posisikan ibu litotomi
a. Anjurkan ibu beristirahat dianatara kontraksi
b. Anjurkan keluaraga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
c. Berikan asupan yang cukup cairan per-oral (minum)
R/ agar ibu merasa nyaman, tidak kehabisan tenaga, mendapat dukungan
keluarga dan tidak dehidrasi
4. Letakkan kain bersih dan kering diatas perut ibu
R/ untuk mengeringkan bayi
5. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
R/ untuk menyokong bayi
6. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
53
R/ untuk memastikan peralatan dan bahan yang diperlukan lengkap
7. Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan
R/ untuk melindungi diri dan persiapan menolong persalinan
8. Lindungi perineum dengan 1 tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, saat tampak kepala bayi 5-6 cm membuka vulva
R/ Untuk menahan kepala bayi dan membantu persalinan (pengeluaran bayi)/
kepala bayi.
9. Periksa adanya lilitan tali pusat
R/ untuk memastikan tali pusat tidak melilit tali pusat
10. Setelah kepala lahir, tunggu paksi luar yang berlangsung secara spontan
R/ untuk memudahkan pengeluaran baayi
11. Pegang kepala bayi secara bipariental
R/ untuk membantu pengeluaran bayi ( kepala dan lengan)
12. Lakukan sangga susur
R/ untuk membantu melahirkan tangan, tubuh hinggga kaki bayi
13. Telusuri tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki
R/ untuk membantu melahirkan seluruh tubuh bayi
14. Lakukan peniaian sepintas
R/ untuk mengetahui kondisi BBL
15. Keringkan tubuh bayi diatas perut ibu
R/ agar bayi tidak kedinginan dan bayi merasa nyaman
16. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya ada 1 bayi
R/ untuk mengetahui bayi kembar atau tunggal
54
c. Gigi menyatu, mata melihat ke perut
d. Mengejan seperti ingin buang air besar, dan tidak boleh berteriak
3. Menganjurkan ibu posisi yang nyaman saat belum ada dorongan meneran
yang kuat, jika sudah ada dorongan meneran posisikan ibu litotomi.
a. Menganjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi
b. Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
c. Memberikan ibu minuman manis
4. Meletakkan handuk bersih/ kain bersih dan kering di atas perut ibu
5. Meletakkan kain bersih yang dilipatkan 1/3 bagian dan meletakkan di
bawah bokong ibu sebagai penghalas
6. Membuka partus set dan memeriksa kembali kelengkapan dan bahan yang
di perlukan
7. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
8. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain besih
dan kering, seyelah kepala bayi tampak 5-6 cm membuka vulva, tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk memepertahanakan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala
9. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, membersihkan mata dan
hidung bayi dengan kasa steril
10. Menunggu paksi luar yang berputar secara spontan
11. Memegang kepala bayi secara bipariental menganjurkan ibu meneran saat
ada kontraksi, dengan lembut gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
12. Melakukan sangga susur, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas
13. Menelusuri tangan atas berlanjut ke punggung, bokong tungkai dan kaki,
pegang ke dua mata kaki(masukkan telunjuk di antara ke dua kaki dan
pegang ke dua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk)
14. Melakukan penilaian sepintas
Bayi cukup bulan, menangis kuat, gerak aktif, warna kulit merah mudah
55
15. Mengeringkan tubuh bayi diatas perut ibu
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya.Ganti kain basah dengan kain bersih
16. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya 1 bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gameli)
56
P1A0 KALA III NORMAL
DI PUSKESMAS SENTANI
2. Data Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
TD : 125/80 mmHg R : 24 x/menit
N : 97 x/menit S : 37,5oC
d. TFU : Setinggi pusat (11,5cm)
e. Adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
1) Ada semburan darah
2) Tali pusat memanjang
3) Perubahan pada nifas
57
LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
58
12. Periksa kelengkapan plasenta dan masukkan plasenta ke dalam kantong
plastic khusus
R/ untuk mengetahui plasenta lengkap atau tidak dan memastikan tidak ada
jaringan sisa plasenta tertinggal
59
12. Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lengkap jumlah kotiledon 22,
panjang tali pusat 55 cm, lebar plasenta 17, berat plasenta 500 gram, tebal
2,5 cm
60
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
TD : 125/75 mmHg R : 22 x/menit
N : 85 x/menit S : 36,6oC
d. Perdarahan : + 100 cc
e. Kontraksi uterus : Baik
f. Robekan perineum : Derajat 2, penjahitan jelujur 7x jahitan
LANGKAH V. PERENCANAAN
1. Lakukan pengecekan kemungkinan adanya robekan pada vagina dan
perineum
61
R/ Untuk mengetahui ada robekan atau tidak jika ada segera dilakukan
penjahitan
2. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik
R/ Untuk mendeteksi adanya pendarahan atau tidak
3. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%
R/Untuk membersikan noda darah dan cairan tubuh yang tersisa
4. Pastikan kandung kemih kosong
R/ Agar kandung kemih tidak menghalangi darah yang masih tersisa
dalam uterus
5. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masasse pada uterus dan nilai
kontraksi
R/ Untuk me mastikan kontraksi uteri keras (baik)
6. Lakukan pengecekan kehilangan darah
R/Untuk mengetahui pendarahan ibu normal atau tidak
7. Lakukan TTV dan pastikan keadaan ibu baik
R/Untuk memantau keadaan ibu setelah persalinan
8. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
R/Untuk menilai keadaan bayi dan memastikan bayi tidak asfiksia
9. Tempatkan semua alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
R/=Untuk dekontaminasi alat agar tidak terkontaminasi ke pasien lain dan
penolong
10. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
R/Untuk menjaga kebersihan dan menghindari terkontaminasi ke pasien
lain
11. Bersihkan ibu dari sisa darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air
DTT
R/ Agar ibu bersih dan merasa nyaman
12. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu makan dan minuman
R/ Untuk memulihkan tenaga ibu setelah persalinan
13. Bersihkan tempat tidur dengan larutan klorin 0,5%
62
R/ Untuk membersikan tempat tidur dari cairan tubuh dan darah ibu
14. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% dan lepas secara terbalik
R/Untuk dekontaminasi darah atau cairan tubuh ibu yang menempel pada
sarung tangan.
15. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
R/ Untuk membersihkan tangan
16. Pakai sarung tangan steril
R/ Untuk melanjutkan pemeriksaan bayi
17. Berikan salep mata dan vit K1
R/ Salep mata untuk memperlama kontak obat dengan permukaan mata
dan mencegah kebutaan, kemudian vit K1 berfungsi untuk proses
pembentukan tulang dengan kalsium
18. Berikan HB-0 dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
R/ HB-0 untuk imunisasi pertama bayimenghindari hepatitis B dan
pemeriksaan fisik untuk memantau keadaan bayi
19. Lepaskan sarung tangan
R/= Untuk mencregah dekontaminasi
20. Cuci tangan
R/= Untuk membersikan tangan
21. Lengkapi patograf
R/= Untuk mendokumentasikan tindakan apa saja yang diberikan, dan
pemantauan persalinan ibu dari kala I sampai kala IV
63
4. Memastikan kandung kemih kosong
5. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dengan
meletakan tangan ibu diatas perut (diatas simpisis) me mutar searah jarum
jam
6. Melakukan pengecekan kehilangan darah ibu 3/5 bagian underpad sekitar
300 cc dari kala I sampai kala II
7. Melakukan TTV :
TD : 120/90 mmHg S : 37oC
N : 88 x/menit R : 24 x/menit
TFU : 1 jari dibawah pusat
8. Memantau keadaan bayi dan pernafasan baik, hidung kembang kempis
9. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci, bilas dan keringkan peralatan
setelah didekontaminasi
10. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
tersedia
11. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT, dan bersihkan tempat tidur atau sekitaran ibu
12. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu makan dan minum. Setelah itu
membantu ibu memberikan ASI pada bayi
13. Membersihkan tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %
14. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balik
bagian dalam keluar dan buang pada tempat sampah medis
15. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk bersih atau tissue kering
16. Memakai sarung tangan DTT/steril untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi
17. Memberikan salep mata (dorampenicol) dan vitamin k 1mg/2mg dosis 0,5
cc dipaha kiri bawah lateral, dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pernapasan bayi normal 48 x/menit dan suhu tubuh normal 36,6oC
18. Memberikan Hb-0 dan antropometri setelah 2 jam post partum
a. Suntikan Hb-0 di paha kanan bawah lateral
64
b. Antropometri :
BB : 2,900 gram LP : 31 cm
PB : 50 cm LD : 31 cm
LK : 30 cm LILA : 11 cm
19. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
20. Mencuci tangan
21. Melengkapi partograf
65
15. Sudah mencuci tangan dan mengeringkan menggunakan handuk atau
tissue kering
16. Sudah menggunakan sarung tangan steril
17. Sudah memberikan salep mata dan vitamin k1
18. Sudah menyuntikan Hb-0 dan antropometri
19. Sudah melepaskan sarung tangan secara terbalik
20. Sudah mencuci tangan
21. Sudah mengisi partograf
BAB IV
PEMBAHASAN
66
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa dan pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan umum serta pemeriksaan protein urin Ny.”H”
sehingga kebutuhan kami akan data ibu lengkap sehingga mendukung
dalam penetapan diagnosa.
Pada proses persalinannya berlangsung melaluai 4 kala dengan lama :
Kala I : 21 jam 27 menit (Dari tanggal 30 desember 2019 jam
14.30 WIT , tanggal 31 desember 2019 jam 10.57 WIT)
Kala II : 0 jam 9 menit (tanggal 31 Desember 2019 jam 10.57
WIT sampai 11.06 WIT)
Kala III : 0 jam 1 menit ( tanggal 31 Desember 2019 jam 11.12
WIT sampai 11.13 WIT)
Kala IV : 2 jam 0 menit (tanggal 31 Desember 2019 jam 11.13
WIT sampai 13,13)
Lama persalinan : 23 jam 37 menit
Berdasarkan teori bahwa lama persalinan bagi ibu primipara yaitu :
berlangsung 1,5 jam – 2 jam tetapi pada Ny.”H” berlangsung 23 jam
37 menit. Hal ini terjadi karena kontraksi atau his Ny.”H” tidak
adekuat dan lama dilatasi selviks.
2. Analisa
Kami menegakkan diagnose berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan.
3. Perencanaan
Pada penanganan persalinan pada Ny”H” asuhan kebidanan yag
dilakukan adalah metode asuhan persalinan normal (APN) dengan 60
Langkah. Selain itu dalam penanganannya tidak lupa berprinsip pada
asuhan sayang ibu yaitu dengan memperhatikan kondisi psikologi Ny.
P bersalin dengan mengikut sertakan keluarga (suami, orang tua)
selama persalinan agar ibu mendapat dukungan dalam persalinan. Tapi
ada beberapa kesejangan yang ditemui yaitu persalinan yang lama,
tidak dilakukan anastesi saat melakukan heacting.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan merupakan proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya. Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang di
kandung selama 37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala / ubun – ubun
kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu
sendiri, di susul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari
24 jam. Pada kasus diatas Ny.”H” umur 26 tahun G1P0A0 umur
68
kehamilan 38 minggu 1 hari inpartu kala I fase aktif dapat dilihat pada
askeb persalinan Ny.”H” pembukaan serviks dari 6 cm menjadi
pembukaan lengkap lamanya sekitar 8 jam. Persalinan ini masih dianggap
fisiologis hanya saja terdapat kesenjangan antara teori dan lahan ibu tidak
melakukan IMD karna pada teori dijelaskan bahwa IMD harus dilakukan
agar terjalin hubungan kontak batin ibu dan bayinya.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang
pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan
adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu
ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada
proses bersalin penolong (bidan) harus memahami kondisi psikolog ibu
dan langkah pada memberikan pertolongan dengan harapan persalinan
berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang
mungkin terjadi dan dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan
yang terampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenangkan dengan hasil persalinan yanng sehat dan
memuaskan.
B. Saran
Saran yang penulis berikan ditujukan untuk
1. Masyarakat
Diharapkan masyarakat terutama ibu yang akan bersalin
menegetahi cara relaksasi dan juga bahaya – bahaya dalam persalinan.
2. Lahan Praktik
Diharapkan pada lahan praktik yang telah melakukan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan baik diharapkan untuk kedepannya
akan lebih mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
69
3. Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan pembuatan karya tulis yang telah ada
tetap dijadikan acuan, bahan bacaan di perpustakaaan dan bahan
perbandingan untuk pembuatan karya tulis yang lebih baik lagi
terutama yang berhubungan dengan kasus persalinan.
70
DAFTAR PUSTAKA
71