Anda di halaman 1dari 22

KATARAK TRAUMATIKA

Disusun Oleh :

Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA /

RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN, 2013

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Daftar isi ................................................................................................................ i

Daftar Gambar ...................................................................................................... ii

1. Pendahuluan ................................................................................................. 1
2. Lensa ......................................................................................................... 2
2.1 Anatomi Lensa .................................................................................... 2
2.1.1 Fisiologi dan Metabolisme Lensa ............................................... 4
2.2 Katarak Traumatika ............................................................................. 5
2.2.1 Defenisi ..................................................................................... 5
2.2.2 Epidemiologis ........................................................................... 5
2.2.3 Patofisiologi dan Etiologi ......................................................... 6
2.2.4 Gejala Klinis ............................................................................. . 10
2.2.5 Diagnosis .................................................................................. 12
2.2.6 Penatalaksanaan ....................................................................... 13
2.2.7 Teknik Operasi .......................................................................... 14
2.2.8 Komplikasi ................................................................................. 17
2.2.9 Prognosis .................................................................................. 17

3. Kesimpulan .............................................................................................. 17

4. Daftar Pustaka ......................................................................................... 19

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lensa yang berstruktur biconvex memanjang sampai zonula


fibers ...................................................................................... 2

Gambar 2. Garis persambungan yang terbentuk dari penyambungan tepi


serat lamelar tampak seperti huruf ................................. 3

Gambar 3. Lensa di tahan di tempatnya oleh zonula zinnia yang tersusun


atas fibril dan menyisip ke dalam ekuator .......................... 3

Gambar 4. Bentuk bintang .................... ............................................. 7

Gambar 5. Cincin vossius ...................... .............................................. 7

Gambar 6. Dislokasi lensa katarak setelah trauma tumpul ................. 7

Gambar 7. Kekeruhan kortikal lengkap setelah cedera perforasi, dengan

gangguan kapsul lensa .................................................... 9

Gambar 8. Cincin Soemering ............................................................. 9

Gambar 9. Mutiara Elsching .............................................................. 9

Gambar 10. Intracapsular cataract extraction .................................. 15

Gambar 11. Extracapsular cataract extraction ................................. 16

ii

Universitas Sumatera Utara


KATARAK TRAUMATIKA
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM

1.Pendahuluan
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, meregangkan serat
zonula dan memperkecildiameter antero-posterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, dalam posisi ini, dayarefraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
parallel akan terfokus ke retina.Gangguan lensa dapat berupa kekeruhan, distrosi,
dislokasi, dan anomali geometrik.Pasien yang mengalami gangguan-gangguan
tersebut mengalami kekaburan penglihatantanpa nyeri.Kekeruhan lensa disebut
juga dengan katarak. Beberapa faktor penyebab katarak antara lain yaitu
kongenital, usia lanjut, penyakit sistemik, infeksi, dan trauma.1
Katarak traumatik menyumbang 5-10% dari semua kasus trauma mata.
Secara umum katarak traumatik di klasifikasikan sebagai katarak kontusio yang di
sebabkan oleh gaya kuat, seperti trauma tumpul yang mengenai bola mata, atau
katarak perforasi yang muncul dari adanya trauma paada lensa yang disebabkan
oleh perforasi kornea dan sklera oleh benda tajam yang terbuat dari logam, kayu,
atau kaca.1 Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing ksrena
lubang pada kaapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang
vitreus masuk kedalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah seorang pekerja
industri yang pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh,
potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan
yang sangat tinggi lalu tersangkut di vitreus retina.2
Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatik laki-laki
dan perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study melaporkan rata-
rata usia penderita katarak traumatik adalah 28 tahun dari 648 kasus yang
berhubungan dengan trauma mata.1

Universitas Sumatera Utara


2.Lensa

2.1 Anatomi lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak bewarna, dan hampir
transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
tergantung pada zonula dibelakang iris; zonula menghubungkannya
dengan korpus siliar.Disebelah anterior lensa terdapat aqueous humor;
disebelah posteriornya, terdapat badan vitreus (gambar 1). Kapsul lensa
adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada
dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan lektrolit masuk.2

Gbr 1: lensa yang berstruktur biconvex memanjang sampai zonula fibers2

Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa


lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-
serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentrasi yang panjang.Garis-garis persambungan (suture line)
yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti
huruf Y dengan slitlamp (gambar 2). Huruf Y ini tampak tegak di anterior
dan terbalik di posterior.2,4

Universitas Sumatera Utara


Gbr 2: garis-garis persambungan Gbr 3: Lensa di tahan di tempatnya oleh
yang terbentuk dari penyambungan
zonnula zinnia yang tersusun atas fibril
tepi-tepi serat lamelar tampak seperti
huruf Y4 dan menyisip kedalam ekuator4

Masing-masing serat lameral mengandung sebuah inti gepeng.Pada


pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat
ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.Lensa ditahan di
tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula
(zonula zinnia), yang tersusun atas banyak fibril; fibril –fibril ini berasal
dari permukaan korpus siliari dan menyisip ke dalam ekuator lensa
(gambar 3). 65 % lensa terdiri atas air, sekitar 35 % nya protein
(kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain
itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau
saraf di lensa.2

Universitas Sumatera Utara


2.1.1. Fisiologi dan Metabolisme Lensa
Lensa merupakan salah satu media refraksi penting dari mata dan
memfokuskan sinar cahaya pada retina. Lensa memiliki daya refraksi 10-
20 dioptri, tergantung pada akomodasi individu. 2
Lensa mendapatkan nutria melalui difusi dari humor
aqueous.Dalam hal ini menyerupai biakan jaringan, dengan humor
aqueous sebagai substrat dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan
suhu konstan. Metabolisme dan proses rinci biokimia yang terlibat dalam
proses penuaan yang kompleks belum sepenuhnya di pahami. Karena itu,
tidak mungkin mempengaruhi perkembangan katarak dengan
obat.Metabolism dan pertumbuhan sel-sel lensa mengatur dirinya sendiri.
Kegiatan metabolik ini penting untuk mempertahankan keutuhan,
transparansi, dan fungsi dari lensa ooptik.2
Epitel lensa membantu mempertahankan keseimbangan ion dan
transportasi nutrisi, mineral, dan air ke lensa.Jenis dari transportasi disebut
sebagai “pump-leak system”yang memungkinkan pemindahan aktif dari
natrium, kalium, kalsium, dan asam amino dari humor aqueous ke lensa
serta difusi pasif melalui kapsul lensa posterior.Memelihara keseimbangan
(homeostasis/ sangat penting untuk transparansi lensa dan berkaitan erat
dengan keseimbangan air.Kadar air lensa biasanya stabil dan tetap dalam
keseimbangan dengan humor aqueous sekitarnya. Seiring bertambahnya
usia kadar air lensa semakin berkurang, sedangkan protein terlarut dari
lensa (albuminoid) meningkat. Lensa menjadi lebih keraas, kurang elastis,
dan kurang transparan.Transparansi lensa secara nyata berkurang yang
dijumpai pada 95% dari semua orang yang berusia diatas 65 tahun. Bagian
tengah atau inti lensamenjaadi sclerosis dansedikit kekuningan dengan
usia.2

Universitas Sumatera Utara


2.2. Katarak Traumatik
2.2.1. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang
berarti air terjun. Asal kata ini mungkin sekali karena pasien katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi
kabut.3
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik
trauma tembus maupun trauma tumpul pada bola mata yang dapat terlihat
setelah beberapa hari atau beberapa tahun dan paling sering karena adanya
cedera yang disebabkan oleh benda asing yang mengenai lensa atau
trauma tumpul pada bola mata. Katarak traumatik ini dapat muncul akut,
subakut, ataupun gejala sisa dari trauma mata.1

2.2.2. Epidemiologis
Di Amerika Serikat diperkirakan terjadi 2,5 juta trauma mata setiap
tahunnya. Kurang lebih 4-5% dari pasien-pasien mata yang membutuhkan
perawatan mata yang komperhensif merupakan keadaan skunder akibat
trauma mata. Trauma merupakan penyebab tertinggi untuk buta monokula
pada orang kelompok usia dibawah 45 tahun. Setiap tahunnya
diperkirakan 50.000 orang tidak dapat membaca Koran sebagai akibat
trauma mata.1
Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatic
laki-laki dan perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study
melaporkan rata-rata usia penderita katarak traumatic adalah 28 tahun dari
648 kasus yang berhubungan dengan trauma mata. 1

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Patofisiologi dan Etiologi
Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan
contrecoup.Mekanisme coup adalah mekanisme dengan dampak langsung.
Ini akan mengakibatkan cincin Vossius (pigmen iris tercetak) dan kadang-
kadang ditemukan pada kapsul lensa anterior setelah trauma tumpul.
Mekanisme contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat
trauma yang disebabkan oleh gelombang energi yang berjalan sepanjang
garis sampai kebelakang.Ketika permukaan anterior mata terkena trauma
tumpul, ada pemendekan cepat pada anterior-posterior yang diikuti
pemanjangan garis ekuatorial.Peregangan ekuatorial dapat meregangkan
kapsul lensa, zonula atau keduanya.Kombinasi coup, contrecoup
dan pemanjangan ekuatorial bertanggung jawab dalam terjadinya katarak
traumatik yang disebabkan trauma tumpul bola mata.Trauma tembus yang
secara langsung menekan kapsul lensa menyebabkan opasitas kortikal
pada tempat trauma. Jika trauma cukup besar, keseluruhan lensa akan
mengalami opasifikasi secara cepat, namun jika kecil, katarak kortikal
yang akan terjadi.4,5

a. Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai
mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak.Trauma yang disebabkan
oleh benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya.Kadang
munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa
tahun.Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai
kemungkinan adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab
dan akibatnya kadang-kadang cukup sulit dibuktikan dikarenakan tidak
adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma
sebelumnya tersebut.Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular
anterior maupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti
bintang (gambar 4), dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak
(imprinting) yang disebut cincinVossius(gambar 5).5,6Seringnya,

Universitas Sumatera Utara


manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk
roset (rossete cataract), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan
kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat
berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa (gambar 6).
Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan).5

Gbr 5: Cincin Vossius5 Gbr 4: bentuk bintang6

Gbr 6: dislokasi lensa katarak setelah trauma tumpul5

b. Luka tusuk/perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi
(contohnya gelas yang pecah ) tembus melalui kornea tanpa mengenai
lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma

Universitas Sumatera Utara


tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak
akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan
luka kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi
trauma-trauma seperti diatas dapat juga melibatkan kapsul lensa, yang
mengakibatkan keluarnya lensamata ke bilik anterior. Urutan dari dampak
setelah trauma juga bergantung pada usia pasien.6
kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi
inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya secara berangsur-
angsur akan diserap jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan.
Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian
besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang.Keadaan ini
merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan
penggunaan lensa buatan intraokuler.Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa,
juga diikuti dengan reaksi inflamasi seperti halnya pada anak, namun
tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi dan jaringan fibrosis opak yang
terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi pupil.Sebuah perforasi
atau cedera tembus lensa sering menyebabkan kekeruhan korteks
di lokasi pecah, biasanya berkembang pesat untuk terjadinya kekeruhan
(gambar 7). 5,6
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat priloferasi epitel
sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa
akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan
terdapatnya lensa didalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat secara
histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya
yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakolitik. Lensa dengan
kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering (gambar 8) atau bila epitel
lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig (gambar 9).6

Universitas Sumatera Utara


Gbr 7: kekeruhan kortikal lengkap setelah cedera perforasi, dengan gangguan kapsul lensa 5

Gbr 8: Cincin Soemering5

Gbr 9: mutiara Elschnig

c. Radiasi
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya
katarak.Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar
dengan gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar

Universitas Sumatera Utara


gelombang pendek ( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan luka bakar
kornea superficial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48
jam.Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder
flash”.7Sinar infra merah yang berkepanjangan (prolong) juga dapat
menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan
kaca dan pekerja baja, namun penggunaan kacamata pelindung dapat
setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat
mengakibatkan katarak. Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini
dapat ditemukan pada pasien-pasien yang mendapat radioterapi (seluruh
tubuh) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila terapi
menggunakan sinar X.8
d. Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa
yang masuk mengenai mata menyebbakan peningkatan pH cairan akuous
dan menurunkan kadar glukosda dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara
akut ataupun pelahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat
asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata
dibandingkan basa makan jarang menyebabkan katarak.6

2.2.4. Gejala Klinis


Gambaran klinis yang dapat ditemui antara lain adalah:

1. Penurunan ketajaman visus


Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan signifikan
pada ketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya akan
ditemui penurunan tajam penglihatan dekat signifikan dibanding
penglihatan jauh, mungkin disebabkan oleh miosis akomodatif. Jenis
katarak yang berbeda memiliki tajam penglihatan yang berbeda
pula.Pada katarak subkapsuler posterior dapat sangat mengurangi
ketajaman penglihatan dekat menurun daripada penglihatan
jauh.Sebaliknya katarak nuklear dikaitkan dengan tajam penglihatan

10

Universitas Sumatera Utara


dekat yang tetap baik dan tajam penglihatan jauh yang buruk.
Penderita dengan katarak kortikal cenderung memperoleh
tajam penglihatan yang baik.1
2. Silau
Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan
sinar langsung.Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak
subkapsuler posterior dan juga katarak kortikal. Jarang pada
katarak nuklearis.1
3. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan
signifikan dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan
pemeriksaan Snellen. Pada pasien katarak akan sulit membedakan
ketajaman gambar, kecerahan, dan jarak ruang sehingga
menunjukkan adanya gangguan penglihatan.1
4. Pergeseran myopia
Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat
akan mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi
lagi dan tidak membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien
yang tidak menggunakan kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa
penglihatan jauhnya kabur sehingga ia akan meminta dibuatkan
kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran miopia atau
penglihatan sekunder, namun keadaan
inibersifatsementaradanterkait denganstadium katarak yang sedang
dialaminya.1
5. Diplopia monokuler
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia
lihat, ini dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki
indeks refraksi berbeda akibat perubahan pada stadium katarak.
Selain itu, dengan menggunakan retinoskopiatau oftalmoskopi

11

Universitas Sumatera Utara


langsung, akan ditemui perbedaan area refleks merah yang
jelasterlihat dan tidak terlalu jelas.1

2.2.5. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan pfisik,
serta pemeriksaan penunjang.1
- Anamnesis dari katarak traumatic
 Apakah ada trauma? Mekanisme trauma tumpul atau
tajam
 Riwayati kondisi mata sebelumnya operasi mata
sebelumnya, glaucoma, retinal detachment, penyakit mata
diabetes
 Riwayat penykit sebelumnya diabetes, sickle cell,
sindrom Marfan, hemosistinuria, hiperlisinemia, defisiensi
sulfat oksidase
 Keluhan penglihatan penurunan penglihatan
(katarak, subluksasi lensa, disloksi lensa, ruptur globe,
trauma optic neuropati, perdarahan vitreous, retinal
detachment); monocular diplopia (subluksasi lensa dengan
phakik parsial dan aphakik vision); binocular diplopia
(traumatic nerve palsy, fraktur orbita); nyeri (skunder
glaucoma menjadi hiphema, pupillary block, atau lens
particles, perdarahan retrobulbar, iritis).
- Pemeriksaan Fisik
 Visus, lapangan pandang, dan pupil
 Kerusakan ekstraokuler
 Tekanan intraokuler
 Bilik anterior
 Lensa

12

Universitas Sumatera Utara


 Vitreus
 Fundus

- Pemeriksaan penunjang
 B-scan jika pole posterior tidak dapat terlihat
 A-scan sebelum ekstraksi katarak
 CT scan orbita adanya fraktur, bendaasing, atau
kelainan lain.1
2.2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat
terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan
kemungkinan terjadinya amblyopia. Untuk mencegah amblyopia pada
anak dapat dipasang lensa intra ocular primer atau skunder.Apabila
tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi
tenang. Bila terjadi penyulit seperti seperti glaucoma, uveitis, dan lain
sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.9 Penyulit uveitis
dan glaucoma sering dijumpaia pada orang usiaa tua. Pada beberapa
pasien dapat terbentuk cincin sommering pada pupil sehinggaa dapat
mengurangi tajam penglihatan. Keaadaan sepertidapat disertaai
dengan perdarahan, aablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.10
Harus diberikan antibiotic sistemik dan topical serta kortikosteroid
topical dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi
dan uveitis. Aatropin sulfat 1% 1 tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk
menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan
sinekia posterior.10
Katarak dapat dikelurkan pasa saat pengeluaran benda asing atau
setelah peradangan mereda.Apabila terjadi glaucoma selama periode
menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat
peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatic, biasanya

13

Universitas Sumatera Utara


digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk
mengeluarkan katarak kongenital, terutama pada pasien berusia
kurang dari 30 tahun.9
- Indikasi penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak
traumatik adalah sebagai berikut:
 Penurunan visus yang berat
 Hambatan penglihatan Karena proses patologis pada
bagian posterior
 Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma
 Ruptur kapsul dengan edema lensa
 Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan
membutuhkan tindakan bedah
Metode fakoemulsifikasistandar dapat dilakukan jika kapsul lensa intak
dan integritas dari zonular cukup.Ekstraksi katarak intrakapsular
diperlukan pada kasus-kasus dislokasi anterior atau instabilitas zonular
yang ekstrem.Dislokasi anterior lensa ke bilik anterior meupakan suatu
keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal),
karena dapat menyebabkan pupillary block glaucoma. Lesentomi dan
virektomi pars plana dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus
rupture kapsul posterior. Dislokasi posterior, atau instabilitas zonular
yang ekstrem.9

2.2.7. Teknik Operasi


Operasi dilakukan untuk 1 mata sekali operasi. Prosedur yang sama bisa
dilakukan jika setelah sekitar 1 minggu mata yang pertama kali di operasi
telah stabil.8
a. Intracapsular Cataract Extraction
Hingga pertengahan tahun 1980, metode ini masih menjadi
pilihan.Intracapsular cataract extraction digunakan hanya jika terjadi

14

Universitas Sumatera Utara


subluksasi lensa atau dislokasi lensa.Seluruh lensa dibekukan dalam
kapsul dengan cryophake dan di buang dari mata melalui sayatan besar
kornea superior (gambar 10).

Gbr 10: intracapsular cataract extraction2

b. Extracapsular Cataract Extraction


Extracapsular cataract extraction dengan implantasi dari intraocular lens
(IOL) di posterior chamber adalah sebagai metode operasi pilihan utama
untuk sekarang ini.Dengan melakukan Pembukaan anterior kapsul
(capsularrhexis), kemudian hanya korteks dan nukleus yang dibuang
(extracapsular extraction); kapsul posterior dan zonula dipertahankan
tetaap utuh.Ini menyediakan dasar yang stabil untuk implantasi lensa
intraocular di chamber posterior (gambar 11).

15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 11: extracapsular cataract extraction2

Sekarang ini metode phacoemulsification adalah metode yang lebih disukai


untuk menghilangkan nukleus. Dimana nukleus sangat sulit sehingga seluruh
nukleus harus di express atau di aspirasi. Kemudian bagian lembut dari korteks
dikeluarkan oleh alat penghisap dengan aspirator ataupun irrigator.Kemudian
kapsul posterior di perhalus dan IOL di implantaasikan di kantong kapsul yang
kosong.Phacoemulsification dan implantasi IOL hanya membutuhkan insisi yang
panjangnya 3-6 mm. dimana teknik menembus yang digunakan untuk membuat
sayatan ini tidak memerlukan jahitan dikarenakan luka akan menutup dengan
sendirinya.8
Keuntungan lebih dari intracapsular cataract extraction adalah dikarenakan
extracapsular cataract extraction biasanya tidak mencapai exposur yang luas dari

16

Universitas Sumatera Utara


retina seperti intracapsular cataract extraction, terutama apabila katarak
skunder hadir. Namun extraocular cataract extraction mempertahankan
integritas anterior dan posterior bilik mata, serta badan vitreous tidak bisa
prolaps setelah ekstraksi katarak intrakapsular8.
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
- Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan
dengan katarak traumatic.
- Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti phakolitik,
phakomorpik, blok pupil, glaucoma sudut tertutup, uveitis, retina
dsetachment, ruptur koroid, hipema perdarahan retobulbar,
neurophati optik traumatik.1
2.2.9. Prognosis
Prognosis dari katarak traumatik bergantung dari besarnya cedera.1

KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Sedangkan katarak traumatik
adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma tembus maupun
trauma tumpul pada bola mata yang dapat terlihat setelah beberapa hari
atau beberapa tahun dan paling sering karena adanya cedera yang
disebabkan oleh benda asing yang mengenai lensa atau trauma tumpul
pada bola mata. Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme
coup dan contrecoup.Mekanisme coup adalah mekanisme dengan
dampak langsung.Mekanisme contrecoup menunjuk kepada cedera
yang jauh dari tempat trauma yang disebabkan oleh gelombang energi
yang berjalan sepanjang garis sampai kebelakang.
Gejala klinis dari katarak traumatik ini biasanya dijumpai
penurunan penglihatan, silau, sensitivitas kontras, pergeseran myopia,
dan diplopia monokuler.Indikasi dilakukannya pengkoreksian pada
katarak traumatic dengan oprasi adalah jika dijumpai penurunan visus

17

Universitas Sumatera Utara


yang berat, hambatan penglihatan karena proses patologis pada
bagian posterior, inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya
glaucoma, ruptur kapsul dengan edema lensa, keadaan patologis
okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan
bedah. Tindakan yang sekarang ini menjadi pilihan utama adalah
ectracapsular cataract extraction dengan implantasi intraocular lens
dari pada metode intracapsular cataract extraction.

18

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Robert H Graham, Hampton Roy Sr. Traumatic Cataract. Update: sep 2,


2014. Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1211083-overview#a0101
2. T. Schlote, J. Rohrbach, M. Grueb, J. Mieke. Pocket Atlas of
Ophthalmology. Thieme. 2006. P165-197
3. Akino Wakasugi, et al. Response of the Mouse Lens to Varying Sizes of
Injured Area. Departments of Ophtalmic Anatomy ang Physiologi
Graduate School of Medical Science, Kitasato University, Kanagawa,
Japan. Available from: http://www.nichigan.or.jp/jjo-
oj/pdf/04604/046040391.pdf
4. A. K. Khurana. Comphrehensive Ophthalmology, Fourth Edition. Chapter
7- Cataract. India: New Age International (P). 2007. p5-11 & p134-136
5. James C. Bobrow, et al. Lens And Cataract. On: American Academy of
Ophtalmology. (2011-2012). P53-60
6. Vaughan, Daniel. G., Asbury, Taylor., Riordan-Eva, Paul. (2007). General
Ophthalmology, 17th Edition. Mc Graw Hill, Lange.
7. Tim Root, Basic Eye Anatomy chapter 2. 2008. p18-28.
8. P. T. Khaw, P. Shah, A. R. Elkington. ABC of Eyes, Fourth Edition.
London: BMJ Books. 2004. P50-51
9. Seung-II Lee, Hyo-Cheol Song. A Case of IsolatedPosterior Capsule
Ruptureand Traumatic Cataract Caused by Blunt Ocular Trauma.
Department of Ophthalmology, Dongkang Hospital, Ulsan, Korea.
Available from: http://ekjo.org/Synapse/Data/PDFData/0065KJO/kjo-15-
140.pdf
10. Bruce James, Chris Chew, Anthony Bron. (2003). Lecture Notes On
Ophthalmology, Ninth Edition. Hong Kong.

19

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai