Kelompok ke : 10
Nama anggota:
1. Salma kamilah sakinah (021811133099)
2. Sanchia Callista RW (021811133100)
3. Eka midiawati (021811133101)
4. Natasya Fauzia Sukmawati (021811133102)
5. Janice hamdani (021811133103)
6. Saphira Firdausi E (021811133104)
7. Siti rahmawati (021811133105)
8. Salsabila nurmalia (021811133106)
9. Mohammad Ali maksum (021811133107)
10. Devy putri kusumawardhani (021811133108)
Profesionalisme Tenaga
Kesehatan dan Malpraktik
Drg. Suryono, SH, MM, Ph.D
1. kode etik : kode etik sendiri digunakan sebagai Landasan moral dalam berperilaku
menjalankan profesi Noble profession. Antara lain:
a. dokter gigi wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur dalam
menjalankan profesinya.
b. Dokter gigi dalam pekerjaannya tidak diperbolehkan mempertimbangkan
keuntungan pribadi.
2. Disiplin; sebagai dasar dalam penegakkan penerapan keilmuan
kedokteran/kedokteran gigi professional dan berkompeten.
3. Hukum : hukum digunakan sebagai dasar legal formal kewenangan
HUKUM KESEHATAN
Regulasinya diatur secara khusus dalam UU, tidak ditemukan dalam KUHP/KUHPer (lex
special)
KARAKTERISTIK UNDANG-UNDANG
PROFESIONALISME KEDOKTERAN
Ditunjukan melalui :
a. Kompetensi klinis
b. Keterampilan komunikasi
c. Pemahaman terhadap etik dan hukum
d. Menerapan prinsip profesionalisme : excellence, humanism, accountability, altruism
PRINSIP PROFESSIONALISM
1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubungan dengan tindakan
medis
2. Hasil dari suatu risiko yang tidak dapart dihindari, yaitu risiko yang tidak dapat
diketahui sebelumnya (unforeseeable), atau risiko yang meskipun telah diketahui
sebelumnya (foreseeable) namun dapat diterima (accept able)
3. Hasil dari suatu kesalahan/medical error
Maka dari itu, sebagai dokter harus memberikan suatu surat persetujuan kepada pasien
saat akan dirawat. Apabila pasien menyetujui surat tersebut, maka pasien juga harus dapat
menerima risiko yang akan terjadi, dan dokter berhak untuk melanjutkan perawatan
tersebut. Sedangkan apabila pasien menolak surat tersebut, maka dokter tidak berhak
untuk memaksa atau melkukan perawatan kepada pasien.
MALPRACTICE
UNSUR KELALAIAN
1. Duty to use due care, hub nakes-pasien harus sudah ada saat peristiwa itu terjadi
2. Dereliction, ada penyimpangan
3. Damage (injury),ada cidera/kerugian pada pasien
4. Direct causation, tindakan tenaga kesehatan harus menjadi penyebab langsung ( ada
hubungan sebab akibat)
Merupakan peristiwa tidak terduga, sesuatu yang tidak enak, tidak menguntungkan
bahkan mencelakan bagi yang terkena.
Karena mishaps berbeda dengan kelalaian, tidak dapat dipersalahkan atau dituntut
karena merupakan tindakan yang dapat dimaklumi dan dapat di maafkan asal ada
upaya pencegahan yang dilakukan.
Mishaps ada 2 jenis FORESEEN (dapat diperkirakan) & NOT FORESEEN (tidak
dapat diperkirakan)
Mishaps yang dapat diperkirakan maka dapat kita cegah melalui tindakan preventif, apabila
tindakan preventif tidak dilaksanakan maka kita harus bisa mempertanggung jawabkan
kejadian mishaps yang akan terjadi, sedangkan kejadian mishaps yang telah dilakukan
tindakan preventif tetap terjadi maka tidak perlu dipertanggung jawabkan karena termasuk
mishaps yang tidak dapat diperkirakan.
Menurut UU no.36,44 tahun 2009 dan no.29 tahun 2004 ranah sengketa pelayanan
kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu :
Ada hasil indikasi pelanggaran disiplin oleh majelis pemerikasa awal > penetapanmajelis
pemeriksa disiplin oleh ketua MKDKI > proses pembuktian > keputusan* > pelaksanaan
keputusan
Somasi > mediasi > gugatan > mediasi > persidangan > mediasi > putusan > menang >
permohonan dikabulkan
Apabila terjadi laporan pengaduan, tindakan awal yang dilakukan adalah penyelidikan yang
dilakukan oleh ikatan profesi audit medis kemudian melakukan penyidikan, lalu penuntutan
oleh pelapor sehingga terjadi persidangan dengan adanya saksi ahli, kemudian penentuan
putusan, jika bersalah maka akan dipidana, namun jika bebas tetap melakukan rehabilitasi
Etik
Etik merupakan sesuatu yang disepakati bersama yang akan menjadi sebuah pedoman , mulai
dari berbicara sampai berbuat
Kita akan mengikrarkan sumpah Dokter / Dokter gigi setelah dinyatakan lulus
UKDI / UKMP2DG.
Sumpah di Indonesia dimuat di dalam Peraturan Pemerintah dan KODEKI (yang berasal dari
kesepakatan dokter) sehingga pelanggaran yang dilakukan masuk ke dalam pelanggaran etik
dan sumpah sesuai kebijakan
majelis.
Lafal Sumpah Dokter Gigi Indonesia
Sesuai SK Menkes No.43/Menkes/SK/X/1983
Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai dengan
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya.
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun di ancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis
penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih
yang selayaknya.
10. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya.
1. Beneficence
KODEKGI
Kodekgi berfungsi sebagai pedoman untuk berperilaku atau berinteraksi terhadap pasien ,
masyarakat , teman sejawat, diri , dan profesinya sehingga terwujud martabat , wibawa,
dan kehormatan profesi kedokteran gigi karena profesi ini merupakan profesi yang mulia.
I. KEWAJIBAN UMUM
1. Dokter gigi di indonesia wajib menghayati, mentaati , dan mengamalkan
sumpah / janji dokter gigi indonesia dan kode etik kedokteran gigi indonesia
2. Dokter gigi di indonesia wajib menjunjung tinggi norma – norma kehidupan
yang luhur dalam menjalankan profesinya
3. Dalam menjalankan profesinya dokter gigi di indonesia tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi
4. Dokter gigi di indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat
yang dapat dipertanggungjawabkan
5. Dokter gigi di indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara
pribadi , melalui pasien maupun agen
6. Dokter gigi di indonesia wajib menjaga kehormatan , kesusilaan, integritas
dan martabat profesi dokter gigi
7. Dokter gigi di indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi
silang yang membahayakan pasien, staf, dan masyarakat
8. Dokter gigi di indonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya
9. Dokter gigi di indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesejahateraan
masyarakat , wajib betindak sebagai motivator, pendidik , dan pemberi
pelayanan kesehatan ( promotif,preventif,kuratif,rehabilitatif)
KODEKGI ( Pasal 3)
“ Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi “
Ayat 1 : “ Dokter gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti
memuji diri , mengiklankan alat dan bahan apapun , memberi iming-iming baik langsung
maupun tidak langsung dan lain-lain, dengan tujuan agar pasien berobat kepadanya “
Contoh kasus dari pasal 3 ayat 1 ini yaitu ada seorang dokter gigi yang mengiklankan dengan
brosur atau pamflet yang isinya menjelaskan bahwa bahan atau alat “ A “ hanya ada di klinik
miliknya. Hal tersebut dilarang dan termasuk melanggar pasal 3 ayat 1
Ayat 2 : “ Dokter gigi di indonesia dilarang menggunakan gelar atau sebutan Profesional
yang tidak diakui oleh pemerintah Indonesia”
Setiap dokter gigi hanya boleh menuliskan gelar yang sesuai dengan keadaan sebenarnya
yang dibuktikan dengan surat resmi dan diakui pemerintah indonesia
Ayat 3: “Dokter Gigi di Indonesia boleh mendaftarkan namanya dalam buku telepon atau
direktori lain dengan ketentuan tidak ditulis dengan huruf tebal, warna lain atau dalam
kotak.“
Sebelum ada canggihnya teknologi informasi, dokter dituliskan namanya dalam daftar di
buku telepon. Nama dokter yang bersangkutan tidak boleh dibuat mencolok seperti untuk
mengiklankan diri, atau supaya dipilih oleh yang melihat buku telepon tersebut, tetapi harus
ditulis dalam format yang sama seperti dokter yang lain.
Ayat 4: “Informasi profil Dokter Gigi yang dianggap perlu oleh masyarakat dikeluarkan oleh
Pemerintah atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia baik melalui media cetak maupun
elektronik”
Ayat 5: “Dokter Gigi di Indonesia, apabila membuat blanko resep, kuitansi, amplop, surat
keterangan, cap dan kartu berobat harus sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
Seandainya tempat praktik berlainan dengan rumah dapat ditambahkan alamat dan nomor
telepon rumah “
Semua dokumen yang dikeluarkan dokter pada pasien seperti blanko resep, kuitansi, dan
amplop harus sesuai dengan SIP untuk menghindari atau meminimalisir adanya dokter yang
melakukan malpraktik atau praktik illegal yang melanggar kode etik atau etika medikolegal.
Ayat 6: “Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi
swasta dapat melalui beberapa cara ;
6.1 Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang diambil dari nama orang
yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah meninggal dunia atau nama lain sesuai
fungsinya. Contoh: RS Dr. Moestopo, RSCM
6.2 Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik masing-masing
maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab untuk tidak melanggar Kode Etik
Kedokteran Gigi Indonesia
Untuk membuka tempat praktik, setiap dokter harus mempunyai izin untuk tempat praktek
tersebut. Jika surat izin yang dimiliki adalah praktik perorangan, maka di tempat praktik
tersebut hanya bisa diisi oleh 2 orang dokter, terelepas dari keduanya dokter gigi atau
salah satunya dokter umum. Tetapi, untuk izin praktik berekelompok bisa ditempati lebih
dari 2 orang. Namun, perlu diingat bahwa izin praktek dokter biasa tidak boleh sampai ada
dokter spesialis di dalamnya. Maka dari itu, kebanyakan orang jika ingin membuka klinik
langsung mengurus izin praktek berkelompok dokter gigi spesialis karena dapat ditempati
banyak dokter dan baik dokter gigi umum maupun dokter gigi spesialis boleh praktek di
tempat yang sama. Seorang dokter gigi juga maksimal hanya boleh praktek di 3 tempat
praktek saja.
Ayat 7
Papan Nama Praktik
7.1 Papan nama praktik perorangan termasuk neonbox berukuran 40 X 60 cm, maksimal 60
X 90 cm. Tulisan memuat nama, dan atau sebutan professional yang sah sesuai dengan SIP ,
hari dan jam praktik, Nomor Surat Ijin Praktik, Alamat Praktik dan nomor telepon praktik
(bila ada)
7.2 Dokter gigi yang praktik berkelompok papan nama praktiknya ukurannya tidak boleh
melebihi 250 x 100 cm. Tulisannya memuat nama praktik dokter gigi/ spesialis berkelompok
(misalnya Ibnu Sina) , hari dan jam praktik, alamat, nomor telepon, Surat Ijin
Penyelenggaraan dan Jenis pelayanan
7.3 Selain tulisan tersebut di 7.1 dan 7.2 tidak dibenarkan menambahkan tulisan lain atau
gambar, kecuali yang dibuat oleh PDGI. Dalam hal tertentu, dapat dipasang tanda panah
untuk menunjukkan arah tempat praktik, sebanyak-banyaknya dua papan nama praktik.
(Seperti lampu warna-warni, papan penunjuk adanya praktek dokter gigi dari kejauhan,
papan nama berbentuk gigi)
7.4 Papan nama dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan nama tersebut
boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan
7.5 Papan nama praktek bila dianggap perlu bisa disertai bahasa Inggris.
1. (10)Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan
perawatan dan rahasianya
Pasien mempunyai hak bebas untuk menentukan metode perawatan yang paling cocok
untuknya dari segala aspek, dan dokter gigi wajib menjaga informasi tersebut
Dokter gigi juga tidak boleh merendahkan teman sejawat, malah sebisa mungkin
membela atau menutupi kesalahan yang mungkin dilakukan teman sejawat, tindakan
mengambil alih pasien teman sejawat tidak dibenarkan kecuali atas permintaan
pasien
Dasar penuntutan
Pasien berhak melakukan penuntutan. Penuntutan tersebut diatur dalam UU
Kesehatan nomor 36 tahun 2009 (Lex Speciale). Yang pertama terdapat pada pasal 58 yang
berisi :
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contoh perkara seorang pasien A pergi ke klinik dokter gigi dengan keluhan nyeri. Dokter
gigi melakukan pencabutan. Ternyata diketahui pasien mengalami hipertensi sehingga
terjadi pendarahan hingga pasien meninggal. Hal ini dapat dituntut sesuai dengan pasal 58
ayat 1. Namun, jika dokter gigi telah melakukan pencegahan dengan mengukur tekanan
darah pasien atau pencegahan lainnya, dokter gigi tersebut tidak dapat dituntut
sebagaimana yang terdapat pada ayat 2.
Pasien juga mempunyai hak untuk menggugat rumah sakit sebagaimana yang telah
diatur pada UU Rumah Sakit no. 44 tahun 2009 sebagai berikut, antara lain :
• Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana, dan
• Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketenetuan peraturan perundang-undangan
Sebagai contoh, seorang pasien dengan infeksi mulut yang parah berobat di rumah sakit.
Pasien tersebut mendapatkan obat secara langsung tanpa tinjauan lebih lanjut sehingga
berakibat fatal pada pasien. Maka hal ini dapat digugat sesuai dengan ayat 27.
Menyelesaikan sengketa medis memiliki alur. Jika melanggar UU no.36 tahun 2009 yaitu
undang-undang mengenai kesehatan, terdapat 3 isu yang berkesinambungan.
1. ISU ETIK
Jika seorang dokter/dokter gigi melanggar isu etik maka akan diurus oleh
2. ISU DISIPLIN
Pelanggaran Ditangani oleh MKDKI ( Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia)
3. ISU HUKUM
Terdapat isu hukum yang akan ditangani oleh pengadilan negeri
Penyelesaian sengketa yang pertama adalah Alternative dispute resolution (ADR)
atau alternatif penyelesaian sengketa (APS) merupakan upaya penyelesaian sengketa
di luar litigasi (non-litigasi). Dalam ADR/APS terdapat beberapa bentuk
penyelesaian sengketa. Bentuk-bentuk ADR/APS menurut Suyud Margono (2000:28-
31) adalah: (1) konsultasi; (2) negosiasi; (3) mediasi; (4) konsiliasi; (5) arbitrase;
(6) good offices; (7) mini trial; (8) summary jury trial; (9) rent a judge; dan
(10) medarb.
Penyelesaian sangketa dengan pihak pasien terdapat 2 jalur yang dapat ditempuh.
Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepatan yang dapat diterima
pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri segketa. Alasan-alasan penyelesaian
sengketa melalui mediasi banyak dipilih oleh pihak yang bersengketa :
a. Proses penyelesaian sengketa relatif cepat ( quick)
b. Biaya murah ( inexpensive)
c. Bersifat rahasia ( confidential)
d. Penyelesaian bersifat fair melalui kompromi
e. Hubungan kooperatif
f. Sama-sama menang ( win-win )
g. Tidak emosional
Iktikad baik dalam proses mediasi diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 Pasal 7
yang berisi
(1) Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh Mediasi dengan iktikad baik.
(2) Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan tidak
beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan: a. tidak hadir setelah dipanggil
secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan sah; b.
menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada pertemuan
berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturutturut tanpa alasan
sah; c. ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan Mediasi tanpa
alasan sah; d. menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak
menanggapi Resume Perkara pihak lain; dan/atau e. tidak menandatangani konsep
Kesepakatan Perdamaian yang telah disepakati tanpa alasan sah
Informed consent adalah suatu proses komunikasi, bukan hanya sekedar menandatangani
formulir persetujuan tetapi pernyataan pasien atau yang secara sah mewakilinya yag isinya
tentang persetujuan pasien atas rencana tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh
dokter serta segala risiko yang akan dihadapi tanpa adanya unsur pemaksaan.
Dasar hukum informed consent :
Persetujuan dapat berbentuk lisan dan tertulis. Dalam tindakan medis yang sifatnya
invasive dan berisiko sebaiknya menggunakan persetujuan bentuk tertulis
Implied consent diberikan dalam keadaan biasa atau normal yaitu dokter menangkap
persetujuan tindakan medis dari isyarat yang diberikan atau dilakukan pasien.
Sedangkan bila dalam keadaan gawat-darurat/emergency pasien harus segera
mendapat tindakan medis akan tetapi tidak ada pihak keluarga di tempat atau yang
mewakilinya dokter dapat melakukan tindakan medis tersebut.
Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan/ tindakan harus memastikan bahwa
persetujuan yang diperoleh benar dan layak. Pasien yang memberikan persetujuan tidak
boleh dibawah tekanan hubungan dokter dan pasien.
Penolakan (informed refusal)
Pasien berhak untuk menolak tindakan medis, meskipun keputusan tersebut tidak logis. Bila
terjadi dan penolakan itu berakibat serius maka keputusan itu harus dinegoisasi atau
didiskusikan kembali untuk mengklarifikasi.
Medical record atau rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan atau pelayanan lain pada pasien pada
sarana kesehatan(tempat penyelenggara kesehatan).
Istilah lain medical record : catatan medic, kartu status, rekam medis, status pasien,
dokumen medic, rekam medik/kesehatan(RMK).
UUPK No, 29 th 2004 ttg praktik kedokteran pasal 46 dan 47 tentang rekam medis
Permenkes RI No : 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Medical Record/ Rekam
medis
Fatwa IDI SK no. 315/PB/A.4/88 tentang RM
Petunjuk teknis RM → SK. Dirjen YanMed No.78/1991 tentang petunjuk pelaksanaan
penyelenggaraan rekam medis
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis
(2) Rekam medis sebagai mana dimaksud pada ayat (1)harus segera dilengkapi setelah
pasien selesai menerima pelayanan kesehatan
(3) Setiap catatan medis harus dibubuhi nama, waktu dan tandatangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan
(1) Dokumen rekam medis sebagai mana dimaksud pada pasal 46 merupakan milik
dokter,dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan sedang isi rekam medis merupakan
milik pasien
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau doktergigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagai mana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2)
diatur dengan peraturan menteri
Rekam Medis
Isi rekam medis milik pasien harus dibuat dan dijaga kerahasiaannya oleh Dokter/Dokter
gigi/Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Rekam medis
dimiliki oleh RS/penyelenggara upaya kesehatan/Dokter/Dokter gigi. Rekam medis
berbentuk rawat jalan dan rawat inap.
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit(anamnesa) : Keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat penyakit yang
pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan.
• Catatan konsultasi
• Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi paling lama 48 jam setelah pasien
pulang atau meninggal
• Lama penyimpanan berkas rekam medis adalah 5 tahun dari tanggal terakhir pasien
berobat, dalam hal khusus lama penyimpanan dapat ditetapkan lain.
• Hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan persetujuan tertulis
dari pasien ( pasal 11 ayat (1))
• Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara
tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundangundangan ( pasal 11 ayat (2))
Sanksi Pidana
Membuat rekam medis wajib bagi seorang dokter yang merawat pasiennya (Pasal 46 dan 47
UUPK 29/2004) yang jika dilanggar akan mendapatkan sanksi berupa teguran lisan sampai
dengan pencabutan surat izin praktik. (Permenkes 269/Menkes/Per/III/2008 Pasal 17
ayat 2 ttg rekam medis) atau pidana 1 tahun ( hilang→Yudicial Review ) atau denda 50 juta.
Kewajiban pasien:
KASUS HUKUM
Perdata ; pelanggaran terhadap perikatan yang timbul antara para pihak; baik
perikatan itu muncul karena perjanjian atau karena undang-undang
Berlaku azas legalitas, “Tidak bisa dipidana sebelum ada aturan yang mengaturnya”
contoh; dulu sebelum ada UUPK drgtidak membuat RM tidakbisa dipidana, sekarang
bisa dipidana
Aturan(UU) tidak berlaku surut, dan pemidanaan tidakmenggunakan analogi Berlaku
azas“LexSpeciale derogate lege generale”
a. UU Kesehatan
b. UU PraktikKedokteran
c. UU Tenaga Kesehatan,
d. UU RumahSakit
e. PP sebagai turunanatau perintah dari UU; PMK
TINDAK PIDANA/DELIK
Delik formil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan kepada perbuatan yang
dilarang
Delik materiil adalah delik yang perumusannya dititik beratkan kepada akibat yang tidak
dikehendak
Merupakan delik yang dilarang dalam undang undang seperti apabila terjadi penipuan,
pembunuhan yang terjadi karena ketidak jujuran dalam memberi penjelasan pada
pasien dan merupakan kesengajaan, kelalaian sehingga mengakibatkan kecacatan dan
hilangnya sebuah nyawa.
Contoh dari pelanggaran dalam praktik kedokteran seperti, euthanasia dan aborsi
tanpa indikasi medis, pencurian organ tubuh dan perasan.
tindakan ini diatur dala KUHP dinegara Indonesia.
Sebagai dokter hal ini jelas wajib ditolak apabila ada yang menghendaki melakukan
hal seperti aborsi dan euthanasia, karena hal tersebut tidak sesuai dengan
hokum,norma social, agama dan etika dokter, terkecuali sesuai dengan indikasi medis
yang memperbolehkan hal trsebut dilakukan.
Pasal 77
Sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain sehingga
menibulkan kesan bagi masyarakat seolah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dokter
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda RP150.000.000
Pasal 79
Sengaja tidak memasang papan nama,sengaja tidak membuat rekam medis,
sengaja tidak memenuhi kewajiban
dipidana dengan kurungan paling lama 1 tahun dan denda RP50.000.000
Pasal 51
memberikan pelayanan medis sesuai dengan SOP dan standar profesi, merujuk
pasien pada ahlinya, merahasiakan segala sesuatu tentang pasien, melakukan
pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran.
Pasal 75
Sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa STR
Dipidana dengan pidanan penjara paling lama 3 tahun dan denda RP100.000.000
Dokter warga negara asing dengan sengaja melakukan praktik tanpa STR
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda RP100.000.000
Pasal 80
Seseorang yang sengaja memperkerjakan dokter
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda RP300.000.000 dan
pencabutan izin
POKOK
- Hukuman mati
- Hukuman penjara
- Hukuman kurungan
- Hukuman denda
TAMBAHAN
- Pencabutan beberapa hak, perampasan barang barang tertentu, pengumuman
keputusan hakim.
KUH PERDATA:
Hub Dokter–Pasien:
Ps 1233 perikatan bersumber pada perjanjian maupun undang-undang
Ps 1234 prestasi dalam perikatan berupa memberikans esuatu, berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu
Ps 1313, perjanjian satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap oranglain atau lebih
Ps 1320, Syarat Syahnya Perjanjian; sepakat, cakap, suatu hal tertentu, suatu sebab yang
halal
Ps 1354, zaakwaarneming secara diam-diam dan secara sukarela tanpa persetujuan dan
sepengetahuannya berbuat untuk orang lain akan menimbulkan tanggungjawab hukum
terhadap akibat yang timbul apabila ada kesalahan dalam pelaksanaan (contoh pada pasien
kegawatdaruratan)
WANPRESTASI
1.Sama sekalitidakmemenuhiprestasi
2.Memenuhi prestasitetapiterlambat
3.Memenuhi ttptidaksesuaidenganyang diperjanjikan
4.Memenuhi prestasitetapiyang tidakdibolehkan
PS 1365 KUHPERDATA
“Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karenanya menimbulkan kerugian pada orang
lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti
kerugian”
BENTUK PMH :
Bertentangan dengan hak orang lain
Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
Bertentangan dengan nilai – nilai / norma kesusilaan
Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat
Komunikasi dokter-Pasien yang tidak efektif; tidak dijelaskan risiko penyakit dan
risiko medis.
Komunikasi kesejawatan antar dokter gigi, dokter gigi SP yang tidak baik salah
santunya adalah berebut lahan/ kompetensi.
Kurang terkendalinya para dpkter gigi dalam mengomentari pekerjaan teman sejawat
lainnya pada pasien yang meminta dirawat/ pendapat.
Ketidaktahuan kita para dokter tentang batasan kompetensi; bahkan timbul
penafsiran yang berbeda-beda