OLEH :
SALMA KAMILA SAKINAH
021811133099
Metabolisme xenobiotik ini paling utama terjadi di hati dan kadang kadang
xenobiotik diekskresi tanpa mengalami perubahan. Metabolisme Xenobiotik ini
mengalami 2 fase yaitu :
1. FASE I
Mengalami beberapa reaksi :
- Mengubah xenobiotic bentuk inaktif menjadi aktif biologik(contoh :
berasal dari prodrugs atau prokarsinogens ), berperan dalam
mengembalikan xenobitik dari bentuk aktif bioligik menjadi inaktif
adalah konjugasi yang kemudian akan diekskresi via urine atau
empedu.
- Mengubah bentuk aktif menjadi inaktif sebelum terjadinya proses
konjugasi.
- Konjugasi akan meningkatkan aktifitas biologik xenobitik. Reaksi ini
hanya terjadi Pada keadaan lain dan kasus dari reaksi ini sedikit.
SITOKROM P 450
CYP1A1
Terlibat metabolisme PAH ( polycyclic aromatic hydrocarbons )
Awalnya disebut AHHs ( aromatic hydrocarbon hydroxylases ). AHHs penting
dalam proses karsinogenesis.
Enzim AHHs meningkat pada plasenta wanita hamil yang merokok , potensial
untuk mengubah PAH menjadi bentuk aktif, sehingga fetus bisa terpapar.
Adanya bentuk polimorfik ( isoform genetik ) dari sitokrom P450 (CYP). Polimorfik
dari CYP2D6 menunjukkan aktifitas katalitik yang rendah. CYP2D6 berperan pada
metabolisme :
DEBRISOQUIN ( obat antihipertensi )
SPARTEIN ( obat antiaritmia dan oksitosik ).
Afinitas katalitik yang rendah akan berakibat terjadinya akumulasi obat dalam
tubuh. Polimorfik dari CYP2A6 tidak mampu memetabolisme nikotin menjadi konitin ,
nampaknya sebagai proteksi untuk tidak terjadi ketergantungan tembakau pada
perokok. Sedikit merokok diduga oleh karena kadar nikotin diotak dan darah tetap tinggi
. Polimorfik CYP2A6 mungkin dapat digunakan sebagai jalan baru untuk mencegah dan
mengobati perokok. polimorfisme yang berkaitan dengan metabolisme obat dapat
terjadi pada : enzim, transporter, dan reseptor.
Hidrolisis yang dikatalisis oleh esterase dan reaksi yang dikatalisis oleh flavin
( flavoprotein ) yang mengandung monooksigenase dan bukan sitokrom P450 juga
terjadi pada fase 1.
2. FASE II
Pada fase 2 ini yaitu terjadi reaksi hidroksilasi pada fase 1 diubah
menjadi proses konjugasi dengan : asam glukuronat, sulfat, glutation,
atau oleh asetilasi dan metilasi.
Terjadi 5 fase reaksi :
1. GLUKURONIDASI
UDP-glucose dehydrogenase
UDP-glucose UDP- glucuronic acid
2NAD+ 2NADH + 2H+
2. SULFASI ( SULFATION )
Donor sulfatnya adalah PAPS ( adenosine 3’-phosphate-5’-
phosphosulfate ), sehingga disebut “ active sulfate “ .
- SUBSTRAT : alkohol, arilamin, fenol .
3. KONJUGASI DENGAN GLUTATION ( G S H )
Glutation merupakan tripeptida terdiri : glutamat, sistein, glisin.
R + GSH R- S- G
Glutation S-Transverase
- R : xenobiotik elektrofilik yang potensial toksik ( karsinogen tertentu )
- Glutation S transferase : banyak didapatkan di sitosol hati dan
menunjukkan spesifisitas terhadap substrat
- Glutation = GSH = grup sulfhidril dari sistein merupakan bagian yang
paling berperan pada molekul
H2O Pi + PPi
kerusakan sel
MERCURI ( Hg )
1. Mampu berkompetisi dengan molekul lain untuk mengambil S ( sulfur ) sehingga S
terikat
Hg.S didapatkan pada Hb ( CHFeNOS ), enzim dan protein
2. Mampu mengikat antibodi yang mengandung S sehingga dapat merusak sistem
pertahanan
tubuh terhadap penyakit.
3. Mampu mengikat – SH dengan akibat pengangkutan S pada usus dan ginjal
terganggu
4. Menurunkan penyediaan glutation tubuh Glutation digunakan pada sel neuron, hati
untuk
detoksikasi logam berat.
5. Menurunkan glutation peroksidase dan glutation reduktase
METALLOTHIONEIN
1. Protein pengikat logam dengan berat molekul 3500-14000 dalton yang kaya sistein.
Pengikatan via grup tiol dari residu sistein .
2. Fisiologik mampu mengikat zinc, copper, namun juga kadmium, silver dan Hg.
Ditemukan metallothionein 1,2 : hampir semua jaringan dan 3 dan 4 : jaringan spesifik.
3. Metallothionein didapat di otak dikaitkan dengan perbaikan otak dan penyakit
Alzhheimer.
DAFTAR PUSTAKA
Winarsi, hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.