5 PATOFISIOLOGI
Intususepsi
Obstruksi usus
Distensi usus
Patogenesis
Obstruksi usus
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat
dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam
usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Intususepsi
Pada intinya, etiologi intususepsi adalah gangguan motilitas usus terdiri dari 2
kkomponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian yang
terfiksir/kurang bebas dibandingkan bagian lainnya. Karena rah peristaltik adalah dari
oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral atau
proksimal. Keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus. Pada keadaan
khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrogad intususepsi pada pasien pasca
gatrojejunostomi. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus yang
lainnya akan menyebabkan dinding usus terjepit sehingga mengakibatkan aliran darah
menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.
Perubahan patologi yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai
intususeptum. Intususepient biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada
intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari
intususipient, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan
tertariknya mesentrium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi. Pembengkakan dapat
terjadi sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya bendungan
menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke dalam lumen usus. Ulserasi
pada usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang terjadi gangren.
Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan
dari intususeptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi tidak jarang pula lumen
tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi pada intususepsi.
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partial
maupun total dan strangulasi. Hiperperisaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil
menyebabkan usus tersbut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal yang
menerima ini kemudian berkonstraksi, terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan
yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.
2. 9 KOMPLIKASI
Risiko kematian jaringan terkait dengan penyebab penyumbatan dan berapa lama telah
hadir. Hernia, volvulus, dan intususepsi membawa risiko gangren yang lebih tinggi.
Pada bayi yang baru lahir, ileus paralitik yang menghancurkan dinding usus (necrotizing
enterocolitis) adalah mengancam nyawa dan dapat menyebabkan infeksi darah dan paru-paru