Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

OLEH

INTAN SYARIF

R011181310

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan berkat dan rahmat-
Nya makalah yang berjudul “Perspektif Keperawatan Anak dalam Konteks Keluarga” dapat
selesai pada tepat waktu.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak I, Tuti Seniwati, S.Kep.Ns., M.Kes serta teman-teman yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga saran dan kritik
yang membangun diperlukan dalam makalah ini. Kami pun berharap agar para pembaca dapat
menambah wawasan melalui makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 20 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Filosofi Keperawatan Anak…………………………………………………………
1.2 Perkembangan Anak…………………………………………………………………
1.3 Pirinsip Keperawatan………………………………………………………………..
1.4 Paradigma Keperawatan Anak………………………………………………………
1.5 Peran Perawat Anak…………………………………………………………………
1.6 Pengaruh Budaya Terhadap Anak…………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karena anak-anak sangatlah berbeda dari orang dewasa – baik secara fisiologis
maupun psikologis – asuhan keperawatan pediatric merupakan fenomena yang spasial.
Untuk menghadapi tantangan berespons terhadap kebutuhan anak, banyak fasilitas
asuhan keperawatan dewasa ini diperlengkapi dengan unit pediatrik terpisah, sehingga
perawat dan staf asuhan keperawatan profesional lainnya dapat memberikan terapi
berdasarkan kebutuhan individual pasiennya masing-masing.
Namun, pada kenyataannya banyak fasilitas asuhan kesehatan tidak memiliki
ruangan berstandar tinggi seperti yang dimaksud. Sebagai konsekuensi yang harus
dipikul dalam penataan ruangan tersebut, anak-anak yang menderita penyakit akut
kadang-kadang tidak menerima perhatian khusus serta perawatan yang mereka inginkan
yang sepatutnya harus mereka dapatkan.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengigat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, kehidupan dan
kesehatan anak juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Hal ini dapat telihat bila
dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil,
tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya yang dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2005).
Anak dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh
dan berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah miniature orang dewasa, melainkan
individu yang sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan
yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya dapat terus
berjalan. Orangtua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam
memberikan perawatan pada anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Keberadaan
anak di tengah-tengah keluarga sangat penting, baik dalam perawatan anak sehat,
maupun saat anak sakit. Keluarga dengan anak yang sedang sakit di rumah menuntut
keluarga untuk memberi perawatan yang optimal.
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas antara lain :

1. Bagaimana filosofi keperawatan anak (asuhan berpusat pada keluarga dan asuhan
atraumatik) ?
2. Bagaimana perkembangan keperawatan anak ?
3. Bagaimana prinsip keperawatan anak ?
4. Bagaimana paradigma keperawatan anak ?
5. Bagaimana peran perawat anak?
6. Bagaimana pengaruh budaya keluarga terhadap tumbuh kembang anak ?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui filosofi keperawatan anak (asuhan berpusat pada keluarga dan
asuhan atraumatik)
2. Untuk mengetahui perkembangan keperawatan anak
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan anak
4. Untuk mengetahui paradigma keperawatan anak
5. Untuk mengetahu peran perawat anak
6. Untuk mengetahui pengaruh budaya keluarga terhadap tumbuh kembang anak
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atan pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centred care), dan pencegahan terhadap trauma (atraumatik care)’

a. Perawatan berfokus pada keluarga


Mengapa peran keluarga begitu penting dalam perawatan anaknya di rumah
sakit? Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit
memerlukan keterlibatan orang tua (Platt, 1959 dalam ferell 1992).
Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit, orang
tua menjadi stress, selanjutnya, apabila orang tua stress, anak pun menjadi
semakin stres. Hal ini menjadi seperti satu lingkungan setan (Supartini, 2000)
Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak
yang dirawat di rumah sakit, sangat diperlukan kerja sama antara orang tua
dan tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik
dilaksanakan oleh orang tua, dengan bantuan tenaga kesehatan paling
kompeten sesuai kebutuhannya (Casery, 1997). Lebih lanjut casey
mengemukakan bahwa prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus
berfokus pada anak dan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga.
Dua konsep mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu fasilitasi
keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan keluarga
dalam merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting untuk memfalitasi
hubungan orang tua dan anaknya selama dirumah sakit. Harus diupayakan
jangan sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya dirumah sakit.
Hal ini bertujuan agar dengan difalitasinya hubungan orang tua dan anaknya,
orang tua diharapkan mempunyai kesehatan untuk meneruskan peran dan
tugasnya merawat anak selama dirumah sakit. Perawat juga mempunyai peran
penting untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anaknya.
Orang tua dipandang sebagai subjek yang punya potensi untuk melaksanakan
perawatan pada anaknya. Diharapkan selama perawatan anaknya dirumah
sakit, terjadi proses belajar pada orang tua, baik dalam hal meningkatkan
pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit
anaknya. Dengan memiliki seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan
tentang perawat anaknya. Misalnya, pada saat seorang ibu yang mempunyai
anak sakit panas dan dirawat dalam rumah sakit, jika pada awal masuk rumah
sakit orang tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar dari
rumah sakit mereka sudah dapat memberikan kompres hangat dan mengukur
suhu dengan thermometer sendiri secara benar.
Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan
pemberian rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan
asuhan keperawatan anak dirumah sakit sehingga asuhan keperawatan pada
anak di rumah sakit harus berpusat pada konsep anak sebagai bagian dari
keluarga dan keluarga sebagai pemberi dekungan yang paling baik bagi anak
selama proses hospitalisasi (Departement Of Health, 1991). Keluarga adalah
pusat kehidupan keluarga sehingga focus perencanaan asuhan keperawatan
anak harus mencerminkan kerja sama orang tuan dengan perwat/tim
kesehatan. Dengan demikian, family centred care dapat diterima sebagai
filosofi dalam keperawatan anak. Pada perawatan pasien dewasa, yang
menjadi kliennya adalah pasien itu sendiri, sedangkan pada keperawatan anak
selain anak itu sendiri, keluarganya juga merupakan klien dari perawat anak.

b. Atraumatic care

Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarganya merupakan asuhan yang teraupetik karena bertujuan sebagai
terapi bagi anak. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik karena bertujuan
sebagai terapi bagi anak. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini adalah
bahwa walaupun ilmu pemngetahuan dan teknologi di bidang pediatric telah
berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan
trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Sangat disadari bahwa
sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat mengatasi masalah yang timbul
sebagai dampak perawatan tersebut diatas. Hal ini memerlukan perhatian khusus
dari tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam melaksanakan tindakan pada
anak dan orang tua.
Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui pengunaan
tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun distress psikologis yang
dialami anak maupun orangtuanya. Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi
nyata terlihat, tetapi memberi perhatian pada apa, siapa, di mana, mengapa, dan
bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan
mengurangi stres fisik dan psikologis.
Dengan demikian, jelas lingkungan fisik dan psikososial rumah sakit dapat
menjadi stressor bagi anak. Selain perilaku petugasnya, ruang perawatan untuk
anak tidak dapat disamakan seperti orang dewasa. Ruangan tersebut memerlukan
dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar dinding berupa
gambar binatang dan/atau bunga, tirai dan sprei serta sarung bewarna, serta
tangga yang penanggannya berwarna ceria.
1.2 PERKEMBANGAN ANAK
Sebelum abad ke-19, kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari berbagai
pihak. Jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bisan sangat sedikit, sementara
epidemik terjadi di banyak tempat dan tidak ada kontrol. Selain itu, buku-buku informasi
tentang kesehatan anak sangat sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan untuk anak
hanya terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan
perawatan tradisional. Statistik tentang status kesehatan anak tida ada, padahal wabah
penyakit pada anak banyak terjadi, seperti cacar, flu, difteri, dan terjafi epidemik secara
perlahan, terutama karena penyakit TBC dan gangguan gizi.
Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak (the
dark age of paediatric). Sampai pada pertengahan tahun 1800 mulai ada studi kesehatan
anak yang dilakukan seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abrahan Jacobi yang melaukan
penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia memperhatikan kesehatan anak, khususnya
pada tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh seorang wanita yang bernama
Lilian Wald, yang mengembangkan pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada
kegiatan sosial, program sosial, dan pendidikan khusus untuk orang tua dalam hal
perawatan anak sakit. Selanjutnya, tumbuh upaya kesehatan anak sekolah (UKS) dan
berkembang kursus-kursus kesehatan sekolah.
Awal tahun 1900, perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit
menular. Orang tua dilarang untuk mengunjungi anak dan membawa barang-barang atau
mainan dari ke rumah sakit. Akan tetapi, pada tahun 1940 ditemukan efek psikologis dari
tindakan isolasi, yaitu anak menjadi stres selama berada di rumah sakit tanpa ada orang
tua di sampingnya, orang tua pun semakin stres. Akhirnya, orientasi pelayanan
keperawatan anak berubah menjadi rooming in, yaitu orang tua boleh tinggal bersama
anaknya dirumah sakit selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit,
dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orang tuanya
sebelum dirawat di rumah sakit.
Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orang tua menjadi sangat penting
untuk dilakukan oleh perawat. Kerja sama antara orang tua didorong untuk
berpartisipasiaktif dalam perawatan anaknya dan orang tua tidak hanya sekadar
pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan
orang tua dalam perawatan anaknya di rumah sakit. Keberadaan orang tuaterutama
kelompok orang tua yang anaknya mempunya jenis penyakit yang sama ternyata sapat
mebuat orang tua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan
psikologis sehingga diharapkan dapat bekerja sama sebagai mitra tim kesehatan.
1.3 PRINSIP KEPERAWATAN ANAK

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya,
mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Diantaranya
prinsip dalam asukan keperawatan anak tersebut adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi individu yang unir. Prinsip dan
pendangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari
ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu
yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju
proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya
bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya.
b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang
sesuai dengan tahap perkembangan sebagai individu yang unik. Anak memiliki
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis
seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktifitas, eliminasi, istrahat, tidur dan lain-
lain.
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengingat anak adalah
generasi penerus bangsa.
d. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, menginterpretasikan dan meningkatkan kesejahteraan
hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek
moral (etik) dan aspek hukum (legal).
e. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi dan
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial
dan spiritual dalam konteks keluarga. Upaya kematangan selalu
memperhatikan lingkungan baik secara internal maupun eksternal selalu
memperhatikan lingkaran baik secara internal maupun eksternal karena
kematangan anak sangat ditentukan oleh lingkungan yang ada, baik anak
sebagai individu maupun anak sebagai bagian dari masyarakat.
1.4 PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK

Berikut ini akan dipaparkan tentang paradigm kepearwatan anak. Ada empat
komponen dalam keperawatan anak yaitu manusia, sehat, lingkungan,dan
keperawatan itu sendiri. Keempat komponen tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.

Manusia (anak)

Sehat Lingkungan

Keperawatan

1. Manusia (anak)
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang
berusia antara 0-8 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunya
kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritulah) yang berbeda
dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup makan, minum,
udara, eliminasi, tempat berteduh dan kegangatan. Secara psikologis naka
membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindari bahaya, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan bertindak mandiri. Anak juga membutuhkan
kesempatan untuk belajar berpikir dan membuat keputusan secara mandiri. Untuk
pengembangan harga diri, anak membutuhkan penghargaan pribadi terutama pada
usia 1 – 3 tahun (todler), penghargaan merupakan pengalaman positif dalam
membentuk harga diri. Untuk itu, diperlukan penerimaan dan pengakuan dari
orang tua dan lingkungannya. Secara sosial anak membutuhkan lingkungan yang
dapat memfasilitasinya untuk berinteraksi dan mengekspresikan ide/pikiran dan
perasaanya, sedangkan secara spiritual anak membutuhkan penanaman nilai
agama dan moral serta nilai budaya sebagai anggota masyarakat timur.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga
bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan
secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang
dewasa dan lingkungannya, artinya membuthkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Lingkungan yang dimaksud bisa berupa keluarga (orangtua), pengurus panti (bila
anak berada di panti asuhan), atau bahkan tanpa orang tua bagi mereka yang
hidupnya menggelandang. Semua individu tersebut menjadi klien dari
keperawatan anak.
a. Bayi : 0-1 th
b. Toddler : 1- 2,5 th
c. Pra sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5- 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th

2. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal, dan
dapat memengaruhi kesehatan anak. Lingkungan internal, yaitu genetik
(keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan adanya
predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Lingkungan eksternal, yaitu status
nutrisi, orang tua, saudara sekandung, masyarakat/kelompok sekolah, disiplin
yang ditanamkan orang tua, agama, budaya, status sosial ekonomi, cuaca sekitar
dan lingkungan fisik atau biologis baik rumah maupun sanitasi di sekelilingnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi ransangan terutama dari lingkungan
eksternal, yaitu lingkungan yang aman, peduli, dan penuh dengan kasih sayang.

3. Keperawatan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang
spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga
melalui perannya sebagai pembela, pemulihan kesehatan, koordinator,
kolaborator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan.
Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama,
yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang
terapeutik. Selama proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap
sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dua konsep yang mendasari dalam kersa sama orang tua
perawat ini adalah memfasilitasi keluarga untuk aktif terlibat dalam asuhan
keperawatan anaknya di rumah sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga
baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap dalam melaksanakan
perawatan anaknya di rumah sakit, melalui interaksi yang terapeutik dengan
keluarga (empowering). Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan
keluarganya adalah pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan, dan
upaya rujukan kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan
kebutuhan anak.

4. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit.
Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang
harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Dengan
demikian, apabila anak sakit, hal ini akan memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikologi, inteletual, sosial, dan spiritual. Sehat-sakit berada
dalam suatu rentang mulai dari sehat optimal pada satu kutub sampai meninggal
pada kutub lainnya seperti terlihat berukut ini :
1. Sehat optimal
2. Sakit perut
3. Meninggal
Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik
secara langsung saat anak sakit maupun tidak langsung dengan melakukan
bimbingan antisipasi pada orang tuanya. Dalam keadaan sehat optimal pun anak
memerlukan bantuan perawat, misalnya untuk upaya pencegaha dan promosi
kesehatan, seperti pelayanan imunisasi atau peningkatan pengetahuan tentang
kebersihan perseorangan dan gizi yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila
terjadi perbedaan persepsi antara orang tua dan perawat tentang konsep sehat sakit
tersebut, timbul masalah pemahaman keluarga tentang makna sehat-sakit. Kondisi
sehat yang berat manurut persepsi perawat, dapat dipersepsikan sebagai suatu
kondisi yang biasa saja oleh orang tua. Untuk itu diperlukan bantuan perawat
untuk menyamakan persepsi tersebut. Pada kutub ekstrem, yaitu kematian anak,
orang tua tetap memerlukan bantuan perawat untuk mengantarkan anak pada
kematian yang tenang melalui perawatan menjelang ajal (dying care).
1.5 PERAN PERAWAT ANAK
Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan
orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak,yaitu sebagai pembela
(advocacy),pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, perencana
kesehatan, pembina hubungan teraupetik, pemantau, evaluator dan peneliti. Perawat
dituntut sebagai pembela bagi anak/keluarganya pada saat mereka membutuhkan
pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan/ menentukan pilihan’ meyakinkan
keluaarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia, pengobatan, dan prosedur yang
dilakukan dengan cara melibatkan keluarga.
Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi
penyuluhan/ pendidikan kesehatan pada orang tua/anak memahami pengobatan dan
perawatan anaknya. Kebutuhan orangb tua trhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup
pengertian dasar tentang penyakit anaknya, perawatan anak selama anak dirawat dirumah
sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang kerumah. Tiga domain yang dapat
diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan,
serta sikap keluarga dalam hal kesehatan,khususnya perawatan anak sakit.
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa
dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberi konseling
keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan
layanan konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala
keluhan, melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik, perawat dapat saling bertukar
pikiran dan pendapat dengan orang tua anak tentang masalah anak dan keluarganya, dan
membantu mencarikan alternatif pemecahannya.
Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan lain, dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan
komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah mitra perawat. Oleh
karena itu, kerja sama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik, melainkan seluruh
rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan keluarga secara efektif.
Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan
berdasarkan pada nilai moral yang di yakini dengan penekanan hak pasien untuk
mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan
keperawatan, yaitu menigkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat dalam
perumusan rencana pelayanan kesehatan ditingkat kebijakan. Perawat harus mempunyai
suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Oleh karena itu, perawat harus dapat
meyakinkan pemegang bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan kesehatan anak.
Akhirnya sebagai peniliti, perawat anak membutuhkan keterlipatan penuh dalam
upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan
peneltian langsung, dengan tujuan meningkatkan kualitas/asuhan keperawatan pada anak.
Untuk peran ini diperlukan kemampan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada
dalam layanan asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menulusuri penelitian yang telag
dilakukan serta menggunakan literatur untuk mevalidasi masalah penelitian yang di
temukan.

1.6 PENGARUH BUDAYA TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK


Budaya atau adat istiadat yang dianut suatu keluarga akan tercermin dalam sikap
dan perilakunya sehari-hari. Indonesia yang terkenal dengan aneka macam suku bangsa
tentunya akan menghasilkan ragam budaya yang sangat berpengaruh terhadap praktik
hidup sehari-hari. Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh
terhadap anak juga dipengaruhi oleh nilai budaya, selain nilai agama dan moral yang
dianutnya.
Sejak pasangan suami istri menetapkan niatnya untuk menikah dan membentuk
keluarga, mereka sudah memiliki keyakinan bersama untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan mempunyai keturunan. Hal ini tercermin khususnya pada keluarga di
masyarakat timur seperti Indonesia, berbeda dengan budaya narat yang berlainan
keyakinan, nilai agama dan budayanya, termasuk dalam hal membentuk satu keluarga
dan mempunyai keturunan.
Berbagai adat kebiasaan dan budaya masyarakat Indonesia memengaruhi tumbuh
dan kembang anak. Seperti diuraikan di atas, sejak satu pasangan menikah dan
menetapkan niatnya untuk mempunyai keturunan yang baik, secara tidak langsung
kesiapan psikologis pasangan tersebut akan memengaruhi pertumbuhan janin. Kemudian
selama dalam kandungan ibunya, kesejahteraan anak sangat dipengaruhi oleh perilaku
keluarga dalam memelihara kesehatan yang tentunya akan didasari oleh keyakinan atau
nilai yang dimilikinya, termasuk nilai budaya. Banyak larangan atau pantangan keluarga
terhadap ibu hamil, baik dalam hal pemenuhan makanan, pakaian maupun dalam
memelihara kebersihan perseorangannya.
Setelah anak lahir, pola pemberian makanan dan pakaian, sekolah, pola asuh dan
pola didik di rumah juga banyak dipengaruhi nilai budaya keluarga. Msdih banyak yang
memiliki anggapan salah tentang pemberian makanan pada anak, seperti pantangan
makan telur, pantangan makan ikan, dan sebagainya. Demikian juga dengan pola asuh
dan pola didik. Keluarga yang berasal dari masyarakat jawa dengan karakteristik yang
kental dengan sopan-santun, berbica dengan pelan, cenderung tertutup, tentunya akan
sangat berbeda dalam mendidik dan mengasuh anak dibandingkan dengan keluarga yang
berasal dari Suku Batak yang terbiasa bicara keras, blak-blakan, dan cenderung agresif.
Pemeliharaan kesehatan anak selama fase tumbuh dan kembangnya juga dipengaruhi
nilai budaya yang dianutnya, misalnya keyakinan tentang pentingnya imunusasi bagi
anak dan pentingnya keluarga berencana.
Apapun budaya yang diyakni keluarga, yang penting nilai dan keyakinan tersebut
mendukung pemeliharaan dan peningkatkan kesehatan anak selama dalam proses
tumbuh- kembangnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak.
Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam
masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, social
dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remeja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain /
toddler ( 1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja(11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan anak yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda, pada anak terdapat rentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola, koping dan perilaku
social.
Anak juga harus mengetahui budaya-budaya yang ada dalam keluarga tersebut,
disinilah dibutuhkan peran orang tua untuk mendidik anaknya menjadi lebih baik
sehingga memahami adat dan budaya di keluarganya sendiri.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca
demi penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Kepada para pembaca,
perbanyaklah dan perluaslah pengetahuan dan wawasan kita dengan rajin membaca.
Jangan pernah puas dari satu sisi harus belajar dari sisi mana pun.
DAFTAR PUSTAKA

Supartini, Y, (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak Jakarta: ECG

Wong, D, L, & dkk (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (E.K. Yudha(ed,); 6th ed,) Buku
Kedokteran Jakarta: ECG

Yuliasti, & Nining, (2016). Keperawatan Anak (M.Ester(ed). Jakarta selatan: Pusdik SDM
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai