Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah adalah sisa atau buangan yang dihasilkan oleh kegiatan individu maupun
berkelompok yang tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga perlu pengelolaan khusus
saat proses pembuangannya.

Pengertian limbah menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah benda yang
tidak bernilai dan tidak berharga. Serta bisa juga diartikan sebagai sisa proses produksi.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 mengartikan bahwa
limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan.Limbah berbeda dengan sampah, sampah
cenderung dianggap sebagai sisa hasil buangan yang banyak dijumpai pada kegiatan
rumah tangga. Sedangkan limbah adalah sisa hasil buangan dari kegiatan industri.
Menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
1999 tentang sampah dan limbah, keduanya dapat dibedakan. Dari UU tersebut
dijelaskan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat.Sedangkan limbah identik dengan kegiatan manusia secara individu
maupun berkelompok. Seperti pada kegiatan industri yang cenderung dengan aktivitas
manusia berkelompok dengan kegiatan yang kompleks.

Limbah berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 4 yaitu limbah cair, limbah padat,
limbah gas, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Untuk limbah cair
dihasilkan dari industri yang banyak menggunakan bahan berbentuk cair dalam proses
produksinya.Limbah pada berasal dari kegiatan domestik seperti rumah tangga,
perdagangan, dan pertokoan. Kemudian ada limbah yang berupa gas yang keluar dari
cerobong asap pabrik yang dapat berupa uap air, debu, dan asap. Yang paling berbahaya
adalah limbah B3 karena mengandung bahan berbahaya dan beracun
Limbah memiliki karakteristik tersendiri. Tujuannya untuk memudahkan dalam
proses pengolahannya dan mengetahui bagaimana pemanfaatannya agar tidak merugikan
lingkungan.Selain itu karakteristik limbah yang beragam, dapat dijadikan pertimbangan
langkah apa yang akan dibuat untuk menanggulanginya. Limbah berdasarkan
karakteristiknya dibagi menjadi 3 yaitu limbah fisik, kimia, dan biologi.
Limbah fisik berupa zat padat, bau, suhu, warna, dan kekeruhan yang banyak
ditemui pada buangan di sungai. Berikutnya adalah limbah yang berkarakteristik kimia
yang berupa bahan organik, beberapa senyawa kimia berbahaya, dan logam
berat.Terakhir adalah limbah dengan karakteristik biologi dimana pada limbah tersebut
digunakan indicator berupa bakteri escherichia coli.  Bakteri ini hidup dalam kotoran
manusia dan hewan yang bisa ditemukan juga dalam limbah yang dianggap
membahayakan dan mencemari.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Pengertian limbah Cair dan pengolahan secara Kimia, Fisika dan Biologi.
2. Pengertian limbah Padat (landfill dan incinerator).
3. Pengolahan Gas ( scruber dan cerobong).
4. Regulasi terkait limbah cair, padat dan gas.

C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan agar
1. Mahasiswa dapat mengetahuai pengertian Limbah cair, padat dan gas.
2. Mahasiswa bisa memahami berbagai macam-macam limbah dan dampak
3. Mahasiswa dapat memahami pengolahan limbah cair,padat dan gas.
BAB II

PEMBAHASAN

1. LIMBAH CAIR
2. LIMBAH PADAT
2.1. PENGERTIAN
Limbah padat merupakan hasil buangan berupa yang padatan, lumpur atau bubur
yang berasal dari proses pengolahan. Limbah padat ini dapat berasal dari kegiatan
industri dan domestik. Limbah domestik biasanya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat kegiatan peternakan perdagangan, perkantoran, pertanian yang
itu semua menghasilkan limbah berupa Kertas, kayu, kain, karet, kulit tiruan, plastik,
gelas / kaca, metal, kulit telur, dll.
Limbah padat ini umunya bersumber dari pabrik gula, kertas, rayon,  nuklir, ikan,
daging, plywood  dan yang lainnya. Secara garis besar, limbah padat terdiri atas:
 Limbah padat yang mudah terbakar
 Limbah padat yang sukar terbakar
 Limbah padat yang mudah membusuk
 Limbah padat yang mudah di daur ulang
 Limbah radioakif
 Lumpur
 Bongkahan bangunan (Batu, Besi, dll )

2.2. DAMPAK LIMBAH PADAT


Terdapat dampak yang disebabkan oleh limbah padat antara lain:
 Akan menimbulkan/ Mengeluarkan gas beracun, seperti asam sulfat(H2S),
amonia(NH3), methan(CH4), CO2, dll.
 Akan menurunkan kualitas udara pada sampah yang ditumpuk.
 Akan menurunkan kualitas air karena limbah padat biasanya langsung
dibuang pada perairan seperti sungai, laut dan lainya.
 Akan menyebabkan kerusakan permukaan tanah

2.3. CARA PENANGANAN LIMBAH PADAT


Untuk meminimalisasi limbah padat pada pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan yang menghemat sumber daya alam dan pembangunan yang memberi
nilai tambah pada sumber daya alam. Maka dri itu, untuk menghemat sumber daya
alam tersebut dilakukan cara 4R yaitu Replace, Reduce, Recycle dab Reuse.
1) Replace
Replace adalah usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-
barang yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun sebagai
pembungkus dari pada plastik, mengganti kantong plastik biasa dengan plastic
biodegradable atau plastik ramah lingkungan.
2) Reduce
Reduce adalah usaha untuk mengurangi pencemaran denga menggunakan
barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya: membawa tas belanja
sendiri saat berbelanja, membeli kemasan isi ulang deterjen, pelembut pakaian,
minyak goreng, membeli kebutuhan sehari-hari dalam kemasan besar dan lain
sebagainya.
Contoh Reduse sehari-hari:
 Membeli kemasan produk yang dapata didaur ulang
 Menghindari pemakaian produk yang menghasilkan sampah dalam jumah
besar
 Menggunakan produk yang bisa diisi ulang
 Menghindari pemakaian barang atau bahan sekali pakai
 Menggunakan surat elektronik atau email untuk mengirim surat.
3) Recycle
Recycle adalah usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
mendaur ulang sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur
ulang biasanya dilakukan oleh pabrik atau industri untuk dijadikan produk lain
yang dapat dimanfaatkan. Limbah padat yang dapat di recycle atau daur ulang,
diantaranya plastik bekas yang dapat didaur ulang menjadi ember, gantungan
baju, pot tanaman dan lain sebagainya.
Contoh recycle sehari-hari, diantaranya :
 Memilih kemasan produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
 Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
 Mengolahan sampah organik menjadi kompos.
 Mengolahan sampah organik menjadi barang yang bermanfaat dan bahkan
memiliki nilai jual.
 Mengolah sampah menjadi sumber bahan bakar.
4) Reuse
Reuse adalah usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya
sudah dibuang. Contohnya: memanfaatkan botol atau kaleng bekas sebagai
wadah, memanfaatkan kain perca menjadi keset dan lain-lain.
Contoh reuse sehari-hari:
 Menggunakan wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa
kali atau berulang-ulang. contohnya menggunakan sapu tangan daripada
tissue, menggunakan tas belanja dari kain daripada kantong plastik.
 Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali.
 Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

2.4. TIGA SISTEM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT MENJADI ENERGI


1) proses bio dengan digester anaerobik atau pemanenan gas TPA (landfill) yang
menghasilkan biogas yang juga dapat dimanfaatkan jadi energi listrik.
2) proses thermal, yang terdiri dari tiga jenis yaitu combustion (insinerasi), gasifikasi
dan pyrolisis yang energi panasnya dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik.
 Insinerasi atau pembakaran sampah adalah teknologi pengolahan sampah
yang melibatkan pembakaran bahan organic. Insinerasi dan pengolahan
sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan
termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas
sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus
dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang
dihasilkan bias dimanfaatkan sebagai energy pembangkit listrik.
 Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara
termokimia menjadi gas, di mana udara yang diperlukan lebih rendah dari
udara yang digunakan untuk proses pembakaran. Selama proses gasifikasi
reaksi kimia utama yang terjadi adalah endotermis
(memerlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang
paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap.
Produk yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama,
yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang dapat dikondensasikan),
dan gas permanen. Gas yang dihasilkan dari gasifikasi dengan
menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih rendah tetapi di sisi
lain proses operasi menjadi lebih sederhana.
 Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana
material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi
fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrem, yang
hanya meninggalkan karbon sebagai residu, disebut karbonisasi. Proses ini
digunakan secara umum dalam industri kimia, misalnya, untuk
menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia lainnya dari
kayu, untuk mengkonversi etilena diklorida menjadi vinil klorida untuk
membuat PVC, untuk menghasilkan kokas dari batubara, untuk mengubah
biomassa menjadi gas sintesis dan biochar, untuk mengubah limbahplastik
kembali menjadi minyak yang dapat digunakan, atau limbah menjadi zat
yang aman sekali pakai, dan untuk mengubah hidrokarbon dengan berat
molekul menengah seperti minyak menjadi yang lebih ringan
seperti bensin.
Kedua proses ini tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Terkait dengan darurat sampah yang akar permasalahannya adalah
meniadakan timbunan sampah dalam jangka waktu yang singkat, tentu proses
bio dengan digester anaerobik atau pemanenan gas TPA (landfill) kurang efektif
dan efisien karena masih menyisakan timbunan masa sampah dalam jumlah
besar dan dalam jangka waktu yang panjang. Teknologi ini sudah dilakukan di
beberapa TPA, yaitu antara lain di TPA Bantar Gebang (Bekasi), TPA
Sukawinatan (Palembang), dan TPA Suwung (Denpasar) dengan cara memanen
gas TPA. 

Dalam penyelesaian permasalahan persampakan kota-kota besar di Indonesia,


mau tidak mau harus menggunakan teknologi proses termal yang secara prinsip
dapat meniadakan/mengurangi masa timbunan sampah dalam jumlah besar dan
cepat.  Dengan proses ini, timbunan limbah padat (sampah) dalam jumlah besar
melalui proses thermal (panas) dapat diubah menjadi panas yang kemudian
dikonversikan menjadi energi dalam bentuk energi listrik. Dua keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan proses ini adalah :

 dalam waktu singkat sampah dengan jumlah besar dapat dihabiskan.


 diperoleh energi listrik yang dapat dimanfaatkan, baik untuk mendukung
memproses kembali limbah padat maupun untuk digunakan oleh masyarakat.

3. LIMBAH GAS
3.1. PENGERTIAN
Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun
sebagai hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas. Pada
umumnya, limbah gas ini memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk
hidup yang ada di Bumi (kerak Bumi). Limbah gas ini tentu saja berbentuk gas. Oleh
karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini biasanya mencemari udara.
Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah kebocoran gas, pembakaran 
pabrik, asap pabrik sisa produksi, asap- asap kendaraan,  asap- asap mesin dan lain
sebagainya.
beberapa jenis limbah yang ada di sekitar kehidupan manusia sehari- hari.
Limbah- limbah yang telah disebutkan di atas dihasilkan oleh proses produksi
maupun konsumsi. Bagaimanapun bentuk limbah yang telah disebutkan, ketiganya
membutuhkan penanganan dan pengolahan yang tepat agar tidak menimbulkan
masalah.

3.2. DAMPAK PENCEMARAN LIMBAH GAS


Limbah gas merupakan limbah yang fleksibel dan keberadaannya dapat tercampur
dengan udara. Apabila tidak dilakukan penanganan maka limbah gas akan
menyebabkan masalah yang berbahaya. beberapa dampak adanya pencemaran
limbah (baca: dampak polusi air) gas ini antara lain adalah:
 Pemanasan global atau global warming
 Emisi karbon
 Hujan asam (baca: proses terjadinya hujan asam)
 Daerah dengan oksigen kaleng
Itulah beberapa dampak yang kemungkinan akan terjadi aoabila ada pencemaran
dari limbah gas. Dampak- dampak tersebut awalnya hanya skala kecil saja, namun
apabila dibiarkan akan merembet menjadi skala besar dan banyak orang yang akan
merasakan kerugiannya.

3.3. PENGOLAHAN LIMBAH GAS


Limbah gas merupakan limbah yang berbentuk gas. Karena bentuknya yang gas,
maka limbah ini sangat fleksibel dan tentu saja jika dibiarkan akan mencemari udara
(baca: penyebab pencemaran udara). Limbah gas supaya tidak semakin berdampak
buruk maka perlu adanya penanganan yang pas. Limbah gas perlu mendapatkan
pengolahan khusus. Biasanya pengolahan limbah gas ini melibatkan alat- alat khusus
yang membantu mengatasi pencemaran udara.
Pada umumnya, pengolahan limbah gas ini bertujuan untuk menangani
adanya pencemaran udara (baca juga: pencemaran air dan pencemaran tanah). Secara
umum ada 2 metode yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini, yaitu mengurangi
pencemaran dari sumbernya dan melakukan pengenceran limbah gas. Berikut ini
beberapa langkah pengolahan limbah gas  agar dapat menangani terjadinya
pencemaran udara serta materi- materi partikulat yang terbawa limbah gas tersebut:
1. Pengurangan gas buang
Gas- gas berbahaya yang terkandung di dalam limbah gas perlu untuk
dikontrol jumlahnya supaya tidak mencemari udara yang ada di sekitar kita.
adabeberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol jumlah gas berbahaya
ini, antara lain:
 Desulfurisasi. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter basah
atau wet scrubber. Desulfurisasi ini dapat menghilangkan gas sulfur oksida
sebagai hasil pembakaran bahan bakar. Selain sulfur oksida, cara ini juga
dapat mengontrol jumlah gas- gas buang lainnya seperti nitrogen oksida,
karbon monoksida, dan hidrokarbon.
 Menurunkan suhu pembakaran. Cara ini dapat dilakukan dengan cara
memasang alat pengubah katalitik dengan tujuan menyempurnakan
pembakaran. Gas – gas buang yang dapat dikontrol dengan menggunakan
alat ini antara lain adalah nitrogen oksida, karbon monoksida dan
hidrokarbon.
 Menggunakan bahan bakar alternatif. Penggunaan bahan bakar alternatif
juga dapat menjadi cara menangani pencemaran udara oleh adanya limbah
gas. Pakailah bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan tidak banyak
mengandung bahan- bahan kimia yang berbahaya.

2. Penggunaan metode fisik- kimia


Metode fisik dan kimia dapat dilakukan untuk memurnikan gas buangan
agar lebih ramah lingkungan. Metode fisik- kimia ini dilakukan berdasarkan
perubahan fase atau penyerapan pada suatu adsorban, yang dijelaskan sebagai
berikut:
 Metode fase gas
Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau busuk yang tidak disukai
dengan memberikan bau- bauan yang enak. Pada dasarnya metode ini
bukan untuk menghilangkan gas, namun hanya untuk menyamarkan saja.
 Metode fase cair
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk penyerapan gas
yang memiliki tingkat kelarutan yang tinggi pada zat cair. Gas buangan
dialirkan kemudian dikontakkan dengan senyawa penyerap gas (adsorban)
yang mana pada umumnya menggunakan air (baca: jenis-jenis air).
Kemudian adsorban akan dimurnikan kembali jika memungkinkan,
dimanfaatkan untuk penggunaan lainnya, atau dibuang.
 Metode fase padat
Metode ini digunakan untuk penyerapan gas oleh senyawa penyerap atau
adsorban dalam bentuk padat. Proses ini dimulai dengan melarikan gas dan
mengontakkannya dengan dengan adsorban padat. Molekul gas akan
terserap dan terkondensasi di permukaan adsorban secara fisik maupun
kimia. Contoh salah satu adsorban yang sering digunakan adalah arang
aktif. Arang aktif ini banyak bentuknya.
Arang aktif dalam bentuk granular banyak digunakan sebagai penyerap
bau dan juga warna. Arang aktif dalam bentuk serat banyak digunakan
untuk menyerap bau dan warna pula. Arang aktif jenis serat ini
mempunyai daya serap yang lebih tinggi daripada jenis granular. Daya
serap secara fisik dan kimia ini hanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari
saja sebelum mencapai titik jenuh.
 Metode pembakaran
Metode ini dilakukan dengan cara membakar langsung gas senyawa
organik pada tingkat suhu yang cukup sehingga dapat menghasilkan
karbondioksida dan air. Namun metode ini mempunyai kelemahan, yaitu
membutuhkan biaya yang lumayan besar, sehingga banyak orang
menghindari metode ini.
Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengolah limbah gas
agar nantinya tidak terlalu mencemari udara. Cara- cara tersebut dapat
dilakukan secara indivial maupun kolektif. Sehingga kita bisa memulainya
dari diri sendiri kemudian kepada masyarakat.

4. Regulasi Limbah Cair Padat Gas


4.1. PENGERTIAN
Pengertian Sampah Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 2008 pengertian
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sumber-Sumber Sampah Sumber-sumber sampah dibedakan
menjadi beberapa macam, antara lain :
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) Sampah ini terdiri dari
bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan
dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas
pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian- pakaian bekas,
bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-
tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta
api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan
sebagainya.
c. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah ini dari perkantoran baik
perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya.
Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya
sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).
d. Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan,
yang umumnya terdiri dari : kertas- kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan,
pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan,
plastik, dan sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
4.2. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas
dan sebagainya.
 Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk.
Misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan
sebagainya.Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar
 Sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk.
Misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.Sampah ini
berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu,
potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
 Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari
perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi,
batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
 Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah
pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu
sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran
(arang), dan sebagainya.
 Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan Sampah yang berasal dari
peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa
makanan bangkai binatang.

4.3. Jenis Sampah Jenis-jenis sampah juga dapat dibedakan menjadi beberapa, yakni
Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
 Sampah Khusus, yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang
toksis. Komposisi Sampah Umumnya , bagian terbesar dari sampah kota adalah
bahan organic (sampah basah) yang mudah busuk atau mudah diuraikan
(biodegradable). Bahan ini biasanya berjumlah sekitar 60-70% dari total volume
sampah. Sementara sisanya sampah berupa sampah anorganik.
 Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid), sampah yang terdiri dari
benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat
pengolahan air buangan.
 Sampah dari daerah pembangunan, yaitu sampah yang berasal dari sisa
pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah
ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-
lain.
 Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste), yaitu
sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.
 Sampah industri Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri
pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.
 Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles), yang termasuk jenis sampah ini
adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportasi
lainnya.
 Sampah pemukiman (Household refuse), yaitu sampah campuran yang berasal
dari daerah perumahan.
 Bangkai Binatang (Dead Animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena
bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
 Sampah Jalanan (Street Sweeping), berasal dari pembersihan jalan dan trotoar,
terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.
 Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di
kantor maupun industri.

4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah antara lain :
1) Jumlah Penduduk Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu
dengan laju pertambahan penduduk.
2) Keadaan sosial ekonomi Karet : Tidak bisa diperkirakan  Kaca : 1.000.000
tahun  Logam : Lebih dari 100 tahun  Plastik : 50-80 tahun  Alumunium :
80-100 tahun  Nilon : 30-40 tahun  Kulit sepatu : 25-40 tahun  Kayu
dicat : 10-20 tahun  Filter rokok : 10-12 tahun  Permen karet : 5 tahun 
Kain : 6 bulan sampai 1 tahun  Kulit jeruk : 6 bulan  Kertas : 2,5 tahun
Sampah mempunyai masa lapuk yang berbeda-beda.

4.5. Metoda Pembuangan Sampah Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda


dalam pelaksanaannya yaitu:
 Open Dumping Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara
pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi;
dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut
penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan
keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll). Cara ini tidak
direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan
yang dapat ditimbulkannya.
 Sanitary Landfill Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara
interansional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga
potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian
diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi
penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota
besar dan metropolitan.
 Control Landfill Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping
dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan
tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan.
Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Di
Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang
dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan
beberapa fasilitas diantaranya:
 Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
 Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
 Pos pengendalian operasional
 Fasilitas pengendalian gas metan
 Alat berat
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan
tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai
timbul disumber, pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan
penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai
dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering
dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak
Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi
penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding dengan
pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian
secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai
secara cepat, sementara yang lain lebih lambat bahkan ada beberapa jenis sampah yang
tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan
menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih
diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

Kesimpulan :
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul disumber, pengumpulan, pemindahan/
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah
diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan
tersebut dapat dicapai dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai