Anda di halaman 1dari 47

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Perusahaan

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

tepatnya pada 14 Desember 1912, pemerintah Hindia Belanda melalui

Amsterdamse Effectenbeurs (pasar modal Amsterdam) membuka cabang bursa

efek di Batavia (Jakarta) dengan nama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa

efek). Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat

setelah Bombay, Hong Kong, dan Tokyo.

Bursa tersebut didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk

memperjualbelikan efek saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang

beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (provinsi dan

kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh

kantor administrasi di negeri Belanda, serta efek perusahaan Belanda lainnya.

Perkembangan dan pertumbuhan pasar modal saat itu begitu pesat

sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Tingginya animo masyarakat akan hal

ini pada akhirnya membuka peluang bagi pemerintah Hindia Belanda untuk

mendirikan bursa cabang di Surabaya pada 11 Januari 1925 dan di Semarang pada

1 Agustus 1925.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

44
45

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Pertumbuhan

pasar modal di Indonesia menghadapi kendala di tahun 1939 seiring dengan

memanasnya keadaan suhu politik di Eropa. Hal ini membuat pemerintah Hindia

Belanda mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan efeknya di

Batavia dan menutup bursa efek di Surabaya dan di Semarang. Namun pada 17

Mei 1940 seluruh kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan

yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang

ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas pasar modal

pada zaman penjajahan Belanda.

Setelah terhenti 12 tahun pemerintah Indonesia membuka kembali bursa

efek di Jakarta berdasarkan Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September

1951 yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang No. 15 tahun 1952

tentang Bursa.

Pada tahun 1958 perdagangan di bursa mengalami kelesuan bahkan

kemunduran. Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah politik konfrontasi

yang dilancarkan pemerintah Indonesia terhadap Belanda sehingga mengganggu

hubungan ekonomi kedua negara, yang mencapai puncaknya pada aksi

pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia sesuai dengan Undang-

Undang Nasionalisasi No. 86 tahun 1958.

Situasi politik dan awamnya pengetahuan masyarakat tentang pasar modal

membuat pertumbuhan bursa efek di Indonesia mengalami kemuduran pada tahun

1958-1976.
46

Pada 10 Agustus 1977, pemerintah Indonesia meresmikan kembali

beroperasinya pasar modal melalui Keputusan Presiden RI No. 52 tahun 1976.

Aktifnya kembali pasar modal ini ditandai dengan perdagangan saham PT Semen

Cibinong sebagai emitem pertama yang ‘go public’ dan disusul dengan

perusahaan-perusahaan lainnya. Tahun kemudian pasar modal mengalami

pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan

pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat

dilihat sebagai berikut:

[14 Desember 1912]  Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di


Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
[1914 – 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia
I
[1925 – 1942] Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939] Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 – 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama
Perang Dunia II
1952 Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengn UU
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan
(Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan Obligasi Pemerintah RI (1950).
[1956] Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa
Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum
[10 Agustus 1977] Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal
ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong
sebagai emiten pertama.
[1977 – 1987] Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah
emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih
memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen
Pasar Modal
[1987] Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987
(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan
47

investor asing menanamkan modal di Indonesia


[1988 – 1990] Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar
Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
Aktivitas bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988] Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan
dealer
[Desember 1988] Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan
untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif
bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989] Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT
Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992] Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati
sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995] Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated
Trading Systems)
[10 November 1995] Pemerintah mengeluarkan Undang–Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini
mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya
[2000] a. Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless
trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002] BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan
jarak jauh (remote trading)
[2007] Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009] Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT
  Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
[2010] Sertifikasi ISO 9001 : 2008 untuk seluruh fungsi
yang ada di BEI dan pendirian The Indonesia Capital
Market Institute (TICMI)
[2011] Pembangunan Galeri BEI – menggantikan area
trading floor – yang berfungsi sebagai Pusat Edukasi dan
Informasi Pasar Modal Indonesia dan Peluncuran Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)
[2012] Pengembangan infrastruktur dengan mengimplementasikan
system Straight Through Processing (STP)
[2013] BEI menerapkan kebijakan baru yakni dimulainya
perdagangan 30 menit lebih awal dan diterapkannya pre-
closing dan post-trading di akhir hari perdagangan.
48

Visi Pasar Modal:

Menjadi otoritas pasar modal yang berkualitas internasional, yang mampu

mendorong, mengawasi, dan memelihara pasar sehingga berdaya saing global dan

mendukung perkembangan ekonomi nasional.

Misi Pasar Modal:

1. Misi ekonomi: menciptakan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien guna

menunjang perekonomian nasional.

2. Misi ekonomi: menciptakan iklim kondusif bagi perusahaan dalam

memperoleh pembiayaan bagi pemodal dalam melakukan alternatif investasi.

3. Misi sosial budaya: mengembangkan masyarakat yang berorientasi pasar

modal dalam membuat keputusan pembiayaan dan investasi.

4. Misi kelembagaan: mewujudkan lembaga independen dan berkualitas

internasional yang selalu memperbaharui dan mengembangkan diri.

3.1.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu perusahaan

subsektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014.


49

Tabel III.1
Perusahaan Subsektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014

Kode
No. Nama Perusahaan Tanggal Listing
Saham

PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 11 November


1 DVLA
1994
2 PT. Indofarma Persero Tbk INAF 17 April 2001
3 PT. Kimia Farma Tbk KAEF 4 Juli 2001
4 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991
5 PT. Merck Indonesia Tbk MERK 23 Juli 1981
6 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA 16 Oktober 2001
7 PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 8 Juni1990
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido 18
8 SIDO
Muncul Tbk Desember2013
9 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB 29 Maret 1983
10 PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 17 Januari 1994

3.1.3 Aktifitas Perusahaan

Bagi perusahaan yang mencari dana segar, pasar modal memberikan

peluang untuk mencari dana yang murah, selain sektor perbankan, seperti yang

dikenal selama ini. Perusahaan dapat menjual saham kepemilikannya melalui

mekanisme IPO, dan mendapatkan dana dari penjalan tersebut. Atau, perusahaan

bisa juga mengeluarkan utang atau yang biasa disebut obligasi kepada masyarakat

luas dan membayar bunga yang lebih rendah dari bunga pinjaman perbankan.

Pasar modal juga memberikan peluang kepada para investor untuk memilih

investasi yang sesuai dengan tingkat toleransinya terhadap risiko. Seandainya

tidak ada pasar modal, para pemodal mungkin hanya bisa menginvestasikan dana

mereka dalam sektor perbankan, selain alternatif investasi pada real assets. Selain
50

dari hal di atas, masih ada lagi daya tarik berinvestasi di pasar modal, yaitu tingkat

likuiditas yang tinggi.

Para investor dapat berinvestasi saham melalui pasar perdana, yaitu ketika

perusahaan pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik (go public). Istilah

go public biasa juga disebut IPO (Initial Public Offering) atau penawaran saham

perdana. Di pasar perdana, para investor langsung membeli saham dari

perusahaan. Sebelum terjun atau membeli saham melalui skema IPO, sebaiknya

dipelajari perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui prospektus yang

dikeluarkan perusahaan. Di dalam prospektus terdapat informasi dari catatan

keuangan historis sampai proyeksi laba dan dividen yang akan dibayarkan untuk

tahun berjalan. Proyeksi laba bersih umumnya dibuat berdasarkan perkembangan

industri dimana calon emiten bergerak. Benchmark yang digunakan adalah

perusahaan sejenis. Apakah proyeksi pertumbuhan perusahaan rata-rata

melampaui pertumbuhan industri? Atas dasar prakiraan tersebut, penjamin emisi

dan emiten menetapkan harga penawaran. Harga penawaran biasanya lebih murah

dibandingkan dengan rata-rata harga saham perusahaan sejenis yang sudah ada di

bursa. Hal ini dimaksudkan untuk menarik investor agar membeli saham.

Penetapan ini, mencerminkan kesempatan bagi investor untuk mendapatkan

capital gain ketika saham tersebut dicatatkan di bursa.

Satuan yang dipakai, baik di pasar perdana maupun pasar sekunder, satuan

standar saham yang diperdagangkan di pasar regular disebut dengan istilah lot.

Satu lot saham mewakili 500 lembar saham, sedangkan kelipatan harga saham

disebut point. Nilai satu point saat ini adalah Rp 5. Harga saham yang terbentuk di

bursa merupakan hasil kesepakatan antara pembeli dengan penjual. Di pasar


51

sekunder dimungkinkan adanya perdagangan saham yang kurang dari satu lot.

Istilah untuk saham pecahan ini biasa disebut odd lot. Namun, transaksi saham

odd lot dilakukan dalam mekanisme yang berbeda dengan transaksi di pasar

regular.

Perdagangan saham ini dilakukan melalui negosiasi antara pihak penjual

dengan pembeli. Perdagangan saham dengan mekanisme negosiasi juga dilakukan

untuk perdagangan saham dalam jumlah besar (block trading). Jumlah saham

yang diperjualbelikan minimal sebanyak 200.000 lembar. Transaksi saham

sebelum dapat melakukan transaksi, investor harus menjadi nasabah di salah satu

perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Setelah Anda membuka deposit di

sebuah perusahaan efek dan mendapatkan persetujuan dari perusahaan tersebut,

Anda dapat langsung bertransaksi saham.

Transaksi efek diawali dengan pemesanan (order) untuk harga tertentu.

Pesanan tersebut dapat berupa surat maupun via telepon dan disampaikan kepada

perusahaan efek melalui sales/dealer. Pesan tersebut harus menyebutkan jumlah

yang akan dibeli atau dijual dan dengan menyertakan harga yang diinginkan.

Pada dasarnya pesanan investor dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

1. Market Order, yaitu pesanan jual maupun beli pada harga yang terbaik.

2. Limit Order, yaitu order jual atau beli pada harga yang telah ditetapkan oleh

nasabah.

3. All or None/Fill or Kill, dalam hal ini transaksi baru bisa dilaksanakan bila

jumlah efek yang ditawarkan sesuai dengan jumlah yang dipesan, jika tidak

transaksi tidak dilaksanakan.


52

4. Discretionary Order, yaitu order yang dilaksanakan berdasarkan tingkat harga

yang menurut pendapat perantara pedagang efek adalah harga terbaik untuk

nasabahnya.

5. Good through the Week, yaitu order yang harus dilaksanakan dalam jangka

waktu yang telah ditetapkan oleh nasabah.

3.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi mempunyai arti penting karena struktur organisasi

merupakan bentuk atau pola formal kegiatan dan hubungan antara berbagai

bagian-bagian di dalam suatu perusahaan. Dengan mengetahui struktur organisasi

dapat diperoleh gambaran tentang bagian-bagian yang ada di dalamnya, apa

peranan masing-masing bagian tersebut dan wewenang serta tanggung jawabnya

dalam melaksanakan tugasnya.


53

Gambar III.1
Struktur Pasar Modal

Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek

Indonesia melibatkan banyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan

dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepetingan pihak lainnya. Pihak-

pihak dan kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah:

1. Pengelola Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peran yang startegis dalam pembangunan

nasional, yakni sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan

juga sebagai sarana investasi bagi masyarakat. Oleh karena itu, pasar modal

harus dikelola secara teratur, wajar dan efisien. Untuk menunjang terciptanya

pasar modal yang teratur, wajar dan efisien, diperlukan mekanisme pasar

modal yang melibatkan instansi pemerintah dan lembaga swasta. Setiap

lembaga atau instansi pemerintah tersebut mempunyai peran dan fungsi

masing-masing.

Struktur pasar modal Indonesia diatur oleh Undang-undang No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal. Kebijakan di bidang pasar modal ditetapkan oleh

Menteri Keuangan, sedangkan pembinaan pengaturan dan pengawasan

dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.

Pasar modal dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mencari dana dan

selanjutnya digunakan untuk melakukan investasi. Untuk menciptakan

mekanisme pasar modal yang baik. Diperlukan adanya lembaga yang mengatur

pasar modal. Lembaga tersebut adalah Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) yang bertindak atas nama Kementrian Keuangan. Bapepam


54

memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana bursa efek di Indonesia

sehingga harus setiap saat mengawasi aktivitas di bursa efek, selain bertugas

membina pelaku bursa efek serta mengatur agar bursa efek dapat berjalan

dengan baik.

Dalam melaksanakan tugasnya, Bapepam didukung oleh beberapa

lembaga, yaitu Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) yang saat ini oleh PT

KPEI yang didirikan dengan tujuan untuk menyediakan jasa kliring dan

penjamin penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.

Pemegang saham dari PT KPEI adalah bursa efek, perusahaan efek, BAE, bank

kustodian, atau pihak lain atas persetujuan Bapepam. Akan tetapi, mayoritas

saham KPEI harus dimiliki oleh bursa efek. Sebagai Self Regulating

Organization (SRO), KPEI memiliki wewenang untuk membuat peraturan

mengenai kegiatan kliring dan penjamin transaksi bursa, termasuk ketentuan

mengenai biaya pemakaian jasa.

Lembaga penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) dilaksanakan oleh KSEI

yang didirikan bertujuan untuk menyediakan jasa kustodian sentral dan

penyelesaian transaksi yang teratur, wajar dan efisien. Pemegang saham dari

KSEI adalah bursa efek, perusahaan efek, BAE, bank kustodian, atau pihak

lain atas persetujuan Bapepam. Sebagai Self Regulating Organization (SRO),

KSEI memiliki kewenangan untuk membuat peraturan mengenai jasa

kustodian sentral dan jasa penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan

mengenai biaya pemakaian jasa. KSEI sebagai perusahaan yang

menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral (tempat penyimpanan) bagi bank

kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain.


55

Bursa efek, lembaga kliring dan penjamin dan lembaga penyimpanan dan

penyelesaian berfungi sebagai Self Regulating Organization (SRO).

2. Perusahaan Efek

Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai

penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi.

Perusahaan efek lebih dikenal dengan sebutan perusahaan pialang. Perusahaan

pialang adalah perusahaan yang membeli dan menjual saham di bursa efek atas

order investor. Untuk melakukan pembelian maupun penjualan saham di bursa

harus berhubungan dengan perusahaan efek sehingga perusahaan efek harus

memiliki orang-orang yang mewakili yang disebut pialang atau broker.

Perusahaan efek berfungsi sebagai perantara dalam aliran dana dan

informasi antara pemodal (investor) dengan pemodal dan antara permodal

dengan perusahaan go public yang tercatat di bursa (emiten), selain sebagai

pemeran utama dalam meningkatkan pergerakan dan volume investasi di bursa.

Perusahaan efek bertugas memasyarakatkan pasar modal dan selalu

berusaha meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal,

sebagai salah satu sarana alternatif investasi. Di samping itu, perusahaan

investasi juga membantu memobilisasi dana masyarakat dengan cara

memperjualbelikan efek kepada pemodal ataupun dengan perusahaan penerbit

efek (emiten).

a. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)

Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan

emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan

atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. PEE ini
56

sangat berperan dalam keberhasilan IPO suatu perusahaan baik stock

ataupun obligasi lainnya. Penjamin emisi efek merupakan salah satu

kegiatan menjamin usaha perusahaan efek di bursa. Jaminan yang diberikan

oleh perusahaan penjamin emisi efek berisiko jika efek yang dijual tidak

laku, tetapi jika efek yang dijaminkan laku, perusahaan penjamin emisi efek

akan memperoleh imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Karena

terdapat risiko yang mungkin diderita penjamin emisi, biasanya penjamin

emisi tidak mutlak menjamin penjualan efek secara keseluruhan.

Ada empat macam bentuk penjaminan efek yang tertuang dalam

perjanjian (kontrak) antara emiten dengan perusahaan penjamin emisi efek,

yaitu Full/Firm Commitment, Best Effort Commitment, Standby

Commitment, dan All or None Commitment.

1) Full/Firm Commitment berarti penjamin emisi menjami sepenuhnya atas

penjualan efek yang dikeluarkan oleh perusahaan go public. Jika efek

yang dikeluarkan ada yang tidak laku sampai pada akhir waktu

penawaran, penjamin emisi bersedia membeli semua efek yang tidak laku

dengan harga yang sama dengan harga penawaran untuk umum.

2) Best Effort Commitment berarti penjamin emisi dituntut untuk

melaksanakan sebaiknya menjualkan efek (saham/obligasi) agar efek

yang dikeluarkan semuanya laku. Jika waktu penawaran sudah habis dan

ada efek yang tidak laku, maka efek yang tidak laku ini dikembalikan

kepada emiten (perusahaan yang mengeluarkan efek). Penjamin emisi

tidak berkewajiban membeli saham yang tidak laku.


57

3) Standby Commitment berarti jika sampai pada batas akhir penawaran

yang telah ditentukan, ternyata ada saham yang tidak laku, penjamin

emisi bersedia membeli efek yang tidak laku tersebut dengan harga di

bawah harga penawaran untuk umum.

4) All or None Commitment berarti penjamin emisi menjamin penjualan

efek hingga laku semua atau tidak sama sekali. Jika ada efek yang tidak

dapat dijual, semua transaksi efek yang dilakukan oleh penjamin emisi

dan investor dibatalkan dan semua efek dikembalikan kepada emiten.

Transaksi resmi akan terjadi jika penjamin emisi dapat menjual semua

efek yang ditawarkan.

b. Perantara Pedagang Efek (Broker/Pialang)

Perantara pedagang efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha

jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain, yang umumnya

dikenal dengan istilah broker atau pialang. Pemodal (investor) yang ingin

membeli efek dapat mengamanatkan kepada pialang yang dipercaya,

demikian pula jika investor ingin menjual efek, cukup memberi amanat

kepada pialang yang dipercaya. Jadi pihak yang boleh melakukan transaksi

di lantai bursa adalah perantara pedagang efek atau sering disebut pialang

(broker).

Dalam perdagangan efek, pialang tidak menanggung risiko jika harga

suatu efek turun. Risiko dan hak atas suatu efek seluruhnya berada pada

pihak investor. Pialang memperoleh balas jasa dari pelayanan yang ia

berikan kepada investor berupa komisi. Besarnya komisi bagi pialang dapat

dinegosiasikan antara pialang dengan investor.


58

Di samping menerima pesanan (order) dari investor, perantara

pedagang dapat pula memberi pelayanan lain kepada investor. Pelayanan

tersebut berupa memberikan informasi yang dibutuhkan investor untuk

mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan (financial

management).

c. Manajer Investasi

Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola

portofolio efek untuk nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif

untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan

bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Manajer investasi sebagai

perusahaan/perorangan yang telah memperoleh izin dari Bapepam untuk

mengelola portofolio efek para investor dan nasabah baik secara perorangan

maupun kolektif. Dana dari nasabah tersebut kemudian diinvestasikan ke

dalam berbagai jenis efek.

3. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga penunjang di pasar modal adalah biro administrasi efek,

bank kustodian, wali amanat, penasihat investasi, dan pemeringkat efek.

a. Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak

dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak

yang berkaitan dengan efek. Pada bursa efek, biro administrasi efek

berperan sebagai pihak yang melakukan administrasi yang berkenaan

dengan kepentingan investor dan emiten. Jasa biro tersebut sangat


59

diperlukan pada pasar modal yang telah berkembang luas. Kegiatan-

kegiatan yang sering dilakukan biro administrasi efek, antara lain:

1) Membantu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek;

2) Menyimpan dan mengalihkan hak atas saham para investor;

3) Menyusun daftar pemegang saham dan perubahannya untuk melakukan

pembukuan pemegang saham (pembuatan daftar pemegang saham) atas

permintaan emiten;

4) Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham, seperti

pengumuman rapat umum pemegang saham dan pengumuman

pembayaran deviden atas nama emiten;

5) Membuat laporan bila diminta oleh instansi berwenang, seperti Bapepam.

b. Bank Kustodian

Bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan kolektif

dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek, serta menerima dividen,

bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek serta mewakili

pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Sementara itu, pihak yang

dapat melaksanakan kegiatan usaha kustodian adalah LPP, perusahaan efek,

atau bank umum yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam.

c. Wali Amanat (Truster)

Wali amanat adalah lembaga/perusahaan yang mewakili kepentingan

pemegang efek yang bersifat utang. Wali amanat bertanggung jawab

terhadap efek yang diwaliamanatkan sehingga wali amanat wajib

memberikan ganti rugi kepada pemegang efek yang bersifat utang, atas

kerugian karena kelalaiannya dalam melaksanakan tugas sebagai wali


60

amanat. Wali amanat biasanya diperlukan jika perusahaan mengeluarkan

efek dalam bentuk obligasi. Lembaga ini akan bertindak sebagai wali dari

investor sehingga wali amanat mewakili kepentingan investor. Tugas wali

amanat dalam penerbitan obligasi adalah:

1) Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten;

2) Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan;

3) Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten;

4) Mengikuti secara terus-menerus perkembangan perusahaan emiten dan

jika diperlukan memberi nasihat kepada emiten;

5) Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran bunga

dan pinjaman pokok obligasi;

6) Sebagai agen utama pembayaran. Biasanya lembaga/perusahaan yang

menyelenggarakan wali amanat ini adalah bank umum dan pihak lain

yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

d. Penasihat Investasi (Investment Advisor)

Penasihat investasi adalah perusahaan yang memberikan nasihat

kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek dengan

memperoleh imbalan jasa sehingga penasihat investasi berperan sebagai

konsultan bagi investor (pemodal). Penasihat investasi memberi jasa

konsultasi mengenai dinamika investasi terhadap efek dan risiko-risiko yang

menyertainya. Sesuai dengan keahliannya, penasihat investasi aan memberi

pendapat/nasihat kepada kliennya mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan prospek suatu efek, penetapan harga suatu efek, jual beli efek, dan

pengelolaan portofolio. Penasihat investasi kadang juga dapat berperan


61

sebagai konsultan keuangan. Tugas konsultan keuangan adalah memberikan

pendapat yang menyangkut mengenai pengelolaan keuangan kepada

perusahaan yang akan go public, yang meliputi:

1) Pemilikan sumber dana;

2) Jenis dana yang diperlukan;

3) Struktur modal;

4) Antisipasi harga jual di pasar perdana;

5) Hal-hal lain yang berhubungan dengan pengelolaan uang pada umumnya.

e. Pemeringkat Efek

Perusahaan pemeringkat efek adalah pihak yang menerbitkan

peringkat bagi surat utang (debt securities), seperti obligasi dan commercial

paper. Sampai dengan saat ini, Bapepam telah memberikan dua izin usaha

perusahaan pemeringkat efek yaitu kepada:

1) PT Pefindo

2) PT Kasnic Duff & Phelps Credit Rating Indonesia

Pemeringkat efek sebagai perusahaan yang melakukan pemeringkatan

(membuat peringkat atas efek yang bersifat utang, misalnya obligasi).

Pemeringkat efek memberikan pendapat yang bersifat independen, jujur dan

objektif mengenai risiko suatu efek utang. Saat ini perusahaan yang

menyelenggarakan pemeringkatan efek di pasar modal Indonesia adalah PT

Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia).

f. Penanggung (Guarantor)

Penanggung memberikan jasa berupa jaminan kepada pihak lain yang

membutuhkan kepercayaan dan yang memberikan kepercayaan. Posisi


62

penanggung dalam hal ini berada di antara dua kepentingan. Bagi pemodal,

penanggung merupakan lembaga penjamin bahwa perusahaan yang

mengeluarkan efek (emiten) akan bersedia membayar hak yang seharusnya

ia terima pada masa yang akan datang. Penanggung diperlukan dalam proses

emisi efek dalam bentuk obligasi.

4. Profesi Penunjang

Profesi penunjang pasar modal terdiri dari akuntan publik, konsultan

hukum, penilai dan notaris. Masing-masing profesi ini bertugas sesuai dengan

keahliannya.

a. Akuntan Publik

Akuntan publik, termasuk akuntan negara, di bawah Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pengawas Pembangunan (BPKPP) melakukan kegiatan

memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang akan

go public. Jadi di pasar modal, akuntan publik berperan sebagai penilai

kondisi keuangan perusahaan yang akan go public yang meliputi

pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri.

Penilaian akuntan publik terhadap kondisi keuangan perusahaan dinyatakan

dalam suatu pendapat akuntan tersebut mengenai laporan keuangan

perusahaan. Pendapat tersebut ada empat macam, yaitu Pendapat Wajar

Tanpa Syarat (Unqualified Opinion), Pendapat Wajar Dengan Syarat

(Qualified Opinion), Pendapat Tidak Setuju (Adverse Opinion), dan

Laporan Tanpa Pendapat (Disclimer of Opinion).


63

b. Konsultan Hukum

Konsultan hukum di pasar modal melakukan kegiatan memberi

pendapat berdasarkan aspek hukum mengenai segala kewajiban yang

mengikat perusahaan yang akan go public. Konsultan hukum merupakan

pihak yang independen dan dipercaya, karena keahlian dan integritasnya.

Pernyataan konsultan hukum biasanya berkenaan dengan:

1) Akta pendirian/anggaran dasar perusahaan beserta perubahan-

perubahannya;

2) Penyetoran modal oleh pemegang saham sebelum go public;

3) Pemilikan izin usaha;

4) Status pemilikan atas aktiva perusahaan, terutama pemilikan aktiva tetap;

5) Perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga;

6) Gugatan atau tuntutan terhadap perusahaan.

c. Penilai

Penilai adalah lembaga/ perusahaan yang kegiatannya melakukan

penilaian atas kekayaan yang dimiliki perusahaan yang akan go public dan

dapat memberi penilaian terhadap nilai aktiva tetap perusahaan, melakukan

revaluasi (penilaian kembali) terhadap aktiva yang dimiliki akan menaikkan

kekayaannya. Tambahan kekayaan yang diperoleh dari surplus revaluasi ini

dapat dikapitalisasi (menjadi modal disetor atau meningkatkan modal

disetor), jika sudah memenuhi kewajiban perpajakan atas surplus tersebut.

Surplus revaluasi dikenakan pajak penghasilan, karena dapat meningkatkan

kegiatan ekonomi perusahaan. Apabila surplus revaluasi tidak dinyatakan


64

sebagai modal atau tambahan modal yang disetor, surplus ini tidak

dimasukkan dalam neraca, tetapi hanya dilampirkan dalam prospektur.

d. Notaris

Bagi perusahaan yang go public, banyak pihak yang terlibat di

dalamnya. Oleh karena itu, agar sesuatu yang diputuskan perusahaan

dihormati dan diindahkan oleh semua pihak yang terlibat, keputusan

tersebut harus berkekuatan hukum. Agar suatu keputusan berkekuatan

hukum diperlukan peran notaris, terutama pada kegiatan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). Dalam pelaksanaan pasar modal, jasa notaris

diperlukan untuk melakukan hal-hal di antaranya:

1) Membuat berita acara RUPS dan menyusun keputusan-keputusan RUPS;

2) Meneliti keabsahan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan

RUPS, misalnya keabsahan persiapan RUPS, keabsahan para pemegang

saham atau kuasanya yang menghadiri RUPS, dan menjaga terpenuhinya

peserta RUPS yang disyaratkan dalam anggaran dasar;

3) Meneliti atas perubahan anggaran dasar untuk menjamin tidak

bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

dan menyesuaikan pasal-pasal dalam anggaran dasar untuk memenuhi

ketentuan pasar modal dalam rangka melindungi kepentingan investor,

khususnya pemegang saham publik.

5. Pelaku Pasar Modal

a. Emiten

Emiten adalah perusahaan yang menawarkan efeknya kepada

masyarakat melalui penawaran umum (pasar perdana). Penawaran umum


65

adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh

emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek

lainnya kepada masyarakat berdasarakan tata cara yang telah diatur dalam

Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Periode

penawaran umum berlaku saat efek ditawarkan kepada investor oleh

penjamin emisi (underwriter) melalui agen penjual yang ditunjuk.

Masa penawaran umum, yaitu masa investor mengisi formulir

pembelian dan penyerahan uang kepada agen penjualan sekurang-

kuranganya tiga hari kerja. Efek yang telah dijual kepada masyarakat

(investor) di pasar perdana dapat diperjualbelikan kembali antar investor di

lantai bursa (pasar sekunder). Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang

go public, yaitu:

1) Untuk memperoleh tambahan dana yang digunakan bagi perluasan usaha;

2) Mengubah/memperbaiki komposisi modal;

3) Pengalihan pemegang saham;

4) Biaya relatif murah;

5) Proses lebih cepat;

6) Dividen dibagi berdasarkan keuntungan dan RUPS;

7) Minat investor masuk manajemen rendah;

8) Keterbukaan mendorong meningkatnya profesionalisme;

9) Menurunkan kesenjangan sosial, karena peluang masyarakat menjadi

investor besar;

10) Memperbaiki struktur permodalan;

11) Sarana promosi, dan lain-lain.


66

b. Investor (Pemodal)

Investor (pemodal) adalah badan atau perorangan yang membeli suatu

perusahaan go public. Investor di pasar modal dapat berasal dari dalam

negeri (investor domestik) atau yang berasal dari luar negeri (investor

asing). Pada perusahaan yang go public, investor pertama adalah pemegang

saham pendiri, sedangkan pemegang saham yang kedua adalah pemegang

saham melalui pembelian saham pada penawaran umum di pasar modal.

Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas namanya

sendiri melakukan penanaman modal (investasi). Pemodal badan (lembaga)

apabila investasi dilakukan atas nama lembaga seperti perusahaan, koperasi,

yayasan, dana pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek

yang dibeli atas nama lembaga merupakan hak dan beban lembaga tersebut.

Investor dapat membeli kepemilikan perusahaan go public melalui dua

kesempatan, yaitu membeli efek di pasar perdana (primary market) dan di

pasar sekunder (secondary market). Efek dijual pada pasar perdana dalam

tenggang waktu antara saat izin go public diberikan sampai dengan waktu

tertentu sesuai dengan perjanjian antara emiten (perusahaan go public)

dengan lembaga penjamin emisi (underwriter), setelah harga efek

disepakati. Sementara itu, penjualan efek di pasar sekunder merupakan

penjualan efek di bursa efek bagi perusahaan yang memenuhi syarat listing

di bursa efek tersebut.

Pada pasar modal, terdapat beberapa motif (baik investor individu

maupun investor lembaga) membeli efek, yaitu memperoleh dividen,


67

berdagang, berkepentingan dalam pemilikan perusahaan dan spekulasi. Bagi

investor yang bertujuan memperoleh deviden, biasanya membeli saham

perusahaan yang sudah stabil sehingga investor memperoleh deviden yang

relatif stabil. Investor yang bertujuan berdagang di bursa adalah tergolong

investor yang aktif. Mereka mempunyai aktivitas kembali pada saat

harganya naik. Keuntungan diperoleh dari selisih positif antara harga jual

dengan saham dari perusahaan yang mempunyai nama baik.

Perubahan harga saham yang relatif kecil tidak dapat mendorong

investor ini untuk menjualan saham yang ia miliki, sedangkan jenis investor

yang terakhir, yaitu investor spekulan lebih menyukai saham-saham

perusahaan yang belum berkembang tetapi diyakini bahwa perusahaan

tersebut akan berkembang dengan baik pada masa yang akan datang.

c. Perusahaan Pengelola Dana (Investment Company)

Perusahaan pengelola dana merupakan perusahaan yang beroperasi di

pasar modal dengan mengelola modal yang berasal dari investor.

Perusahaan pengelola dana mempunyai dua unit, yaitu pengelolaan dana

(fund management) dan penyimpanan dana (qustodian). Pengelola dana

memutusakan efek mana yang harus dijual dan efek mana yang harus dibeli

kemudian yang melaksanakan penjualan atas pembelian adalah kustodian.

Kustodian juga melakukan penagihan bunga dan dividen kepada emiten.

Praktiknya, perusahaan pengelola dana mungkin saja tidak

mempunyai unit fund management sehingga untuk melakukan fungsi

sebagai fund management, menggunakan jasa dari luar. Artinya kegiatan

fund management dikontrakkan kepada pihak di luar perusahaan. Sementara


68

itu, perusahaan pengelola dana yang hanya mempunyai fund management

dan tidak mempunyai kustodian. Maka, untuk menjalankan fungsi

kustodian, perusahaan pengelolaan dana akan menunjuk suatu bank yang

dipercayainya.

Perusahaan pengelolan dana menarik pemodal dapat melalui dana

bersama (mutual fund), menerbitkan sertifikat yang didukung oleh efek-efek

yang dimilikinya dan membentuk dana khusus melalui penjualan saham.

d. Reksa Dana

Reksa dana adalah sarana investasi yang serderhana dimana setiap

orang dengan tujuan investasi jangka panjang yang sama mengumpulkan

dana dari masyarakat. Kemudian, mereka menunjuk manajer yang

professional untuk mengelola dana tersebut sesuai dengan tujuan

investasinya, yaitu investasi pada saham-saham dan/atau dalam instrument-

instrumen berpendapatan tetap (fixed income). Kekayaan/aset suatu reksa

dana bukan milik manajaer investasinya, ia hanya mengelola asset tersebut

mewakili para investor. Aset tersebut adalah milik para investor dimana

kepemilikannya dinyatakan dalam unti saham reksa dana.

Dengan demikian, reksa dana merupakan wadah yang dapat

dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk melakukan

investasi di pasar modal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang

melalui usahanya mengelola portofolio efek tersebut. Kegiatan investasi

reksa dana dapat ditempatkan pada berbagai instrumen efek, baik di pasar

uang, pasar modal maupun gabungan dari keduanya. Selain itu, dapat pula

dikhususkan pada efek yang mewakili sektor dan industri tertentu seperti
69

manufaktur, keuangan, infrastruktur dan lainnya. Reksa dana selain

menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung unsur

risiko (risk) yang patut dipertimbangkan.

Setiap orang dianjuran untuk memiliki reksa dana, alasannya adalah:

1) Untuk mendapatkan tambahan uang dalam jangka panjang dan untuk

ditabung guna persiapan masa yang akan datang;

2) Untuk menghindari masalah keuangan yang kompleks dengan

menyerahkan hal tersebut kepada para pengelola professional, di sisi

yang lain investor dapat meraik keutungan yang menarik setelah

dikurangi tingkat inflasi.

3.1.5 Kegiatan Perusahaan

1. Obligasi

a. Jenis obligasi berdasarkan penerbit atau issuer

1) Government Bond

2) Municipal Bond

3) Corporate Bond

b. Jenis obligasi berdasarkan suku bunga

1) Fixed Rate Bond

2) Floating Rate Bond

3) Mixed Rate Bond

4) Zero Coupon Bond

c. Jenis obligasi berdasarkan kepemilikan

1) Register Bond (Obligasi Terdaftar/Atas Nama)


70

2) Bearer Bond (Atas Tunjuk)

d. Berdasarkan Jaminan

1) Guaranted Bond (Obligasi Dijamin Garansi)

2) Mortgage Bond (Obligasi Dijamin Properti)

3) Collateral Trust Bond (Obligasi Dijamin Surat Berharga)

4) Equipment Trust Bond (Obligasi Dijamin dengan Peralatan)

5) Debenture Bond (Obligasi Tanpa Jaminan)

e. Berdasarkan Pelunasan

1) Serial Bond (Obligasi Berseri)

2) Callable Bond (Obligasi yang Dilunasi sebelum Jatuh Tempo)

3) Putable (Obligasi Put)

4) Convertible Bond (Obligasi Konversi)

5) Perpetual Bond (Obligasi Tanpa Jatuh Tempo)

6) Exchangeable Bond

f. Berdasarkan Lokasi Penerbitan

1) Domestic Bond

2) International Bond

2. Obligasi Konversi

3. Saham

a. Jenis saham berdasarkan besaran kapitalisasi

1) Big Market Capitalization (Saham Berkapitalisasi besar)

2) Medium Market Capitalization (Salam Berkapitalisasi Menengah)

3) Small Market Capitalization (Saham Berkapitalisasi Kecil)

b. Jenis saham berdasarkan fundamental


71

1) Blue Chip (Saham Unggulan)

2) Growth Stocks (Saham Bertumbuh)

3) Cyclical Stocks (Saham-Saham Siklikal)

4) Defensive Stocks/Countercyclical Stocks (Saham-Saham Bertahan)

5) Speculative Stocks (Saham Spekulatif)

6) Income Stocks (Saham Pendapatan)

7) Emerging Growth Stock (Saham Bertumbuh Energing)

c. Jenis saham berdasarkan kepemilikan

1) Bearer Stock (Saham atas tunjuk)

2) Registered Stock (Saham atas nama)

d. Jenis saham berdasarkan Hak tagihan

1) Common Stocks (Saham Biasa)

2) Preferred Stocks (Saham Preferen)

e. Jenis saham lainnya

1) Saham Second Liner

2) Saham Tidur / Third Liner

4. Right Issue

5. Option

a. Option Call

b. Option Put

6. Warrant

a. Warrant Ekuitas

b. Warrant Ekuitas Internasional

c. Warrant Halangan Ekuitas


72

d. Warrant Indeks

e. Warrant Indeks Halangan

f. Warrant Indeks Asing

g. Warrant Installment (Cicilan)

h. Warrant Endorsement

i. Warrant Modal Terlindungi (Capital Protected)

j. Warrant Harga Exercise Rendah

k. Warrant Terbatas

l. Warrant Pendapatan Premi (Premium Income Warrant /PIE)

m. Warrant Mata Uang.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:20), metode penelitian diartikan sebagai: “Cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara

ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional, empiris dan sistematis”.

Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat

data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan

menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran

atau data yang diperoleh.


73

3.2.1 Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Pengertian dari Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2014:29) adalah

sebagai berikut: “Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas.”

Menurut Sugiyono (2014:8), metode penelitian kuantitatif adalah sebagai


berikut:
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada sampel filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.

Berdasarkan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode

analisis deskriptif kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan

benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar

variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisi,

dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Dalam penelitian

ini, metode deskriptif kuantitatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam

pengaruh perputaran persediaan terhadap tingkat likuiditas serta menguji teori

dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.2 Variabel dan Pengukuran variabel

Pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (2014:3) adalah sebagai

berikut: “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
74

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Berdasarkan judul

penelitian “Pengaruh Perputaran persediaan Terhadap Tingkat Likuiditas” maka

akan diuraikan mengenai definisi masing-masing variabel yang terdapat dalam

penelitian ini.

1. Variabel bebas (independen)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka yang menjadi

variabel bebas adalah Perputaran Persediaan yang diukur dengan membandingkan

penjualan bersih dengan persediaan bersih.

2. Variabel terikat (dependen)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Maka yang menjadi variabel terikat adalah likuiditas yang

dihitung berdasarkan analisis rasio lancar (current ratio)

Variabel-variabel tersebut dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

Tabel III.2
Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala


Perputaran Perputaran a. Penjualan Rasio
Persediaan persediaan b. Persediaan
(X) merupakan rasio Rumus:
yang digunakan
Perputaran
untuk mengukur
berapa kali dana Persediaan =
yang ditanam Penjualan
dalam Sediaan
persediaan
(inventory) ini
berputar dalam
suatu periode
Kasmir
75

Variabel Konsep Indikator Skala


(2013:180)
a. Aktiva Lancar
Menunjukkan
b. Hutang
seberapa besar
Lancar
kemampuan
perusahaan
Rasio Lancar /
Likuiditas dalam memenuhi
Current Ratio
Perusahaan kewajiban yang Rasio
Rumus :
(Y) harus segera
dipenuhi
Rasio Lancar =
Fahmi Aktiva Lancar
(2013:121)
Hutang Jangka Pendek

3.2.3 Populasi dan Sampel

Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi

dan sampel. Pengertian populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2014:61) adalah, “

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu

yang telah ditetapkan untuk diteliti dan dipelajari untuk kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi yang di gunakan adalah laporan laba rugi dan

laporan neraca pada perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014:62) mengemukakan bahwa:


76

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Data yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini adalah

persediaan dan likuiditas yang terdiri dari 10 perusahaan Farmasi tahun

2014. Untuk keperluan penelitian ini, teknik pengumpulan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling, yaitu menurut sugiyono

(2013:392) adalah: “Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.” Sampel yang digunakan berdasarkan populasi yaitu 1 tahun

laporan keuangan.

Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik

purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria

yang sesuai dengan yang telah penulis tentukan. Oleh karena itu, penulis

memilih teknik purposive sampling dengan menetapkan pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh

sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kriteria yang dijadikan untuk penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan tersebut adalah perusahaan Sub Sektor Farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ), dimana merupakan

perusahaan yang sudah go public d Indonesia tahun 2014.

b. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan

telah diaudit pada tahun 2014.

c. Perusahaan tersebut memperoleh laba pada tahun 2014.


77

Berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan dalam

pengambilan sampel, maka perusahaan Farmasi yang telah terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 sebanyak sepuluh

perusahaan. Adapun daftar dan kode perusahaan yang dijadikan

sampel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel III.3
Sampel Penelitian

No Nama Kode Tanggal Listing


Perusahaan
1 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 11 November 1994
2 PT. Indofarma Persero Tbk INAF 17 April 2001
3 PT. Kimia FarmaTbk KAEF 4 Juli 2001
4 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 30 Juli 1991
5 PT. Merck Indonesia Tbk MERK 23 Juli 1981
6 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA 16 Oktober 2001
7 PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk SCPI 8 Juni 1990
8 PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido SIDO 18 Desember 2013
Muncul Tbk
9 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia SQBB 29 Maret 1983
Tbk
10 PT. Tempo scan Pasific TSPC 17 Januari 1994
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

3.2.4 Teknik Pengambilan Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data penelitian. Menurut Arikunto (2010:172), “Sumber data dalam

penelitian adalah subjek darimana data tersebut diperoleh”. Selanjutnya Sugiyono

(2012:137), menjelaskan bahwa “Sumber data penelitian terbagi menjadi dua

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder”.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi berupa publikasi dengan

menggunakan skala pengukuran data rasio. Menurut Sugiyono (2014:137)


78

“Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”. Sedangkan

menurut Toni Wijaya (2013:19), “Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai”.

Data sekunder yang bersifat kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk

angka – angka yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan

laporan laba rugi perusahaan selama tahun 2014, dan data – data lainnya yang

berupa sejarah, profil, dan ruang lingkup perusahaan Farmasi yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari media internet dengan cara

mendownload melalui situs www.idx.co.id.

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan. Data sekunder

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan Sub Sektor

Farmasi tahun 2014.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi

non perilaku yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat, serta

mempelajari uraian-uraian dari jurnal, buku-buku serta dokumen-dokumen.

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan teknik sampling

yang digunakan, maka pengumpulan data didasarkan pada laporan keuangan yang

dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id tahun 2014.


79

Data diperoleh dimaksudkan untuk memperoleh suatu gambaran maupun

landasan teoritis dalam merumuskan masalah dan menganalisis data yang akan

digunakan dalam pembahasan.

3.2.6 Teknik Analisis Data

Tahapan yang dilakukan setelah data terkumpul, maka selanjutnya adalah

melakukan pengolahan dan menerapkan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Data yang akan diolah adalah berupa data laporan keuangan PT. Darya Varia

Laboratoria Tbk, PT. Indofarma Persero Tbk, PT. Kimia farma (Persero) Tbk, PT.

Kalbe Farma Tbk, PT. Merck Share Dohme Pharma Tbk, PT. Pyridam Farma

Tbk, PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk, PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido

Muncul Tbk, PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT. Tempo Scan Pasific

Tbk dalam 1 tahun terakhir. Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk

mengukur, mengolah dan menganalisis data tersebut.

Menurut Sugiyono (2013:428) menyatakan bahwa:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data diperoleh dari hasil catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain”.

1. Teknik analisis data merupakan salah satu kegiatan penelitian berupa proses

penyusunan dan pengelolaan data guna menafsir data yang telah diperoleh dari

laporan. Tujuan analisis data adalah menyederhanakan atau mengubah ke

dalam bentuk yang lebih sederhana untuk lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi beberapa hal, yaitu: Menyusun kembali data yang

diperoleh ke dalam tabel dan menyajikan dalam bentuk grafik.


80

2. Analisis deskriptif tentang Perputaran Persediaan perusahaan farmasi yang

terdaftar di Bursa efek Indonesia dengan melakukan perhitungan nilai

Perputaran persediaan yang meliputi penjualan dan persediaan perusahaan.

3. Analisis deskriptif terhadap likuiditas dengan melakukan perhitungan nilai

Likuiditas.

4. Menguji data dengan melakukan analisis statistik untuk mengetahui pengaruh

perputaran persediaan dengan indikator perputaran persediaan terhadap

likuiditas dengan indikator tingkat likuiditas.

Metode yang digunakan untuk melakukan analisis dalam penelitian

ini ada dua yaitu:

a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar

periode, dengan tujuan ini nantinya akan terlihat grafik.

b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil

hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antar satu perusahaan dan perusahaan

lainnya dalam ruang lingkup sejenis yang dilakukan secara bersamaan.

1. Analisis Data Deskriptif

Menurut Sugiyono (2014:29),


Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya,
tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum.

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, untuk

menghitung nilai perputaran persediaan (variabel X) dan likuiditas (variabel

Y), yaitu dengan cara mendeskripsikan setiap indikator-indikator variabel

tersebut dari hasil pengumpulan data yang didapat. Adapun cara untuk
81

menghitung indikator dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung perputaran persediaan (X)

Perhitungan perputaran persediaan menggunakan inventory

turnover yang dapat di lakukan dengan dua rumus sebagai berikut:

1) Menurut James C Van Home :

Harga pokok barang yang di jual


Inventory turnover =
sediaan

Sumber : ( Kasmir : 180 )

2) Menurut J Fred Weston

Penjualan
Inventory Turnover=
Sediaan

Sumber : ( Kasmir : 180 )

Inventory Turnover merupakan perbandingan antara harga

pokok barang yang dijual dengan nilai sediaan. Apabila rasio yang

diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan

likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran

sediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak

produktif dan banyak barang sediaan yang menumpuk. Hal ini akan

mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.

b. Menghitung Tingkat likuiditas (Y)

Perhitungan likuiditas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Current Asset
Current Ratio=
Current Liabilities
82

Sumber : Fahmi (2013:121)

Likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara

lancar dan tepat waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short

term liquidity. (Fahmi, 2013:174).

2. Analisis Kuantitatif

Dalam penelitian ini, pengolahan data yang dilakukan dengan

analisis menggunakan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2014:199) analisis kuantitatif adalah sebagai


berikut:
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik. Terdapat beberapa dua macam statistik yang digunakan
untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris
dan statistik nonparametris.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa analisis

kuantitatif menggunakan satatistik deskriptif. Menurut Sugiyono

(2014:147), “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”

Data hasil penelitian disajikan secara deskriptif dengan penjelasan

secara mendalam dan menggunakan tabel maupun grafik. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan dari laporan keuangan yang berupa jumlah

anngka, dengan demikian penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif

dan akan dijelaskan secara deskrptif.


83

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi dunakan untuk menguji

apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi berdistribusi secara

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai

residual yang berdistribusi secara normal. Salah satu metode untuk uji

normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal

pada grafik Normal P-Plot of regression standardized residual. Sebagai

dasar pengambilan keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis

diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.

b. Analisis Korelasi Product Moment

Teknik korelasi product moment digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data

kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua

variabel atau lebih tersebut adalah sama. (Sugiyono, 2014:228)

Analisis korelasi menunjukkan arah dan derajat hubungan antara

variabel X dan Variabel Y. ukuran yang digunakan untuk mengetahui

seberapa kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya

koefisien korelasi. Sedangkan arahnya dinyatakan dalam bentuk

hubungan positif dan negatif. Untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara variabel independen (perputaran persediaan) dengan

variabel dependen (likuiditas), maka dalam penelitian ini penulis akan

menggunakan analisis Korelasi Product Moment sebagai penentu

koefisien korelasi karena data yang digunakan berbentuk rasio.


84

n ∑ xy−(∑ x)(∑ y )
rxy= 2 2 2
√{∑ x −( x)² }{n ∑ y −( y ) }
Sumber : Sugiyono (2014:228)

Dimana:

R : Koefisien Korelasi

x : Variabel bebas atau independen (Perputaran Persediaan)

y : Variabel terikat atau dependen (Tingkat Likuiditas)

n : Banyaknya sampel

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara

variabel independen (x) dan variabel dependen (y) dengan catatan nilai

koefisien korelasi (r) haruslah terdapat dalam batas-batas negatif 1 dan

positif 1 (-1< r < 1). Maka: tanda positif (+) dan negatif (-) pada

koefisien korelasi sebenarnya memiliki arti yang khas. Bila r positif maka

koefisien korelasi antara kedua variabel yang diteliti tersebut X dan Y,

bersifat searah. Dengan kata lain setiap kenaikan X akan diikuti dengan

kenaikan nilai Y, sedangkan tanda negatif menunjukkan korelasi atau

hubungan yang negatif antara variabel-variabel yang akan diuji berarti

setiap kenaikan nilai X akan diikuti dengan penurunan nilai Y dan setiap

penurunan nilai X akan diikuti dengan kenaikan nilai Y. Besar kecilnya

korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel.


85

1) Bila nilai r = 0 atau mendekati 0, maka dikatakan bahwa hubungan

antara kedua variabel yang diteliti sangat lemah atau tidak ada korelasi

antar variabel.

2) Bila nilai r = -1 atau mendekati r = -1, maka dikatakan bahwa korelasi

antara kedua variabel yang diteliti sangat kuat dan negatif.

3) Bila nilai r = 1 atau mendekati r = 1, maka dikatakan bahwa korelasi

antara kedua variabel yang diteliti sangat kuat dan positif.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien

korelasi yang dihitung, maka dapat berpedoman pada ketentuan

sebagai berikut:

Tabel III.4
Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah


0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,00 – 0,199 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2014:231)

Korelasi dapat positif atau negatif. Korelasi positif

menunjukkan arah yang sama hubungannya antara variabel, artinya

jika variabel X besar, maka variabel Y semakin besar pula. Sebaliknya

korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika

variabel X besar, maka variabel Y kecil.

c. Analisis Koefisien Determinasi


86

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut

dengan Koefisien Determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari

koefisien korelasi (r 2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena

varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui

varians yang terjadi pada variabel independen.

Analisis koefisien determinasi digunakan penulis untuk

mengetahui berapa besar presentase pengaruh antara perputaran

persediaan dengan tingkat likuiditas.

Rumus Koefisien Determinasi:

Kd=r 2 x 100 %

Dimana:

Kd : Koefisien determinasi

r : Koefisien Korelasi

d. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mempelajari hubungan dalam

bentuk persamaan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari

hubungan yang diperoleh, kita dapat menaksir harga variabel yang satu

apabila harga variabel yang lainnya diketahui. Dampak dari analisis

regresi ini dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan turunnya

variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan

keadaan variabel independen, atau untuk meningkatkan variabel

independen atau sebaliknya.


87

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional

ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan regresi menurut dua variabel di atas dapat diperoleh dengan

tahap-tahap sebagai berikut:

Persamaan Umum Regresi Linier Sederhana


Ŷ =a+bX

Sumber: Sugiyono (2014:261)

Dimana:

Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y ketika harga X = 0 (Konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang

didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah

garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu

Menentukan nilai koefisien a dan b dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

( ∑ y ) ( ∑ x 2 )− (∑ x ) (∑ xy )
a=
n ( ∑ x2 ) −(∑ x ) ²
88

n (∑ xy )−( ∑ x ) (∑ y)
b=
n ( ∑ x 2 ) −(∑ x )²

Sumber: Sugiyono (2014:262)

3.2.7 Pengujian Hipotesis

Menurut Trelease dalam Nazir (2011:151) mengemukakan bahwa:

“Hipotesis adalah suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat

diamati.”

Langkah terakhir dalam kegiatan analisis data adalah melakukan uji

hipotesis. Tujuan dari uji hipotesis adalah mengetahui apakah terdapat hubungan

yang cukup jelas dan dapat dipercaya antara variabel independen dan variabel

dependen. Melalui langkah ini dapat diambil sebuah kesimpulan menerima atau

menolak hipotesis yang telah dirumuskan.

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t, langkah-langkah yang

digunakan dalam pengujian sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

Ho : ρ = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan

dengan tingkat likuiditas

H1 : ρ ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan

dengan tingkat likuiditas

2. Menentukan tingkat signifikasi

Tingkat signifikasi menggunakan α = 5% tingkat signifikasi 5% atau 0,05

adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.

3. Menentukan t hitung
89

r √n−2
t hitung =
√ 1−r 2

Dimana:

t : Nilai Uji t

r : Koefisien Korelasi

n : Jumlah Sampel

4. Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat

kebebasan (dk) = n-2, n adalah jumlah sampel.

5. Menentukan kriteria pengujian

Taraf signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan (df) = n-k-1

Jika t tabel < t hitung Maka H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1 diterima

atau ada pengaruh.

Jika t tabel > t hitung Maka H0 ada pada daerah penerimaan, berarti H1 ditolak

atau tidak pengaruh.

Berikut gambar skema daerah penerimaan dan penolakan H0


90

Gambar III.2 Skema Penerimaan dan Penolakan Ho

Anda mungkin juga menyukai