Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTERI BERSTATUS GIZI

NORMAL DAN BERSTATUS GIZI LEBIH BERDASARKAN AKTIVITAS FISIK


DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusunsebagaisalahsatusyaratuntukmenyelesaikanpendidikan program
DIII Gizi FIK UMS

Disusun Oleh :

DINAR AGMIDA

J 300 110 017

PROGRAM STUDI DIII GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014


 
ii 
 
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK

DINAR AGMIDA. J300 110 017


Perbedaan Status Gizi Pada Remaja Puteri Bersataus Gizi Normal dan
Berstatus Gizi Lebih Berdasarkan Aktivitas Fisik di SMA Batik 1 Surakarta

Pendahuluan : Gizi lebih pada remaja putri perlu mendapatkan perhatian,


dikarenakan status gizi lebihyang terjadi pada usia remaja cenderung berlanjut
hingga dewasa dan lansia. Prevalensi gizi lebih di SMA batik 1 Surakarta cukup
besar yaitu 34 %. Salah satu yang berperan dalam kejadian gizi lebih adalah
aktivitas fisik. Remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari
menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi pada
remaja puteri bersataus gizi normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas
fisik di SMA Batik 1 Surakarta
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian observasionaldengan
pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran
antropometri untuk mengetahui status gizi siswi kemudian dilakukanpengisian
recall aktivitas fisik 24jam untuk mngetahui aktivitas fisik siswi. Pengambilan
sampel menggunakan teknikproportional random samplinghingga didapat sampel
sebanyak 54 siswi. Analisis independen t-test digunakan untuk mngenalisis
perbedaan aktivitas fisik pada remaja putri berstatus gizi normal dan berstatus
gizi lebih di SMA Batik 1 Surakarta.
Hasil : Remaja putri pada kelompok subyek aktivitas sedang dan berat risiko
untuk mendapatkan status gizi lebih cenderung rendah, dapat di lihat dari
presentase sebanyak 18.52% dan 33.33%.
Ada perbedaan aktivitas fisik pada remaja putri berstatus gizi normal dan
berstatus gizi lebih di SMA Batik 1 Surakarta.

Kesimpulan : Ada perbedaan status gizi pada remaja puteri bersataus gizi
normal dan berstatus gizi lebih berdasarkan aktivitas fisik di SMA Batik 1
Surakarta

Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Kejadian Gizi Lebih.


 

iii 
 
PENDAHULUAN disebakan oelh penimbunan jaringan

Pembangunan kesehatan lemak atau non lemak

bertujuan untuk meningkatkan (Purnamawati, 2009). Tahun 2008,

kualitas sumber daya manusia 10% pria dan 14% wanita di dunia

(SDM). Salah satu yang berperan mengalami gizi lebih (WHO, 2008).

dalam peningkatan kualitas SDM Di Indonesia berdasarkan hasil

adalah gizi yang baik, terutama Riskesdas tahun 2010 prevalensi

untuk peningkatan gizi remaja. gizi lebih pada kelompok usia diatas

Masalah gizi pada remaja muncul 15 tahun mencapai 19,1%.

dikarenakan perilaku gizi yang salah, Prevalensi gizi lebih relatif lebih

yaitu ketidakseimbangan antara tinggi pada remaja puteri dibanding

konsumsi gizi dengan kecukupan dengan remaja laki-laki. Menurut

gizi yang dianjurkan. Salah satu Riskesdas 2010 prevalensi IMT di

masalah gizi pada remaja adalah kota Surakarta 58% menunjukan

gizi lebih yaitu ditandai dengan berat status gizi normal dan sebanyak

badan yang relatif berlebihan bila 11,7% mengalami gizi lebih.

dibandingkan dengan usia atau Berdasarkan tempat tinggal,

tinggi badan remaja sebaya, sebagai prevalensi gizi lebih pada remaja

akibat terjadinya penimbunan lemak diperkotaan lebih tinggi dari

yang berlebihan dalam jaringan pedesaan (perkotaan 1,8% ,

lemak tubuh (Sulistyoningsih, pedesaan 0,9%)

2011).`
Gizi lebih dapat

Gizi lebih adalah kelebihan menyebabkan gangguan dalam

berat badan dibandingkan dengan fungsi tubuh, merupakan risiko untuk

berat bedan ideal yang dapat menderita penyakit seperti diabetes


 
melitus, hipertensi, penyakit jantung energi dan pengeluaran energi.

koroner, penyakit kanker dan dapat Remaja yang kurang melakukan

memperpendek harapan hidup aktivitas fisik sehari-hari,

(Almatsier, 2002). Permasalahan gizi menyebabkan tubuhnya kurang

pada remaja jika tidak diupayakan mengeluarkan energi. Oleh karena

perbaikannya akan mempengaruhi itu jika asupan energi berlebih tanpa

kualitas masyarakat di masa diimbangi aktivitas fisik yang

mendatang, sehingga perlu dicari seimbang maka seseorang remaja

informasi mengenai masalah gizi mudah mengalami gizi lebih (Soegih,

pada remaja, khususnya siswa/siswi 2009). Faktor utama penyebab gizi

SMA tentang faktor risiko penyebab lebih adalah aktivitas fisik yang

gizi lebih agar faktor risiko tersebut kurang, perubahan gaya hidup, serta

dapat diidentifikasi sedini mungkin pola makan yang salah diantaranya

dan ditanggulangi dengan baik pola makan tinggi lemak dan rendah

(Almatsier, 2002). serat. Berdasarkan penelitian Hanley

et al (2002) pada masyarakat


Gizi lebih dapat disebabkan
Kanada menemukan bahwa remaja
beberapa faktor risiko yaitu faktor
10-19 tahun yang menonton televisi
genetik, psikologis, aktivitas fisik,
> 5 jam per hari, secara signifikan
konsumsi energi yang berlebihan,
lebih berpeluang mengalami gizi
pengetahuan tentang gizi, faktor
lebih dibandingkan dengan remaja
lingkungan, jenis kelamin, tingkat
yang hanya menonton televisi < 5
sosial ekonomi dan tingkat
jam per hari.
pendidikan orang tua. Gizi lebih

merupakan refleksi Berdasarkan latar belakang di atas,

ketidakseimbangan antara konsumsi maka peneliti penting untuk meneliti


 
“Perbedaan Aktivitas Fisik Pada (15%) dibandingankan siswi yang

Remaja Putri Berstatus Gizi Normal menggunakan kendaraan bermotor.

Dan Berstatus Gizi Lebih Di SMA


Gizi lebih dalam istilah awam
Batik 1 Surakarta“ dari hasil survey
lebih dikenal sebagai kegemukan
pendahuluan yang dilakukan pada
merupakan status gizi tidak
bulan Novembar 2013 didapat
seimbang akibat asupan gizi yang
prevalensi kejadian gizi lebih pada
berlebihan sehingga menghasilkan
siswi SMA Batik 1 Surakarta sebesar
ketidakseimbangan energi antara
32% dan yang berstatus gizi normal
konsumsi makanan dan pengeluaran
sebesar 64% sedangkan untuk gizi
energi yang dapat menyebabkan
kurang sebesar 4%. Dari penelitian
gangguan kesehatan. Kelebihan
sebelumnya yang dilakukan oleh
berat badan terdiri dari gizi lebih
Yuni pada bulan Juni 2013,
dan obesitas, yang merupakan
didapatkan prevalensi siswi SMA
akibat dari kelebihan asupan energi
Batik 1 Surakarta berstatus gizi
dibandingkan dengan energi yang
normal sebesar 42% dan yang
digunakan. Gizi lebih adalah
berstatus gizi lebih sebesar 34%.
keadaan dengan kelebihan berat
Selain itu kegiatan belajar dan
badan melebihi dari rata-rata,
ekstrakurikuler di SMA Batik 1 Selain
sedangkan obesitas merupakan
itu kegiatan belajar dan
kelebihan berat badan akibat
ekstrakurikuler di SMA Batik 1
terdapatnya penimbunan lemak
Surakarta yang cukup padat,
yang berlebihan dari pada yang
sedikitnya siswi yang menggunakan
diperlukan tubuh (Pudjiadi,1987).
sepeda untuk pergi ke sekolah
Terdapat beberapa

pengertian dari beberapa ahli


 
mengenai aktivitas fisik diantaranya Menurut Notoatmodjo (2005),

menurut (Almatsier, 2003) aktivitas populasi merupakan keseluruhan

fisik ialah gerakan fisik yang objek penelitian atau objek yang

dilakukan oleh otot tubuh dan sistem diteliti. Populasi yang digunakan

penunjangnya. Aktivitas fisik adalah dalam penelitian ini adalah seluruh

setiap gerakan tubuh yang siswi kelas II yang berjumlah 189

dihasilkan oleh otot rangka yang siswi SMA Batik 1 Surakarta.

memerlukan pengeluaran energi.


Besar sampel minimal yang

Menurun dan rendahnya diperlukan untuk pengujian dua sisi

tingkat aktivitas fisik dipercaya diperoleh dengan rumus

sebagai salah satu hal yang (Lemeshow, 1997) sebesar 54

menyebabkan gizi lebih. Tren subjek dengan jumalh 27 subjek

kesehatan terkini juga menunjukkan berstatus gizi normal dan 27

prevalensi gizi lebih meningkat berstatus gizi lebih.Teknik sampling

bersamaan dengan meningkatnya yang digunakan dalam penelitian ini

perilaku sedentary dan Propotional Random Sampling.

berkurangnya aktivitas fisik (WHO, Pengambilan subyek secara

2000). proporsi dilakukan dengan

mengambil subyek dari setiap strata


METODE
atau setiap wilayahditentukan
Penelitian ini menggunakan seimbang dengan banyaknya
penelitian observasional dengan subyek dalam masing-masing strata
pendekatan cross sectional.
atau kelompok (Arikunto, 2006).
Pengambilan datanya di lakukan Besar atau jumlah pembagian
dalam waktu yang bersamaan. sampel untuk masing-masing


 
kelompok dengan mengunakan Hasil analisis statistik

rumus menurut Sugiyono (2007). dengan mnggunakan uji

Independent T-test
Analisa univariat yang

dilakukan pada data berupa variabel pada uji perbedaan aktivitas

tunggal dalam bentuk frekuensi dan fisik terhadap staus gizi sisiwi yang

presentasenya antara lain: data normal dan gizi lebih adalah nilai (p

aktivitas fisik dan status gizi. Analisis = .034). Berdasarkan data tersebut

data yang digunakan untuk dapat diketahui bahwa ada

pengujian hipotesis dengan. perbedaan perbedaan status gizi

pada remaja puteri berstatus gizi


Melakukan uji normalitas
normal dan berstatus gizi lebih
terlebih dahulu dengan
berdasarkan aktivitas fisik di SMA
menggunakan uji Kolmogorov
Batik 1 Surakarta. Hal tersebut
Smirnov. Setelah melakukan uji
sesuai dnegan pernyataan dari
normalitas, data pada penelitian
WHO (2000), Gizi lebih terjadi
terdistribisi normal sehingga
karena tidak adanya keseimbangan
menggunakan Independent T-test.
energi, di mana energi intake jauh
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih besar dibandingkan energi

Berdasarkan perhitungan expenditure atau energi yang

diketahui bahwa ada kecenderungan terpakai dalam aktivitas fisik. Energy

bahwa subjek yang mempunyai intake ialah energi yang dikonsumsi

aktivitas fisik sedang dan berat sebagai makanan dan minuman

memiliki status gizi normal, dapat yang dapat dimatabolisme dalam

dilihat dari presentasi sebanyak tubuh.

71.43% dan 81.82%.


 
Aktivitas fisik yang paling digunakan untuk melakukan aktivitas

menonjol dan pasti dilakukan di fisik.

setiap hari adalah menonton TV 3-


Berkurangnya aktivitas fisik
7jam. Hal tersebut sering dilakukan
pada akhirnya akan berakibat
setelah jam 19.00 hingga mereka
menurunkan energi yang digunakan
akan tidur. Penelitian Reilly et al,
(energy expenditure). Menonton
(2005), secara keseluruhan anak
televisi juga sangat berkaitan erat
yang menonton televisi lebih dari
dengan kebiasaan makan makanan
delapan jam seminggu memiliki
ringan (snacking) yang akan
kemungkinan menjadi gizi lebih 1,55
memberikan asupan energi yang
kali lebih besar dibandingkan 12
tinggi pada anak.
anak yang menonton televisi kurang
Ketidakseimbangan neraca energi
dari depalan jam perminggu (Reilly
inilah yang menyebabkan obesitas
et al, 2005). Dijelaskan lebih lanjut,
(Reilly et al, 2005). Penelitian
menonton televisi merupakan salah
tersebut menyebutkan bahwa,
satu bentuk bermain pasif yang
aktivitas tidur menjadi salah satu
membuat anak merasa bahagia dan
aktivitas yang harus disoroti.
senang. Kesenangan ini tidak
Terdapat hubungan yang erat antara
selamanya berdampak positif bila
jumlah waktu tidur anak dengan
dilakukan secara berlebihan.
kejadian gizi lebih. Selain itu,
Menonton televisi berisiko
pendapat yang sama pada penelitian
menyebabkan gizi lebih karena
yang dilakukan tahun 1960-2000
aktivitas fisik ini telah mengambil
menyebutkan, kejadian kegemukan
waktu anak yang seharusnya bisa
meningkat dua kali lipat terjadi pada


 
mereka yang memiliki kelebihan Menurun dan rendahnya

tidur 1 hingga 2 jam (Boyles 2005). tingkat aktivitas fisik dipercaya

sebagai salah satu hal yang


Purwanti (2002) yang
menyebabkan gizi lebih. Tren
menunjukkan bahwa ada beberapa
kesehatan terkini juga menunjukkan
faktor utama yang menyebabkan
prevalensi gizi lebih meningkat
kelebihan berat badan atau
bersamaan dengan meningkatnya
overweight, yaitu faktor gentik atau
perilaku sedentary dan
faktor keturunan yang berasal dari
berkurangnya aktivitas fisik (WHO
orang tua, jika kedua orang tuanya
2000).
menderita kegemukan sekitar 80%

anaknya akan menjadi gemuk, bila Penurunan pengeluaran

salah satu yang mengalami energi sehari-hari tanpa penurunan

kegemukan kejadiannya menjadi bersamaan dalam konsumsi energi

40% dan jika keduanya tidak total merupakan faktor yang

mengalami kegemukan maka mendasari dalam peningkatan gizi

prevalensinya turun menjadi 14%. lebih. Pemeriksaan terakhir dari

Faktor psikologis, emosi seseorang Department of Education’s Early

dapat mempengaruhi perilaku Childhood Longitudinal Survey

seperti stres, cemas dan takut dapat (ECLS-K) menemukan bahwa

menimbulkan sikap yang berbeda- peningkatan satu jam dalam

beda pada setiap orang dalam kegiatan aktivitas fisik per minggu

mengatasinya misalnya dengan menghasilkan penurunan 0,31

makan makanan kesukaan secara (sekitar 1,8%) dalam indeks massa

berlebih. tubuh pada anak perempuan gizi

lebih, sedangkan ada penurunan


 
yang lebih kecil untuk anak laki-laki. Saran

Studi ini menyimpulkan bahwa


1. Perlu adanya bimbingan dari
memperbanyak kegiatan aktivitas
pihak orang tua dan guru
fisik (olah raga) di sekolah sampai
terhadap remaja putri yang
setidaknya lima jam per minggu
memiliki ketidakpuasan terhadap
dapat mengurangi 9,8-5,6% anak
bentuk tubuhnya, yaitu mengenai
perempuan yang gizi lebih (Health &
persepsi, sikap dan behavioral
Human Services 2011).
tetapi khususnya dalam hal

KESIMPULAN DAN SARAN perilaku makan sehingga tidak

menimbulkan masalah gizi.


Kesimpulan
2. Perlu adanya penyuluhan
1. Remaja putri yang mempunyai mengenai status gizi pada
aktivitas fisik sedang dan berat remaja putri agar pengetahuan
memiliki status gizi normal, dapat remaja putri mengenai status gizi
dilihat dari presentasi sebanyak meningkat.
71.43% dan 81.82%.
DAFTAR PUSTAKA
2. Ada perbedaan perbedaan

status gizi pada remaja puteri _______. 2012. Laporan


Rekapitulasi Hasil Penjaringan
berstatus gizi normal dan Kesehatan Peserta Didik
Institusi Pendidikan Tingkat
berstatus gizi lebih berdasarkan SMA/MA. Rekapitulasi
Laporan Program Kesehatan
aktivitas fisik di SMA Bati 1 Remaja Tahun 2011

Surakarta. Alimul, A. 2003. Riset Keperawatan


& Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika

Almatsier, Sunita. 2002. Pinsip


Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama


 
Arisman, MB. 2004. Buku Ajar Ilmu Canadian Community:
Gizi, Gizi Dalam Daur Prevalence and Associated
Kehidupan Edisi 2. Jakarta : Factors. American Journal of
Buku Kedokteran EGC Clinical Nutrition, 71 (3) : 693-
700.
Bredbenner et al. 2009. Wardlaw’s http://ajcn.nutrition.org/content/
Perspective in Nutrition. USA: 71/3/693.full.pdf+html [16
McGrwHill November 2013]

Boyles S. 2005. Less sleep could Hardinsyah & D. Martianto. 1989.


mean more weight. Menaksir Kecukupan Energi
http://www.webmd.com/diet/ne dan Protein serta Penilaian
ws/20050110/less-sleep-could- Mutu Gizi Konsumsi Pangan.
mean-more -weight [16 Jurusan Gizi Masyarakat dan
November 2013] Sumber Daya Keluarga,
Institut Pertanian Bogor,
Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Wirasari, Jakarta
Nasional 2004. Jakarta
Health & Human Services. 2001.
Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan Childhood obesity.
Dasar (Riskesdas) 2010 http://aspe.hhs.gov/health/
Pedoman Pewawancara reports/child_obesity/ [16
Petugas Pengumpul Data. November 2013]
Badan Litbangkes. Jakarta
Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B.
Departemen Gizi dan Kesehatan 2009. Obesitas Pada Anak.
Masyarakat. 2007. Gizi dan Surabaya: Divisi Nutrisi dan
Kesehatan Masyarakat edisi Penyakit Metabolik, Ilmu
revisi. Jakarta: Rajagrafindo Kesehatan Anak, Fakultas
Persada Kedokteran Unair

Elita, Dewistanti. 2003. Identifikasi Hidayati, S., Irwan, R. dan Hidayat,


Faktor-faktor Masyarakat B. 2010. Obesitas pada Anak.
Dalam Pengelolaan Prasarana (Online),
Air bersih sistem Komunal (http://www.pediatrik.com/bulet
(Studi Kasus :Permukiman- in/0622411 3652-048qwc.pdf
permukiman Wilayah [16 November 2013]
Bandung). Tugas Akhir.
Departemen Teknik Planologi Hudha, L. 2006. Hubungan antara
ITB Pola Makan dan Aktivita Fisik
dengan Obesitas. Skripsi tidak
Gunarsa, Singgih D. & Nya. Y. diterbitkan. Semarang
Singgih D. Gunarsa. 2001. Universitas Negeri Semarang
Psikologi Praktis : Anak
Remaja dan Keluarga. Jakarta Hurlock. E. (1999). Psikologi
: BPK Gunung Mulia Perkembangan. Jakarta:
Erlangga
Hanley A.J., et al,. 2000. Overweight Indonesia. Jakarta
Among Children and
Adolescents in a Native


 
Karim, Faizati. 2002. Panduan [RISKESDAS] Riset Kesehatan
Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Dasar. 2010. Jakarta: Badan
Kesehatan. Penelitian dan Pengembangan
Jakarta: Tim Departemen Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kesehatan RI

Khomsan, A. 2004. Pengantar Roesli. 2000. Mengenal ASI Exklusif.


Pangan Dan Gizi. Depok: Jakarta : Pustaka
Penebar swadaya Pengembangan Swadaya
Nusantara
Lemeshow, Hosmer dan Klar. 1997.
Besar Sampel dalam Santrock JW. 2001. Life Span
Penelitian Kesehatan. Development .Boston: Mac
Yogyakarta: Gajah Mada Graw Hill Companies
University Press
Sarwono SW. 2001. Psikologi
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Remaja. Jakarta: Rajawali
Penelitian Kesehatan. Edisi Press
Revisi. Jakarta : PT.Rineka
Cipta Soegih, Rachmad., Kunkun. 2009.
Nurmalina, Rina. 2010. Pencegahan Obesitas Permasalahan dan
& Manajemen Obesitas. Terapi Praktis. Jakarta:
Bandung :Elex Media Sagung Seto
Komputindo
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penelitian. Bandung: Alfabeta
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Suhardjo. 1986. Berbagai Cara
Jakarta : Salemba Medika Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi
Aksara
Omran AR, Al-Hafez G. 2001. Health
Education for Adolescent Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi
Boys. Istanbul: WHO Library Untuk Kesehatan Ibu Dan
Cataloguing in Publication Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Data.
Supariasa, Bakri, B., dan Fajar, I.
Pudjiadi, S. 1987. Ilmu Gizi Klinis 2001. Penilaian Status Gizi.
Pada Anak. Jakarta: Fakultas Jakarta: EGC
Kedokteran Universita
Indonesia Waryana. 2010. Gizi Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
Reilly et al. 2005. The Avon
Longitudinal Study of Parents WHO. 2000. Obesity: Prevalensi
and Children Study Team. And Managing The Global
2005. Early life risk factor for Epidemic. WHO. Geneva
obesity in childhood: cohort
study. British Medical Journal Widhayanti, Retno E. 2009. Efek
(330):1357 Pendidikan Gizi Terhadap
Perubahan Konsumsi Energi
dan Indeks Massa Tubuh pada

10 
 
remaja kelebihan berat
badan.UNDIP. Semarang
 

11 
 

Anda mungkin juga menyukai