KIMIA KLINIK II
Oleh :
Kelas :A
Semester : IV (empat)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan atas kesehatan yang
diberikan baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Kimia Klinik II dengan
judul “Pemeriksaan Penanda Cidera Jantung (Cardiac Marker)”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, dan sepenuhnya masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik. Dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucap terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen pengampu mata Kimia Klinik II, ibu Dwi Purbayanti, S.T., M.Si yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat, terima kasih.
Penyusun
Ketti Anggreni
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung adalah sebuah organ berongga dan berotot yang memompa darah
lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Penyakit jantung
merupakan suatu kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya dengan baik. Penyakit jantung dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan darah atau serum. Pemeriksaan kimia darah atau serum melihat
adan tidaknya peningkatan kadar (> normal) enzim spesifik yang hanya
diproduksi dalam sel jantung.
4
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kematian sel miokardium akibat
terlepasnya plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner yang mencetuskan
terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan spasme koroner.
Diagnosis IMA dapat dilakukan dengan cara: anamnesis, abnormalitas
Elektrokardiogram (EKG), peningkatan Creatinin Kinase Myocardial Band
(CKMB), dan cardiac specific troponin (cTn)T. Diagnosis IMA dapat ditegakkan
jika terdapat minimal dua dari tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
anamnesis, abnormalitas EKG, dan peningkatan aktivitas enzim jantung. Di
bawah ini akan kita bahas tentang enzim-enzim yang spesifiknya diproduksi
dalam sel jantung.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Peningkatan nilai CK :
Dapat ditemukan dalam berbagai kelainan otot jantung dan otot rangka
lainnya. Bervariasi dengan massa otot, bergantung pada jenis kelamin, ras,
tingkat kondisi fisik dan usia. Juga ditemukan pada gangguan sistem saraf
pusat seperti penyskit serebrovaskuler, kejang, degenerasi saraf, dan syok
sistem saraf pusat serta meningkat juga pada orang dengan kondisi alkoholik
dan pengguna obat statin.
6
Fungsi Pemeriksaan :
Tes CK digunakan karena paling sensitif untuk cidera otot ( otot jantung
dan otot rangka)
Tes sebagai indikator sensitif IMA dan distrofi otot, terutama tipr
Duchenne (hingga 50-100x nilai batas atas normal)
Tes CK total merupakan indikator yang sensitif namun tidak spesifik.
Enzim CK-MB
Selama lebih dari 20 tahun, standard emas untuk mendeteksi IMA adalah
pengukuran creatine kinase isoenzyme MB (CK-MB) dalam serum.7,8
Peningkatan maupun penurunan CK-MB serial sangat berkaitan dengan IMA.8,9
Tetapi petanda enzim ini tidak kardiospesifik, dapat meningkat pada trauma otot,
tidak cukup sensitif untuk memprediksi IMA pada 0-4 jam setelah nyeri dada dan
tidak mendeteksi jejas pada pasien dengan onset IMA yang lama. Di samping itu
CK-MB juga tidak bisa mendeteksi adanya jejas miokard yang kecil, yang
berisiko tinggi untuk IMA dan kematian jantung mendadak. Keterbatasan CK-
MB membuat petanda biokimia yang banyak diteliti dan lebih disukai untuk
mendeteksi adanya kerusakan otot jantung adalah troponin jantung (T atau I).
Troponin jantung hampir spesifik absolut terhadap jaringan miokard dan
mempunyai sensitivitas yang tinggi, bahkan dapat menunjukkan adanya nekrosis
miokard yang kecil (microscopic zone). Penelitian menunjukkan bahwa pada
7
pasien dengan IMA non-Q atau ATS, troponin serum dapat digunakan untuk
stratifikasi risiko mortalitas dan kejadian kardiak jangka pendek dan jangka lama.
Penggunaan TnI/ TnT belum dipakai secara rutin di rumah sakit di Indonesia.
Pemeriksaan
A. Laktat Dehidroginase (LDH)
Metode : SFBC
Prinsip : dalam suasana netral LDH mengkatalisis reaksi piruvat
dalam NADH menjadi laktat dan NAD+.Aktivitas kataliktik LDH
ditentukan dengan mengukur penurunan absorban NADH pada
panjang gelombang 340 nm.
Alat dan Bahan :
1. Fotometer Clinicon 4010, Microlab 300
2. Clinipette 20 µL dan 1000 µL
8
3. Tabung khan
4. Tip (kuning dan biru)
5. Tissue
1. Sampel (serum)
2. Pereaksi LDH, terdiri dari :
a. Buffer fosfat pH 7.5 50 mmol/L
b. Natrium piruvat 0.6 mmol/L
c. NADH 0.06 mmol/L
Cara kerja :
Troponin adalah suatu protein regulator yang terdapat pada filamen tipis
aparatus kontraktil otot bergaris. Terdiri dari 3 subunit, yaitu troponin T (39
kDa), troponin I (26 kDa), dan troponin C (18 kDa).15 Tiap-tiap komponen
troponin memainkan fungsi yang khusus. Troponin C mengikat Ca2+ , troponin I
menghambat aktivitas ATPase aktomiosin dan troponin T mengatur ikatan
troponin pada tropomiosin. Setiap subunit troponin mempunyai berbagai isoform
9
tergantung pada tipe otot dan dikode oleh sebuah gen yang berbeda. Isoform
yang spesifik kardiak dan otot bergaris diekspresikan pada otot jantung dan otot
bergaris pada dewasa. Struktur asam amino troponin T dan I yang ditemukan
pada otot jantung berbeda dengan struktur troponin pada otot skeletal, sedangkan
struktur troponin C pada otot jantung dan skeletal identik. Kemampuan untuk
mengukur protein kontraktil (troponin) adalah tonggak sejarah dalam diagnosis
jejas miokard. Saat ini troponin (T atau I) adalah petanda biokimia yang lebih
dipilih untuk jejas miokard. Troponin memperbaiki CKMB dalam spesifisitas,
sensitivitas dan lebih lamanya time window untuk mendeteksi kejadian kardiak.
10
dalam sirkulasi merupakan pertanda yang sangat sensitif dan spesifik bila
terdapat kerusakan sel miokard.
Pada IMA TnT dalam serum mulai meningkat dalam 1 minggu sampai 10
jam (median 4 jam) setelah serangan IMA dan pada beberapa penderita kenaikan
kadar ini dapat berlangsung lebih dari 3 minggu. Katus dkk, mendapat 5% dari
penderita IMA menunjukan kadar Tnt terjadi 3 jam setelah serangan IMA dan
peningkatan kadar TnT ini bertahan sampai lebih 130 jam.Murray pada
penelitiannya mendapatkan bahwa TNT dapat di deteksi 3 – 4 jam setelah
kerusakan miokard dan kadar TnT tetap meningkat dalam serum, 1 sampai 2
minggu.Karena peningkatan kadar IMA terjadi pada waktu yang cukup cepat dan
peningkatan ini berlangsung cukup lama maka pemeriksaan kadar TnT
merupakan metode yang sensitif dan spesifik untuk diagnosis dini IMA dan juga
untuk diagnosis IMA pada penderita yang tidak di periksa pada waktu permulaan
IMA.
11
gelombang 405 nm,pemeriksaan TnT Elisa menggunakan alat Automotik
Elisa Analyzer ES 33.
Setelah alat dinyalakan masukkan selang – selang yang tersedia
kedalam tabung – tabung yang berisi reagensi menurut urutan yang
ditunjukan pada layar monitor. Pipet masing – masing 200 uL 6 standar, 2
kontrol Tnt dan sampel yang akan di periksa masing – masing ke dalam
tabung streptavidin. Selanjutnya alat akan bekerja secara otomatis sampai
didapatkan hasil pada kertas printer berupa kadar TnT dalam satuan
ng/mL. Lamanya waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan TnT secara
Elisa ini minimal 2 jam.
Pemeriksaan secara Kualitatif Secara Imuno Assay TnTRA
Troponin T RA dilakukan dengan metode Elisa cara dry Chemistry,
berdasarkan prinsip sandwich dan hasil dinyatakan secara kualitatif. Pada
Trop- T RA terdapat dua monoclonal anti bodi spesifik yang berbeda
label. Satu di antaranya berlabel emas dan yang lainnya berlabel biotin.
Bila terdapat TnT dalam plasma akan berkaitan dengan kedua jenis
monoklonal antibody tersebut membentuk kompleks sandwich. Kompleks
sandwich itu akan melalui zona deteksi di mana biotin pada kompleks
sandwich berikatan dengan sreptavidin yang terdapat pada garis signal
dan tabel emas pada kompleks sandwich akan membentuk garis yang
berwarna merah. Antibody berlabel emas yang berlebih akan berkaitan
dengan TnT sintetik yang terdapat pada garis kontrol dan memberikan
warna merah. Ini membuktikan bahwa pemeriksaan berjalan baik.
Prosedur pemeriksaan troponin T RA adalah ke dalam sumur
sampel kit yang di letakan mendatar, lalu diteteskan darah Na2EDTA
sebanyak 150 uL dengan pipet yang telah disediakan pada kit. Kemudian
di tutup dengan stiker yang telah tersedia pula. Setelah 20 menit hasil
pemeriksaan di baca. Adanya garis merah pada zona deteksi baik jelas
maupun samar dinyatakan positif. Keabsahan dari pemeriksaan di tandai
dengan adanya garis kontrol yang berwarna merah. Batas nilai ambang
12
minimal untuk deteksi TnT menggunakan Troponin T RA adalah kadar
TnT 0,3 ng.
Faktor Mempengaruhi Temuan
Obat narkotik dan injeksi IM dapat meningkatkan kadar
Hemolisis sampel dapat meningkatkan kadar
Penyimpanan sampel pada keadan beku dapat menurunkan kadar.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
LDH didapatkan pada semua sel yang bermetabolisme, dan jika sel rusak maka
ditemukan peningkatan kadar LDH dalam serum. LDH serum total tidak spesifik
terhadap suatu jaringan. Yang spesifik terhadap jaringan tertentu adalah
isoenzimnya
14
3.2 Daftar Pustaka
1. Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi.
Edisi 7; ali Bahasa, Brahm U, Pendt ;editor Bahasa Indonesia, Huriawati
Hartanto, Nurwany Darmaniah, Nanda Wulandari.-ed.7-Jakarta: EGC.
2. Delima et, al 2009. Bul. Penilitian. Kesehatan., Vol.37, No.3. journal
Prevalensi Dan Faktor Determinan Penyakit Jantung Di Indonesia.
3. Fathoni M. Penyakit Jantung Koroner. Surakarta : Universitas Sebelas
maret press.2011.
4. Alwi I., 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST, dalam: Buku Ajar
Ilmu Pengetahuan Penyakit Dalam Jilid II. Sudoyo A. W, Setryohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing pp.
1741- 1754.
15