OLEH:
MUHAMMAD TAUFIK
0402010664
LW 3.7
Persekutuan Firma adalah asosiasi antara dua atau lebih individu/badan usaha sebagai
pemilik untuk menjalankan perusahaan dengan tujuan mendapatkan laba. Firma (dari bahasa
Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan dagang antara beberapa
perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan
usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemiliki firma terdiri dari
beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan
pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Ciri-ciri firma:
Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan harta pribadi.
Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang lainnya.
Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
Pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.
Mudah memperoleh kredit usaha.
Cara mendirikan
Dengan akta otentik, apabila tidak memakai akta otentik maka firma tersebut tidak mengkhususkan
lapangan usahanya, jadi bergerak disemua bidang. Selain itu jangka waktunya tidak terbatas dan
tidak ada sekutu yang dikecualikan (lihat pasal 22 KUHD)
Pengurusan
Ada yang ditunjuk dalam Anggaran Dasar dan ada yang tidak didasarkan pada pengangkatan.
Tanggung jawab
Secara bersama-sama, tidak ditentukan berapa besar atau kecilnya, yang pasti harus membayar
sesuai dengan tanggungan firma tersebut.
Secara proporsional, dibagi secara proporsional sesuai dengan inbreng.
Secara tanggung menanggung, dibagi menjadi sama atau pukul rata.
SIFAT FIRMA
a. Umur terbatas
e. Perwakilan bersama.
f.
JENIS FIRMA
Firma Dagang dan Non Dagang.
Firma yang kegiatan utamanya adalah membeli dan menjual barang dagangan disebut dengan
Firma Dagang.
Firma umum adalah firma dimana semua sekutu boleh bertindak secara umum atas nama
perusahaan dan masing-masing sekutu dapat bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban
perusahaan.
1. Modal sekutu
2. Prive
• Secara merata.
• Bunga diberikan atas modal sekutu, sisanya diberikan sesuai dengan rasio tertentu.
• Gaji atau bonus diberikan atas jasa para sekutu, sisanya diberikan sesuai dengan rasio
tertentu.
• Bunga diberikan atas modal sekutu, gaji diberikan untuk jasa sekutu, dan sisanya dibagi
dengan rasio tertentu.
Pembubaran Firma
Pembubaran persekutuan firma adalah reorganisasi perusahaan sebagai suatu unit usaha yang
baru.
Likuidasi Firma
Likuidasi firma adalah keseluruhan proses yang mencakup pencairan sebagian atau seluruh aktiva
menjadi kas, penyelesaian dengan kreditor dan pembagian sisa aktiva kepada anggota firma.
Pencairan aktiva menjadi kas disebut realisasi, sedangkan pembayaran atas klaim disebut
dengan likuidasi.
Proses Pendirian
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama bersama.
Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang dipakai
untuk berdagang bersama-sama. Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata,
maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan
firma harus didirikan dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada
pihak ketiga bila akta itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta
pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma
tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma
sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu
yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat
dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah terbatas pada
suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan cabang
khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk
menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Pada umumnya Persekutuan Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum
karena firma telah memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya berupa
pengesahan atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal
inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan
hukum.
Proses Pembubaran
Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652
KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHPerdata menyebutkan
bahwa ada 5 hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :
1. Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
2. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
3. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
4. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Sekutu
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu komplementer atau
Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan. Pasal 17 KUHD
menyebutkan bahwa dalam anggaran dasar harus ditegaskan apakah diantara para sekutu ada
yang tidak diperkenankan bertindak keluar untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang
untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat
tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.
Keuntungan
Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam Pasal 1633
sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian keuntungan dan kerugian
yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan diantara pada sekutu. Dalam hal cara pembagian
keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu, sebaiknya pembagian tersebut diatur di dalam
perjanjian pendirian persekutuan. Dengan batasan ketentuan tersebut tidak boleh memberikan
seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh
kerugian hanya ditanggung oleh salah satu sekutu saja. Penetapan pembagian keuntungan oleh
pihak ketiga tidak diperbolehkan.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian didasarkan
pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu yang memasukkan berupa
tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau benda yang paling
sedikit.
PERSEKUTUAN PERDATA
PENGERTIAN
Maatschap atau Persekutuan Perdata, adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki
profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama.
Maatschap sebenarnya adalah bentuk umum dari Firma dan Perseroan Komanditer (Comanditaire
Venotschap). Dimana sebenarnya aturan dari Maatschap, Firma dan CV pada dasarnya sama,
namun ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya.
Pada dasarnya pendirian suatu Maatschap dapat dilakukan untuk 2 tujuan, yaitu:
DASAR HUKUM
UNSUR-UNSUR
CARA MENDIRIKAN
Persekutuan Perdata didirikan atas dasar perjanjian dan tidak diharuskan secara tertulis,
sehingga perjanjiannya bersifat konsensual. (Ps. 1618 KUHPerdata)
Perjanjian mulai berlaku sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat yang
ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624 KUHPerdata).
SYARAT-SYARAT PENDIRIAN
1. Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu pekerjaan
bebas (profesi).
Misalnya: Asosiasi Akuntan, dokter, pengacara, dll. Dalam bentuk ini, asosiasinya tidak
menjalankan perusahaan tetapi mengutamakan anggotanya dan tidak menjadikan elemen modal
organisatorisnya sebagai unsur utama.
2. Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan dan terus
menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut dikatakan menjalankan
perusahaan.
contoh: kerja sama membeli barang bersama-sama kemudian dijual dengan mendapatkan
laba.
tidak secara tegas (tanpa perincian) dalam menentukan jenis barang serta besarnya uang
yang dimasukkan dalam persekutuan.
secara tegas ditentukan jemis baran serta besarnya uang yang dimasukkan dalam
persekutuan.
SIFAT PERSEKUTUAN PERDATA
Komersial
Tidak komersial
a. Statuter: sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur sekaligus bersama-
sama akta pendirian persekutuan perdata. Tidak dapat diberhentikan kecuali atas dasar alasan-
alasan berdasarkan hukum.
b. Mandater: sekutu yang mengurus persekutuan perdata yang diatur dengan akta
tersendiri (akta khusus)sesudah persekuruan perdata berdiri. Kedudukannya sama dengan
pemegang kuasa, sehingga sewaktu-waktu dapat dicabut.
orang luar yang dianggap cakap dan diangkat sebagai pengurus persekutuan perdata yang
ditetapkan dengan akta perjanjian khusus (pemberi kuasa) atau ditetapkan dalam akta pendirian
persekutuan perdata.
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
- sekutu yang hanya memasukan tenaga kerja dipersamakan dengan sekutu yang
memasukkan uang dengan jumlah terkecil.
TANGGUNGJAWAB SEKUTU
Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, maka sekutu ybs sajalah
yang bertanggungjawab atas perbuatan hukum yang dilakukannya tersebut, walaupun dia
mengatakan melakukannya untuk kepentingan persekutuan.
1. Perbuatan tersebut dapat mengikat sekutu lain apabila: (1) ada surat kuasa dari sekutu lain,
(2) hasil perbuatannya dinikmati oleh sekutu lain.
2. Apabila beberapa orang sekutu mengadakan hubungan dengan pihak ketiga, maka dapat
dipertanggungjawabkan secara merata walaupun pemasukan tidak sama. Kecuali secara tegas
ditetapkan imbangan tanggungjawab masing-masing sekutu.
3. Jika seorang sekutu mengadakan perjanjian atas nama persekutuan maka persekutuan
dapat menuntuk pelaksanaan perjanjian itu.
Bentuk Pertanggungjawaban
1. Ps 1131 KUHPerdata: segala bentuk kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tetap
baik yang sudah ada maupun yang akan ada merupakan jaminan bagi seluruh perikatan.
2. Ps 1132 KUHPerdata: harta benda tersebut merupakan jaminan bagi semua kreditornya, hasil
penjualan harta benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya
piutang masing-masing kreditor kecuali bila diantara para kreditor ada alasan-alasan yang sah
untuk didahulukan.
3) Musnahnya benda yang menjadi obyek persekutuan dan selesainya perbuatan yang menjadi
bentuk persekutuan.
4) Kematian salah satu sekutu, adanya pengampunan atau dinyatakan kepailitan terhadap
salah satu sekutu.
6) Selesainya perbuatan
KESIMPULAN
http://www.wikipedia.id.com
http://www.suhermanwordpress.com
http://www.surian.net