Anda di halaman 1dari 69

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring kemajuan ekonomi yang terus meningkat, berubah pula perilaku dan gaya

hidup yang dijalani masyarakat. Salah satu fenomena yang mengiringi kemajuan

masyarakat adalah munculnya penyakit diabetes mellitus (Ahira, 2011 dalam

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1.2012). Kemenkes

menginformasikan bahwa satu dari sepuluh penduduk diketahui mengidap pra-

diabetes. Ironisnya, mayoritas masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa

dirinya sudah terkena diabetes melitus (Kemenkes:2015). Koping adalah

perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi

tuntutan internal dan eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber

individu. Koping dapat adaptif (efektif) dan mal adaptif (in efektif) (Stuart dan

Sudden, 1995). Ketidakefektifan koping adalah ketidakmampuan untuk

membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respon yang

dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang

tersedia (Nanda, 2016). Komplikasi yang sering kali dialami oleh pasien diabetes

mellitus tidak hanya berdampak pada fisik namun juga psikologis, sosial dan

ekonomi. Dampak psikologis yang sering dialami yakni stres, penolakan terhadap

keadaan dirinya, cemas, mudah marah serta tidak menerima kenyataan, yang

mengakibatkan pasien mudah merasa putus asa. (Price & Wilson, 2006 dalam

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.2016). Diabetes

Mellitus adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup oleh

penderita dan keluarga. Tidak jarang kondisi ini menjadikan penderita dan

1
2

keluarga jatuh pada kondisi stress. Keluarga berusaha mengatasi dan beradaptasi

terhadap situasi tersebut, sakit pada anggota keluarga merupakan stress situasional

yang tidak diharpkan oleh keluarga yang dapat menyebabkan masalah kesehatan

pada keluarga sering disebut sebagai “Penyakit Keluarga” (Foreman 2001,dalam

Friedman 2010). Tidak semua keluarga memiliki koping yang efektif atau

kompeten dalam menghadapi masalah anggota keluarga dengan penyakit kronis.

(Nanda, 2012 Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol.2, 2013), menjelaskan masalah

penurunan koping keluarga sebagai ketidakadekuatan dan ketidakefektifan

keluarga membantu klien untuk mengelola dan menguasai tugas adaptif terkait

masalah kesehatan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang berhubungan

antara lain : sakit yang berlangsung lama dan menghabiskan kemampuan suportif

dari keluarga, kurangnya informasi pada keluarga, ketidakadekuatannya

pemahaman keluarga dan informasi yang tidak benar kepada keluarga tentang

masalah kesehatan yang dihadapi keluarga (Nanda,2012 dalam Jurnal Ilmu

Keperawatan, Vol.2, 2013)

Jumlah penderita DM (kencing manis) di Indonesia terus meningkat

menempati urutan ke empat terbesar di dunia setelah India, China, dan Amerika

Serikat (Hiswani, 2010). Penyakit DM dapat menyerang segala lapisan umur dan

sosio ekonomi (Hiswani, 2010). Data dari Departemen Kesehatan menunjukkan,

jumlah pasien DM rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati

urutan pertama. Penelitian mengatakan bahwa 30% penderita DM yang rutin

melakukan pengobatan merupakan jumlah dari 50% penderita yang sadar bahwa

dirinya mengidap diabetes (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1

No.1 2012). Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol.2, 2013 menunjukkan bahwa keluarga
3

yang menderita Diabetes Mellitus tipe-2 menunjukkan 70% keluarga hanya

memenuhi sebagian kebutuhan penderita Diabetes Mellitus, 80% keluarga tidak

mampu melaksanakan tindakan terapi yang tepat bagi penderita Diabetes Mellitus,

60% keluarga tidak mengetahui prinsip penyebab atau mendapat informasi yang

salah tentang Diabetes Mellitus, 60% keluarga mengetahui sumber dikomunitas

namun tidak menggunakan semuanya untuk menolong penderita Diabetes

Mellitus. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar keluarga

dengan anggota keluarga menderita Diabetes Mellitus tidak memiliki koping yang

kompeten. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa

Indonesia merupakan negara dengan penderita DM terbanyak keempat di dunia

setelah India, China dan Amerika Serikat, dengan perkiraan penderita DM

mencapai angka 21,3 juta orang pada 2030 (Go4healthylife, 2011 Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 2012). Di Jawa Timur sebanyak

721.398 penduduk dan di Jombang sebanyak 16490 orang menderita penyakit

Diabetes Mellitus (Dinkes Kab. Jombang, 2016).

Tabel 1.1 Data kunjungan penderita Diabetes Mellitus Non-insulin di Puskesmas


Bawangan Kecamatan Ploso Kabupaten jombang pada bulan Januari – Maret
2017.
No. Bulan Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
1. Januari 5 7 12
2. Februari 3 5 8
3. Maret 2 10 12

Dalam studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 11 April

2017 di Desa Kedungdowo Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang dari 10 orang

penderita Diabetes Mellitus saat dilakukan wawancara 7 orang mengatakan tidak

bisa menjalankan terapi diit Diabetes Mellitus dan 3 orang sudah mengerti tentang

diit Diabetes Mellitus. Masalah pada manajemen diri yang buruk dari penderita
4

ketika melakukan terapi obat akan memperburuk penyakit tersebut. Beberapa

studi menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM mengalami kesulitan

dalam mengelola pengobatan secara berkala seperti oral hipoglemik dan suntik

insulin (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 2012). Banyak

sikap yang dimiliki orang mengenai penyakit diabetes mellitus, jenisnya

tergantung berbagai faktor, diantaranya pengetahuan dan lingkungan klien tidak

tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus dan dia sendiri menderita penyakit

diabetes mellitus, sangat mungkin sekali individu tersebut berperilaku tidak sesuai

dengan seharusnya dilakukan. Sedangkan klien yang tahu tentang penyakit

diabetes dan dia sendiri menderita diabetes maka individu tersebut dengan

kemampuan sendiri atau dengan bantuan orang lain akan mencoba menata

kehidupannya sesuai dengan kliennya (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya Vol.1 No.1 2012).

Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik

yang membahayakan apabila tidak diobati. Akibat dari hiperglikemia dapat terjadi

komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan keadaan

hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama berkontribusi terhadap komplikasi

neuropatik. Diabetes mellitus juga dengan masalah penigkatan kejadian penyakit

makrovaskular seperti MCI (Myocard Infarct) dan stroke (Smeltzer & Bare, 2013

dalam Jurnal Universitas Andalas). Menurut WHO, penderita diabetes beresiko

mengalami kerusakan mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati.

Hal ini akan memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien. Perilaku tidak

patuh pada umumnya akan meningkatkan resiko yang terkait dengan masalah

kesehatan dan semakin memperburuk penyakit yang sedang diderita. Banyaknya


5

pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien

dalam menjalankan aturan pengobatan (Sarafino, 2010 Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya Vol.1 No.1 2012).

Sebenarnya Diabetes Mellitus dapat dicegah dengan mengendalikan faktor

resikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan

konsumsi minuman beralkohol. Oleh karena itu, upaya yang terbaik dengan

meningkatkan kepedulian keluarga dalam berperilaku sehat. Pemberian asuhan

keperawatan keluarga yang tepat sangatlah penting untuk mengatasi kasus ini.

Intervensi keperawatan keluarga yang tepat adalah dengan memperluas informasi

dan pengetahuan keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat

situasi yang ada untuk memutuskan mengambil tindakan yang tepat, membantu

keluarga memodifikasi lingkungan dalam perawatan, dan membantu

memanfatkan pelayanan kesehatan (Muhlisin, 2012). Oleh sebab itu penulis

tertarik untuk melaksanakan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan

keluarga pada salah satu Anggota Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Dengan

Masalah Ketidakefektifan Koping Keluarga”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi ini berfokus pada keluarga yang salah satu anggota

keluarganya menderita Diabetes Mellitus dengan masalah ketidakefektifan koping

Diit keluarga di Desa Kedungdowo Kecamatan Ploso.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Salah Satu Anggota

Keluarga Penderita Penyakit Diabetes Mellitus Dengan masalah Ketidakefektifan

Koping Diit Keluarga?


6

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah melaksanakan Asuhan

Keperawatan keluarga pada salah satu Anggota Keluarga Penderita Diabetes

Mellitus Dengan masalah Ketidakefektifan Koping Diit Keluarga.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada salah satu Anggota

Keluarga Penderita Diabetes Mellitus dengan masalah ketidakefektifan

koping diit keluarga.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan keluarga pada salah satu anggota

keluarga Penderita Diabetes Mellitus dengan masalah ketidakefektifan

koping diit keluarga.

3) Menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada salah satu Anggota

Keluarga Penderita Diabetes Mellitus dengan masalah ketidakefektifan

koping diit keluarga.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada salah satu Anggota

Keluarga Penderita Diabetes Mellitus dengan masalah ketidakefektifan

koping diit keluarga.

5) Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada salah satu Anggota

Keluarga Penderita Diabetes Mellitus dengan masalah ketidakefektifan

koping diit keluarga.

1.5 Manfaat

1.5.2 Manfaat Teoritis


7

Hasil studi kasus ini untuk pegembangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal Asuhan keperawatan keluarga pada salah satu

anggota keluarga penderita Diabetes Mellitus dengan masalah

ketidakefektifan koping diit keluarga.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Keluarga

Sebagai tambahan pengetahuan pada klien tentang Asuhan Keperawatan

keluarga pada salah satu Anggota Keluarga Penderita Penyakit Diabetes

Mellitus Dengan masalah Ketidakefektifan Koping Diit Keluarga.

2) Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi keperawatan dan masukan dalam pembuatan

kebijakan-kebijakan baru dalam menerapkan Keperawatan keluarga pada

salah satu Anggota Keluarga Penderita Penyakit Diabetes Mellitus Dengan

masalah Ketidakefektifan Koping Diit Keluarga.

3) Bagi Perawat

Meningkatkan ketrampilan bagi tenaga kesehatan dalam menangani

Keperawatan keluarga pada salah satu Anggota Keluarga Penderita

Penyakit Diabetes Mellitus Dengan masalah Ketidakefektifan Koping Diit

Keluarga.

4) Bagi Pelayanan Kesehatan

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam

Asuhan Keperawatan keluarga pada salah satu Anggota Keluarga

Penderita Penyakit Diabetes Mellitus Dengan masalah Ketidakefektifan

Koping Diit Keluarga.


8

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional dan sosial dari individu-individu yang da di dalmnya terlihat dari pola

interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama

( Friedman,1998 dalam Buku Asuhan Keperawatan Keluarga.2012 ).

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga

mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam intelerasi sosial, peran

dan yugas ( Allender dan Spradley,2001 dalam Buku Ajar Keperawatan

Keluarga.2012 ).

2.1.2 Tipe/Bentuk Keluarga

1) TRADISIONAL

a. The Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

bersama dalam satu rumah.

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak

yang sudah memisahkan diri.

d. The childless family


8
9

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.

e. The extended family

Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama

dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang

tua (kakek-nenek), keponakan

f. The single parent famili

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak,

hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan

ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota

bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)

j. Blended family
10

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

k. The single adult living alone/single adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

2) NON TRADISIONAL

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa nikah

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan

fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan

melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana ”marital pathners”

f. Cohabitating couple
11

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena

beberapa alasan tertentu

g. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang

lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.

h. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang

rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara

di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang

aslinya.

j. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen arena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian


12

tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya

(Buku Asuhan Keperawatan Keluarga.2012 ).

2.1.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) ; Setiawati & Dermawan (2005)

dalam Buku Konsep Keperawatan Kesehatan Keluarga (2012) :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan

respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap

anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana

cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

2) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan

sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,

memberikan batasan perilku yang boleh dan tidak boleh pada anak,

meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif

terhadap sosial dn bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan

dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui

hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam

masyarakat.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga

dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta

menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan


13

spiritual, dengan cara memlihara dan merawat anggota keluarga serta

mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber

dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan

keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

5) Fungsi Biologi

Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan

keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk

kelanjutan generasi selanjutnya.

6) Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

sayang dan rasa aman, meberikan perhatian diantara anggota keluarga,

membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan

identitas keluarga.

7) Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, ketrampilan, membetuk perilaku anak, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan

perkembangannya.
14

2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller (1985) ; Carter

& Mc Goldrick (1998) dalam Buku Konsep Keperawatan Kesehatan

Keluarga (2012) adalah :

1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan

yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan

yang saling memuaskan, membina hubungan dengan dengan orang lain

dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak ( anak tertua bayi sampai umur

30 bulan )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga

muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan

dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah ( anak tertua berumur 2-

6 tahun )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan

anggot keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang

baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,

mempertahankan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,

menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.


15

4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah ( anak tertua usia 6-13

tahun )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan

anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan

yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota

keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat

menyelesaikan tugas sekolah.

5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja ( anak tertua umur 13-20 tahun )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan

kebebasan degan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewsa dan

mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi

secara terbuka antara orang tu dan anak-anak, memberikan perhatian,

meberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan

komunikasi terbuka dua arah.

6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda ( mencangkup

anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat

melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui

hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan

dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan

kpmunikasi, memperluas hubungan keluarga anatara orang tua dengan

menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditingalkan.


16

7. Tahap VII. Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun )

Tahap perkembangan kaluarga pada tahap VII yaitu menyediakan

lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan

yang memuaskan dan penu arti para orang tua dan lansia, memperkokoh

hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang

akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap

menjaga komunikasi dengan anak-anak.

8. Tahap VIII, keluarga dalam mas pensiun dan lansia.

Tugas perkembangan keluarga tahap VIII yaitu mempertahankan

pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan

yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan

diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling

memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan

kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun,

mengasuh cucu.

2.1.5 Tugas keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan

keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan

etiologi / penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap

II bila ditemui dari maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang

dimaksud adalah :
17

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga

terhadap masalah yang dialami keluarga.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana

kaluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana

masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap

masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah

sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana

system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti

bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Ketidakmampuan kaluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya

hygine sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang

dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan

kaluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam

dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,

seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,

keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah


18

pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang

kurang baik yang dipersepsikan keluarga (Buku Asuhan Keperawatan

Keluarga.2012 ).

2.1.6 Tahapan Kesejahteraan Keluarga

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar

secara minimal yaitu : kebutuhan pengajaran agam, pangan, sandang, dan

kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau

lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.

b. Keluarga Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya

seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,

interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator keluarga sejahtera I :

a) Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut

b) Makan dua kali sehari atau lebih

c) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan

d) Lantai rumah bukan dari tanah

e) Kesehatan (anak sakit atau PUS ingin ber KB di baw saranan / petugas

kesehatan)

c. Keluarga Sejahtera II

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan

kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan


19

pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh

informasi

Indikator keluarga sejahtera II :

a) Indikator keluarga sejahtera ditambah

b) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut

agama masing-masing yang dianut.

c) Makan daging/telur/ikan sebagai lauk pauk paling kurang sekali

dalam seminggu

d) Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir

e) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2 perorang

f) Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat

melaksanakan fungsi masing-masing.

g) Keluarga yang berurmur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan

tetap

h) Bila membaca tulisan bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 sampai 60 tahun.

i) Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah

j) Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi

d. Keluarga Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial

psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan

sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya


20

belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam

kegiatan masyarakat

Indikator Keluarga Sehat III :

a) Indikato keluarga sehat II ditambah

b) Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah pengetahuan

agama

c) Keluarga mempunyai tabungan

d) Makan bersama paling kurang sekali sehari

e) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat

f) Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang 6 bulan

g) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah

e. Sejahtera III plus

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial

psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan

yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau

memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Indikator Keluarga Sehat III Plus :

a) Indikator keluarga sehat III ditambah

b) Memberikan sumbangan secara teratur ( waktu tertentu ) dan

sukarela dalam bentuk material masyarakat

c) Aktif sebagai pengurus yayasan / partai

2.1.7 Peran Perawat Keluarga

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga menurut

Muhlisin (2012) :
21

1) Pendidik

Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

agar keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan

Keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah

kesehatan.

2) Koordinator

Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar

pelayanan yang komprenhensive dapat tercapai. Koordinator

juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari

berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3) Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,

klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan

perawatan langsung.

4) Pengawas Kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan perawat melakukan kunjungan rumah

yang teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.

5) Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam

mengatasi masalah kesehatan.

6) Kolaborasi

Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau

anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan

yang optimal.
22

7) Fasilitator

Peran disini adalah membantu keluarga di dalam menghadapi

kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Kendala yang

sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan

pelayanan kesehatan; masalah ekonomi, dan sosial budaya.

Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka

perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan.

2.2 Konsep Diabetus Mellitis Secara Umum

2.2.1 Pengertian

Diabetus Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan kompikasi kronis mikrovaskular, dan

neuropati (Sudoyo dkk, 2009 dalam buku Asuhan Keperawatan Praktis

Jilid 1.2016).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah (Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit

Dalam.2012).

2.2.2 Klasifikasi

Diabetes Mellitus sendiri dari dua jenis yang masing-masing dapat

diobati dengan cara tersendiri, yaitu : diabetes yang tergantung pada


23

insulin ( IDDM atau Diabetes Tipe I ) dan diabetes yang tidak

tergantung pada insulin ( NIDDM atau diabetes tipe II ) , adapun

klasifikasi Diabetes Mellitus :

Tabel 2.1 Kasifikasi Diabetes Mellitus


I. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes Mellitus Tergatung Insulin (DMTI) artinya bila insulin tidak aktif
glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di
dalam pembuluh darah yang berarti kadarnya didalam darah akan meningkat.
Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak ada sumber energi di
dalam sel. (Pedoman Diabetes Mellitus Edisi 2, 2009)
II. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes Mellitus Tipe II ini terjadi akibat penurunan sensivitas terhadap
insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
III. Diabetes Mellitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta
- Kromosom 12, HNF-α (dahulu MODY 3)
- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
- Kromosom 20, HNF α (dahulu MODY 1)
- Kromosom 13, insulin promoter factor (IPF dahulu MODY
4)
- Kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5)
- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6) DNA
Mitokondria
- Lainnya
b. Defek genetic kerja insulin : resistensi insulin tipe A, I
eprecchaunisme, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes
lipoatropik, dll.
c. Penyakit Ensokrin Pankreas : pankreatitis, trauma /
pankreatomi, neoplasma, fibrosis klistik, hemokrematosis,
pankreatopati, dll.
d. Endikrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromosis,
hipertirodoisme, somatostatinoma, dll.
e. Karena Obat / Zat Kimia : vacor, pantimidin, asam
nikorinomat, hormon tiroid, diazoxid, dll.
f. Infeksi : rubella congenital, CMV, dll.
g. Imunologi (jarang) : sindrom “Stiffman”, antibody anti reseptor
insulin, dll.
h. Sindrom genetic lain : Sindrom Down, sindrom Klinefelter,
sindrom Wolffram’s ataksia Friedrich’s
IV. Diabetes Kehamilan
Adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Kasus ini sering disebut Diabetes
Gestastional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang
hamil yang sebelumnya tidak mengidap Diabetes (Buku Saku Diabetes pada
Kehamilan, 2014).
(ADA, 2009)
24

Perbedaan antara diabetes mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II

menurut Mirza Maulana, 2014 :

Tabel 2.2 Perbedaan Diabetes Mellitus tipe I dan II


Diabetes Mellitus Tipe I Diabetes Mellitus Tipe II
Penderit mengalmi sedikit insulin Pankreas tetap menghasilkan
atau sama sekali tidak insulin, kadang kadarnya lebih
menghasilkan insulin. tinggi dari normal. Tetapi tubuh
membentuk kekebalan terhadap
efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relative
Umumnya terjadi sebelum usia 30 Bisa terjadi pada anak-anak dan
tahun, yaitu anak-anak dan remaja dewasa, tetapi biasanya terjadi
setelah usia 30 tahun
Para ilmuwan percaya bahwa Faktor resiko untuk diabetes tipe
faktor lingkungan ( berupa infeksi II adalah obesitas di mana sekitar
virus atau faktor gizi pada masa 80 – 90% penderita mengalami
kanak – kanak atau dewasa awal ) obesitas.
menyebabkan sistem kekebalan
menghancurkan sel penghasil
insulin di pancreas. Untuk
terjadinya hal ini, diperlukan
kecenderungan genetik.
90 % sel penghasil insulin ( sel Diabetes mellitus tipe II juga
beta ) mengalami kerusakan cenderung diturunkan secara
permanen. Terjadi kekurangan genetik dalam keluarga.
insulin yang berat dan penderita
harus mendapatkan suntikan
penderita harus mendapatkan
suntikan insulin secara teratur.

2.2.3 Penyebab

Berikut ini dalah penyebab beberapa faktor yang mempengaruhi Diabtes

Mellitus :

a. Genetic atau faktor keturunan

b. Virus atau bakteri

c. Bahan toksin atau beracun

d. Nutrisi

e. Kadar Kortikosteroid yang tinggi


25

f. Kehamilan gestational

g. Obat – obatan yang merusak pancreas ( Maulana, 2014 )

Kriteria Diasnostik WHO untuk Diabetes Mellitus pada dewasa yang tidak hamil

pada sedikitnya dua kali pemeriksaan :

1. Gula darah sewaktu / random >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Gula darah puasa / nucher <140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Gula darah dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 g karbohidrat ( 2 jam post pandrial ) >200 mg/dl (11,1

mmol/L)

2.2.4 Tanda dan Gejala

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik.

Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia

(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu

makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4

minggu), mudah lelah.

Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau

seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu

hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan

bayi berat lahir lebih dari 4kg.

Gejala lain tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan

akibat kerja (Maulana, 2008; dalam buku Asuhan Keperawatan Praktis 2016).

Gejala lain yang biasanya muncul adalah :


26

1. Penglihatan kabur

2. Luka lama yang tak kunjung sembuh

3. Kaki terasa keras, geli, atau terbakar

4. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita

5. Impotensi pada pria

2.2.5 Komplikasi

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah :

1. Akut

a. Hipoglikemia dan hiperglikemia

b. Penyakit makrovaskular : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler)

c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembulu darah kecil, retinopati,

nefropati.

d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf

otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus

a. Neuropati diabetik

b. Retinopati diabetik

c. Nefropati diabetik

d. Proteinuria

e. Kelainan koroner

3. Ulkus/gangren

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain :


27

1) Grade 0 : Tidak ada luka

2) Grade I : Kerusakan hanya sampai permukaan kulit

3) Grade II : Kerusakan kulit mencpai otot tulang

4) Grade III : Terjadi abses

5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

2.2.6 Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar dalam upaya untuk mengurangi terjadinya kmplikasi vaskuler

serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai

kadar glukosa darah normal (hipoglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan

gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus di dalam Sutedjo (2010), yang meliputi

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup akan membangun kesadaran dan melakukan

tindakan yang tepat. Kunci sukses pengelolaan diabetes mellitus terdapat

pada pengendalian kadar gula darah dan komplikasinya secara terus-

menerus ketidaktahuan dan ketidakpatuhan akan hal ini menjadi penyebab

utama kefatalan.

b. Diet

Definisi istilah diet yang benar menurut Andry Hartono adalah pengaturan

jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap

sehat. Dari definisi diet tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa


28

diet diabetes adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan setiap hari guna

mengontrol kadar glukosa darah guna mencegah dan meperlambat

terjadinya komplikasi. Tujuan Diet Diabetes Mellitus adalah membantu

pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan

kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau

exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.

2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

3. Memberi cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal.

4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan

insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama

serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal.

c. Pengobatan dan Pemantauan

Obat diabetes mellitus terdiri dari 2 jenis, yaitu obat hipoglikemik oral

(OHO) atau antidiabetika oral (ADO) dan insulin. Bertujuan untuk

mempertahankan kadar gula darah puasa, maupun sesudah makan dalam

batas normal. Salah satu komponen penatalaksanaan adalah diet, diet

diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita

diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian

makanan (Sulistyowati, 2011).


29

2.2.6.1 Jumlah Makanan

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai

untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan

normal. Komposisi energi adalah 60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari

protein, 20–25 % dari lemak. Makanlah aneka ragam makanan yang

mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat

pengatur.

a) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak

dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti,

mie, kentang dan lain-lain.

b) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan

mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan,

tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan lain-lain.

c) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral.

Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes

mellitus menurut kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak.

Tabel 2.3. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi, Karbohidrat,
Protein dan Lemak
Jenis Diet Energi (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g)
I 1100 172 43 30
II 1300 192 45 35
III 1500 235 51,5 36,5
IV 1700 275 55,5 36,5
V 1900 299 60 48
VI 2100 319 62 53
VII 2300 369 73 59
VIII 2500 396 80 62

Keterangan:

- Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
30

- Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa

komplikasi.

- Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes

remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.

2.2.6.2 Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan

makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan

utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk

itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk

mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang

dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya

serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting

adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan

mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan

juga jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit

diabetes mellitus.

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang

tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:

a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus

adalah:

1) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi dan sagu.

2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu

skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.


31

3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara

dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk

penderita diabetes mellitus adalah:

1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa,

sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft

drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.

2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-

food), goreng-gorengan.

3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan

makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006).

2.2.6.3 Interval Makan Penderita Diabetes Mellitus

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol

kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula

darah mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka panjang,

keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh

karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering

tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil,

perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3

porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-

3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing (10-15 %).

Tabel 2.4. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 Kalori
Jenis Makanan Berat (gr) URT
Makan Pagi
Nasi/penukar 100 1 gls
32

Lauk hewani 50 1 ptg


Lauk nabati 25 ½ ptg
Sayuran A 100 1 gls
Buah 0 0 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 0 0 sdm
Jam 10.00
Buah 100 1 ptg
Makan Siang
Nasi/penukar 200 1 ½ gls
Lauk hewani 50 1 ptg
Lauk nabati 50 1 ptg
Sayuran B 100 1 gls
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 0 0 sdm
Jam 16.00
Buah 100 1 ptg
Makan Malam
Nasi/penukar 150 1 gls
Lauk hewani 50 1 ptg
Lauk nabati 25 ½ gls
Sayuran B 100 1 gls
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 0 0 sdm
Sumber : Depkes RI, 2009

Keterangan:

- Gls : gelas

- Sdm : sendok makan

- Ptg : potong

- Sdg : sedang

Nilai Gizi :

- Energi : 1912 kkal

- Protein : 60 g (12,5 % energi total)

- Lemak : 48 g (22,5 % energi total )

- Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total)

- Kolestrol : 303 mg
33

- Serat : 37 g (Pedoman Diet Diabetes Mellitus, 2009)

2.2.6.4. Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan

penukar II yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu

dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat

arang yang diberikan oleh rumah sakit. Setiap kelompok bahan makanan

mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Menurut ( Pedoman Diet

Diabetes Mellitus.2009 ) bahan makanan dikelompokkan menjadi 7 bagian

yaitu:

a. Golongan 1 : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat

1 Satuan Penukar = 175 kalori

4 gr protein

40 gr karbohidrat

Tabel 2.5. Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat


Bahan Makanan URT Berat (gr)

Nasi ½ gls 100

Nasi tim 1 gls 200


Bubur beras 2 gls 400
Nasi jagung ½ gls 100
Talas 1 bj bsr 200
Ubi 1 bj sdg 150
Roti putih 4 iris 80

b. Golongan 2 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani

1 Satuan Penukar = 95 kalori

10 gr protein
34

6 gr lemak

Tabel 2.6. Makanan Penukar dari Sumber Protein Hewani


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Daging sapi 1 ptg sdg 50
Daging ayam 1 ptg sdg 50
Telur ayam 2 btr 60
Ikan segar 1 ptg sdg 50
Udang basah 0 gls 50

c. Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Nabati

1 Satuan Penukar = 80 kalori

6 gr protein

3 gr lemak

8 gr karbohidrat

Tabel 2.7. Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati


Bahan Makanan URT Berat (gr)

Kacang hijau 20 sdm 25


Kacang kedele 20 sdm 25
Kacang merah 20 sdm 25

Oncom 2 ptg sdg 50


Tahu 1 bj bsr 100
Tempe 2 ptg sdg 50

d. Golongan 4 : Sayuran

1) Sayuran A

Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari

gambas (oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak,

selada dan tomat.

2) Sayuran B
35

1 Satuan Penukar ± 1 gls

(100 gr) = 25 kalori

1 gr protein

5 gr karbohidrat

Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis,

brokoli, genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong,

kangkung, kacang panjang, pare, rebung, papaya muda.

3) Sayuran C

1 Satuan Penukar ± 1 gls

(100 gr) = 50 kalori

3 gr protein

10 gr karbohidrat

Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun

melinjo, daun papaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas,

melinjo, nangka muda.

e. Golongan 5 : Buah-buahan

1 Satuan Penukar = 40 kalori

10 gr karbohidrat

Tabel 2.8. Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Alpukat 1 bh bsr 50
Apel 1 bh bsr 75
Belimbing 1 bh bsr 125
Duku 15 bh 75
Jambu air 2 bh sdg 100
Jambu biji 1 bh sdg 100
Jeruk manis 1 bh bsr 100
Mangga 1 bh sdg 50
Nanas 1/6 bh sdg 75
Papaya 1 ptg sdg 100
36

Pir 1 bh 100
Pisang ambon 1 bh sdg 75
Pisang raja 2 bh kcl 50
Semangka 1 ptg sdg 150
f. Golongan 6 : Susu

1 Satuan Penukar = 110 kalori

7 gr protein

9 gr karbohidrat

7 gr lemak

Tabel 2.9. Makanan Penukar dari Sumber Susu


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Susu sapi 1 gls 200
Susu kambing 1 gls 150
Susu kental manis 1 gls 100
Tepung susu skim 4 sdm 20
Yoghurt 1 gls 200
g. Golongan 7 : Minyak

1 Satuan Penukar = 45 kalori

5 gr lemak

Tabel 2.10. Makanan Penukar dari Sumber Minyak


Bahan Makanan URT Berat (gr)
Minyak goring 1 sdm 5
Minyak ikan 1 sdm 5
Margarin 1 sdm 5
Kelapa 1 ptg kcl 30
Kelapa parut 5 sdm 30
Lemak sapi 1 ptg kcl 5

Keterangan :

Bh = buah Gr = 9gram

Bj = biji Kcl = kecil

Btg = batang Ptg = potong

Btr = butir Sdg = sedang

Bsr = besar Sdm = sendok makan


37

Gls = gelas (240 ml) Sdt = sendok teh

(Pedoman Diet Diabetes Mellitus, 2009)

2.3 Koping keluarga

2.3.1 Pengertian Koping

Koping dapat dideskripsikan sebagai keberhasilan menghadapi atau

menangani masalah dan situasi. Strategi koping (mekanisme koping) adalah cara

berespons bawaan atau dapatan terhadap perubahan lingkungan atau masalah atau

situasi tertentu. Dua jenis strategi koping adalah koping yang berfokus pada

maslah dan koping yang berfokus pada emosi. Koping yang berfokus pada

masalah mengacu pada upaya memperbaiki situasi dengan membuat perubahan

dengan mengambil atau mengambil beberapa tindakan. Koping yang berfokus

pada emosi mencakup pikiran dan tindakan yang meredakan distress emosi.

Koping yang berfokus pada emosi tidak akan memperbaiki situasi, tetapi setelah

menggunakannya, individu sering kali merasa lebih baik (Buku Fundamental

Keperawatan volume 2 edisi 7, 2010).

Koping dapat adaptif (efektif ) dan mal adaptif (in efektif) (Stuart dan

Sudden, 1995 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, 2012 ). Perilaku koping dan upaya-upaya koping sebagai strategi

yang positif, aktif, dan khusus untuk masalah yang di sesuaikan untuk pemecahan

suatu masalah hal ini di batasi untuk perilaku atau pengakuan yang aktual di

lakukan oleh mereka.

1. Sumber koping
38

a. Sumber koping terdiri atas dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal

(Stuart dan Sudden, 1995 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), antara lain:

1. Faktor internal yang meliputi: kesehatan dan energi, system kepercayaan

seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan, agama ),

komitmen atau tujuan hidup (property motivasional ), perasaan seseorang

seperti harga diri, kontrol, dan kemahiran, ketrampilan pemecahan

masalah, ketrampilan sosisal (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi

dengan orang lain ).

2. Faktor eksternal terdiri atas : dukungan sosial dan sumber material.

Menurut Cobb, dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi terhadap

seseorang atau lebih dengan tiga kategori yaitu : dukungan emosional, di

mana seseorang merasa di cintai : dukungan harga diri, berupa pengakuan

dari seseorang akan kemampuan yang di miliki ; perasaan memiliki dan

dimiliki dalam sebuah kelompok .

2. Faktor yang mempengaruhi koping

Faktor yang mempengaruhi koping normal dan adaptasi diantaranya: peran

dan hubungannya, tidur dan istirahat, rasa aman dan kenyamanan dan pengalaman

masa lalu secara sederhana perilaku koping atau upaya koping merupakan strategi

yang positif, aktif dan khusus untuk masalah yang disesuaikan untuk pemecahan

masalah (Friedman, 2003 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012). Mekanisme koping menurut (Stuart &

Sudden, 1995 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, 2012), adalah sebagai berikut :


39

1. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme koping yang

mendukung fungsi intregrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah

secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme koping yang

mendukung fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi

dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan

berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan dan menghindar.

2.3.2.Konsep Ketidakefektifan Koping

Ketidakefektifan koping adalah ketidakmampuan untuk membentuk

penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan,

dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia (Nanda,

2016).

Koping dapat dideskripsikan sebagai keberhasilan menghadapi atau

menangani masalah dan situasi. Strategi koping (mekanisme koping)

adalah cara berespons bawaan atau dapatan terhadap perubahan

lingkungan atau masalah atau situasi tertentu. Dua jenis strategi koping

adalah koping yang berfokus pada masalah dan koping yang berfokus pada

emosi. Koping yang berfokus pada masalah mengacu pada upaya

memperbaiki situasi dengan membuat perubahan dengan mengambil atau

mengambil beberapa tindakan. Koping yang berfokus pada emosi

mencakup pikiran dan tindakan yang meredakan distress emosi. Koping


40

yang berfokus pada emosi tidak akan memperbaiki situasi, tetapi setelah

menggunakannya, individu sering kali merasa lebih baik (Buku

Fundamental Keperawatan volume 2 edisi 7, 2010).

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetus Mellitus

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya

(Muhlisin, 2012).

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah (Model Friedman) yang

dikutip dalam buku karangan Muhlisin (2012) :

1) Data Umum :

a) Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : nama keluarga,

alamat dan telepon, pekerjaan dan penelitian kepala keluarga,

komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan

dengan KK, umur, pendidikan, dan status imunisasi masing-masing

anggota keluarga serta genogram.

b) Tipe / Bentuk keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

c) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

d) Agama
41

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

e) Status sosial ekonomi keluarga

Status social ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun angota keluarga lainnya. Selain itu status

social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan

yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki

oleh keluarga.

f) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi

tertentu namun dengan menonton TV dan radio bersama anggota

keluarga juga merupakan aktifitas rekreasi.

2) Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan

dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana

keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas pekembangan teresbut

belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti


42

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga.

Klien dengan Diabetes Mellitus kemungkinan ditemukan riwayat

keluarga dengan Diabetes Mellitus kemungkinan ditemukan riwayat

keluarga dengan Diabetes Mellitus.

3) Pengkajian Lingkungan

a) Karakteristik rumah

Diidentifikasi dengan melihat laus rumah, tipe rumah, jumlah

ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan

rumah, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang

digunakan dan denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat

yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan

penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga interaksinya dengan masyarakat.

e) Sistem pendukung keluarga


43

Yang termasuk sistem oendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan yang meliputi fisik, psikologis, atau dukungan dari

keluarga dan fasilita sosial atau dukungan masyarakat setempat.

4) Struktur Keluarga

a) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

b) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga, yang

berhubungan dengan kesehatan.

c) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

d) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengadlikan dan mempengaruhi orang

lain untuk mengubah perilaku.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

adalah mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, papan dan memanfaatkan sumber yang ada

dimasyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.

b) Fungsi mendapatkan status sosial


44

Menjelaskan upaya keluarga untuk memperoleh status sosial di

masyarakat tempat tinggal keluarga.

c) Fungsi pendidikan

Menjelaskan upaya keluarga dalam pendidikan selain upaya

yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar.

d) Fungsi sosialisasi

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya dan

perilaku.

e) Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga memiliki pengetahuan mengenai sehat

sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan

keluarga yaitu :

(1) Mengenal masalah kesehatan.

(2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

(3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

(4) Memelihara, memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.

(5) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.

f) Fungsi religius

Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan

dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

g) Fungsi reproduksi
45

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam mengedalikan

jumlah anggota keluarga.

6) Stress dan koping keluarga

a) Stressor jangka pendek

Yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

b) Stressor jangka panjang

Yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

c) Kemampuan keluarga berespon terhadp situasi atau stressor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau

stressor.

d) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping ada yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

e) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan.

7) Pemeriksaan Fisik

a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga


46

c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata,

mulut, THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah,

sisitem genitalia.

d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

8) Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap masalah kesehatan keluarga dan terhadap petugas

kesehatan yang ada.

2.4.2 Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian selanjutnya data di analisa untuk dapat

dilakukan perumusan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan

keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahterah dari keluarga

ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya

dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan

dapat di tingkatkan. dalam (Suprajitno, 2012).

2) Diagnosis risiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang

belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan

aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat

bantuan perawat

3) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami

oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.


47

Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana

untuk problem (P) dapat digunakan dari NANDA dan etiologi (E)

berkenaan dengan 5 tugas keluarga bidang kesehatan (Muhlisin,

2012).

Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada problem (P) klien

Diabetes Mellitus adalah :

Contoh diagnosis nyata/aktual:

Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota yang sakit Diabetes Mellitus

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada 5

tugas keluarga yaitu:

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:

a) Persepsi terhadap keparahan penyakit

b) Pengertian

c) Tanda dan gejala

d) Faktor penyebab

e) Persepsi keluarga terhadap masalah

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

a) Sejauh mana keluarga mengenai sifat dan luasnya masalah

b) Masalah dirasakan keluarga

c) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami

d) Sikap negatif masalah kesehatan

e) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan


48

f) Informasi yang salah

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit, meliputi:

a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

d) Sikap keluarga terhadap yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliput:

a) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan

b) Pentingnya hiegiene sanitasi

c) Upaya pencegahan penyakit

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan,

meliputi:

a) Keberadaan fasilitas kesehatan

b) Keuntungan yang didapat

c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

d) Pengalaman keluarga yang kurang baik

e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

Setelah data di analisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga dengan memperhatikan

sumber daya dansumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas

masalah asuhan keperawatan keluarga seperti tabel di bawah ini:

Table 2.11 Skoring Prioritas Masalah


KRITERIA BOBOT SKOR
Sifat masalah : 1 Aktual = 3
Resiko = 2
49

Potensial = 1
Mudah = 2
Kemungkinan masalah untuk
2 Sebagian = 1
dipecahkan :
Tidak dapat = 0
Tinggi = 3
Potensi masalah untuk dicegah 1 Cukup = 2
Rendah = 1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Menonjolnya masalah 1
Tidak dirasakan adanya
masalah = 0

2.4.3 Perencanaan (Intervensi Keperawatan)

Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan

keluarga adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan

merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk

mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau

meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat

pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan

resisten.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada

bagiamana mengatasi problem/maslah (P), sedangkan penetapan tujuan

jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi

etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S=Spesifik,

M=Measurable atau dapat diukur, A=Achievable atau dapat dicapai,

R=Reality, T=Time Limited atau punya limit waktu). (Achjar, 2012).


50

Tabel 2.12 Intervensi keperawatan asuhan keperawatan keluarga.

DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
Ketidakefektifan koping diit Tujuan Umum :
Diabetes Mellitus Setelah dilakukan
berhuhubungan dengan : tindakan keperawatan
1) Ketidakmampuan selama 2 minggu
mengenal masalah dengan kunjungan
kesehatan rumah 3x seminggu
2) Ketidakmampuan diharapkan masalah
mengenai tindakan keperawatan keluarga
kesehatan yang tepat. ketidakmampuan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat
merawat anggota anggota keluarga yang
keluarga yang sakit sakit teratasi.
4) Ketidakmampuan
memelihara
memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat.
5) Ketidakmampuan
menggunakan fasislitas
atau pelayanan kesehatan
dimasyarakat
Tujuan Khusus : Diit diabetes mellitus 1) Diskusikan dengan keluarga pengertian
Setelah pertemuan 6 x merupakan pengaturan diabetes mellitus.
60 menit, keluarga Respon verbal pola makan bagi penderita 2) Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan
mampu : diabetes mellitus kembali mengenai pengertian diit
1) Mengenal masalah diabetes mellitus
berdasrkan jumlah, jenis
diit diabetes mellitus
dengan :
dan jadwal pemberian
a) Menjelaskan apa ( Sulistyowati, 2011 )
51

DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
yang dimaksud
diabetes mellitus
dan diit diabetes
mellitus

b) Menjelaskan Respon verbal Dalam melaksanakan diit 3) Diskusikan jadwal makanan diabetes
tentang jadwal diabetes mellitus, mellitus.
pola makan sebaiknya menggunakan 4) Jelaskan jadwal pola makan diabetes
diabetes mellitus jadwal 3J (jumlah, jadwal, mellitus
5) Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan
jenis), artinya :
jadwal pola makan diabetes mellitus
J1 : jumlah yang diberikan 6) Beri pujian atas jawaban yang benar.
harus habis
J2 : jadwal diit harus
diikuti
J3 : jenis makanan manis
harus dihindari
( Tjokrppramiro, 2008 )
2) Mengambil Respon verbal Komplikasi akut terjadi 7) Diskusikan bersama keluarga akibat yang
keputusan untuk jika kadar glukosa darah tejadi jika hipertensi tidak segera diatasi
mengatasi diabetes seseoranag meningkat atau 8) Jelaskan kepada keluarga akibat yang
mellitus mnurun dengan tajam terjadi hipertensi tidak segera diatasi
a. Menjelaskan akibat 9) Anjurkan kelaurga untuk mengungkapkan
dengan waktu yang relatif
yang terjadi jika kembali akibat yang terjadi jik hipertensi
singkat. Kadar glukosa
diabetes mellitus tidak segera diatasi
tidak segera darah bisa menurun
diatasi. dengan drastis jika
penderita menjalani diet
terlalu ketat. Perubahan
yang besar dan mendadak
dapat berakibat fatal.
52

DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
Berikut beberapa
komplikasi akut yang
disebabkan oleh diabetes
mellitus :
1. Hipoglikemia
Yaitu keadaan
seseorang dengan kadar
glukosa darah
diabawah nilai normal.
Gejala hipoglikemi
ditandai dengan
munculnya rasa lapar,
gemetar, mengeluarkan
keringat, berdebar-
debar, pusing, gelisah,
dan penderita bisa
menjadi koma.
2. Ketoasidosis diabetik-
koma
Yaitu keadaan tubuh
yang sangat
kekurangan insulin dan
bersifat mendadak
akibat infeksi, lupa
suntik insulin, pola
makan yang terlalu
bebas, atau stress
(Maulana, 2014).
53

DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
3) Merawat keluarga Respon verbal Keluarga mampu 10) Gali pengetahuan keluarga bagaimana cara
dengan diabetes mellitus menyebutkan 5 komponen diit diabetes mellitus
: dalam penatalaksanaan 11) Diskusikan cara diit diabetes mellitus
a. Menjelaskan cara diabetes : 12) Motivasi kelurga untuk mengungkapkan
perawatan diabetes - Diet kembali apa yang telah disampaikan
mellitus. - Latihan
- Pemantauan
- Terapi ( jika
diperlukan )
- Pendidikan
Respon Motorik 1. Keluarga dapat 13) Observasi bagaimana pasien memilih
mengurangi makanan makanan.
yang dapat 14) Anjurkan keluarga memastikan individu
meningkatkan diabetes mengurangi makanan dapat
mellitus. meningkatkan diabetes nellitus.
2. Keluarga dapat 15) Anjurkan keluarga untuk membuat
membuat anggota anggota keluarga dengan diabetes
keluarga dengan mellitus berhenti pola hidup tidak sehat.
diabetes mellitus agar
dapat pola makan yang
sehat
3. Keluarga dapat
melakukn diit pola
makan dengan teratur
b. Mendemonstrasikan Respon 1. Keluarga dapat 16) Anjurkan untuk melakukan diit pola makan
cara perawatan psikomotor membuat anggota diabetes mellitus.
anggota keluarga keluarga dengan 17) Sediakan contoh menu makanan diabetes
dengan diabetes diabetes mellitus agar mellitus
mellitus 18) Instrusikan pasien menghindari makanan
pola makan yang sehat.
yang dipantang dan mengkonsumsi
2. Keluarga dapat makanan yang diperbolehkan.
54

DIAGNOSIS KRITERIA
TUJUAN STANDAR EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN EVALUASI
melakukan diit pola
makan yang sehat
3. Keluarga dapat
menyediakan makanan
diabetes mellitus
4) keluarga mampu Respon verbal 1. Keluarga dapat membuat 19) Diskusikan dengan keluarga tentang
memodifikasi anggota kelurga dengan lingkungan dengan pola makan yang
lingkungan dalam pola makan sehat sehat
perawatan diabetes 20) Berikan Health Education tentang pola
mellitus : makan.
21)Respon verbal 1. Keluarga mampu 21) Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang
5) keluarga mampu menjelaskan manfaat manfaat fasilitas kesehatan.
memanfaatkan Respon fasilitas kesehatan : 22) Jelaskan kepada keluarga tentang manfaat
psikomotor 2. Keluarga mampu fasilitas kesehatn.
peayanan kesehatan melukan kunjugan ke 23) Anjurkan keluarga untuk periksa ke
untuk pengobatan fasilitas kesehatan untuk pelayanan kesehatan lebih dari 3 kali
diabetes mellitus. pengobatan diabetes sebulan dan segera kontrol jika obat
a. Menyebutkan mellitus habis.
24) Tanyakan perasaan keluarga setelah
manfaat fasilitas mengunjungi fasilitas kesehatan.
b. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan
55

2.4.4 Implementasi Keperawatan Keluarga

Implementasi Keperawatan keluarga menurut Achjar (2012), mencangkup hal-hal

dibawah ini :

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga,

memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak

diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi (Achjar,

2010).

Tabel 2.13 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTA


EVALUASI
L KEPERAWATAN SI
Tujuan khusus : Setelah Kriteria Evaluasi Standar Evaluasi
dilakukan pertemuan Respon verbal Keluarga dapat
selama 6 x 60 menit, (subjektif) menjelaskan diit diabetes
keluarga mampu : mellitus merupakan
pengaturan pola makan
Setelah dilakukan bagi berdasarkan jumlah,
pertemuan selama 6 x 60 jenis dan jadwal
menit, kaluarga mampu : pemberian makanan
1) Mengenal masalah (Sulistyowati, 20110)
diit diabetes mellitus
dengan :
a) Menjelaskan apa
yang dimaksud
diabetes mellitus dan
diit diabetes mellitus
b) Menjelaskan tentang Respon verbal Dalam melaksanakan diet
jadwal pola makan (subjektif) diabetes mellitus,
diabetes mellitus sebaiknya menggunakan
jadwal 3J (jumlah,
jadwal, jenis), artinya :
J1 : jumlah yang
diberikan harus habis
J2 : jadwal diit harus
diikuti
J3 : jenis makanan
manis harus dihindari
( Tjokrppramiro, 2008 )
56

TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTA


EVALUASI
L KEPERAWATAN SI
2) Mengambil keputusan Respon verbal Komplikasi akut terjadi
untuk mengatasi diabetes (subjektif) jika kadar glukosa darah
mellitus seseorang meningkat atau
a. Menjelaskan menurun dengan tajam
dengan waktu yang relatif
akibat yang terjadi singkat. Kadar glukosa
jika diabetes darah bisa menurun
mellitus tidak dengan drastis jika
segera diatasi. penderita menjalani diet
yang terlalu ketat.
Perubahan yang besar dan
mendadak dapat berakibat
fatal.

Berikut beberapa
komplikasi akut yang
disebabkan oleh
diabetes mellitus :
1. Hipoglikemia
Yaitu keadaan
seseorang dengan
kadar glukosa darah
diabawah nilai
normal. Gejala
hipoglikemi ditandai
dengan munculnya
rasa lapar, gemetar,
mengeluarkan
keringat, berdebar-
debar, pusing,
gelisah, dan
penderita bisa
menjadi koma.
2. Ketoasidosis
diabetik-koma
Yaitu keadaan tubuh
yang sangat
kekurangan insulin
dan bersifat mendadak
akibat infeksi, lupa
suntik insulin, pola
makan yang terlalu
bebas, atau stress
(Maulana, 2014).
57

TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTA


EVALUASI
L KEPERAWATAN SI
3) Merawat keluarga Respon verbal Keluarga mampu
dengan diabetes mellitus : (subjektif) menyebutkan 5
a. Menjelaskan cara komponen dalam
perawatan diabetes penatalaksanaan
mellitus. diabetes :
- Diet
- Latihan
- Pemantauan
- Terapi ( jika
diperlukan )
- Pendidikan
b. Mendemonstrasikan Respon verbal Keluarga dapat membuat
cara perawatan (subjektif) anggota keluarga dengan
anggota keluarga diabetes mellitus agar
dengan diabetes dapat pola makan yang
mellitus sehat
2. keluarga dapat
melakukan diit pola
makan dengan teratur
3. keluarga dapat
menyediakan makanan
diabetus mellitus
4) keluarga mampu Respon verbal 1. keluarga mampu
memodifikasi lingkungan (subjektif) menciptakan lingkungan
dalam perawatan diabetes dengan pola mekan sehat
mellitus :
Respon verbal 1. Keluarga mampu
5) keluarga mampu (subjektif) menjelaskan manfaat
memanfaatkan peayanan Respon fasilitas kesehatan.
psikomotor 2. Kelurga melakukan
kesehatan untuk (objektif) kunjungan ke fasilitas
pengobatan diabetes kesehatan untuk
mellitus. pengobatan diabetes
mellitus
c. Menyebutkan
manfaat fasilitas
d. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan

Analysis Tujuan instruksional


khusus (TUK 1, 2, 3, 4, 5)
tercapai sesuai rencana

Planning Ulangi atau lanjutkan


intervensi pada tujuan
58

TANGGA DIAGNOSA IMPLEMENTA


EVALUASI
L KEPERAWATAN SI
instruksional khusus
berikutnya
2.4.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Menurut Achjar (2012), Evaluasi keperawatan keluarga didokumentasikan

dalam SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, Planning).


59

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan studi kasus, studi kasus ini

adalah untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada

Salah Satu Anggota Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Dengan Masalah

Ketidakefektifan Koping Keluarga di Puskesmas Bawangan Desa

Kedungdowo Kecamatan Ploso.

3.2 Batasan Istilah

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Salah Satu Anggota Keluarga Penderita

Diabetes Mellitus Dengan Masalah Ketidakefektifan Koping Keluarga di

Puskesmas Bawangan Desa Kedungdowo Kecamatan Ploso, maka penyusun

studi kasus harus menjabarkan tentang konsep keluarga, diabetes mellitus dan

masalah ketidakefektifan koping. Batasan istilah disusun secara naratif dan

apabila diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri dari

batasan yang dibuat oleh penulis.

3.3 Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah :

Dua keluarga dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan koping.

Dengan kriteria subjek :

1) Keluarga dengan anggota keluarga terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe

2/Non-Insulin.

59
60

2) Keluarga dengn anggota keluarga terdiagnosis Diabetes Mellitus yang

tidak bisu dan tuli.

3) Keluarga dengan anggota keluarga terdiagnosos Diabetes Mellitus

yang bersedia menjadi responden.

4) Penderita Diabetes Mellitus berusia antara 50 – 70 tahun.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Salah Satu

Anggota Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Dengan Masalah

Ketidakefektifan Koping Keluarga di Puskesmas Bawangan Desa

Kedungdowo Kecamatan Ploso. Lokasi penelitian berada di Desa

Kedungdowo Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang. Waktu penelitian

dilalakukan 6 kali kunjungan ( 1 kali 60 menit ) dalam waktu dua minggu).

3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan;

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)


61

wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu

autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips

saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah,

mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan

menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali

jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau

peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi

adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk

menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan

untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

3. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah

berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto,


62

dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu

sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang

pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi

beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan

harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di

server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan

data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan

menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.

Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok

berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.

FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari

seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

3.6 Uji Keabsahan Data

Beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:

1. Kredibilitas.

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:

a. Memperpanjang masa pengamatan.

b. Pengamatan yang terus menerus

c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut.

d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain).


63

e. Mengadakan member check

2. Transferabilitas

Yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.

5. Dependability

Yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam

mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep

ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

4. Konfirmabilitas

Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya

5. Reliabilitas

Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu

suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut

pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan

kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta

hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)

3.7 Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta. Selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknis analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban dari

penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digunakan dengan cara observasi oleh penelitian dan studi dokumentasi


64

yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumentasi)

hasil ditulis dalam bentuk catatan kemudian disalin dalam format asuhan

keperawatan keluarga.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk atatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan dengan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian dilakukan dengan table dan teks naratif. Kerahasiaan dari

klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi (Nursalam, 2015).

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed consnt (Lembar Persetujuan Menjadi klien)


65

Informed consent merupakan persetujuan untuk menjadi klien dan

pemberian informasi mengenai penelitian yang akan dilaksanakan,

manfaat yang diperoleh, resiko-resiko yang akan terjadi.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonimity dalam penelitian merupakan cara dari peneliti untuk

menghormati privasi sebagai responden. Peneliti dapat menggunakan

koding (inisial) sebagai pengganti identitas responden.

3. Confidentally (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin oleh peneliti,

penyajian hasil riset hanya terbatas pada kelompok data tertentu yang

terkait dengan hasil penelitian (Hidayat, 2014).

4. Keterbatasan penelitian

Dalam melakukan penelitian pada keluarga 1, terdapat keterbatasan pada

pasien dengan Diabetes Mellitus, dalam melakukan wawancara pasien

kurang kooperatif, pasien cenderung menundukkan diri dalam

komunikasi sedangkan pada keluarga 2, pasien Diabetes Mellitus sangat

kooperatif namun kendala peneliti harus menyesuaikan dengan pasien

karena pasien bekerja dari pagi sampai sore.

DAFTAR PUSTAKA
66

Achjar, Komang Ayu Henny, SKM, Mkep, SpKom. 2012. Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta. Sagung Seto.

Alimul, A. Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta

Dinkes Jombang. 2016. Data Pasien Diabetes Mellitus di Jombang.

Laila, Rahma Noor.2016. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan


Penerimaan Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Maryunani, Anik. 2012. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta. TIM

Maulana, Mirza. 2015. Mengenal Diabetes Mellitus: Pranduan praktis


Menangani Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Katahati.

Misnadiarly. 2006. Mengenal, Mencegah, Menanggulangi TBC Paru, Ekstra


paru, Anak, dan pada Kehamilan. Bogor.Grafika Mardi Yuana.

Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Naga. 2014. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta. Diva
Press.

Nanda. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma. 2016. Asuhan Keperwatan Praktis.Yogyakarta.


Mediaction.

Nursalam. 2015. Panduan Penyusunan Studi Kasus Dalam Rangka Seminar


Pembimbing Mahasiswa Diploma III. Jombang: STIKES
PEMKAB Jombang.

Pratita, Nurina Dewi. 2012. Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of
Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses
Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Jurnal
Ilmiah Universitas Surabaya Vol.1 (No.1).

Prof. DR. Dr. Waspadji, Sarwono, dkk. 2012. Pedoman Diabetes Mellitus.
Jakarta.Balai Penerbit FKUI.

Puskesmas Bawangan. 2017. Data Kesakitan Pengunjung di Puskesmas


Bawangan.

Rendy, M.Clevo & Margareth. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit


Dalam. Yogyakarta. Nuha Medika.

Smeltzer. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta. EGC.


67

Susanto,Tantut, M.Lep. Sp.Kep.Kom.2012.Buku Ajar Keperawatan


Keluarga.Jakarta.CV. Trans Info Media.

TIM Penyusun.2015.Pedoman dan Panduan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah


(Studi Kasus) Bagi Mahasiswa Diploma III STIKES PEMKAB
JOMBANG.

WHO, 2010. Strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS).

Jurnal Panduan Diet Diabetes Mellitus.2012.Universitas Sumatera.


68

Table of Contents
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah......................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.4 Tujuan......................................................................................................................6
1.5 Manfaat....................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI................................................................................................................8
2.1 Konsep Keluarga.......................................................................................................8
2.1.1 Definisi keluarga................................................................................................8
2.1.2 Tipe/Bentuk Keluarga.......................................................................................8
2.1.3 Fungsi Keluarga...............................................................................................12
2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga.......................................................................14
2.1.5 Tugas keluarga.................................................................................................16
2.1.6 Tahapan Kesejahteraan Keluarga....................................................................18
2.1.7 Peran Perawat Keluarga..................................................................................20
2.2 Konsep Diabetus Mellitis Secara Umum.................................................................22
2.2.1 Pengertian.......................................................................................................22
2.2.2 Klasifikasi.........................................................................................................22
2.2.3 Penyebab.........................................................................................................24
2.2.4 Tanda dan Gejala.............................................................................................25
2.2.5 Komplikasi.......................................................................................................26
2.2.6 Penatalaksanaan.............................................................................................27
2.3 Koping keluarga......................................................................................................37
2.3.1 Pengertian Koping...........................................................................................37
2.3.2.Konsep Ketidakefektifan Koping......................................................................39
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetus Mellitus........................40
2.4.1 Pengkajian.......................................................................................................40
2.4.2 Analisa Data..............................................................................................46
2.4.3 Perencanaan (Intervensi Keperawatan)........................................................49
69

2.4.4 Implementasi Keperawatan Keluarga..............................................................55


2.4.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga.......................................................................58
BAB III...............................................................................................................................59
METODE PENELITIAN.......................................................................................................59
3.1 Desain Penelitian..................................................................................................59
3.2 Batasan Istilah.......................................................................................................59
3.3 Subyek Penelitian..................................................................................................59
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................60
3.5 Pengumpulan Data...............................................................................................60
3.6 Uji Keabsahan Data...............................................................................................61
3.7 Analisa Data..........................................................................................................61
3.8 Etika Penelitian.....................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................61

Anda mungkin juga menyukai