Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN

KOMPETENSI MICE BAGI GURU SMK USAHA PERJALANAN WISATA

Gita Mahardika Pamuji dan Asep Herry Hernawan


PPPPTK Bisnis dan Pariwisata – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
e-mail: gita.mahardika@kemdikbud.go.id

Abstrak
MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) merupakan kompetensi di
bidang pengaturan even. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan atas kesenjangan
kompetensi guru SMK dalam Kompetensi MICE. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kompetensi MICE yang dibutuhkan, materi yang sesuai dengan kompetensi,
bagaimana strategi pembelajarannya dan bagaimana melakukan evaluasinya. Guna
dikembangkan menjadi desain kurikulum pelatihan kompetensi MICE bagi guru yang sesuai
dengan kebutuhan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
metode Design and Development Research. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan wawancara kepada praktisi, dosen/widyaiswara, serta pejabat pengelola
pelatihan, angket yang disebarkan kepada guru SMK Pariwisata, studi literatur dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian, didapatnya kompetensi MICE yang sesuai dengan kebutuhan,
SKKNI dan KKNI, terdiri dari kompetensi; 1) Menyeleksi Venue Kegiatan, 2) Mengatur
pendaftaran tamu dalam suatu acara, 3) Menangani Keramaian, 4) Bekerjasama dengan
Kolega dan Pelanggan, 5) Mengikuti Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan, 6)
Mengelola Kegiatan Sponsorship, Materi disesuai dengan kompetensi tersebut dan strategi
pembelajaran menggunakan; discovery learning, problem based learning dan project based
learning. Penilaian dilakukan terhadap 3 ranah yaitu; sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dari temuan data penelitian ini, guna meningkatan kompetensi MICE guru SMK, perlu
dikembangkan desain kurikulum pelatihan kompetensi MICE bagi Guru SMK.

Kata Kunci: desain kurikulum pelatihan, Design and Development, pelatihan MICE

NEEDS ANALYSIS TO DEVELOP TRAINING CURRICULUM OF MICE


COMPETENCE FOR TOURISM VOCATIONAL TEACHERS

Abstract
MICE (Meeting, Incentive, Conference, and exhibition) is a competence in setting an
event. This study is a preliminary study on vocational teacher competencies gaps in MICE.
The purpose of this study was to determine the competence of MICE required, the material,
learning process and how to perform the evaluation. In order to develop a curriculum for
teachers training in MICE. The study used a qualitative approach using the Design and
Development Research. Data collection techniques using interviews with practitioners,
lecturers, and training manager. A questionnaire distributed to Tourism vocational school
teachers, literature and documentation study. The results, gained competencies in
accordance with the requirements of SKKNI and KKNI, consisting of; 1) Selecting event
Venue, 2) Crowd handling, 3) setting Event registration, 4) Following the Health, Safety,
and Security procedure, 5) Manage Event Sponsorship, 6) Working with Colleagues and
Customers. Materials adapted to these competencies and instructional strategies to use;
discovery learning, problem-based learning and project-based learning. An assessment
conducted on three domains; attitudes, knowledge, and skills. From the findings of the data,
in order to increase MICE competence of Tourism vocational teachers, need to be developed
a training curriculum design for vocational teachers in MICE competency.

84
85

Keywords: curriculum design, Design and Development, MICE Training

PENDAHULUAN seharusnya kurikulum pelatihan yang


Banyak aspek yang bisa membangun dikembangkan disesuaikan dengan
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu kebutuhan pemenuhan kompetensi dari
aspek yang penting dalam meningkatkan peserta didik. Kompetensi merupakan
kualitas pendidikan adalah guru. Guru karakteristik dasar yang dimiliki setiap
berada pada barisan terdepan dalam individu dimana karakteritik dasar tersebut
pelaksanaan pendidikan, yang langsung berhubungan dengan kireja dengan kriteria
berhadapan dengan peserta didik untuk baik atau unggul serta efektif dalam suatu
mentransfer ilmu pengetahuan dan pekerjaan dan situasi tertentu.
teknologi sekaligus mendidik dengan nilai- Bagaimanpun juga suatu pelatihan
nilai positif melalui bimbingan dan harus mempunyai kurikulum yang baik.
keteladanan. Peserta didik yang berkualitas Kurikulum adalah sebuah dokumen tertulis
menyeluruh dalam Sikap (Attittude), yang berisikan rancangan pembelajaran
pengetahuan (knowledge) dan keterampilan berisikan tujuan, isi/konten, metode/
(skill) dihasilkan oleh guru. Oleh karena itu, proses/aktivitas dan evaluasi, untuk
sosok guru yang mempunyai kualifikasi, mencapai tujuan pendidikan tertentu, yang
kompetensi, dan dedikasi yang tinggi disusun dengan mempertimbangkan
sangat diperlukan dalam menjalankan tugas berbagai hal mengenai proses pembelajaran
profesionalnya. serta perkembangan individu.
Pendidikan dan pelatihan merupakan MICE merupakan akronim dari
merupakan salah satu upaya dalam Meeting, Incentive, Conference dan
pengembangan kompetensi. Tujuan Exhibition, di Indonesia Istilah MICE ini
pendidikan dan pelatihan (diklat) pada menjadi populer dan lebih terkenal dengan
dasarnya, untuk meningkatkan penge- istilah event. Perkembangan MICE sangat
tahuan, sikap dan keterampilan bagi signifikan di Indonesia sendiri, untuk
kepentingan individual dalam rangka Meeting saja menurut laporan International
mengembangkan pribadinya guna mem- Congress and Convention Association
bantu penyelesaian pekerjaan. Salah satu tahun 2016 terdapat 94 konferensi
yang bisa mewujudkan tujuan diklat adalah international dengan partisipan mencapai
kurikulum diklat yang sesuai dengan jenis 41.350 orang, ini hanya dari segi konferensi
diklat dan kebutuhan peserta diklat agar atau meeting international, belum ditunjang
tepat sasaran. Pendidikan biasanya mem- dari pameran maupun incentive tour, baik
persiapkan calon tenaga yang diperlukan skala nasional maupun internasional.
oleh suatu instansi atau organisasi, Namun pendidikan mengenai MICE atau
sedangkan pelatihan merupakan pening- event ini masih belum bisa diidentifi-
katan kemampuan atau keterampilan kasikan. Adanya gap antara industri dan
pegawai yang sudah menduduki suatu pendidikan mengenai kompetensi yang
pekerjaan atau tugas tertentu. Penekanan harus dimiliki. Hal ini dikarenakan karena
pelatihan berorientasi pada tugas yang belum adanya pelatihan terhadap para
harus dilaksanakan (job orientation), pendidik. Para praktisi belum memiliki
menekankan kepada kemampuan psiko- pendidikan yang mumpuni dan para
motor, meskipun didasari pengetahuan dan pendidik kurang berkomunikasi dengan
sikap sedangkan pendidikan lebih pada para praktisi. Pendidikan kurang
pengembangan kemampuan umum dan memberikan penelitian dan pembelajaran
ketiga area (kognitif, afektif, dan yang berguna bagi para praktisi terutama
psikomotor) memperoleh pengetahuan dalam perancangan, produksi dan
yang seimbang (Peraturan Pemerintah manajemen (Getz, 2007).
Nomor 101 tahun 2000, tentang Pendidikan Hasil pemetaan UKG 2015,
dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil). Sudah menggambarkan mengenai kompetensi

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE


86

yang dimiliki oleh guru SMK Usaha dan Klein (2009) yaitu Design and
Perjalanan Wisata, dari 10 Kelompok Development (DDR), atau penelitian desain
Kompetensi yang diujikan, kelompok dan pengembangan dengan pendekatan
kompetensi MICE memiliki jumlah peserta kualitatif. Partisipan dalam penelitian
UKG dengan nilai di bawah capaian analisis kebutuhan pelatihan kompetensi
kompetensi minimum paling banyak. MICE ini terdiri dari 2 kelompok.
Kelompok pertama adalah guru, Guru yang
253 231 dijadikan partisipan dalam penelitian
167 pendahuluan adalah guru SMK usaha
277 perjalanan wisata yang pernah mengikuti
138
196 pelatihan Instruktur Nasional kompetensi di
332 PPPPTK bisnis dan pariwisata yang
97 171 304 diselenggarakan pada tahun 2015/2016
KK A KK B KK C KK D KK E yang terdiri dari 2 angkatan pelatihan
masing-masing pelatihan terdiri dari 20
KK F KK G KK H KK I KK J
orang peserta. Di mana data yang
dihasilkan dari guru dikumpulkan dengan
Gambar 1. Jumlah Peserta di bawah angket, untuk mengetahui pengetahuan
Capaian Minimum di 10 Kelompok awal mengenai kompetensi, materi strategi
Kompetensi Guru Usaha Perjalanan dan penilaian yang dibutuhkan untuk
Wisata data hasil UKG 2015 mengembangkan desain kurikulum pela-
tihan MICE bagi guru SMK UPW. Angket
Peserta UKG tahun 2015 berjumlah dibuat dalam bentuk daring (online) berupa
473 peserta, untuk kelompok kompetensi E google form di mana tautan dari google
MICE, 304 orang peserta mendapatkan form tersebut nanti yang akan disebarkan
skore di bawah 55, yang merupakan kepada bapak ibu guru SMK.
capaian kompetensi minimum untuk UKG Partisipan kelompok kedua adalah
tahun 2015. Sedangkan untuk kelompok para narasumber dari industri, dosen,
kompetensi H MICE dan Advance ticketing widyaiswara dan pejabat di PPPPTK bisnis
dari 374 peserta UKG tahun 2015, 332 dan pariwisata. Pengumpulan data meng-
orang peserta di bawah capaian kompetensi gunakan teknik wawancara. Dalam riset
minimum. Hasil UKG 2015 pada kelompok kualitatif wawancara mendalam (in-depth
kompetensi MICE menunjukan angka yang interview) merupakan salah satu teknik
signifikan mengenai kurangnya penge- pengumpulan data utama (Ali, 2014;
tahuan mengenai kompetensi MICE di Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Teknik
kalangan guru peserta UKG 2015. ini diharapkan dapat menggali informasi
Kompetensi MICE adalah kompe- secara seksama.
tensi baru di SMK dan masih banyak guru
yang belum mengetahui kompetensi ini, HASIL DAN PEMBAHASAN
padahal guru harus sudah mengajarkan Hasil
kompetensi ini kepada para peserta Hasil wawancara dengan para praktisi
didiknya. Urgensi ini yang menimbulkan dunia usaha dan dunia Industri, dapat
perlunya diidentifikasi kebutuhan diklat, disimpulkan bahwa kompetensi yang harus
untuk pengembangan desain kurikulum dimiliki oleh siswa SMK adalah
pelatihan kelompok kompetensi MICE bagi kompetensi awal atau sifatnya operasional
guru Sekolah Menengah Kejuruan bidang atau level bawahan belum masuk kepada
Pariwisata. kompetensi–kompetensi manajerial. Bebe-
rapa kompetensi awal seperti menangani
METODE keramaian, menginstal dan membongkar
Penelitian ini menggunakan metode elemen pameran, memproses loading dan
penelitian yang dikembangkan oleh Richey unloading, menangani staging, menangani

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


87

lighting, menangani Audio Visual, mem- dengan kompetensinya masing-masing


proses kegiatan pendaftaran dan menangani sesuai dengan SKKNI atau standar yang
kegiatan protokoler merupakan kompetensi ada. Supaya pengetahuan dan keterampilan
awal dari seorang pegawai operasional di yang dimiliki oleh siswa bisa disesuaikan
bidang MICE, kompetensi yang disarankan dengan keterampilan dan pengetahuan yang
adalah kompotensi yang masih berada di dibutuhkan oleh industri. Namun materi-
level 2 KKNI. Selain itu ada juga kompe- materi yang sudah mulai surut tapi justru
tensi pendukung seperti keselamatan dan penting harus mulai dimasukan lagi. Seperti
keamanan kerja, bekerjasama dengan materi handling complain, telephone
lingkungan sosial yang beragam, bekerja courtesy, grooming (personal presentation)
sama dengan kolega dan pelanggan, dan bekerjasama dalam tim.
mengumpulkan dan menyajikan informasi, Pembelajaran di industri, biasanya
dan bahasa Inggris operasional. dilakukan dengan sistem coaching atau
Kompetensi tersebut adalah kompetensi shadowing. Di mana trainee atau pegawai
penunjang namun merupakan kompetensi baru akan dititipkan untuk dilatih oleh para
yang harus dimiliki oleh setiap insan supervisor. Para supervisor atau rekan kerja
pariwisata. Kompetensi untuk guru harus bertanggung jawab dalam mentransfer
lebih dari kompetensi yang dimiliki oleh product knowledge atau tugas kepada
siswa, dengan syarat utama guru harus pegawai baru, maka dari itu salah satu
sudah menguasai kompetensi yang dmiliki kompetensi utama yang harus dimiliki
oleh peserta didiknya. Jika dicontohkan, adalah bagaimana siswa atau guru
kompetensi siswa SMK berada di level 2-3 mempunyai kemampuan untuk bekerja
KKNI, maka kompetensi guru harus berada sama dengan rekan sejawat atau kolega.
di level 4 atau 5 dari KKNI, dengan syarat Namun tetap saja pada awalnya harus
guru sudah menguasai kompetensi di level disampaikan terlebih dahulu secara teoritis
2 dan 3. Para praktisi dunia usaha dan dunia atau ceramah setelah itu didemonstrasikan,
industri menyampaikan untuk kepentingan walau tidak dalam ruang kelas atau dalam
pelatihan guru SMK, kompetensi yang bisa pelatihan biasanya koleganya diminta untuk
disampaikan dan diujikan sebaiknya dibuat menunjukan bagaimana melakukan kete-
berjenjang diawali dari kompetensi yang rampilan tersebut.
level 2 dan 3 agar guru bisa menyampaikan Hasil wawancara dengan widya-
materi kepada siswanya dan jenjang iswara dan dosen, pada pertemuan pertama
berikutnya kompetensi di level 4 atau 5. hasil wawancara belum menemukan
Akan tetapi salah satu praktisi kompetensi MICE apa saja yang sesuai
menyampaikan tidak semua kompetensi dengan pelatihan yang akan diberikan
MICE yang berada di level 4 atau 5 KKNI kepada guru SMK pariwisata. Pertemuan
bisa atau harus dimiliki guru, harus pertama masih membicarakan mengenai di
disesuaikan dengan lingkungan sekolah- level berapakah KKNI guru itu berada,
nya. Artinya jika di lingkungan sekolahnya serta kompetensi level berapa yang harus
jarang dilakukan acara pameran, kompe- atau bisa disampaikan. Hasil wawancara
tensi mengembangkan strategi pada pada pertemuan pertama menghasilkan
kegiatan pameran, dirasa tidak perlu bahwa dalam pelatihan kompetensi MICE
dikuasai. Contoh lain adalah kompetensi tidak bisa murni menggunakan satu level
melakukan negosiasi dengan vendor, untuk KKNI saja seperti yang disampaikan oleh
Guru SMK kompetensi melakukan narasumber lainnya, di mana Level KKNI
negosiasi dengan vendor tidak terlalu pelatihan guru berada di level 4. Menurut
penting untuk dikuasai, karena siswa SMK pemahaman narasumber dosen bisa saja
yang akan diajarnya tidak terlalu terdapat beberapa kompetensi di level yang
memerlukan kompetensi tersebut. lebih rendah atau bahkan yang lebih tinggi
Materi atau isi dari kompetensi yang yang bisa dipelajari oleh peserta pelatihan.
harus disampaikan selayaknya disesuaikan Narasumber menyarankan untuk meme-

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE


88

takan kompetensi berdasarkan hasil angket, teknologi, atau mengkorelasikan antara


wawancara, studi dokumentasi dan studi even tertentu dengan penggunaan lighting,
literasi. Kemudian melakukan wawancara panggung, sarana promosi, pengaturan
lanjutan dengan para narasumber untuk SDM eksternal maupun internal ataupun
memilih kompetensi mana saja yang bisa berkreatif dalam berbagai elemen suatu
disampaikan dalam pelatihan MICE bagi even. Proses pembelajaran yang
guru SMK. Pada pertemuan kedua menumbuhkan tidak hanya muscle memory
narasumber memutuskan 6 kompetensi akan tetapi penggunaan nalar yang harus
yang bisa disampaikan kepada guru dalam diajarkan dan bahkan dilatih dan
pelatihan MICE. Kompetensi MICE yang dibiasakan. Strategi pembelajaran yang bisa
dapat disampaikan dalam pelatihan MICE disampaikan tidak hanya Discovery
bagi guru SMK adalah 1) bekerja sama learning, Inquiry, Problem based learning,
dengan kolega dan pelanggan; 2) atau project based learning. Sebuah
menangani keramaian; 3) menyeleksi venue pembiasaan dalam menemukan suatu
kegiatan; 4) mengikuti Prosedur kesehatan, permasalahan dan solusinya, atau mem-
keselamatan dan keamanan di tempat kerja; biasakan membuat projek dapat memicu
5) menangani perijinan kegiatan; dan 6) kreatifitas para peserta pelatihan. Namun
mengelola kegiatan sponsorship. beberapa strategi dan metode pun dapat
Pembicaraan mengenai materi melahirkan kreatifitas seperti studi kasus,
(konten) pelatihan berdasarkan SKKNI terutama jika kasus–kasus yang terkini,
dosen yang bergerak di bidang Pariwisata dalam kehidupan nyata, akan membantu
dan pernah melakukan pelatihan untuk guru penalaran dan pemahaman yang lebih
SMK di bidang pariwisata, terutama MICE bermakna.
ini, menyampaikan bahwa materi atau Penilaian harus disesuaikan dengan
informasi yang dimiliki oleh para guru kompetensi, bisa saja menggunakan tes
sangatlah minim, maka dibutuhkan lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan
penguatan di bidang materi. Materi-materi mengadakan simulasi di tempat kerja atau
yang harus dikuatkan adalah materi awal workshop. Biasanya lembar observasi untuk
seperti penjelasan mengenai jenis jenis dan unjuk kerja akan disesuaikan dengan
tipe-tipe kegiatan yang berada dalam kompetensinya, karena juga dapat berupa
MICE. Materi dasar mengenai jenis hasil produk. Untuk penilaian pengetahuan
meeting, incentive tour tour, conference menggunakan pre dan post test, untuk
dan exhibition harus diterapkan dengan penilaian sikap yang berupa observasi
pemahaman yang kuat, di mana perbedaan terhadap kedisiplinan keseharian atau sikap
yang jelas dan penerapannya di kehidupan kerja ditunjukkan sesuai dengan kompe-
sehari-hari di lingkungannya masing- tensi. Semisal untuk kompetensi penga-
masing. Dalam pembicaraan mengenai turan pendaftaran tamu maka sikap kerja
konten/maupun materi dari kompetensi yang ditunjukkan seperti tersenyum, teknik
MICE, diharuskan diambil dari SKKNI. berdiri yang baik, greeting dan lain
Dengan beberapa tambahan dan penye- sebagainya.
suaian dengan kearifan daerah masing Berdasarkan pemikiran bahwa
masing. lulusan SMK diharapkan terserap di dunia
Pembelajaran vokasi memang me- industri dan dunia usaha, serta guna
nitikberatkan kepada pembiasaaan dan mendukung Instruksi Presiden Nomor. 9
pembelajaran ranah keterampilan, namun Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.
berbeda dengan vokasi lainnya ranah Maka dibuatkan 2 program pelatihan yaitu
keterampilan dalam kelompok kompetensi Keahlian ganda dan revitaliasi guru SMK.
MICE menuntut keterampilan nalar atau Untuk Program peningkatan kompetensi
pemikirian metakognitif. Bagaimana kete- guru sesuai dengan revitalisasi SMK,
rampilan dalam menganalisis strategi pasar, dengan banyaknya ragam kompetensi
keterampilan dalam menggunakan media keahlian yang ada di SMK memerlukan

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


89

guru produktif yang memiliki kompetensi Tabel 1. Sebaran angket penelitan


beragam pula. Untuk memenuhi kebutuhan
dan kompetensi guru produktif, Ditjen GTK Status
Asal Jumlah Serifikasi Guru
mengembangkan beberapa kegiatan mayor Pekerjaan
Sekolah partisipan
PNS GTT Belum Sudah
(utama) dan minor (pendukung) yang
dilaksanakan pada tahun 2018 sampai tahun Sumatera 10 7 3 4 6
2020. Program Revitalisasi SMK ini efektif Jawa 11 9 2 7 4
untuk memenuhi dan meningkatkan Bali, NTB
6 5 1 4 2
dan NTT
kompetensi guru dan tenaga kependidikan.
Sulawesi 6 5 1 5 1
Peningkatan kompetensi guru secara
Kalimantan 1 1 - 1 -
intensif melalui pelatihan berbasis
Jumlah 34 27 7 21 13
kompetensi, sertifikasi keahlian, dan
diakhiri dengan implementasi di sekolah
dapat menghasilkan guru yang memiliki Data hasil angket ditemukan sebaran
kompetensi keahlian tertentu sesuai dengan kompetensi yang dianggap penting untuk
tuntutan DU/DI dan mengacu pada KKNI dipelajari oleh peserta pelatihan (guru).
Level IV. Kompetensi MICE tersebut adalah
Angket disebar ke 40 orang guru di (diurutkan dari kompetensi yang paling
seluruh penjuru Indonesia. Guru yang penting): 1) Menyeleksi Venue Kegiatan;
menerima angket adalah guru yang pernah 2) Mengatur pendaftaran tamu dalam suatu
mengikuti pelatihan Usaha Perjalanan acara; 3) Menangani kegiatan protokoler; 4)
Wisata, pada tahun 2015-2016. Dari 40 Menangani keramaian; 5) Menangani
orang guru partisipan penelitian, 34 angket kegiatan acara protokoler; 6) Memproses
diterima kembali oleh peneliti. Angket yng pendaftaran tamu dalam suatu acara; 7)
tersebar hampir mewakili masing-masing Mengatur dan mengawasi instalasi
provinsi di Indonesia. pembongkaran; dan 8) Mengawasi loading-
Angket yang disebar berisikan unloading.
pertanyaan mengenai, kompetensi MICE Selain 8 kompetensi di atas yang
guru, materi mengenai kompetensi MICE merupakan kompetensi utama kelompok
yang dibutuhkan oleh guru, bagaimana keahlian MICE, terungkap beberapa data
pembelajaran yang sesuai untuk kompetensi tambahan yang dirasa penting
mengajarkan kompetensi MICE dan untuk dikuasai oleh para guru. Kompetensi
bagaimana kompetensi tersebut sebaiknya yang dirasa penting tidak hanya kompetensi
dinilai. mengenai kelompok kompetensi MICE
Dari sebaran partisipan penelitian, 16 yang berada di level KKNI 4 akan tetapi
orang berlatar belakang pendidikan S1/DIV kompetensi MICE yang berada di level
pariwisata dan 13 orang berlatar belakang KKNI di atasnya yaitu di level 5. Serta
pendidikan S1/DIV Pendidikan, 6 orang beberapa kompetensi penunjang yang
dengan gelar Magister Pariwisata dan 2 menurut guru penting dimiliki karena
orang bergelar Magister Pendidikan. 58,8 menjadi dasar dari kompetensi kepari-
% partisipan penelitian yang mengisi wisataan. Kompetensi–kompetensi tersebut
angket sudah menjadi guru selama 5-10 adalah: 1) Mengelola kegiatan sponshor-
tahun, dan 38,2 % lebih dari 10 tahun. 79,4 ship; 2) Bekerjasama dengan kolega; 3)
% dari partisipan guru adalah Pegawai Mengikuti prosedur K3; 4) Bidding
Negeri Sipil, sisanya gabungan dari Guru proposal.
tetap yayasan, dan guru tidak tetap baik Seluruh partisipan (100%) setuju
sekolah daerah maupun yayasan. Dan dari bahwa kompetensi guru SMK sekarang
ke 34 partisipan 61,4 % sudah tersertifikasi belum sesuai dengan kompetensi MICE di
guru. SKKNI, hal ini disebabkan karena
kurangnya pelatihan. Sehingga guna
memenuhi kesenjangan kompetensi
tersebut para partisipan menyarankan

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE


90

kepada pemerintah untuk menyeleng- dilaksanakan kegiatan pelatihan adalah


garakan program pelatihan MICE. bulan Agustus (9,4%), bertempat di
Selanjutnya guru mencari informasi secara PPPPTK Bisnis dan Pariwisata (68%).
mandiri dan melakukan magang di dunia
usaha maupun dunia industri. Dari hasil Pembahasan
angketpun diketahui bahwa kompetensi Disiplin ilmu MICE kurang
untuk Guru yang sesuai dengan SKKNI dan diapresiasi di dunia pendidikan karena
KKNI adalah level 4 (70,4 %). dianggap sebagai profesi yang tidak umum
Konten atau materi tertinggi dari dan hanya bagian kecil dari bisnis
kompetensi yang harus disampaikan adalah pariwisata (Sperstad & Cecil, 2011). MICE
kompetensi mengatur pendaftaran tamu dan merupakan suatu rangkaian kegiatan, di
dilanjutkan dengan menyeleksi venue, mana para pengusaha atau professional
menangani keramaian dengan beberapa berkumpul pada suatu tempat yang
materi tambahan yang dirasa penting terkondisikan oleh suatu permasalahan,
seperti; Bidding poposal, sponsorship, dan pembahasan, atau kepentingan yang sama
bekerja sama dengan kolega. (Oka A. Yoeti, 2000). MICE adalah suatu
Hasil sebaran angket mengenai model kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya
pembelajaran yang sesuai dengan merupakan perpaduan LEASURE dan
karakteristik kompetensi MICE, Project BUSINESS, biasanya melibatkan seke-
based learning menjadi pilihan utama lompok orang yang secara bersama-sama.
model pembelajaran yang digunakan dalam Rangkaian kegiatan dalam bentuk
pembelajaran dan penyampaian informasi Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pame-
kepada peserta Pelatihan. Selain project- ran (Meeting, Incentive, Convention, and
based learning guru pun mengkom- Exhibition) (Indrajaya, 2015; Kesrul,
binasikan dengan problem based learning 2004). Penekanan kepada pemahaman jenis
dan discovery learning. Selain ketiga hal dan bentuk kegiatan usaha MICE menjadi
tersebut dalam proses pembelajaran bisa sangatlah penting, bagaimana membumi-
menggunakan beberapa teknik atau strategi kan istilah MICE menjadi mudah dipahami
seperti melakukan bermain peran atau oleh peserta pelatihan (Pamuji, 2015).
demonstrasi, bisa juga dengan beberapa Hasil dari wawancara dan angket maka
projek membuat even kecil, atau studi dapat disimpulkan bahwa kurikulum
kasus. Cara lain penyampaian materi adalah pelatihan kelompok kompetensi MICE
dengan magang di dunia usaha/dunia menentukan kompetensi yang disampaikan,
industri, kunjungan industri dan coaching materi untuk pemenuhan kompetensi tersebut,
clinik. Sedangkan cara paling efisien dalam proses pembelajaran atau metode penyam-
melakukan pembelajaran kompetensi paian materi selama kegiatan pelatihan
MICE dengan praktek langsung sebagai berlangsung, dan penilaian (evaluasi) yang
contoh dengan mengadakan studi kasus sesuai dengan kompetensi di atas.
tertentu dan atau dengan diskusi dan unjuk Kelompok kompetensi MICE
kerja. memanglah bukan hal yang baru di dunia
Penilaian yang dilakukan untuk pariwisata, namun untuk di Indonesia, di
kompetensi MICE lebih menekankan bidang akademisi, dan disiplin ilmu masih
kepada penilaian observasi untuk sikap. merupakan sesuatu yang baru. Disiplin ilmu
Penilaian menggunakan tes tertulis untuk MICE kurang diapresiasi di dunia pendi-
pengetahuan dan penilaian proyek dan dikan karena dianggap sebagai profesi yang
unjuk kerja untuk keterampilan. tidak umum dan hanya bagian kecil dari
Data angket mengungkapkan bahwa bisnis pariwisata (Sperstad & Cecil, 2011),
pelaksanaan pelatihan berkisar 70-100 jam namun beberapa mulai mengembangkan
pelajaran saja, dan menggunakan bentuk kurikulum MICE (Hsieh, 2013). Penting-
pelatihan kombinasi daring dengan tatap nya kompetensi MICE digambarkan dalam
muka. Dan waktu yang tepat untuk suatu sistem yang rumit dimana di-

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


91

pengaruhi oleh berbagai pihak. Peran - “...Kompetensi yang sesuai dengan


stakeholder, vendor (hotel, restoran, pelatihan peningkatan kompetensi
transportasi, venue) atau dunia industri para guru, untuk kompetensi keahlian
sangat berpengaruh agar para peserta didik MICE adalah kompetensi yang utama
mampu mengikuti keterampilan yang MICE dan penunjang kompetensi
diharapkan industri dan tentunya peme- MICE yang sesuai dengan SKKNI
rintah harus ikut mendorong berkem- yang beraaa di level IV KKNI”
bangnya industri MICE, pendidikan di (narasumber Widyaiswara)
bidang MICE serta peraturan penunjang Kompetensi MICE yang diberikan
mengenai kompetensi yang dibutuhkan kepada peserta pelatihan adalah kompetensi
(Junaedi, 2016; Morgan, 2004; Smith & MICE yang terdapat di SKKNI dan di level
Cooper, 2000; Tribe, 2002). Bagaimanapun IV KKNI berupa: 1) Menyeleksi venue
juga industri MICE akhir–akhir ini kegiatan; 2) Mengatur pendaftaran tamu
memberikan berbagai manfaat secara dalam suatu acara; 3) Menangani kera-
ekonomis bagi tempat diselanggarakannya maian; 4) Bekerja sama dengan kolega dan
suatu even MICE dan menuntut timbulnya pelanggan; 5) Mengikuti Prosedur kese-
profesi-profesi baru di bidang MICE, maka hatan, keselamatan dan keamanan di tempat
dari itu perkembangan dari segi ekonomi kerja; dan 6) Mengelola kegiatan sponsor-
dan sumber daya manusia pendukung ship.
industri MICE tersebut menuntut MICE Ke-enam kompetensi ini bukan
menjadi suatu disiplin ilmu, dan dibutuhkan merupakan kompetensi utuh di level 4
suatu pondasi akademik yang kuat untuk KKNI namun memiliki kompetensi penun-
para praktisi agar lebih profesional (Getz, jang yang dirasa oleh para narasumber
2007). Selain itu beberapa kompetensi sangat dibutuhkan terutama untuk
dalam bidang event (MICE) dibagi menjadi memberikan pengajaran terhadap peserta
administrasi, desain, marketing, operational didiknya di SMK.
dan Risk management (J. Silvers, Bowdin,
O’Toole, & Nelson, 2006). Kompetensi Materi Pelatihan (konten)
MICE yang harus disampaikan dalam Materi ataupun konten dalam desain
pelatihan MICE ke guru SMK Usaha kurikulum pelatihan kompetensi MICE
Perjalanan Wisata berada di level 4 KKNI bagi guru SMK Usaha Perjalanan Wisata
(Direktorat PSMK, 2017). Namun beberapa terdiri dari Materi Kompetensi MICE dan
narasumber ahli menyampaikan: materi Penunjang atau materi
- “...dalam pelatihan kompetensi kepariwisataan, yang disesuaikan dengan
MICE tidak bisa murni menggunakan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran.
satu level, bisa saja terdapat Penekanan kepada pemahaman jenis dan
beberapa kompetensi di level yang bentuk kegiatan usaha MICE menjadi
lebih rendah atau bahkan yang lebih sangatlah penting, bagaimana
tinggi yang bisa dipelajari oleh membumikan istilah MICE manjadi mudah
peserta pelatihan” (narasumber dipahami oleh peserta pelatihan (Pamuji,
Dosen). 2015). Bisnis MICE merupakan bisnis jasa
kepariwisataan yang bergerak di seputar
- “...sebaiknya dibuat berjenjang Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan
diawali dari kompetensi yang level 2 Pameran (Meeting, Incentive, Convention,
dan 3 agar guru bisa menyampaikan and Exhibition), suatu jenis pariwisata di
materi kepada siswanya dan jenjang mana suatu kelompok besar, biasanya
berikutnya kompetensi di level 4 atau direncanakan dengan matang, untuk tujuan
5” (Narasumber Praktisi Dunia tertentu (Indrajaya, 2015). updating
Usaha /Dunia Industri). pengetahuan dalam materi tertentu seperti
manajemen resiko. Salah satu materi
manajemen resiko adalah penanganan

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE


92

keramaian (crowd control) di mana seperti halnya materi wawasan


penanganan keramaian harus memper pengenalan budaya bangsa,
hatikan visitor behaviours dan tipologi, keberagaman, komunikasi efektif
selain itu pemahaman akan perizinan, legal, (public relation), dan attitude dalam
dan pihak otoritas yang terkait harus terus berpariwisata (personal grooming,
di update (Säterhed et al., 2011; J. R. personal presentation, greeting,
Silvers, 2008). Seperti yang disampaikan senyum)” (narasumber Dosen).
oleh salah satu narasumber ahli di bawah
ini: Cara berpakaian merupakan salah
- “...Materi dasar mengenai jenis satu elemen dalam personal presentation,
meeting, incentive tour tour, dengan berpakaian yang sesuai secara
conference dan exhibition harus di profesional dapat memberikan kepercayaan
terapkan dengan pemahaman yang diri yang secara tidak langsung ditunjukan
kuat, dimana perbedaan yang jelas kepada orang lain melalui sikap dan
dan penerapannya di kehiduan tindakan, dan terkadang satu jenis pakaian
sehari-hari dilingkungannya masing- atau asesoris dapat menunjukan pekerjaan
masing” (narasumber Dosen) maupun jabatan seseorang dalam suatu
profesi (Joel & Kasamba, 2014; Rasband,
- “...materi – materi yang penting n.d.).
sebagai cirikhas insan pariwisata

Tabel 2. Materi pokok kompetensi MICE sesuai kompetensi

No Kompetensi Materi
1. Menyeleksi Venue 1.1. Konteks dan jenis kegiatan
Kegiatan 1.2. Kebutuhan terkait sifat dan jenis kegiatan
1.3. Spesifikasi venue
1.4. Informasi yang dibutuhkan terkait venue
1.5. Sumber-sumber informasi terkait venue
1.6. Faktor-faktor yang penting dalam melakukan
site inspection
1.7. spesifikasi dari kegiatan pihak-pihak yang
terkait dalam site inspection
2. Mengatur pendaftaran 2.1. Data based dan peralatan yang diperlukan
tamu dalam suatu acara 2.2. Persiapan tempat pendaftaran
2.3. Perincian aksesibilitas (handicap)
2.4. Signage dan rambu rambu
2.5. Materi pendaftaran
2.6. Prosedur pendaftaran
2.7. Penangan ketidakcocokan data
3. Menangani Keramaian 3.1. Identifikasi jenis kegiatan
3.2. Jenis penanganan keramaian
3.3. Sumber daya internal dan eksternal
3.4. Administrasi kebutuhan
3.5. Tindakan yang dianggap perlu
3.6. Evaluasi kegiatan
3.7. Laporan penangan keramaian
4. Bekerjasama Dengan 4.1. Berkomunikasi di tempat kerja
Kolega dan Pelanggan 4.2. Bantuan tamu internal maupun eksternal
4.3. Standar presentasi personal
4.4. Bekerjasama dalam tim

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


93

No Kompetensi Materi
5. Mengikuti Prosedur 5.1. Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan
Kesehatan, Keselamatan 5.2. Situasi darurat
dan Keamanan di 5.3. Presentasi Personal sesuai dengan kebutuhan dan
Tempat Kerja keselamatan kerja
6. Mengelola Kegiatan 4.1. Materi dan aktivitas yang disponsorkan
Sponsorship 4.2. Potensi sponsor
4.3. Paket sponsor
4.4. Informasi mengenai kesempatan sponsor
4.5. Kontrak/perjanjian
4.6. detail pelaksanaan sponsor
4.7. Analisis perubahan
4.8. Timbal balik k e r j a s a m a
4.9. Evaluasi perjanjian

Strategi Pembelajaran (metode) satu dengan lainnya (Solfema, 2013; Yuse,


Proses pembelajaran merupakan Jamaris, & Ismaniar, 2018).
suatu sistem di mana perancangan atau Dalam menetapkan materi dan teknik
rencana pembelajaran perlu memperhatikan pembelajaran untuk orang dewasa, materi
tata cara suatu sistem berjalan, Dengan lebih ditekankan pada pengalaman nyata,
demikian tujuan program dapat tercapai disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan efektif dan efesien (Kemp, 1994). berorientasi pada aplikasi praktis,
Salah satu penentu dari pengambilan sedangkan metode dan teknik harus
keputusan untuk menentukan strategi menghindari teknik yang bersifat
pembelajaran adalah karakteristik peserta, pemindahan pengetahuan dari fasilitator
jika dilihat dari karakteritik 34 guru kepada peserta didik, harus lebih bersifat
partisipan, 60% guru berpengalaman partisipatif (Sunhaji, 2013).
bekerja 5-10 tahun. Hal ini bisa dimaknai Sejalan dengan dengan itu beberapa
bahwa peserta pelatihan merupakan guru narasumber ahli menyampaikan dalam
berpengalaman. wawancaranya:
Perencanaan pembelajaran orang - “...Pembelajaran di industri,
dewasa berbeda dengan peserta didik biasanya dilakukan dengan sistem
disekolah. Pendidikan orang dewasa di coaching atau shadowing, di mana
sebut sebagai andragogik menurut trainee atau pegawai baru akan
penelitian Malcolm Knowles pada akhir dititipkan untuk diberikan contoh,
1960-an (Knowles, 1980). Knowles dilatih dan diminta untuk
memahami melalui penelitiannya bahwa mempraktekannya dan diawasi oleh
para instruktur perlu memahami apa yang para supervisor” (narasumber
diinginkan oleh peserta pelatihan bukan Praktisi Dunia usaha/dunia industri)
berfokus kepada kebutuhan peserta
pelatihan menurut keyakinan para - “...Meninjau karakteritik materi dan
instruktur (Carlson, 1989). Salah satu peserta pelatihan strategi
asumsi Knowles adalah setiap orang pembelajaran aktif bisa digunakan
dewasa membawa pengalaman sendiri yang seperti halnya discovery learning,
beragam ke dalam proses pembelajaran Problem Based Learning bahkan
dalam pelatihan, sehingga menghasilkan Project-Based Learning yang
gaya belajar, self exposure, dan gaya hidup disesuaikan dengan waktu pelatihan”
yang berbeda pula. Berdasarkan perbedaan (Narasumber Widyaiswara).
pengalaman yang dimilikinya, maka dalam
sebuah pelaksanaan pelatihan orang dewasa Maka dari itu untuk pembelajaran
akan saling bertukar pengetahuan antara orang dewasa dibutuhkan pembelajaran

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE


94

aktif, pembelajaran yang melatih peserta Menangani Keramaian, 4) Bekerjasama


didik untuk lebih aktif adalah pembelajaran dengan Kolega dan Pelanggan, 5)
induktif (Prince & Felder, 2007). Mengikuti Prosedur Kesehatan, Kesela-
Pembelajaran induktif terdiri dari beberapa matan dan Keamanan, 6) Mengelola
model yang meliputi: discovery learning, Kegiatan Sponsorship, Materi disesuaikan
inquiry learning, problem-based learning, dengan kompetensi tersebut sesuai SKKNI
project-based learning, case-based dan ditambahkan beberapa pengkinian
learning, dan just-in-time teaching mengenai materi terbaru, strategi
(Winarni, Santosa, & Ramli, 2016). pembelajaran menggunakan; discovery
learning, problem-based learning dan
Penilaian (evaluasi) project-based learning dengan beberapa
Dari hasil angket dan wawancara penyesuaian. Penilaian dilakukan terhadap
penilaian dilakukan terhadap 3 ranah yaitu 3 ranah yaitu; sikap, pengetahuan dan
sikap, pengetahuan dan keterampilan. keterampilan dengan instrumen yang
Penilaian atau evaluasi merupakan disesuaikan.
komponen kurikulum yang digunakan Hasil dari penelitian ini mengindi-
untuk melihat keefektifan pencapaian kasikan bahwa dibutuhkan pengembangan
tujuan baik itu kurikulum maupun desain kurikulum kelompok kompetensi
pembelajaran. Evaluasi bisa berfungsi su- MICE bagi guru Sekolah Menengah
matif maupun formatif, evaluasi formatif Kejuruan paket keahlian Usaha Perjalanan
adalah evaluasi yang dilakukan selama Wisata.
proses pembelajaran berlangsung dan bisa
digunakan untuk memperbaiki pembe- UCAPAN TERIMA KASIH
lajaran berikutnya, sedangkan evaluasi Ucapan terimakasih disampaikan
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan di kepada para narasumber ahli dari pihak dunia
akhir pembelajaran (Gagne, Briggs, & Industri dan dunia Usaha, narasumber dan
Wager, 1992). Evaluasi sebagai alat ukur narasumber Widyaiswara, Narasumber
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Pejabat kepala seksi program di PPPPTK
Evaluasi dapat dikelompokan menjadi 2 bisnis dan Pariwisata Serta Kepala Pusat
jenis yaitu evaluasi tes dan evaluasi non tes PPPPTK Bisnis dan Pariwisata.
(Tim Pengembang MKDP, 2011). Aspek
yang dinilai dalam pelatihan mencakup DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, Ali, M. (2014). Memahami Riset Perilaku
Penilaian dilakukan melalui tes untuk aspek dan Sosial. (Y. S. Hayati, Ed.).
pengetahuan, dan menggunakan instrumen Jakarta: PT. Bumi Aksara.
nontes melalui pengamatan selama kegiatan Carlson, R. (1989). Malcolm Knowles:
berlangsung untuk aspek sikap dan Apostle of andragogy. Vitae
keterampilan, dengan menggunakan Scholasticae, 8(Springs).
format-format penilaian yang telah Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
disediakan (Direktorat Jendral Guru dan Kependidikan. (2017). Petunjuk
Tenaga Kependidikan, 2017). Teknis Program Sertifikasi Pendidik
Dan Sertifikasi Keahlian Bagi Guru
PENUTUP Smk/Sma (Keahlian Ganda). Jakarta.
Dari hasil penelitian terhadap 34 Direktorat PSMK. (2017). Pedoman
guru SMK usaha perjalanan wisata dan Revitalisasi SMK. Jakarta: Direktorat
wawancara terhadap 4 narasumber ahli, Jenderal Guru dan Tenaga
diketahui bahwa kompetensi yang Kependidikan, Kementerian
dibutuhkan untuk melatih kompetensi Pendidikan dan Kebudayaan.
MICE bagi guru SMK adalah; 1) Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H.
Menyeleksi Venue kegiatan, 2) Mengatur H. (2012). How to Design and
pendaftaran tamu dalam suatu acara, 3) Evaluate Research in Education.

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


95

New York: TheMcGraw-Hill Jakarta: Kementerian Pendidikan dan


Companies, Inc. Kebudayaan.
Gagne, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. Prince, M., & Felder, R. (2007). The Many
W. (1992). Principles of Instructional Faces Of Inductive Teaching and
Design (4th ed.). USA: Harcourt Learning. Journal of College Science
Brace College Publishers. Teaching, 36(5).
Getz, D. (2007). Event Studies: Theory, Rasband, J. (n.d.). Power of Personal
Reaserdch and Policy for Planned Appearance. Retrieved June 13, 2018,
Event (first edit). Burlington: Elsevier from
Ltd. https://www.ldsbc.edu/documents/ca
Hsieh, P. F. (2013). Curriculum planning of reer_services/Interviewing/Power of
MICE course in continuing Personal Appearance.pdf
education. Journal of Hospitality, Richey, R. C., & Klein, J. D. (2009). Design
Leisure, Sport and Tourism and Development Reaserch. New
Education, 13(1), 107–122. York: Routledge.
https://doi.org/10.1016/j.jhlste.2013. Säterhed, P., Hanson, M., Strandlund, J.,
08.002 Nilsson, T., Nilsson, D., Locken, M.,
Indrajaya, T. (2015). Potensi Industri Mice & Meimermondt, A. (2011). Event
(Meeting, Incentive, Conference And Safety Guide 2011. Swedish Civil
Exibition) Di Kota Tangerang Contingencies Agency.
Selatan, Provinsi Banten. Jurnal Silvers, J., Bowdin, G., O’Toole, W., &
Ilmiah WIDYA, 3(Sepember), 80–87. Nelson, K. (2006). Towards an
Joel, C., & Kasamba, C. (2014). international Event Management
Communication of Gender through Body of Knowledge (EMBOK).
Personal Grooming and adornment in Journal of Event Management, 9(4),
Different Cultures and different 185–198.
Times. International Journal of Silvers, J. R. (2008). Risk Management for
Scientific and Reasearch Meetings and Events. Burlington:
Publications, 4(10), 1–4. Elsevier Ltd. All.
Junaedi. (2016). Strategi pengembangan Smith, G., & Cooper, C. (2000).
bisnis mice untuk mewujudkan kota Competitive Approaches to Tourism
surakarta sebagai kota mice. Hotelier and Hospitality Curriculum Design.
Journal, 1(Juni). Journal of Travel Research, 39(1),
Kemp, J. E. (1994). Proses Perancangan 90–95.
Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB https://doi.org/10.1177/00472875000
Bandung. 3900112.
Kesrul, M. (2004). Meeting, Incetives, Solfema. (2013). Andragogi Konsep dan
Converence and Exebition. Penerapannya. malang: Wineka
Yogyakarta: Graha Ilmu. Cipta.
Knowles, M. S. (1980). The modern Sperstad, J., & Cecil, A. K. (2011).
practice of adult education: From Changing Paradigm of Meeting
pedagogy to andragogy. Chicago: Management: what does this mean for
Follet. academia? Journal of Convention and
Morgan, M. (2004). From Production Line Event Tourism, 12(4), 313–324.
to Drama School: Higher Education Sunhaji. (2013). Konsep Pendidikan Orang
for the Future of Tourism. Inter. J. Dewasa. Jurnal Kependidikan, 1(1),
Contemp. Hospitality., 16(2), 91–99. 1–11.
Oka A. Yoeti. (2000). Manajemen Wisata Tim Pengembang MKDP. (2011).
Konvensi. Jakarta: Pertja. Kurikulum dan Pembelajaran.
Pamuji, G. M. (2015). Modul Kelompok Bandung: Raja Grafindo Persada.
Kompetensi E Pengelolaan MICE. Tribe, J. (2002). The Philosophic

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE


96

Practitioner. Tourism Res, 29(2), Penerapan Pembelajaran Orang


338–357. Dewasa Oleh Instruktur Pelatihan
Winarni, Santosa, S., & Ramli, M. (2016). Keterampilan Menjahit di SPNF SKB
Discovery Learning Model for Lima Puluh Kota. Spektrum PLS
Enhancing Oral Activities of High Jurnal Pendidikan Luar Sekolah,
School Student. BIOEDUKASI, 9(2), 1(1).
55–61. https://doi.org/10.5281/zenodo.1186
https://doi.org/10.20961/bioedukasi- 395.
uns.v9i2.4220.
Yuse, A. P., Jamaris, & Ismaniar. (2018).

Appendix a.

Sebaran Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan


Kompetensi MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) bagi Guru
Sekolah Menengah Kejuruan Usaha Perjalanan Wisata

Asal Sekolah Pendidikan Lama status Sertifikasi Jenis


Bekerja pekerjaan Guru kelamin
SMKN 1 Takengon - S2 (M.Par) 5 - 10 tahun PNS Belum Pria
Aceh Tengah
SMKN 3 Lhokseumawe DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun guru Belum Wanita
honorer/GHS/
GTT
SMKN 1 Medan S2 (M.Par) > 10 tahun PNS Belum Wanita
SMKN 1 Lingsar DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun pegawai Sudah Wanita
swasta/yayasa
n/GTY
SMKN 2 Pariaman S2 (M.Par) 5 - 10 tahun PNS Belum Wanita
SMKN 2 Kota Jambi DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun PNS Belum Wanita
SMKN 1 Tanjung Pinang S1 (S.Pd ) > 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Kota Bengkulu S1 (S.Pd ) > 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Dumai DIV (SST.Par ) > 10 tahun guru Sudah Wanita
honorer/GHS/
GTT
SMKN 3 Bandar S1 (S.Pd ) > 10 tahun PNS Belum Wanita
Lampung
SMKN 33 Jakarta DIV (SST.Par ) > 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Pacet DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Kota Bandung DIV (SST.Par ) > 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 3 Kota Bandung DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun guru Belum Wanita
honorer/GHS/
GTT
SMKN 4 Yogyakarta S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 4 Yogyakarta S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Belum Pria
SMKN 1 Selo S2 (M.Par) > 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 1 Selo S1 (S.Pd ) > 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 1 Malang S1 (S.Pd); DIV > 10 tahun PNS Sudah Wanita
(SST.Par )
SMK Putikecwara Batu S2 (M.Par) 5 - 10 tahun pegawai Belum Wanita
swasta/yayasa
n/GTY
SMKN 1 Trowulan DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun PNS Belum Wanita

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


97

Asal Sekolah Pendidikan Lama status Sertifikasi Jenis


Bekerja pekerjaan Guru kelamin
SMKN 1 Singaraja S1 (S.Pd ) > 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 1 Praya DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 2 Mataram DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 4 Mataram S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Belum Wanita
SMKN 1 Bima S1 (S.Pd ) > 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Kupang S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun guru Belum Wanita
honorer/GHS/
GTT
SMKN 4 Makasar S2 (M.Par) > 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Limboto S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Pria
SMKN 1 Gorontalo DIV (SST.Par ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Wanita
S2 (M.Pd)
SMKN 1 Gorontalo S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 1 Ternate S1 (S.Pd ) < 5 tahun guru Belum Wanita
honorer/GHS/
GTT
SMKN 1 Toli toli S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Wanita
SMKN 3 Singkawang S1 (S.Pd ) 5 - 10 tahun PNS Sudah Wanita

Appendix b.
Daftar Narasumber Ahli

Kode Jenis Usia Latar Lama Posisi Pekerjaan Perusahaan/lembaga


kelamin Belakang bekerja tempat bekerja
Pendidikan
V.1 Laki - Laki 43 Sarjana 15 Pemilik Perusahaan Visitama Travel and PCO,
Pariwisata Bandung
V.2 Laki - Laki 37 Sarjana 13 Supervisor event Trans Studio Casual Leasing
Sosial casual leasing (venue)
V.3 Perempuan 53 Magister 20 Widyaiswara Usaha PPPPTK Bisnis dan
(kandidat Perjalanan Pariwisata
doktor) Wisata/Manager LSP
P2
V.4 Perempuan 39 Doktor 15 Kepala Seksi Program PPPPTK Bisnis dan
Pariwisata
V.5 Laki - Laki 37 Doktor 10 Dosen Politeknik Bandung

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum Pelatihan Kompetensi MICE

Anda mungkin juga menyukai