Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dede Hidayat

NIM : 1711121847
Kelas : A 2017 3
Mata Kuliah : Keperawatan Masyarakat Peraian
Tugas Individu
1. Kriteria Rumah Sehat
Kemenkes RI telah menetapkan kriteria rumah sehat yang tertera di dalam KEPMENKES
RI NO. 829/Menkes/SK/VII/1999 yang terdiri dari:
A. Bahan Bangunan 
1) Tidak terbuat dari bahan bangunan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut: 
a. Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3 
b. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam 
c. Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg. 
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen. 
B. Komponen dan penataan ruang rumah 
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut: 
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan 
2) Dinding: 
a. Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk
pengaturan sirkulasi udara 
b. Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan 
3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan 
4) Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus  dilengkapi
dengan penangkal petir 
5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain
anak 
6) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. 

1
C. Pencahayaan 
Pencahayaan alam dan/atau buatan yang langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux, dan tidak menyilaukan. 
D. Kualitas Udara 
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut: 
1) Suhu udara nyaman berkisar 18°C sampai dengan 30°C 
2) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70% 
3) Konsentrasi gas SO tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam 
4) Pertukaran udara ("air exchangerate") 5 kaki kubik per menit per penghuni 
5) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam 
6) Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m 
E. Ventilasi 
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai. 
F. Binatang Penular Penyakit 
1) Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah. 
2) Tidak ada jentik-jentik nyamuk bersarang di air tergenang di sekitar rumah
G. Air 
1) Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang 
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
H. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman
I. Limbah 
1) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan bumi 
2) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukaan tanah. 
J. Kepadatan hunian ruang tidur 
Luas ruang tidur minimal 8 m dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang
tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. 

2
Sedangkan kriteria rumah sehat Menurut Depkes RI (2002) dan menurut Winslow dan
APHA (American Public Health Association), rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
A. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
B. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
C. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
D. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
2. Karakteristik Lingkungan Perumahan Di Wilayah Perairan
Karakteristik lingkungan perumahan di wilayah perairan yaitu:
A. Sebagian besar permukiman menempati lahan laut atau pesisir pantai, sehingga
rumah tinggal berbentuk panggung, ketinggian tiang yang bervariasi sesuai
kedalaman laut dan pasang-surut air. menggunakan bahan-bahan yang mudah
diperoleh di lingkungannya, yaitu kayu, bambu, daun silar, enau, dan lain-lain.
B. Biasanya membentuk garis linier mengelilingi bukit karang, laut dan pantai.
C. Permukiman terdiri atas deretan rumah tinggal (sangat padat pada bagian daratan
kepulauan, daratan pantai) dihubungkan oleh jalan atau jembatan kayu.
D. Unit-unit permukiman membentuk spasial dimana rumah tinggal mengelilingi ruang-
ruang publik yaitu jalan, tempat ibadah, sekolah, balai desa, warung, tempat mandi
cuci, dan tempat-tempat bermain.
E. Interaksi sosial umumnya dilakukan pada teras depan rumah, jalan setapak, jembatan
kayu dan ruang-ruang publik yang ada di lingkungan permukiman.

3
F. Antar rumah terdapat ruang yang biasanya dimanfaatkan sebagai tempat memperbaiki
sampan (perahu kecil), begitu pula pada ruang-ruang belakang rumah yang
menghadap laut

Kriteria fisik lingkungan kawasan permukiman nelayan sebagai berikut:


(Depertemen Pekerjaan Umum)

A. Tidak berada pada daerah rawan bencana


B. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai dan sungai
C. Kelerengan : 0 – 25 % 4. Orientasi horizontal garis pantai : > 600
D. Kemiringan dasar pantai : terjal – sedang
E. Kemiringan dataran pantai : bergelombang – berbukit
F. Tekstur dasar perairan pantai : kerikil – pasir
G. Kekuatan tanah daratan pantai : tinggi
H. Tinggi ombak signifikan : kecil
I. Fluktuasi pasang surut dan arus laut : kecil
J. Tidak berada pada kawasan lindung
K. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga, seperti kawasan mangrove.
3. Jenis Penyakit Akibat Perumahan Tidak Sehat
Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada Tahun
2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang berbasis
lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare, infeksi saluran
pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan
akibat Lingkungan perumahan yang buruk.
Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti
ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, dan Kecacingan; yang kedua disebabkan oleh
binatang seperti Flu burung, Pes, Anthrax ; dan yang ketiga disebabkan oleh vektor
nyamuk diantanya DBD, Chikungunya dan Malaria.

Sedangkan sumber lain, penyakit akibat perumahan tidak sehat terbagi menjadi:

A. Penyakit yang ditularkan melalui air


Penyakit yang ditularkan melalui air sering dirujuk sebagai penyakit karena air
kotor yang disebabkan karena terjadinya kontaminasi oleh bahan kimia, kotoran

4
manusia atau hewan. Penyakit spesifik dari kelompok ini meliputi kolera, tifoid,
shigella, polio, meningitis, hepatitis A dan E.
B. Penyakit yang berbasis pada atau kontak terhadap air
Penyakit yang berbasis pada atau kontak terhadap air adalah penyakit yang
disebabkan oleh organisme yang hidup di dalam air, yang menghabiskan sebagian
waktu hidupnya dalam air dan sebagian lagi sebagai parasit di dalam tubuh hewan.
Termasuk penyakit golongan ini adalah dracunculiasis, paragonimiasis, clonorchiasis,
dan schiztosomiasis.
C. Penyakit yang ditularkan oleh vektor yang hidup dalam air
Vektor penyakit yang berbiak dalam air terutama adalah nyamuk yang menghisap
darah dan menginfeksikan manusia dengan bibit penyakit malaria, demam berdarah,
dan filariasis. Contoh penjelasan penyakitnya yaitu:
D. Penyakit lainnya yang disebabkan karena air yang terkontaminasi
Terakhir, adalah penyakit yang berhubungan dengan air yang terkontaminasi
termasuk penyakit ini adalah difteria, kusta, batuk rejan, tetanus, tuberkulosis, dan
trachoma.

Sedangkan di dalam buku ajar penyakit berbasis lingkungan oleh Sang Gede
Purnama (2016) penyakit berbasis lingkungan yaitu:
A. Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti ISPA,
TBC paru, Diare, Polio, Campak, dan Kecacingan
B. Jenis penyakit berbasis lingkungan yang kedua disebabkan oleh binatang seperti Flu
burung, Pes, Anthrax
C. Jenis penyakit berbasis lingkungan yang ketiga disebabkan oleh vektor nyamuk
diantanya DBD,Chikungunya dan Malaria
4. Penatalaksanaan Penyakit Dampak Rumah Yang Tidak Sehat
Hal yang dapat dilakukan adalah:
A. Eliminasi resevior
Eliminasi reservoir (manusia) sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan
dengan mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain. Karantina, adalah membatasi
ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama penderita lain yang

5
sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang
lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
B. Memutus mata rantai
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan merupakan usaha
untuk memutus mata rantai penyakit
C. Melindungi kelompok rentan
Bayi, anak-anak dan balita merupakan kelompok rentan usia terhadap penyakit
menular.

Di dalam buku ajar penyakit berbasis lingkungan oleh Sang Gede Purnama (2016) Ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis
lingkungan, diantaranya:
A. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaankualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.
B. Penyehatan Lingkungan, Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuanganair limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah,
sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburanlainnya.
C. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran.
D. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempatpenyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan,kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan.
E. Pemantauan Jentik Nyamuk dapatdilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik), petugassanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan
tumbuhnya jentik.

Anda mungkin juga menyukai