PERLINDUNGAN KONSUMEN
DISUSUN OLEH :
NPM : 1705160246
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik
karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya keseimbangan
antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur.
Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya
melalui tiga tingkat unifikasi, industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang
pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan
ekonomi dan modernisasi politik. Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah
melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap
sebelumnya dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak
akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan dimasyarakat. Selama masih
banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,
masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku
usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini,
banyak bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada
konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung.
Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana perlindungan
terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen. Dalam makalah ini kami juga
akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen yang mungkin
akan berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/i dimasa yang akan datang.
PEMBAHASAN
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan
adalah :
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat(1), Pasal 27
dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
No. 3821)
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang
Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag
Prop/Kab/Kota
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795/DJPDN/SE/12/2005
tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan
perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah
perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagaisumber atau dasar hukum sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli tentang
Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan,
Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
Hak Konsumen :
1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecuali terhadap barang
yang sudah dibeli.
2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli.
3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.
4. Membeli barang yang terstandardisasi.
5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atau terhadap praktik
bisnis yang tidak adil.
Contoh Kasus :
Meskipun tidak seberat contoh kejahatan kemanusiaan, contoh kejahatan tanpa korban,
contoh kejahatan kerah putih, ataupun bentuk kejahatan lain yang berujung pada hukuman
seumur hidup menurut Pasal 10 KUHP, namun kasus perlindungan konsumen sempat membuat
resah masyarakat. Salah satu contohnya adalah produk obat nyamuk, yang memiliki harga murah
dan banyak diminati oleh masyarakat.
Bahan kimia ditemukan dalam produk tersebut, seperti Diklorvos dan Propoxur yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Namun sayangnya, pemerintah hanya melakukan langkah
yang sebenarnya tidak memberikan efek nyata yakni pelarangan penggunaan Diklorvos untuk
pertanian dan rumah tangga.
Itulah tadi beberapa contoh kasus perlindungan konsumen di Indonesia, semoga saja,
kejadian serupa tidak akan terulang lagi pada masa yang akan datang. Dan sudah sepatutnya kita
juga mengambil pelajaran yang ada pada kasus tersebut.
Seperti yang anda lihat tadi, perdagangan bukanlah hal yang sepele, tidak hanya aktifitas
menukar uang dan barang saja, namun di dalamnya juga dapat ditemukan aktifitas menjalankan
kewajiban dan menghormati hak dari pihak lain. Apabila transaksinya berjalan mulus, kedua
pihak akan mengalami keuntungan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak, kewajiban serta perlindungan hukum
atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang layak atas
mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh produsen kepada konsumen
adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat mengingatkan
para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak serta kewajiban yang harus kita
laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hukum dan UU yang berlaku yang
bisa digunakan kapan saja ketika diri kita mendapat perlakuakuan yang tidak sesuai dengan apa-
apa yang telah ditetapkan bagi konsumen.
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para mahasiswa/mahasiswi, dan bisa
dijadikan referensi dalam melakukan kajian-kajian ilmiah tentang hukum perlindungan
konsumen.
Soal :
1. Jelaskanlah :
a. Konsumen adalah pengguna akhir (end user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
b. Pelaku Usaha adalah setiap perorangan atau badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia,
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai kegiatan ekonomi.
c. Pengawas Persaingan Usaha adalah lembaga independen yang dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
d. Keunggulan Kompetitif (competitive advantage) merupakan kemampuan yang didapat
melalui karakteristik dan sumber daya sebuah organisasi atau sebuah perusahaan
untuk memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain pada industri
atau pasar yang sama.
Tugas
1. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16;
2. melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
3. melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
4. mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36;
5. memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
6. menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini;
7. memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Wewenang
1. menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat;
3. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku
usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;
4. menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
undang-undang ini;
6. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau
setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi
panggilan Komisi;
8. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan
atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain
atau masyarakat;
11. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan Undang-undang ini.