Anda di halaman 1dari 13

HUKUM BISNIS

PERLINDUNGAN KONSUMEN

DISUSUN OLEH :

NAMA : BAYU AGA WARDANA

NPM : 1705160246

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik
karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya keseimbangan
antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur.
Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya
melalui tiga tingkat unifikasi, industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang
pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk pembangunan
ekonomi dan modernisasi politik. Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah
melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap
sebelumnya dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak
akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan dimasyarakat. Selama masih
banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,
masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku
usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini,
banyak bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan kepada
konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran barang secara langsung.

Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,konsumen


hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa
disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya. Permasalahan yang
dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks
dari itu yang menyangkut pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun
konsumen itu sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa
mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas,
aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang
sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang serta peraturan-peraturan
disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke
konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-
undang tersebut dengan baik.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang


direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak
langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh
rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang
dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sosial kontrol
terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di
indonesia dapat lebih diperhatikan.

Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana perlindungan
terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen. Dalam makalah ini kami juga
akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen yang mungkin
akan berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/i dimasa yang akan datang.

B. Sejarah Perlindungan Konsumen Di Indonesia


Masalah perlindungan konsumen di Indonesia baru mulai terjadi pada dekade 1970-an.
hal ini ditandai dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada bulan
Mei 1973. ketika itu gagasan perlindungan konsumen disampaikan secara luas kepada
masyarakat melalui berbagai kegiatan advokasi konsumen, seperti pendidikan, penelitian,
pengujian, pengaduan, dan publikasi media konsumen. YLKI berdiri ketika kondisi politik
bangasa Indonesia saat itu masih dibayang bayanagi dengan kampanye penggunaan produk
dalam negeri, namun seiring perkembangan waktu, gerakan perlindungan konsumen dilakukan
melalui koridor hukum yang resmi, yaitu bagaimana memberikan bantuan kepada masyarakat
atau konsumen.
Sejak dekade 1980-an, gerakan atau perjuangan untuk mewujudkan sebuah Undang-
Undang tentang perlindungan konsumen dilaksanakan selama bertahun tahun. masa orde baru,
pemerintah dan DPR tidaak memiliki greget yang besar untuk mewujudkan karena terbukti
pengesahan RUU Perlindungan Konsumen selalu ditunda. Baru pada era reformasi, keinginan
terwujudnya UU tentang Perlindungan Konsumen bisa terpenuhi. pada masa pemerintahan BJ
Habibie, tepatnya tanggal 20 April 1999, RUUPK secara resmi disahkan sebagai UU tentang
Perlindungan Konsumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen


Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih
luas. Az. Nasution, misalnya berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas atau
kaidah-kaidah bersifat megatur dan juga mengatur sifat yang melindungi kepentingan konsumen.
Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum
yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaintan dengan
barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, defini Hukum Perlindungan Konsumen adalah
keseluruhan asas-asas serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur mengenai hubungan dan
masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yang lain, dan berkaitan dengan barang dan jasa
konsumen didalam pergaulan hidup masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
didalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen merupakan segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk menberikan perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan hukum bagi konsumen merupakan sebuah perangkat hukum yang
diciptakan oleh lembaga pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan hukun dan jaminan
kepastian hukum bagi para konsumen dari berbagai permasalahan ataupun sengketa konsumen
karena merasa dirugikan oleh pelaku usaha (Eli, 2015).
Sebagaimana dikatakan Ensiklopedi Wikipedia, Hukum Konsumen adalah hukum yang
mengatur hubungan hukum perdata antara konsumen selaku individu dan pelaku usaha yang
menjual barang dan jasa. Perlindungan konsumen meliputi masalah yang luas, yang tidak hanya
terbatas pada tanggung jawab produk, hak-hak konsumen, praktik usaha tidak sehat, penipuan,
penafsiran yang keliru, hubungan lain konsumen/pelaku usaha. Hukum konsumen berhubungan
dengan pelunasan kredit, pencairan pinjaman, keamanan produk, pelayan dan perjanjian
penjualan, peraturan nota kolektif, harga, pembatalan, konsolidasi, pinjaman seseorang yang
mungkin menjadi bangkrut, dan masih banyak lagi.

B. Prinsip Dan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen


Secara garis besar prinsip-prinsip tanggung jawab produk didalam hukum perlindungan
konsumen dibedakan sebagai berikut :
1. Let The Buyer Beware :
 Pelaku usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak perlu proteksi
 Konsumen diminta berhati-hati dan bertanggung jawab sendiri
 Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak terbuka
 Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi Caveat Venditor
2. The Due Care Theory
 Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasarkan produk, baik
barang maupun jasa. Selama berhati-hati ia tidak dapat dipersalahkan
 Pasal 1865 KUHP secara tegas menyatakan, barangsiapa yang mengendalikan
mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain,
atau menunjuk pada suatu peristiwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau
peristiwa tersebut
 Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan

3. The Privity Of Contract


 Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban melindungi konsumen,
tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan
kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal-hal yang diluar diperjanjikan
 Fenomena kontrak-kontrak standar yang banyak beredar di masyarakat merupakan
petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku
usaha.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan
adalah :

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat(1), Pasal 27
dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
No. 3821)
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang
Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag
Prop/Kab/Kota
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795/DJPDN/SE/12/2005
tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen, dimungkinkan


dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku usaha.
Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya secara
hukum di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal pengaturan
perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah
perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagaisumber atau dasar hukum sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli tentang
Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001
tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan,
Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

C. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen


Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan perlindungan konsumen
diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 asas yang relevan dalam pembangunan
nasional yaitu :
1. Asas Manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.
2. Asas Keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas Keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemeritah dalam arti materiil ataupun
spiritual.
4. Asas Keamanan dan Keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen mengemukakan,


Perlindungan konsumen bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi


diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam usaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

D. Hak Dan Kewajiban Konsumen

Hak Konsumen :

1. Hak akan pendidikan konsumen


2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas praktik bisnis yang tidak adil, praktik bisnis yang
mengekang, atau eksploitasi konsumen yang berlebihan.
3. Hak untuk didengar dan diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akan diterirma
berdasarkan pertimbangan pihak-pihak pada forum yang layak.
4. Hak untuk terjamin untuk mendapatkan akses ke barang dan jasa dengan harga yang
bersaing, sebisa mungkin.
5. Hak untuk mendapatkan informasii tentang mutu dan jumlah barang dan jasa sehinggan
dapat terlindungi dari praktik bisnis yang tidak adil.
6. Hak unruk dapat perlindungan terhadap pemasaran barang dan jasa yang berbahaya bagi
kehidupan dan harta benda.
Kewajiban Konsumen :

1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecuali terhadap barang
yang sudah dibeli.
2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli.
3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.
4. Membeli barang yang terstandardisasi.
5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atau terhadap praktik
bisnis yang tidak adil.

E. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha Terhadap Konsumen


Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatakan, Hak
Pelaku Usaha adalah :
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan menganai kondisi
dan nilai tukar barang/jasa yang diperdagangkan
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengkata konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.

Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen menyatakan,


Kewajiban pelaku usaha adalah;

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.


2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasayang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam penjelasan Pasal 7 dalam Huruf c. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan


konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu
pelayanan kepada konsumen. Huruf e. Yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa
tertantu adalah barang yang dapat diuji atau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau
kerugian.

Contoh Kasus :

Meskipun tidak seberat contoh kejahatan kemanusiaan, contoh kejahatan tanpa korban,
contoh kejahatan kerah putih, ataupun bentuk kejahatan lain yang berujung pada hukuman
seumur hidup menurut Pasal 10 KUHP, namun kasus perlindungan konsumen sempat membuat
resah masyarakat. Salah satu contohnya adalah produk obat nyamuk, yang memiliki harga murah
dan banyak diminati oleh masyarakat.

Bahan kimia ditemukan dalam produk tersebut, seperti Diklorvos dan Propoxur yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Namun sayangnya, pemerintah hanya melakukan langkah
yang sebenarnya tidak memberikan efek nyata yakni pelarangan penggunaan Diklorvos untuk
pertanian dan rumah tangga.

Itulah tadi beberapa contoh kasus perlindungan konsumen di Indonesia, semoga saja,
kejadian serupa tidak akan terulang lagi pada masa yang akan datang. Dan sudah sepatutnya kita
juga mengambil pelajaran yang ada pada kasus tersebut.

Seperti yang anda lihat tadi, perdagangan bukanlah hal yang sepele, tidak hanya aktifitas
menukar uang dan barang saja, namun di dalamnya juga dapat ditemukan aktifitas menjalankan
kewajiban dan menghormati hak dari pihak lain. Apabila transaksinya berjalan mulus, kedua
pihak akan mengalami keuntungan.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak, kewajiban serta perlindungan hukum
atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang layak atas
mereka, mengingat faktor utama perlakuan yang semena-mena oleh produsen kepada konsumen
adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat mengingatkan
para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak serta kewajiban yang harus kita
laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan penuh atas hukum dan UU yang berlaku yang
bisa digunakan kapan saja ketika diri kita mendapat perlakuakuan yang tidak sesuai dengan apa-
apa yang telah ditetapkan bagi konsumen.
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para mahasiswa/mahasiswi, dan bisa
dijadikan referensi dalam melakukan kajian-kajian ilmiah tentang hukum perlindungan
konsumen.
Soal :

1. Jelaskanlah :
a. Konsumen adalah pengguna akhir (end user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
b. Pelaku Usaha adalah setiap perorangan atau badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia,
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai kegiatan ekonomi.
c. Pengawas Persaingan Usaha adalah lembaga independen yang dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
d. Keunggulan Kompetitif (competitive advantage) merupakan kemampuan yang didapat
melalui karakteristik dan sumber daya sebuah organisasi atau sebuah perusahaan
untuk memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain pada industri
atau pasar yang sama.

2. Sebutkan Tujuan dibuatnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999


Adanya UU No. 5 tahun 1999 merupakan kebutuhan campur tangan pemerintah dalam
memperbaiki pengaturan kegiatan ekonomi agar iklim persaingan usaha berjalan dengan
sehat dan wajar, campur tangan pemerintah ini mempunyai beberapa tujuan penting yaitu
:
a. Mengawasi agar eksternaliti kegiatan ekonomi yang merugikan dapat dihindari atau
akibat buruknya dapat dikurangi.
b. Menyediakan barang publik yang cukup sehingga masyarakat dapat memperoleh
barang tersebut dengan mudah dan dengan biaya murah.
c. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang besar
yang dapat mempengaruhi pasar, agar mereka tidak mempunyai kekuasaan monopoli
yang merugikan khalayak ramai.
d. Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan penindasan dan
ketidaksetaraan di dalam masyarakat.
e. Memastikan agar pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan dengan efisien.

3. Sebutkan Tugas-tugas dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha


Undang-undang No 5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa tugas dan wewenang Komisi
Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:

Tugas
1. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16;
2. melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
3. melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
4. mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36;
5. memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
6. menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini;
7. memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Wewenang

1. menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat;
3. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku
usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;
4. menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
undang-undang ini;
6. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau
setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi
panggilan Komisi;
8. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan
atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain
atau masyarakat;
11. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan Undang-undang ini.

Anda mungkin juga menyukai