Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ANNISA AULIA RAHMAWATI

NIM : 19334734
KELAS : P2K-L
Hubungan antara Status Gizi dan Sistem Imun Seluler pada Subyek Penyakit Ginjal
Kronik Stadium V Hemodialisis di Instalasi Tindakan Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Pada tahap gagal ginjal, diperlukan pengganti
ginjal yaitu dialysis atau transplantasi ginjal. Patofisiologi PGK awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya. PGK disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : usia,
penyalahgunaan obat analgetik dalam waktu lama, diabetes mellitus, hipertensi, dan bbrp
penyakit lain. Pasien dengan laju filtrasi glomerulus (LGF) <60 ml/mnt/1,73m dilakukannya
pembatasan asupan protein 0,6-0,8/kgBB/hari dengan jumlah kalori 30-35 kkal/kgBB/hari.
Pembatasan asupan protein ini bertujuan untuk menghambat perburukan fungsi ginjal yang
disebabkan hiperfiltrasi glomerulus. Tetapi pembatasan protein ini juga membawa dampak
negative seperti status gizi kurang. Sehingga dilakukan tidakan terapi pengganti ginjal yaitu
hemodialysis. Hemodialisis bertujuan untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein atau
mengoreksi gangguan keseimbangan air dan elektolit antara darah dengan dialisat melalui
membran semipermeable.
Sistem imun tubuh memiliki fungsi untuk memperbaiki DNA dan mencegah infeksi.
Limfosit adalah salah satu jenis leukosit yang berfungsi sebagai sistem imun. Limfosit memiliki
2 fungsi utama yaitu membunuh antigen yang masuk dalam tubuh dan sebagai pengenal antigen
yang telah masuk. Terdapat 2 jenis limfosit yaitu : (1) limfosit T yang terdiri atas limfosit sel T
helper dan limfosit sel T killer (2) Limfosit B yg berfungsi menghasilkan antibodi
immunoglobulin setelah diaktifkan oleh sel T helper. Sitem imun terbagi menjadi 2 yaitu
imunitas humoral dan imuntas seluler.
Status gizi adalah hasil dari keseimbangan antara gizi yang masuk dengan
penggunaannya. Pasien PGK rentan mengalami gizi yang kurang sehingga dapat menyebabkan
berat badan serta sistem imun menurun karena asupan protein yang dibatasi. Status gizi dibagi
atas 3 bagian yaitu status gizi baik, kurang dan lebih. Penilaian ini dilakukan dengan pengukuran
antropometri dengan pengukuran lingkar lengan atas(LILA) dan IMT. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan sitem imun seluler pada pasien PGK stasium
V-HD di Instalasi Tindakan Hemodialisis RSUP Prof Dr.R.D.Kandou Manado.
Jenis penilitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain potong lintang dan
menggunakan uji parametrik Spearman. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Tindakan
Hemodialisis RSUP Prof Dr.R.D.Kandou Manado pada desember 2014 sampai januari 2015.
Sampel yang diambil ialah pasien PGK stadium V-HD dengan hemodialisis dua kali dalam satu
minggu selama 4-5 jam. Variabel penelitian yang diambil yaitu usia, jenis kelamin, hitung
limfosit, hitung IMT dan ukuran LILA. Data diperoleh melalui pengukuran langsung IMT dan
LILA, serta pengambilan darah untuk hitung limfosit pada pasien PGK V-HD di Ruangan Melati
RSUP Prof Dr.R.D.Kandou.
Hasil penelitia dengan responden sebanyak 30 pasien (17 orang laki-laki dan 13 orang
perempuan), usia berkisar antara 36-76 tahun. Pada rentang IMT berkisar antara 16-28, pada
rentang nilai LILA berkisar antara 17-28,5 dan nilai hitung limfosit berkisar antara 1000-4131.
Berdasarkan status gizi, sebanyak 31 pasien berstatus gizi normal, 10 pasien berstatus
gizi kurang dan 7 orang beresiko dan obesitas. Uji status gizi dan LILA dengan limfosit
dilakukan dengan menggunakan uji Spearman. Pada uji status gizi, hasilnya nilai koefisien r
sebesar 0,297 (koefisien r rendah). Pada uji status LILA, hasilnya nilai koefisien r sebesar 0,192
(Koefisien r rendah). Setelah dihitung, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
status gizi berdasarkan LILA dan limfosit.
Walaupun zat gizi merupakan faktor penting dari sistem imun. Zat gizi berupa vitamin A,
Vitamin E, vitamin C, zinc dan zat besi dapat membantu respon imun. Vitamin A berperan
dengan pematangan sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing. Vitamin E
melindungi dari degenerasi pada proses penuaan dan membantu peningkatan respon imun.
Vitamin C meningkatkan kadar interferon dan aktivitas sel imun, meningkatkan aktivias limfosit
dan makrofag. Zinc sebagai kofaktor dalam pembentukan DNA dan RNA. Zat besi dengan
menurunkan produksi IL-1.

Anda mungkin juga menyukai