Anda di halaman 1dari 23

TUGAS FITOKIMIA

ANTOSIANIN

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Anisa Rahmah (17334030)

Indah Puspita Sari (17334044)

Ayu Ghenni Pratiwi (18334787)

Pinesti (19334728)

Tedy Ria Atmaja (19334729)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami berharap makalah ini bisa menjadi prasana dalam mempermudah mata kuliah FITOKIMIA
I.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran darisemua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Tim Penyusun

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4

1.3 Tujuan...................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5

2.1 Struktur Antosianin.............................................................................................................5

2.2 Sumber dan Kandungan Antosianin..................................................................................6

2.3 Fungsi dan Pemanfaatan Antosianin.................................................................................8

2.5 Staghorn Sumac (Rhus Typhina)......................................................................................10

BAB III.........................................................................................................................................12

PEMBAHASAN...........................................................................................................................12

3.1 Eksperimental.....................................................................................................................14

3.1.  1 Isolasi Antosianin........................................................................................................14

3.1.2  UPLC Analitis-MS.......................................................................................................16

3.1.3.  Spektroskopi NMR......................................................................................................18

3.1.4.  Data NMR tambahan..................................................................................................19

3.1.5.  Spektro massa resolusi tinggi.....................................................................................20

KESIMPULAN............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antosianin merupakan golongan senyawa kimia organik yang dapat larut dalam pelarut
polar, serta bertanggung jawab dalam memberikan warna oranye, merah, ungu, biru, hingga
hitam pada tumbuhan tingkat tinggi seperti: bunga, buah-buahan, bijibijian, sayuran, dan umbi-
umbian. Berdasarkan kepolarannya dalam pelarut universal, antosianin dalam tumbuhan berada
dalam bentuk aglikon yang dikenal sebagai antosianidin dan antosianin dalam bentuk glikon
sebagai gula yang diikat secara glikosidik membentuk ester dengan monosakarida (glukosa,
galaktosa, ramnosa, dan pentosa). Atau dapat dikatakan, adanya proses hidrolisis pada reaksi
esterifikasi sebuah antosianidin (aglikon) dengan satu atau lebih glikon (gugus gula) dapat
membentuk antosianin.

Hingga kini di alam terdapat lebih dari 700 jenis antosianin yang diisolasi dari berbagai
jenis tanaman dan telah diidentifikasi, beberapa diantaranya yang memegang peranan penting
dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin, peonidin, delfinidin, petunidin, malvidin, dan
glikosida-glikosida antosianidin. Salah satu jenis antosianin yang kandungannya paling banyak
di alam, dan digunakan sebagai senyawa referensi pada umumnya adalah turunan sianidin dan
peonidin.

Keberadaan antosianin di alam dan penyebarannya pada berbagai jenis tanaman yang
berbeda serta pada bahan alam lainnya, membuat antosianin memiliki karakter yang berbeda
pula. Hal ini menjadikan antosianin sebagai zat kimia organik yang amat potensial dalam
mengerahkan fungsi fisiologis pada berbagai organisme hidup, baik untuk manusia, hewan, serta
pada tanaman itu sendiri. salah satu tanaman yang mengandung antosianin contohnya Staghorn
Sumac.

Staghorn Sumac adalah sekelompok kayu-abadi, gugur, berbunga semak, milik genus
Rhus. Mereka terdiri dari kira-kira 250 spesies individu, didistribusikan secara luas di seluruh

3|Page
sub- daerah tropis hingga sedang di belahan bumi utara (Rayne dan Mazza, 2007; Gallant et al.,
1998). Rhus coriaria, ditemukan terutama di cekungan Mediterania dan Timur Tengah, telah
digunakan dalam rempah-rempah campuran dan obat-obatan tradisional selama ribuan tahun,
sementara Rhus typhina, Staghorn sumac, juga disebut Rhus hirta, adalah spesies yang
ditemukan di seluruh Amerika Utara, yang didistribusikan secara luas antara Wilayah Great
Lakes hingga provinsi Atlantik Kanada dan mencapai selatan ke New England (Rayne dan
Mazza, 2007). Cerita rakyat asli Amerika dan penggunaan obat tradisional berasal Staghorn
sumac dengan berbagai khasiat obat untuk mengobati penyakit mulai dari sakit perut / diare,
penyembuhan yang terinfeksi luka dan lega untuk sakit tenggorokan, selain penggunaannya
sebagai segar makanan dan menyegarkan, meskipun asam, minuman (Arnason et al., 1981).
Baru-baru ini, ekstrak sumak Staghorn telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan kuat dan
bukti menunjukkan mereka mungkin telah digunakan oleh masyarakat adat untuk pengobatan
gejala diabetes mellitus (McCune dan Johns, 2002, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara isolasi antosianin dari tanaman Staghorn Sumac?

b. Bagaimana cara identifikasi antosianin dari tanaman Staghorn Sumac?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui caraisolasi dan identifikasi antosianin dari tanaman Staghorn Sumac

4|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Antosianin


Antosianin yang merupakan zat warna alami golongan flavonoid dengan tiga atom
karbon yang diikat oleh sebuah atom oksigen untuk menghubungkan dua cincin aromatik
benzene (C6H6) di dalam struktur utamanya, berasal dari bahasa Yunani yang berarti bunga biru.
Antosianin mempunyai karakteristik kerangka karbon (C6C3C6) dengan struktur dasar
antosianin adalah 2-fenil-benzofirilium dari garam flavilium. Struktur flavilium antosianin dapat
dilihat pada gambar 1.

Secara kimia, antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin,
dimana semua jenis antosianin memiliki perbedaan yang didasarkan pada ikatan antara gugus
R3’ dan R5’ dengan cincin aromatik antosianin. Struktur dasar antosianin dapat dilihat pada
Gambar 2.

5|Page
Sebanyak 20 jenis antosianin masingmasing mempunyai jumlah 15 atom karbon (C15)
diluar gugus subtitusinya, dimana gugus R3’ dan R5’ yang merupakan gugus subtitusi terbentuk
dari pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil; posisi gugus
hidroksil; metilasi gugus hidroksil; nomor dan lokasi gula yang terikat pada molekul; serta asam
alifatik (asam malonat, asetat, malat, suksinat dan oksalat); atau asam aromatik (asam p-kumarat,
kafeat, ferulat, sinapat dan galat) yang menempel pada gula tersebut. Hal ini mempengaruhi
warna yang akan diekspresikan oleh antosianin dan juga mempengaruhi kestabilannya.

2.2 Sumber dan Kandungan Antosianin


Keberadaan antosianin di alam paling melimpah. Berdasarkan beberapa hasil riset yang
dilakukan menunjukkan sumber antosianin terutama terdapat pada bahan alam khususnya pada
tanaman. Keberadaan antosianin pada tanaman terletak di dalam sel vakuola dari tanaman itu
sendiri, sehingga kebanyakan antosianin ditemukan dan dapat diambil dari beberapa organ
tanaman, seperti mahkota bunga, daun, buah, biji-bijian, hingga pada umbiumbian. Pada
berbagai jenis buah dan umbiumbian, antosianin tidak saja terkandung dalam daging buah
maupun umbi, melainkan juga pada kulitnya.

Warna antosianin bukanlah sebagai pembeda saja, tetapi juga merupakan informasi
penting mengenai kandungan nutrisinya. Semakin pekat atau kuat warna yang dihasilkan pada

6|Page
tanaman menunjukkan bahwa semakin besar pula konsentrasi antosianin yang terdapat pada
tanaman tersebut. Antosianin yang terdapat pada bunga, khususnya pada mahkota bunga
kebanyakan ditemukan pada bunga dengan konsentrasi antosianin yang bervariasi: mawar
(0,925%/10 g), kembang sepatu (0,739%/10 g), rosela (0,795%/10 g berat bunga segar,
44,856%/100 g berat kering), pukul empat (0,977%/10 gr), dan lain-lain. Sedangkan untuk daun,
buah, dan umbi, antosianin ditemukan pada daun caladium (0,002 – 0,057 mg/g), bayam merah
(6350 ppm pada daun dan 2480 ppm pada batang), ubi jalar ungu (5,92 – 11,02 mg/25 g ubi jalar
segar), kol merah (1111-1780 mg/100 g bahan kering dan 109 – 185 mg/100 g bahan segar),
stroberi (20,8 mg/g), anggur (26,7 – 190 mg/100 g), murbei (1993 mg/100 g), naga (8,8 mg/100
gr daging buah naga), dan jamblang (161 mg/100 g daging buah jamblang matang segar).

Pada kulit dari buah-buahan juga merupakan sumber antosianin, seperti pada kulit buah
naga (22,593 ppm kulit buah naga daging merah dan 16,736 ppm kulit buah naga daging putih;
sedangkan dalam kulit buah naga super merah kadar antosianin sebesar 58,0720 ± 0,0001 mg/L),
kulit buah rambutan (4,1.10-3 mg/ml), kulit buah manggis (593 ppm), kulit jamblang (19 mg/100
g kulit jamblang merah; 267 mg/100 g kulit jamblang merah keunguan; 379 mg - 731 mg/100 g
kulit buah jamblang matang warna ungu), dan kulit buah jenitri (23,87 ± 4,11 mg/100 g berat
kering atau 9,58 ± 1,65 mg/100 g berat basa). Menurut Manach dkk. pada 200 g kulit buah
terung segar terkandung antosianin sebanyak 1500 mg. Selain itu juga, antosianin juga ternyata
terdapat pada sabut kelapa hijau, dengan total kandungan antosianin sebesar 8,34 mg/100 g berat
basah Jenis biji-bijian khususnya pada kacangkacangan dan jagung mengandung antosianin.

Antosianin juga terdapat pada bunga redbud (Cercis sp.) yang merupakan tanaman asli
dari keluarga kacang-kacangan dan berasal negara bagian Amerika khususnya di Amerika Utara,
Eropa, dan Cina dengan total kandungan antosianin sebesar 2263 hingga 8730 mg/kg berat
kering. Sedangkan pada tanaman jagung, baik biji jagung maupun tongkol jagung memiliki
variasi kandungan antosianin yang berbeda. Menurut SalinasMoreno dkk. (2013) dan Escalante-
Aburto dkk. (2016), biji jagung putih per kg bahan kering mengandung antosianin sebesar 9-
15,9; 163,9 mg pada biji jagung merah muda; 342,2 mg pada biji jagung biru; 1270 mg pada biji
jagung merah; 1277 mg pada biji jagung ungu; dan 5290 mg pada biji jagung hitam. Sedangkan
menurut Zhai dalam 100 gr tongkol jagung ungu mengandung antosianin sebesar 185,1 mg.

7|Page
2.3 Fungsi dan Pemanfaatan Antosianin
Antosianin pada tanaman memiliki berbagai peranan penting, yaitu: Menambah daya
tarik serangga dan hewan guna membantu proses penyerbukan dan penyebaran biji yang
merupakan dasar kimia pembentukan warna bunga pada golongan tanaman berbiji tertutup
(angiospermae), Melindungi tanaman dari berbagai cekaman abiotik dan biotik, seperti:
antosianin berkontribusi dalam mengatur pergerakan osmotik zat terlarut serta menyesuaikannya
dengan keadaan musim kemarau yang panjang dan embun beku dalam sel epidermis bagian atas
permukaan daun; Meningkatkan pertahanan diri tanaman terhadap infeksi dan kerusakkan yang
disebabkan oleh jamur dan menjadi kamuflase terhadap hama; Menyerap sejumlah energi untuk
meningkatkan suhu daun dan mencegahnya dari suhu yang rendah; Fotoprotektor pada kloroplas
terhadap kerusakkan yang disebabkan oleh intensitas cahaya tinggi dari radiasi sinar UV-B pada
panjang gelombang 280-320 nm, sehingga menyebabkan degradasi protein, pero-oksidasi lipid,
penghambatan reaksi fotosintesis, serta berkurangnya biomassa dan mengganggu pertumbuhan
tanaman.

Sifat antosianin yang mudah larut dalam air juga memainkan fungsi dan peranan penting
yang berdampak positif bagi lingkungan. Berdasarkan hasil riset. antosianin yang berasal dari air
limbah pengalengan kacang hitam mampu menyerap dan mencegah sinar matahari untuk masuk
ke dalam air, yang mana sinar matahari ini akan menghambat pertumbuhan bakteri tertentu yang
mampu mendegradasi kotoran di dalam air dan memperlambat fotosintesis pada tanaman
perairan. Sebagai senyawa bioaktif, adanya susunan ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
antosianin membuat antosianin tidak saja berfungsi pada tanaman itu sendiri melainkan mampu
memfungsikan antosianin sebagai senyawa penghancur dan penangkal radikal bebas alami atau
yang lebih dikenal sebagai senyawa antioksidan alami pada manusia. Semakin banyak gugus
hidroksil fenolik dalam struktur antosianin dapat meningkatkan fungsi antioksidannya.
Antosianin dapat memangsa berbagai jenis radikal bebas turunan oksigen reaktif, seperti
hidroksil (OH*), peroksil (ROO*), dan oksigen tunggal (O2*). Radikal bebas ini di dalam tubuh
dibentuk oleh sistem enzim prooksidatif, oksidasi lipid, irradiasi, inflamasi, merokok, nikotin,
bahan kimia lainnya, dan polusi udara.

Fungsi antioksidan dari antosianin memiliki berbagai macam manfaat dalam mencegah
berbagai penyakit degeneratif, seperti pencegahan penyakit kardiovaskuler oleh karena

8|Page
aterosklerosis yaitu dengan cara mengambat dan menurunkan kadar kolestrol dalam darah yang
disebabkan oleh oksidasi LDL. Atau dengan kata lain, antosianin melindungi membran sel lemak
dari oksidasi. Kadar kolestrol yang diturunkan oleh antosianin dalam hal ini mencapai hingga
13,6%, apabila mengonsumsi antosianin selama ±12 minggu dengan rata-rata konsumsi
antosianin pada wanita antara 19,8 – 64,9 mg dan pada pria sekitar 18,4 – 44,1 mg setiap hari
[43]. Proses penghambatan ini terjadi melalui mekanisme pemutusan rantai propagasi dari
radikal bebas, dimana semua gugus hidroksil (OH) pada cincin B dapat menyumbangkan atau
berperan sebagai donor elektron atau hidrogen sehingga terjadi pembersihan atau pencegatan
terhadap radikal bebas.

Beberapa hasil riset. menunjukkan antosianin berfungsi sebagai anti diabetes; anti
hipoglikemik; anti hipertensi; anti kanker; anti inflamasi; pencegah kemerosotan daya ingat dan
kepikunan (neuroprotektan); anti mutagenik; anti katarak; anti arthritis; anti infertilitas; anti
mikroba; anti aging; pencegah gangguan fungsi hati; serta anti obesitas yang disebabkan oleh
adanya proses oksidasi yang terjadi secara terus menerus di dalam tubuh, sehingga menyebabkan
kerusakan sel atau pertumbuhan sel yang tidak bisa dikendalikan menjadi lipid peroksida atau
malondialdehyde (MDA) yang berujung pada kematian sel di berbagai jaringan tubuh. Untuk itu
pemanfaatan antosianin lebih sering digunakan dalam bidang kesehatan, antosianin berpotensi
sebagai sediaan farmasi dalam industri kosmetik maupun dalam pembuatan obat untuk
mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit kronis.

Dalam bidang pangan, antosianin digunakan sebagai zat aditif atau bahan tambahan
pangan (BTP) yang ditambahkan ke dalam bahan makanan dan minuman. Sebagai BTP,
antosianin bertindak sebagai pewarna makanan dan minuman alami seperti warna antosianin dari
beberapa jenis buah-buahan dan bunga dibuat dalam bentuk bubuk kering atau konsentrasi pekat
untuk selanjutnya ditambahkan ke dalam pembuatan makanan dan minuman ringan, buah-
buahan kering, ice cream, selai, susu kedelai, santan, agar-agar, mie, dan yogurt.

Selain itu pada bahan makanan, antosianin dapat direaksikan dengan senyawa kimia lain
seperti brazilein (senyawa fenolik); polimer-polimer dari antosianin; dan logam untuk
membentuk ikatan baru yang akan melindungi kation flavilium antosianin yang reaktif dari
serangan molekul air (kopigmentasi), sehingga menyebabkan warna makanan dapat lebih stabil.

9|Page
Antosianin digunakan sebagai pengganti natrium nitrit dalam fermentasi produk daging, hal ini
dikarenakan antosianin memiliki kualitas karakteristik yang hampir sama dengan natrium nitrit.

Pada bahan maupun kemasan makanan, antosianin tidak menimbulkan kerusakan karena
memiliki aktivitas anti virus; anti jamur; dan anti bakteri tinggi yang dapat melindungi makanan
dari pembusukkan mikroba, serta tidak memberikan efek samping yang berbahaya (beracun)
dibandingkan penggunaan pewarna sintetis. Tidak saja pada makanan, peranan antosianin
sebagai pewarna alami pun mengalami modifikasi yaitu digunakan dalam pewarnaan rambut
dengan menggunakan larutan mordan tunjung (Fe(SO4)) sebagai zat penguat warna; sedangkan
di Jepang, antosianin digunakan sebagai pewarna kertas awobana.

Kepolaran antosianin yang cukup tinggi pada beberapa jenis tanaman seperti pada
tanaman kubis ungu (Brassica oleracea L.), ubi jalar ungu (Ipomoea batatas), bit merah (Beta
vulgaris), bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga rosela (Hibiscus sabdarifa)
menyebabkan antosianin memiliki aplikasi potensi pemanfaatan dalam titrasi asam basa sebagai
indikator asam basa alami. Sebagai indikator, antosianin salah satunya dimanfaatkan sebagai
biosensor kerusakan pada berbagai jenis daging ternak yang digunakan sebagai bahan makanan
karena adanya proses pembusukan oleh mikroba.

2.5 Staghorn Sumac (Rhus Typhina)

Tanaman sumac gugur di musim dingin, memiliki daun bergigi dan berbulu. Daun ini
berbuah selama musim gugur merah berputar, kering dan digunakan sebagai bumbu. Sumac itu

10 | P a g e
juga terdapati di hampir setiap makanan karena efek penyembuhannya. Sumac memiliki efek
pencegahan terhadap infeksi dalam tubuh. Ini dikenal baik untuk banyak penyakit seperti
peradangan, demam dan bronkitis dan memiliki sifat penyembuhan. Sumac, juga digunakan
dalam pengobatan pilek, menyediakan tubuh untuk mendapatkan kekuatan melawan penyakit
terkait infeksi. penyebab utama gangguan jantung dan hati adalah kolesterol tinggi. Sumac
menjaga kolesterol pada tingkat yang tepat dan mengatur tekanan darah. Ini memainkan peran
penting dalam perlindungan hati. Dengan sifat anti-inflamasi dan antimikroba, sumac sangat
membantu dalam mengobati masalah kulit dan menyembuhkan luka. Daun sumac yang dikunyah
baik untuk ruam kulit dan gusi yang meradang.

Sejumlah penelitian telah meneliti kandungan fenolik pada bagian tanaman, termasuk
daunnya, kulit kayu, dan buah - buahan, dengan tujuan menguraikan senyawa aktif yang terkait
dengan bioaktivitas. Mayoritas penelitian ini berfokus pada R. coriaria dengan hanya informasi
terbatas yang tersedia tentang R. typhina. Kekuatan aktivitas anti-mikroba telah dilaporkan
(Fazeli et al., 2007; Na- sar-Abbas dan Halkman, 2004), dan dikaitkan dengan kandungan asam
galat tinggi dan konten gallotannin, konsisten dengan manfaat tradisional dalam mengobati luka
yang terinfeksi dan penyamakan kulit. Sejumlah senyawa flavonoid dan fenolik non-antosianin
telah dilaporkan, termasuk asam galat dan asam metil-galat turunannya (Khadem dan Marles,
2010; Kosar et al., 2007), 7-O- metil flavonol dan flavon 7-O-metil dan bermacam-macam
biflavonoid (Rayne dan Mazza, 2007). Studi terbaru tentang komposisi fitokimia R. typhina
menunjukkan sedikit profil fenolik yang berbeda dibandingkan dengan spesies sumac lainnya
(Wu et al., 2013). Sebanyak 10 senyawa polifenolik adalah tentatif diidentifikasi termasuk asam
galat, asam m-gluko caffeic, asam ellagic, quercetin-3-O-rhamnoside dan quercetin, bersama
dengan lima anthocyanin utama. Fenolik ini ditemukan sebagai kontributor utama pada aktivitas
antioksidan yang kuat (Wu et al., 2013).

11 | P a g e
BAB III

PEMBAHASAN

Sumac Staghorn ditemukan mengandung berbagai macam senyawa antosianin, dengan


setidaknya 16 puncak yang berbeda terlihat pada kromatogram UPLC, sebagaimana terdeteksi
pada 520 nm ( Gbr. 1 A). Ini, enam puncak utama, berlabel 1-6 , menyumbang lebih dari 91%
dari total absorbansi pada 520 nm, dengan senyawa 4 dan 6 adalah keduanya anthocyanin utama
hadir (masing-masing 45,3% dan 14,9%)( Gbr. 1A dan Tabel 1). Senyawa antosianin individu 1-
6 adalah diisolasi dan dimurnikan menggunakan kombinasi flash RP-C18 tography
(Bagian 4.1.3 ) dan HPLC semi-preparatif (Bagian 4.1.4), untuk melakukan 1 H 1D, gCOSY,
gHSQC, gHMBC, TOCSY, ROESY, dan 13 percobaan C 1D untuk analisis struktural NMR
(Bagian 4.3 ).
Spektra massa resolusi tinggi (HR) (Bagian 4.5) juga untuk senyawa-senyawa ini,
mendukung struktur yang ditentukan NMR mereka mendatang. Isolasi dari jejak puncak,
masing-masing terhitung kurang dari kelimpahan keseluruhan 5%, sedang berlangsung dan
diabaikan dari jauh diskusi, meskipun identitas tentatif berdasarkan pada resolusi rendah
Spektrum serapan MS / MS dan UV-Vis (data tidak ditampilkan) menyarankan mereka secara
struktural terkait dengan 1 - 6 , kemungkinan menjadi pra-sintesis kursor ke puncak utama yang
dirinci di sini. Antosianin yang diidentifikasi di sini sangat tidak biasa.

12 | P a g e
Gambar. 1.  Antosianin dari Staghorn sumac (Rhus typhina). Puncak berlabel dijelaskan
secara lebih rinci dalam Tabel 1 dan teks. (A) kromatogram antosianin UPLC (520 nm) dari
ekstrak metanol mentah (80%). (B) Struktur antosianin yang diidentifikasi. Kiri, anthocyanin
dengan struktur yang sama; Benar, sistem pyranoanthocyanin 5-cincin berlabel sianidin dan
delphinidin, berbeda dengan yang lebih umum menemukan 3 0 - O-metil aglikon peonidin dan
petunidin, yang menampilkan bobot molekul dan nilai m / z yang sama , (ii) mereka memiliki
gugus galoy, gugus asil yang tidak biasa, (iii) dua aglikon utama yang ditemukan adalah
pyranoanth 4-vinil-katekol turunan ocyanidin, dengan demikian memperluas aromatik
terkonjugasi sistem dengan dua cincin tambahan, (iv) pyranoanthocyanidins mengandung
mempertahankan substituen glukosa pada cincin-E (mungkin dihasilkan dari
penambahan asam m -gluco-caffeic ke anthocyanin), dengan demikian menjadi E-ring glukosa-
substitusi pertama yang dilaporkan secara alami tutur pyranoanthocyanin, dan (v) dua novel ini
pyranoantho- sianidin adalah pyranoanthocyanidins 4-vinil-katekol pertamaditemukan di planta ,
berbeda dengan bahan makanan tua.
Sebelumnya, secara struktural mirip 4-vinyl-catechol pyranoantho-sianin telah diisolasi
dari sampel anggur Pinotage dan kemudian diberi nama umum Pinotinsmungkin berasal
darireaksi antara asam caffeic dengan malvidin glucoside danturunan asilasi, pigmen antosianin
primer yang ditemukan di Indonesiaanggur merah muda. Sesuai dengan nomenklatur yang telah
ditetapkan inisistem, aglycones 5-ring, 7- O- metil baru yang dirinci di sini adalahdiusulkan juga
diberi nama umum Sumadin A dan Sumadin B , untuk menunjukkan asal botani mereka.

13 | P a g e
3.1 Eksperimental
3.1.  1 Isolasi Antosianin
a.  Bahan Tanaman & Ekstraksi Minyak Mentah
Drak sumsum Staghorn dewasa dikumpulkan dari populasi tumbuhan liar di
Guelph, Ontario (43 ° 31 0 35 00 N, 80 ° 13 0 32 00 W, 290 Ketinggian 330 m), dan
Charlottetown, Pulau Pangeran Edward (46 ° 16 0 32 00 N, 63 ° 10 0 13 00 W,
ketinggian 31 m), selama usim gugur tahun 2010 dan 2011. Badan buah utuh dibekukan
dalam liq. N 2 dan disimpan pada suhu À 80 ° C sebelum ekstraksi. Buah individu
berbuah (15 g) dihapus dari bracts mereka, dan kemudian dicampur dalam 10 ekuivalen
volume MeOH – H 2 O dengan 0,1% TFA (80:20 v /v), dan diizinkan untuk diinkubasi
dengan agitasi selama 1 jam. Posting centrifugasi dengan demikian, supernatan yang
dihasilkan dikurangi menjadi berair melalui rotary evaporation (Heidolph Instruments,
Schwabach, Jerman), dan kemudian diliofilisasi (LabConco Corporation, Kansas City,
MO, USA), menghasilkan bubuk kasar, yang sangat kaya akan senyawa fenolik.

b.  Bahan kimia
Kemurnian tinggi, Merek Omni Solv, MeOH tingkat-HPLC, CH 3 CN dan EtOAc
digunakan untuk ekstraksi dan pemisahan kromatografi. dan CF 3 CO 2 H (99%) dibeli
dari VWR Internasional (Mississauga, ON, Kanada). Reverse-osmosis Milli Q air
disiapkan dirumah (Millipore Corporation, Billerica, MA, AS). Pelarut Deuterated
NMR (TFA, MeOH) dibeli dari Cambridge Isotop Laboratories (Andover, MA, USA).

c.  Kromatografi flash


Flash kromatografi dilakukan menggunakan Büchi Sepacore (Büchi, Jenewa,
Swiss), dilengkapi dengan sistem pompa biner (2 Â C605), pemrograman unit kontrol
komputer (C620), dengan kolektor fraksi otomatis (C660) yang dipicu oleh fotometer
UV (C635). Kromatografi dilakukan menggunakan 100 g, ReadySep RF, kinerja tinggi
Gold ™ C18 kolom (15 mm 230 230 mm; 87,7 mL volume kolom), dikemas
dengan ukuran partikel 20–40 l m C18 (Teledyne Isco, Lincoln, NE, USA).

14 | P a g e
Langkah pra-konsentrasi antosianin dilakukan, diadaptasi dari Rodriguez-Saona
dan Wrolstad, 2001 . Singkatnya, yang diliofilisasi ekstrak kasar disadarkan kembali
dalam Milli Q H 2 O, dan dimuat sebagai cairan ke kolom C18 flash prekondisi melalui
satu arah, kunci luer, port inlet syringe. Pencucian lebih lanjut dengan 10 column
volume gula H 2 O netral dan asam organik yang dielusi, yang dibuang. Langkah
pencucian EtOAc, (volume 10 kolomumes), dielusi sebagian kecil yang sangat
diperkaya dengan non-antosianin senyawa fenolik, termasuk sebagian besar
gallotannins dan flavo- nols present (data tidak ditampilkan). 
Langkah pencucian terakhir dengan 0,1% TFA diasamkan MeOH (volume 5
kolom), menghasilkan sangat diperkaya campuran anthocyanin sumac. Campuran
anthocyanin ini ikurangi menjadi kering melalui penguapan berputar, dan disajikan
sebagai bahan sumber untuk isolasi lebih lanjut. Kromatografi flash fase terbalik
berturut-turut, menggunakan kolom dan peralatan LC yang dijelaskan di atas,
dilakukanmenggunakan gradien biner menggunakan 0,1% TFA H 2 O dan 0,1% TFA di
MeOHsebagai pelarut A dan B, pada laju aliran gabungan 60 mL / menit. Kromatografi
untuk mengelusi antosianin awal adalahdicapai dengan menggunakan gradien
berikut: t 0 = 10% B; t 5 mnt = 10%B (isokratis); t 10 mnt = 25% B; t 70 mnt = 55%
B; t 75 mnt = 100%B; t 80 mnt = 100% B (isokratik), diikuti oleh 10 mnt
keseimbangan-ulangpada kondisi awal. 
Pemisahan kromatografi dari elutan akhir anthocyanin dicapai dengan
menggunakan gradien yang dimodifikasi: t 0 = 35%; t 5 mnt = 35% B (isokratik); t 65
mnt = 65% B; t 70 mnt = 100% B; t75 mnt = 100% B (isokratik), diikuti oleh 10 mnt
keseimbangan ulangpada kondisi awal. Pengumpulan fraksi anthocyanin otomatik
puncak dipicu oleh absorbansi ambang batas di atas baseline, itored pada 515
nm. Fraksi individu (20 mL) diuji menggunakan teknik UPLC ESI-MS (Bagian 4.2),
dan identikfraksi dari beberapa run dikumpulkan, dan terkonsentrasi,
menghasilkansenyawa 1 , 3 , dan 4 , dalam kemurnian, dalam jumlah 10 +
mg. senyawa 2 , dan sebagian yang diperkaya untuk senyawa 5 dan 6 adalahtidak dapat
diatasi dengan menggunakan metode Sepacore flash-LC yang dijelaskandi atas, yang
sebaliknya berfungsi sebagai bahan sumber untuk semi preparasiHPLC

15 | P a g e
d. HPLC semi-persiapan
Agilent 1100 series HPLC (Agilent Technologies Canada Inc., Mississauga, ON,
Kanada), dilengkapi dengan AYAH, pemanas kolom(35 ° C), dan pengumpul fraksi
digunakan untuk mengisolasi senyawa 2 , 5dan 6 dalam kemurnian untuk analisis
spektroskopi NMR. Untuk isolasisenyawa 5 dan 6 , sistem pelarut biner yang terdiri
dariA = H 2 O (mengandung 0,1% TFA), dan B = CH 3 CN (mengandung 0,1%TFA),
pada laju aliran 0,4 mL / menit digunakan, dengan Kinetex PFP (pentafluorophenyl)
kolom (2,1 x 100 mm, 2,6 l m partikel inti padat)(Fenomena, Torrance, CA,
AS). Gradien dari 90% A pada t 0 hingga75% A pada t = 16 menit, diikuti oleh 4 menit
penyetimbangan ulangdigunakan untuk memisahkan puncak 5 dan 6 dari kontaminasi
(minor) antho-puncak sianin, dengan kolektor pecahan dipicu oleh ambang tingkat
absorbansi.
 Puncak 5 dan 6 dari 67 berturut-turut adalahdikumpulkan, diuapkan hingga
kering, dan kemurnian dinilai melalui UPLC–Analisis MS (Bagian 4.2 ), menghasilkan
senyawa murni untuk spesifikasi NMRanalisis troscopic. Senyawa 2 diisolasi
menggunakan larutan yang samasistem ventilasi, dengan gradien 90% A pada t 0 hingga
78% A padat = 12 menit, diikuti oleh 2 menit penyetimbangan ulang, menggunakan
ZorbaxKolom semi-persiapan SB C18 (9,4 Â 50 mm, 5 l m) (Agilent Technologies
Canada Inc., Mississauga, ON, Canada), dengan 4 mL / mnt. Puncak dari 24 injeksi
berturut-turut dikumpulkan, diuapkan kekekeringan dan digunakan untuk analisis NMR.

3.1.2  UPLC Analitis-MS


Sistem UPLC H-Class Ketajaman Perairan (Waters Limited, Mississauga, ON,
Kanada) dilengkapi dengan DAD (rentang 210-700 nmyg dijalin dgn tali; Resolusi
1.2nm; 20Hz sampling rate) dan tandemspektrometer massa quadrupole (TQD) digunakan
untuk memisahkan danmenganalisis preparat antosianin. Botol sampel disimpan dalam
lemari pendingin. pada 5 ° C dan kolom BEH-fenil Acquity (2,1 Â Â 100 mm,Ukuran
partikel 1,7 l m) dipanaskan hingga 45 ° C. Pelarut yang digunakan adalahA = H 2 O
(mengandung 0,1% TFA) dan B = CH 3 CN (mengandung 0,1%TFA). Dua metode UPLC
berbeda dikembangkan; satu untuk cepatskrining fraksi LC flash dan yang kedua untuk
pemisahan baseline penuharasi senyawa pilihan yang diminati. Untuk penyaringan

16 | P a g e
cepatmetode, laju aliran diatur ke 400 l L / mnt, dan berikut inigradien digunakan: t = 0 mnt,
A = 99%; t = 0,2 menit, A = 95%;t = 4,4 menit, A = 30%; t = 4,9 mnt, A = 0%; t = 6,0
menit, A = 0% (isocratic); t = 7,0 menit, A = 99%; t = 8,0 menit, A = 99%
(isokratik). Untukmetode yang lebih lambat dengan resolusi yang ditingkatkan, laju
aliran200 l L / mnt digunakan, dengan gradien berikut: t = 0 mnt,A = 99%;t = 20 mnt, A =
0%;t = 25 mnt, A = 0%(isokratis);t = 26 mnt, A = 99%; t = 30 menit, A = 99%
(isokratik). Untuk kedua metode, ukuran injeksi standar adalah 3,0 l L. A Waters TQD
massspektrometer digunakan secara seri dengan UPLC, dengan ion yang
menghasilkandilakukan melalui ionisasi electrospray, dalam mode ion positif (kapasitas 4
kVlary), tegangan kerucut meningkat antara 50 dan 70 V, ekstraktor ionatur pada 3 V, lensa
RF pada 0,1 V, suhu sumber 150 ° C, desolvationgas (N 2 ) pada 400 ° C dan 500 L / jam
dan aliran gas kerucut pada 2 L / jam. Pemindaian MSdilakukan awalnya dari 150 hingga
2000 amu, dan kemudian dimodifikasihingga 400-1000 amu ketika ditentukan bahwa tidak
ada puncak yang memiliki m / znilai lebih besar dari 1000. Kondisi tegangan dan
sumberyang dijelaskan di atas menyediakan spektra MS yang mengandung ion
molekuler[M] + sebagai puncak utama, bersama dengan ion fragmen, umumnya [M-
162] + (kehilangan gula heksosa), [M-314] + (kehilangan asam galoy-heoxosegar), dan
menghasilkan sejumlah kecil massa aglikon. MS – MSmetode, termasuk kehilangan netral,
pemindaian anak, dan pemindaian prekursorpercobaan dilakukan secara ad hoc untuk
mengkonfirmasidisajikan pola fragmentasi (data tidak ditampilkan).

3.1.3.  Spektroskopi NMR


Sampel antosianin (7-10 mg) dilarutkan dalam 95: 5 deuterated methanol (CD 3 OD):
asam trifluoroacetic deuterated (CF 3 CO 2 D)(700 l L), sehingga bentuk
kesetimbangan flavilium AH + lebih dominandalam spektrum NMR (Mazza dan Miniati,
1993; McCallum et al.,2007 ) Spektra 1 H dan 13 C spektra 1D dan 2D NMR adalah
rujukanenced menggunakan sinyal sisa pelarut MeOH ( 1 H pada 3,31 ppmdan 13 C pada
49,15 ppm).Semua spektrum NMR diperoleh pada Bruker Avance III 600
NMRspektrometer (Bruker Biospin Ltd., Milton, ON, Kanada) dengan 1 Hfrekuensi operasi
600,28 MHz dan frekuensi operasi 13 C150,94MHz menggunakan perangkat lunak akuisisi
TOPSPIN 2.1. Spectradiperoleh pada probe mengamati pita lebar gradien 5 mm dengansuhu

17 | P a g e
dikontrol pada 25.0 ° C ± 0.1 ° C. The 1 H p / 2 pulsaadalah 14,8 l s dan pulsa 13 C p / 2
adalah 9,9 l , yang digunakandalam spektrum 1D dan 2D.
The 1 H 1D spektrum diperolehdengan pulsa 30 °, waktu akuisisi 2,65 detik (64 k poin),
sebuah resolusiketerlambatan siklus 2s, lebar spektral 12,3kHz, 32 pemindaian, dan2 scan
tiruan diperoleh untuk setiap percobaan. GCOSY ituspektrum diperoleh dengan waktu
akuisisi 0,246s (2poin), 128 kenaikan, lebar spektral di kedua dimensi4,2 kHz, 2 pemindaian
per kenaikan, 8 pemindaian tiruan, dan penundaan daur ulangdari 1 s. Spektrum TOCSY
diperoleh dengan waktu akuisisi0,246s (2k poin), 256 kenaikan, lebar spektral di
keduanyadimensi 4.2 kHz, 8 pemindaian per kenaikan, 16 pemindaian tiruan, keterlambatan
daur ulang 1s, dan waktu pencampuran 60 ms. Spektrum ROESY diakuisisi dengan waktu
akuisisi 0,246 detik (2 poin k), 256bertahap, lebar spektral di kedua dimensi 4.2kHz,16
pemindaian per kenaikan, 4 pemindaian tiruan, penundaan daur ulang 1 detik, dan waktu
putar-kunci 200 ms.
The 13 C 1D spektrum diperolehdengan pulsa 30 °, waktu akuisisi 0,91 detik (64 k
poin), sebuah resolusipenundaan siklus 2 detik, lebar spektral 36,1 kHz, pemindaian 16 k,
da4 scan tiruan diperoleh untuk setiap percobaan. Multiplikasi-spektrum spektra gHSQC
yang diedit diperoleh dengan waktu akuisisi0,124 dtk (1 poin k), kenaikan 256, lebar
spektral 4,2 kHz1 H dan 25,0 kHz dalam 13 C, 4 pindaian per kenaikan, 16 pindaian
tiruandan 1 J CH dari 145 Hz digunakan untuk transfer INEPT. GHMBCspektrum diperoleh
dengan waktu akuisisi 0,496 (4kpoin), 128 kenaikan, lebar spektral 4.2kHz dalam 1 H
dan33,5 kHz dalam 13 C, 16 pemindaian per kenaikan, 16 pemindaian tiruan,
danyang 1 H- 13 Transfer C dioptimalkan untuk 2/3 J  CH dari 8 Hz sementara dukungan
menekan 1 J CH dengan nilai 145 Hz. Semua spektrum NMR diproses dan dianalisis
menggunakan ACD /Paket Prosesor Spectrus (Pengembangan Kimia Lanjutan,Inc., Toronto,
ON, Kanada). Struktur yang ditentukan memberi sangakesepakatan yang baik
dengan spektra 1 H dan 13 C yang diprediksi denganAdd-on perangkat lunak prediksi NMR
dari ACD. Data NMR kunci di gunakadalam menetapkan struktur ditabulasi dalam Tabel 2 

18 | P a g e
3.1.4.  Data NMR tambahan
Semua spektrum NMR dari anthocyanin dimasukkan sebagai suplemenfile
mental. Senyawa 1 dan 3, dilaporkan sebelumnya anthocyanin, juga diisolasi untuk
karakterisasi NMR penuh, dan sangat cocok dengan laporan sebelumnya untuk senyawa ini,
datayang dirangkum di bawah ini. Selain itu, m -gluco-caffeic acid, nenek moyang
biosintesis yang diusulkan dari cincin D dan E distruktur pyranoanthocyanin ( 5 dan 6 ),
diisolasi dari Pencucian EtOAc (data tidak ditampilkan), dan sementara sebelumnya
dilaporkan, juga dilaporkan di sini demi ketelitian.

19 | P a g e
3.1.5.  Spektromassa resolusi tinggi
Spektro HR-MS dikumpulkan menggunakan Thermo LTQ Orbitrap Velos MS (Thermo
Fisher Scientific, Toronto, Kanada), dalam ESI + VE mode, pada resolusi 100.000,
menggunakan pindaian dari 190.00 ke 1000,00 m / z.

20 | P a g e
KESIMPULAN

Antosianin yang merupakan zat warna alami golongan flavonoid dengan tiga atom
karbon yang diikat oleh sebuah atom oksigen untuk menghubungkan dua cincin aromatik
benzene (C6H6) di dalam struktur utamanya, berasal dari bahasa Yunani yang berarti bunga biru.
Antosianin sebagai zat kimia organik yang amat potensial dalam mengerahkan fungsi fisiologis
pada berbagai organisme hidup, baik untuk manusia, hewan, serta pada tanaman itu sendiri.
Secara kimia, antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin,
dimana semua jenis antosianin memiliki perbedaan yang didasarkan pada ikatan antara gugus
R3’ dan R5’ dengan cincin aromatik antosianin.

Antosianin pada tanaman memiliki berbagai peranan penting, yaitu: Menambah daya
tarik serangga dan hewan guna membantu proses penyerbukan dan penyebaran biji yang
merupakan dasar kimia pembentukan warna bunga pada golongan tanaman berbiji tertutup
(angiospermae), Melindungi tanaman dari berbagai cekaman abiotik dan biotik, seperti:
antosianin berkontribusi dalam mengatur pergerakan osmotik zat terlarut serta menyesuaikannya
dengan keadaan musim kemarau yang panjang dan embun beku dalam sel epidermis bagian atas
permukaan daun.

Sumac Staghorn ditemukan mengandung berbagai macam senyawa antosianin, dengan


setidaknya 16 puncak yang berbeda terlihat pada kromatogram UPLC, sebagaimana terdeteksi
pada 520 nm ( Gbr. 1 A). Ini, enam puncak utama, berlabel 1-6 , menyumbang lebih dari 91%
dari total absorbansi pada 520 nm, dengan senyawa 4 dan 6 adalah keduanya anthocyanin utama
hadir (masing-masing 45,3% dan 14,9%) ( Gbr. 1A dan Tabel 1). Senyawa antosianin individu 1-
6 adalah diisolasi dan dimurnikan menggunakan kombinasi flash RP-C18 kromatography.

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Wu, T., McCallum, J.L., Wang, S., Liu, R., Zhu, H., Tsao, R., 2013. Evaluation of antioxidant
properties and chemical characterization of Staghorn sumac fruit (Rhus hirta L.). Food
Chem. 138, 1333–1340.

Kosar, M., Bozan, B., Temelli, F., Baser, K.H.C., 2007. Antioxidant activity and phenolic
compositionofsumac (Rhus coriaria L.)extracts.Food Chem. 103, 952– 959.

Nasar-Abbas, S.M., Halkman, A.K., 2004a. Antimicrobial effect of water extract of sumac (Rhus
coriaria L.) on the growth of some food borne bacteria including pathogens. Int. J. Food
Microbiol. 97, 63–69.

Christopher W. Kirby , Tao Wu , Rong Tsao , Jason L. McCallum. 2013. Isolation and
structural characterization of unusual pyranoanthocyanins and related anthocyanins from
Staghorn sumac (Rhus typhina L.) via UPLC–ESI-MS, 1H, 13C, and 2D NMR
spectroscopy. Research Centre, Agriculture and Agri-Food Canada

McCune, L.M., Johns, T., 2002. Antioxidant activity in medicinal plants associated with the
symptoms of diabetes mellitus used by the indigenous peoples of the North American
boreal forest. J. Ethnopharmacol. 82, 197–205.

Rayne, S., Mazza, G., 2007. Biological activities of extracts from sumac (Rhus spp.): a review.
Plant Foods Hum. Nutr. 62, 165–175

Arnason, T., Hebda, R.J., Johns, T., 1981. Use of plants for food and medicine by native peoples
of Eastern Canada. Can. J. Bot. 59, 2189–2325

Melania Priska, Natalia Peni, Ludovicus Carvallo, Yulius Dala Ngapa. 2018. Review Antosianin
dan Pemanfaatannya. Ende. Cakra Kimia

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai