Anda di halaman 1dari 15

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM

ISOLASI DAN ANALISIS TUMBUHAN OBAT

“ISOLASI DAN ANALISIS ALKALOID II KOFEIN”


Pertemuan Ke-10
Senin , 15 November 2021

DOSEN PENGAMPU :
apt. Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm.
Kelompok : 2
Penyusun :
1. Sevia Agustin (25195722A)
2. Alya Rizki Putri Pratama (25195736A)
3. Shinta Devi Widyadhana (25195737A)
4. Indah Purnama Sari (25195744A)
5. Sherly Anindia Putri (25195745A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan isolasi
dan analisis alkaloid.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat :

 Erlenmayer 250 ml
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Corong gelas
 Corong pisah
 Batang pengaduk
 Vial
 Cawan porselin
 Seperangkat KLT
 Waterbath
 Bunsen

Bahan :

 Theae Folium
 MgO / CaO
 NaOH
 Aquades
 CHCl3
 Methanol
 Kapas
 Lempeng silica gel GF 254
 H2SO4 100% 25 ml
III. CARA KERJA
1. Menyiapkan 50 gr daun teh dan dihaluskan,masukkan ke beaker glass kemudian
menambahkan 25 g Mgo dan 250 ml air panas.

2. Kemudian panaskan di api Bunsen dan lakukan pengadukan -+ 30 menit dan dilakukan
pengadukan secara terus-menerus sampai airnya berkurang

3. Setelah -+ 30 menit kemudian angkat dan melakukan penyaringan dalam keadaan panas
4. Menambahkan H2SO4 10% sebanyak 25 ml ke dalam hasil penyaringan lalu digojok.

5. Memanaskan kembali di atas api bunsen, filtrat di uapkan add 100 ml.

6. Jika terjadi larutan koloidal maka melakukan penyaringan dengan menggunakan kertas
saring sampai mendapatkan filtrat.
7. Setelah mendapatkan filtrat lakukan ekstraksi cair-cair dengan corong pisah dengan
memasukkan filtrat kedalam corong pisah kemudian tambahkan 25 ml kloroform kedalam
corong pisah lalu tutup cotong pisah dan lakukan penggojokan.

8. Jika sudah melakukan penggojokan kemudian melihat fase kloroform pada bagian bawah
dan menampung kloroform tersebut. Kemudian lakukan penggojokan lagi Proses
penggojokan dilakukan sebanyak 3 kali sehingga mendapatkan jumlah kloroform sebanyak
75 ml.

9. Selanjutnya melakukan pencucian filtrat kloroform dengan 10 ml NaOH 10 % didalam


corong pisah lalu digojok. Setelah digojok, akan terlihat pemisahan kloroform dan NaOH,
kemudian melalukan pencucian residu NaOH dengan 15 ml kloroform
10. Hasil fase kloroform dimasukkan kedalam cawan penguap kemudian kita uapkan filtrat
diatas waterbath sampai berbentuk Kristal

11. Setelah didapatkan kristal kasar kafein lalu di dilakukan proses mikrosublimasi,sebelum
melakukan proses mikrosublimasi corong dilapisi menggunakan kapas yang sudah
dibasahi sehingga nanti ada proses pendinginan

12. Meletakan kertas saring yang sudah dibolong diatas cawang penguap yang berisi kristal
kafein, menutup bagian atas dengan corong yang sudah dibaluti kapas.
13. Memanaskan diatas api bunsen yang kecil selama 15-20 menit supaya hasil
maksimal,tujuan dari penyubliman supaya mendapatkan kristal caffein yang lebih murni.

14. Setelah -+ 15 menit didapatkan kristal caffein yang lebih murni berbentuk jarum

IV. DATA
Penimbangan serbuk daun teh
- Bobot kertas timbang : 0,4794 g
- Bobot kertas timbang berisi serbuk daun teh : 50,5006 g
- Bobot serbuk daun teh : 50,5006 g – 0,4794 g
: 50,0212 g

Penimbangan kristal kasar


- Bobot cawan porslin : 38,0480 g
- Bobot cawan porslin berisi kristal kasar : 40,9435 g
- Bobot kristal kasar : 40,9435 g – 38,0480 g
: 2,8955 g

Penimbangan kristal hasil isolasi


- Bobot kertas timbang : 0,4954 g
- Bobot kertas timbang berisi kristal murni : 1,9720 g
- Bobot kristal hasil isolasi : 1,9720 g – 0,4954 g
: 1,4766 g
A. Randemen Kristal
A. Randemen = bobot serbuk / bobot kristal x 100%
= 1,4766 g /50,0212 g x 100%
= 2,95%
KLT
Fase gerak : kloroform: metanol (1:1)

A : Kofein hasil isolasi

B : Baku coffein

A B

Gambar kromatogram Kode Rf Warna noda


bercak
Visual Uv 254 Uv 366 Pereaksi
nm nm
Iodin alkohol
A(a) 0,66 - Biru tua -

A(b) 0,76 - Biru tua -

Coklat gelap
B 0,68 - Biru tua -

 Data Perhitungan Rf (UV 254 nm)


 Rf A(a)
=

=
=
= 0,66
 Rf
A(b)
=
=
=
= 0,76

 Rf B
=
=

=
= 0,68
Data Hasil analisis golongan alkaloid

Sampel Uji Dragendorf Uji Mayer Uji Bauchardat +/-

Ambil tabung
reaksi lalu
masukkan 5 ml
filtrat tambahkan
2 tetes pereaksi
dragendrof
bandingkan
(+)
dengan tabung
reaksi tanpa
reagen.
Dinyatakan
positif jika ada
endapan merah
jingga
Ambil tabung
reaksi lalu
masukkan 5 ml
filtrat tambahkan 2
tetes pereaksi
Mayer bandingkan
dengan tabung (+)
reaksi tanpa
reagen.
Dinyatakan positif
jika ada endapan
kuning

Ambil tabung
reaksi lalu
masukkan 5 ml
filtrat tambahkan
2 tetes pereaksi
(+)
Bauchardat
bandingkan
dengan tabung
reaksi tanpa
reagen.
Dinyatakan
positif jika ada
endapan coklat
kemerahan atau
kehitaman

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah tentang isolaso daun teh. Daunteh
banyak mengandung kafein paling banyak dibandingkan dengan tanaman lain seperti kopi, dan daun teh
juga mengandung tannin.
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid, yaitu senyawa yang mengandung
atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak di temukan dalam tanaman. Kafein dapat diekstraksi dari air
dengan diklorometana, yang merupakan pealrut organic yang tak larut dalam air.
Kafein memiliki berat molekul 194.19 dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air), bersifat basa
lemah, berbentuk serbuk putih yaitu kristal-kristal panjang, rasanya pait, kafein meleleh pada suhu 234°C.
kafein mudah larut dengan air panas dan diklorometana, tetapi sedikit larut
Komponen utama daun teh adalah selulosa terutama dalam sel tanaman, selulosa merupakan
polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, namun tidak mengganggu proses isolasi. Kofein terdapat 5%
dari daun teh. Kafein larut dalam air, dan merupakan zat utama yang di ekstraksi dalam larutan teh.
Tanim merupakan suatu asam dan larut dalam pelarut organic seperti diklorometana, seperti
halnya beberapa senyawa berwarna yang lain. Untuk meyakinkan bahwa senyawa asam ini terdapat
dalam fasa air, dan kafein berada dalam bentuk basanya, maka natrium karbonat atau basa lainnya
ditambahkan ke dalam medium pengestrak.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahansatu atau lebih
senyawa dari satu fase ke fase yang lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan. Jenis ekstraksi ada tiga,
yaitu ekstraksi cair-cair, ekstraksi padat cair, ekstraksi asam basa. Dalam percobaan kali ini
menggunakan ekstraksi cair-cair.
Cara analisis golongan alkaloid Sampel yang diuji adalah serbuk daun teh. Sebanyak 50.0212 g
sampel ditambahkan 5 mL amonia 25%, kemudian digerus di dalam mortar. Sebanyak 20 mL kloroform
ditambahkan dalam mortar dan digerus kuat-kuat. Campuran disaring dan filtrat yang diperoleh
diteteskan pada kertas saring dan diberi beberapa tetes pereaksi Dragendorff. Hasil positif alkaloid
ditunjukkan dengan pembentukan warna merah atau jingga pada kertas saring. Sisa filtrat diekstraksi dua
kali dengan 10 mL asam hidroklorida 10%. Pada saat diekstraksi akan terbentuk dua lapisan, lapisan air-
asam dan lapisan organik. Kedua lapisan tersebut dipisahkan dan sebanyak 5 mL lapisan air dimasukkan
dalam tabung reaksi dan diuji menggunakan pereaksi Mayer. Hasil positif alkaloid ditunjukkan apabila
terbentuk endapan berwarna putih. Sebanyak 5 lapisan air tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi dan
diuji menggunakan pereaksi Dragendorff, hasil positif alkaloid ditunjukkan apabila terbentuk endapan
berwarna merah. Sebanyak 5 mL lapisan air diuji dengan Bouchardat LP dan positif jika terjadi endapan
coklat sampai hitam (Farnsworth 1966).
Pada praktikum kali ini juga meggunakan literatur dari video USB dan video youtube yang kami
cari kemudian kami lakukan perbandingan. Diperoleh perbandingan pada literatur video USB dan video
youtube yang kami ambil :
a. Sampel yang digunakan adalah serbuk daun teh, didalam daun teh mengandung banyak sekali
kafein kurang lebih 4-5% kafein. Daun teh tersebut sudah dihalukan sehingga luas permukaannya
semakin besar sedangkan pada literature video yotube sampel yang digunakan adalah teh curah
kering yang biasanya dijual dipasaran sebagai sumber kafein nya.
b. Metode yang digunakan antara lain : Pemanasan biasa, ECC (Ekstraksi Cair-Cair), Sublimasi,
Kristalisasi dengan KLT sedangkan pada video literature yotube Metode yang digunakan hingga
menghasilkan kristal kafein murni antara lain: Refluks yaitu pemanasan atau mereaksikan pada
suhu tinggi karena kelarutan kafein meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur aquades
sebagai pelarut, ECC (Ekstraksi Cair-Cair) menggunakan metilen klorida, Pemanasan biasa untuk
menguapkan pelarutnya, Rekristalisasi
c. Waktu pelarutan sampel selama ±30 menit dengan metode digesti. sedangkan pada video
literature yotube waktu melarutkan sampel 20 menit dengan metode refluks.
d. Penyaringan larutan sampel menggunakan kain flannel tidak disertai dekantasi . sedangkan pada
video literature yotube penyarian larutan sampel menggunakan kertas saring dan disertai dengan
dekantasi
e. Larutan tambahan untuk Ekstraksi Cair-cair (ECC) ditambahkan kloroform kemudian fase
kloroform dicuci menggunakan larutan NaOH sedangkan pada video literature yotube larutan
tambahan untuk proses ECC ditambahkan metilen klorida
f. Proses Ekstraksi Cair-Cair (ECC) penggojokan dilakukan sampai terbentuk pemisahan antara fase
air dan fase kloroform, dan/atau fase kloroform dengan fase NaOH sedangkan pada video
literature yotube pada langkah Ekstraksi Cair-Cair (ECC) penggojogan dilakukan secara perlahan
dan dijelaskan untuk sesekali dibuka kran corong pisah supaya gas yang berada di dalam corong
dapat keluar.
g. Perlakuan terhadap filtrat ditambahkan larutan NaOH untuk tahap pencucian NaOH sedangkan
pada video literature yotube perlakuan terhadap filtrat ditambahkan Na2SO4 kemudian
didekantasi.
h. Proses pembentukan kristal yang lebih murni menggunakan metode sublimasi dengan cawan
porselen berisi kristal dipanaskan diatas api bunsen kemudian diatasnya diberi kertas saring yang
sudah dilubangi dan ditutup menggunakan corong gelas yang dibalut dengan kapas basah
sedangkan pada video literature yotube proses pembentukan kristal yang lebih murni
menggunakan metode rekristalisasi dengan menambahkan aseton pada filtrat (fase metilen klorida)
kemudian diuapkan kembali hingga larutan tersisa sedikit, lalu larutan tersebut ditetesi n-heksana
ad terbentuk endapan putih selanjutnya didinginkan dengan es batu yang diletakkan disekitar
beaker glass tempat larutan sampai terbentuk kristal, kemudian kristal basah yang diperoleh
disaring dan dilakukan pengeringan menggunakan oven suhu 100°C selama ±5 menit.
i. Perlakuan terhadap kristal yang lebih murni ditimbang bobotnya dan kemudian di identifikasi
kandungan senyawa kafeinnya menggunakan KLT sedangkan pada video literature yotube
Perlakuan terhadap kristal yang lebih murni ditimbang bobotnya kemudian di ukur titik didihnya
menggunakan melting point dan selanjutnya dikarakterisasi menggunakan FTIR.

Selanjutkan dilanjutkan isolasi kofein dengan cara memasukkan 50.0212 g serbuk teh kering
dalam Beaker glass 500 mL, tambahkan 25 gram MgO dan 250 mL air. Panaskan dengan lampu spiritus
selama 30 menit. Saring panaspanas dengan kain saring. Ulangi dengan cara yang sama pada ampas.
Tampung filtrat dan tambahkan 25 mL H2SO4 10%, uapkan sampai 100 mL. Bila terjadi larutan koloidal,
saring. Masukkan larutan dalam corong pisah. Ekstraksi dengan 3 X 25 mL CHCl3, kumpulkan fase
CHCl3, cuci dengan NaOH 10% dan pisahkan dengan corong pisah. Ambil fase CHCl3 di bagian bawah,
tampung dalam cawan petri. Cuci residu dengan 15 mL CHCl3. Campur hasil cucian dengan ekstrak
bersih. Uapkan ekstrak yang didapat sampai kering.
Masukkan kristal kofein kasar sebanyak 2.8955 g dalam cawan porselin. Tutup cawan porselin dengan
corong yang di dalamnya telah diberi kertas saring berlubang-lubang. Tutup ujung corong dan tempatkan
kapas basah di sekeliling corong. Jaga agar air pada kapas basah tidak menetesi kertas saring. Panaskan
cawan porselin dengan lampu spiritus selama kurang lebih lima belas menit. Cawan porselin didinginkan
selama lima belas menit, kemudian buka corong perlahan-lahan. Kumpulkan kristal kofein murni pada
kertas timbang yang telah ditara.dalam air dingin dan alcohol. Kafein bersifat basa lemahdan hanya dapat
membentuk garam dengan basa kuat.
Dari hasil isolasi kofein diperoleh rendemen sebanyak 2,95%. Kemudian dilakukan analisis umum
identifikasi terhadap ekstrak eanol hasil penyarian sokhlet dan hasil percobaan yang dilarutkan dalam
etanol dengan menggunakan fase diam silika gel GF 254, fase gerakkloroform : methanol (1:1) dan
pembanding piperin standar dalam etanol, deteksi dengan sinar tampak, UV 254 nm, UV 366 nm,
anisaldehid-asam sulfat (dipanaskan 1000C selama 10 menit). Kemudian diperoleh Rf A1 (kofein hasil
isolasi) sebesar 0.66, Rf A2 (kofein hasil isolasi) sebesar 0.76. dan Rf B (baku cofein) sebesar 0.68. Pada
percobaan selanjutnya diperoleh hasil analisis golongan alkaloid pada Uji Dragendorf diperoleh hasil (+)
ditandai dengan terdapat endapan meraj jingga. Pada Uji Mayer diperoleh hasil (+) ditandai dengan
adanya endapan kuning, dan pada Uji Bauchardat diperoleh hasil (+) di tandai dengan endapan coklat
kemerahan / kehitaman.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa uji pada daun teh menunjukkan positif
alkaloid , terdapat endapan merah jingga pada tabung reaksi di Dragendroff , endapan kuning pada
tabung reaksi di pereaksi Mayer , dan endapan coklat kemerahan atau kehitaman pada tabung reaksi di
pereaksi Bouchardart
Pada isolasi kofein dari daun teh berupa kristal di identifikais menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis dengan fase diam silica gel 254 menghasilkan warna biru tua dan fase gerak kloroform:metanol (1:1)
dengan pereaksi adalah iodin alkohol menunjukkan coklat gelap pada bercak-bercak yang dihasilkan ,
dan hasil Rfnya adalah Rf A(a) =0,66 , Rf A(b) = 0,76 , dan Rf B =0,68
“ISOLASI DAN ANALISIS ALKALOID II KOFEIN”
Kelompok 2

VII. DAFTAR PUSTAKA


Format :
1). Pengarang satu orang
Johnson MW. 1987. Parasitization of Liriomyza spp (Diptera: Agromyzidae) infesting
commercial watermelon plantings in Hawaii. J Econ Entomol 80:56-60, 62.
https://academic.oup.com/jee/article-abstract/80/1/56/758060?redirectedFrom=fulltext.
2). Pengarang 2-5 orang
Runtunuwu SD, Hartana A, Suharsono, Sinaga MS. 2000. Penanda molekuler sifat ketahanan
kelapa terhadap Phyphthora penyebab gugur buah. Hayati 7:101-105.
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan-20141207
111430.pdf
3). Pengarang lebih dari lima orang
Wilkinson MJ et al. 2000. A direct regional scale estimate of transgene movement from
genetically modified oilseed rape to its wild progenitors. Mol Ecol 9:983-991.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1046/j.1365-294x.2000.00986.x?sid=nlm%3A
pubmed
4). Pengarang merupakan organisasi
[SSCCCP] Scandinavian Society for Clinical Chemistry and Clinical Physiology, Committee on
Enzymes. 1976. Recommended method for the determination f γ-glutamyltransferase in
blood. Scand J Clin Lab Invest 36:119-125. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.
1080/00365517609055236
5). Terbitan sebagai suplemen, sisipan, edisi khusus
Magni F, Rossoni G, Berti F. 1988. BN-52021 protects guinea-pig from heart anaphylaxis. Pharm
Res Commun 20 Supl 5:75-78. https://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S0031698988808452
Rifai MA. 1992. Penggodokan peneliti taksonomi tumbuhan siap pakai. Floribunda 1 Sisipan 3:
22-24.
1). Buku dengan pengarang
Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
2). Buku dengan editor
Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor P, editor. 1990. The Pharmacological Basis of
Therapeutics. Ed ke-8. New York: Pergamon. hlm 60-65.

Anda mungkin juga menyukai