Anda di halaman 1dari 13

KIMIA MEDISINAL

DIURETIK TURUNAN TIAZIDA

Dosen Pengampu : Iswandi, S.Si.,Apt.

Kelompok : 11

Anggota Kelompok :

1. Sevia Agustin (25195722A)


2. Alya Rizki Putri P (25195736A)
3. Shinta Devi W (25195737A)
4. Indah Purnama Sari (25195744A)
5. Sherly Anindia Putri (25195745A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Kimia Medisinal ini dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya . Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Rasulullah SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas untuk bidang studi Kimia
Medisinal .Adapun judul makalah ini adalah”Obat Aterosklerosis”

Kami menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
,sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun , untuk perbaikan penulisan
makalah selanjutnya .

Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini . Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan kontribusi positif bagi kita semua

Surakarta, 06 April 2021

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………3
C. TUJUAN PEMBAHASAN……………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN……………………………………………………………………4
B. HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS………………………………………..4
C. OBAT……………………………………………………………………………..5
- Pengertian
- Struktur Kimia
- Mekanisme Kerja

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………..9
B. SARAN…………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Ganiswarna, 1995). Diuretik juga bisa diartikan
sebagai obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin. Obat-
obat ini menghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-
bagian nefron yang berbeda. Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin
dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik (Pamela
dkk., 1995).
Pembentukan Urin
Cara pengeluaran air seni yang paling utama adalah melalui ginjal. Pengeluaran ini
sebagian tidak dapat dihindari dan sebagian lagi dikendalikan oleh hormon
antidiuretik (ADH). Peningkatan pembuangan air melalui ginjal ini bisa dipengaruhi
oleh obat atau tanaman obat yang bersifat diuretik (Permadi, 2006). Sedangkan fungsi
utama dari ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan
semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Untuk itu, darah mengalami
filtrasi dimana semua komponennya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur
dan sel-sel darah (Tjay dan Rahardja, 2002). Proses diuresis dimulai dengan
mengalirkan darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian
luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus
yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam, dan glukosa. Ultrafiltrat, yang
diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit, akan ditampung di wadah
yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian
disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang
letaknya masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus. Kedua bagian ini
dihubungkan oleh sebuah lengkungan (Henle’s loop) (Tjay dan Rahardja, 2002). Air
dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam,
antara lain ion Na+ dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi
tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti ampas perombakan metabolisme protein
(ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Lalu, filtrat dari semua tubuli
ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus colligens),dimana terutama
berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan kekandung kemih dan
ditimbun disini sebagai urin (Tjay dan Rahardja, 2002).

1
Mekanisme Kerja Diuretik
Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat
reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air
terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal (proksimal, ansa Henle dan distal)
(Kee dan Hayes, 1996).
1). Tubuli proksimal Garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air,
begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung proporsional, maka
susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis
(manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium (Tjay
dan Rahardja, 2002).
2). Lengkungan Henle Di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari semua Cl-
yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+
dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
(furosemida, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl-, dan
demikian reabsorpsi Na+, pengeluaran K+, dan air diperbanyak (Tjay dan Rahardja,
2002).
3). Tubuli distal Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa
air hingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon
bekerja di tempat ini (Tjay dan Rahardja, 2002). Di bagian kedua segmen ini, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau, proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium
(amilorida, triamteren) bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2002).
4). Saluran pengumpul Hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bekerja di
saluran pengumpul dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-sel
saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002).
Golongan Diuretik turunan tiazida
Diuretik turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-
ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion K+, Mg++ dan
HCO3- dan menurunkan eksresi asam urat (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Diuretik turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan udem pada keadaan
dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena
dapat mengurangi volume darah dan secara langsung menyebabkan relaksasi otot
polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat
antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena
menimbulkan efek potensiasi (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik turunan
tiazida menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan menimbulkan penyakit pirai yang akut (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Diuretik turunan tiazida mengandung gugus sulfamil sehingga menghambat enzim
karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek saluretik terjadi karena adanya
pemblokkan proses pengangkutan aktif ion klorida dan absorpsi kembali ion yang
menyertainya pada lengkungan Henle, dengan mekanisme yang belum jelas
kemungkinan karena peran dari prostaglandin. Turunan tiazida juga menghambat
enzim karbonik anhidrase di tubulus distalis tetapi efeknya relatif lemah. Contohnya
adalah Xipamid, Klopamid, Indapamid, Klortalidon.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Dari Diuretik Thiazid
2. Sebutkan Golongan Dari Diuretic Thiazid
3. Sebutkan Hubungan Struktur Aktivitasnya
4. Berikan Struktur Kimia Dari Tiap Obat Diuretic Thiazid
5. Jelaskan Mekanisme Kerja Tiap Golongan diuretic Thiazid

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Diuretic Thiazid
2. Untuk Mengetahui Golongan Dari Diuretic Thiazid
3. Untuk Mengetahui Hubungan Struktur Aktivitas
4. Untuk Mengetahui Struktur Kimia Dari Tiap Obat Diuretic Thiazid
5. Untuk Mengetahui Mekanisme Kerja Tiap Golongan Diuretic Thiazid

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Diuretik Thiazid Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah
yang menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada
daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi natrium dan volume urin.
Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat
mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada
pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati (Dipiro et al.,2008).
Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐2 jam setelah pemberian dan
bertahan sampai 12‐24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari.Efek
antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan
manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Efek
tiazid pada tubulus ginjal tergantung pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid
kurang bermanfaat untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal (Dipiro et al.,2008).
Golongan diuretik bermanfaat mengurangi gejala bendungan, apabila
pemberian digitalis saja ternyata tidak memadai, namun deuretik sendiri tidak
memperbaiki penampilan miokardium secara langsung. Obat yang sering dipakai
adalah golongan tiazid, asam etakrinat, furosemid, dan golongan antagonis aldosteron.
Furosemid merupakan diuretik yang paling banyak digunakan karena efektif, aman,
dan murah. Namun diuretik menyebabkan ekskresi kalium bertambah, sehingga pada
dosis besar atau pemberian jangka lama diperlukan tambahan kalium (berupa KCL).
Dengan furosemid rendah suplemen kalium mungkin tidak diperlukan; sebagian ahli
hanya menganjurkan tambahan makan pisang yang diketahui mengandung banyak
kalium daripada memberikan preparat kalium. Kombinasi antara furosemid dengan
spironolakton dapat bersifat aditif, yakni menambah efek diuresis dan oleh karena
spironolakton bersifat menahan kalium maka pemberian kalium tidak diperlukan
(Depkes, 2006).
Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid dapat mengakibatkan
hipokalemia, hiponatriemi, dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia dapat terjadi
karenapenurunan ekskresi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam urat
dapatmengakibatkan hiperurisemia, sehingga penggunaan tiazid pada pasien gout
harushati‐hati. Diuretik tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten
terhadapinsulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko diabetes mellitus tipe 2
(Lyrawati,2008).
Efek sampingnya adalah hiperlipidemia, menyebabkan peningkatan LDL dan
trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria yang mendapat diuretic tiazid mengalami
impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika pemberian tiazid dihentikan (Lyrawati,
2008).

4
B. HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS

Hubungan Struktur Aktivitas


- Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2. Gugus SO2
mempunyai aktivitas yang lebih besar. Pada HCT = SO2
- Pada posisi 2 ada subsituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil. Pada
HCT = atom H
- Pada posisi 3 ada subsituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl,
CH2SCH2CF3), CH2-C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.
- Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat
meningkatkan aktivitas diuretik ± 10 kali.
- Subtitusi langsung pada posisi 4, 5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan
aktivitas diuretik. Pada HCT tidak disubstitusi.
- Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, yaitu Cl. Hilangnya
gugus tersebut menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas. Penggantian gugus Cl
dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam lemak sehingga
memperpanjang masa kerja obat.
- Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi.
- Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus
elektronegatif lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretika
seperti tiazid (thiazidelike diuretics) seperti turunan salisilanilid, turunan
benzhidrazid dan turunan ptalimidin.

C. OBAT
1. Xipamid
- Pengertian
Xipamide adalah turunan dari asam salisilat dan secara struktur mirip dengan
senyawa chlorthalidone. Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang
kuat,digunakan untuk pengobatan hipertensi moderat dan berat, serta untuk
mengatasi sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan
rematik. Masa kerja antihipertensi = 24 jam, dan efek diuretiknya + 12 jam.
Dosis: 10-40 mg hari.

5
- Struktur Kimia

- Mekanisme Kerja
Xipamide bekerja pada ginjal untuk mengurangi reabsorpsi natrium di tubulus
berbelit-belit bagian distal . Hal ini meningkatkan osmolaritas dalam lumen,
menyebabkan lebih sedikit air yang diserap kembali oleh saluran pengumpul.
Hal ini menyebabkan peningkatan keluaran urin. Berbeda dengan tiazid,
xipamide mencapai targetnya dari sisi peritubular (sisi darah). Selain itu,
meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal dan saluran pengumpul. Dalam
dosis tinggi juga menghambat enzim karbonat anhidrase yang menyebabkan
peningkatan sekresi bikarbonat dan membuat alkali urin.

2. Klopamid
- Pengertian
Klopamid, merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat. Absorpsi
klopamid dalam saluran cerna cepat dan sempurna, + 40-50% obat terikat oleh
plasma protein, dengan waktu paro eliminasi + 6 jam. Dosis: 5 mg/hari.

- Struktur Kimia

- Mekanisme Kerja
Klopamid dikategorikan sebagai diuretik seperti tiazid dan bekerja dengan
cara yang sama seperti diuretik tiazid. Ini bekerja di ginjal, di tubulus berbelit-
belit distal (DCT) dari nefron di mana ia menghambat simporter natrium-
klorida. Clopamide secara selektif mengikat pada tempat pengikatan klorida
dari symporter sodium-chloride di dalam sel PCT pada sisi luminal (interior)

6
dan dengan demikian mengganggu reabsorpsi sodium klorida, menyebabkan
ekskresi air yang equiosmolar bersama dengan sodium chloride.

3. Indapamid
- Pengertian
Indapamide merupakan obat jenis thiazide diuretic (water pill) yang
membantu mencegah tubuh dari penyerapan garam yang berlebihan, yang bisa
menyebabkan fluid retention (edema). Indapamid (Natrilix), merupakan
diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat, digunakan untuk
pengobatan hipertensi esensial ringan dan moderat. Obat dapat menurunkan
kontraksi buluh darah sel otot polos karena mempengaruhi pertukaran ion
antar membran, terutama Ca, dan merangsang sintesis prostaglandin PGE2
sehingga terjadi vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorpsi indapamid dalam
saluran cerna cepat dan sempurna, kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam
setelah pemberian oral, dan = 79% obat terikat oleh plasma protein. Waktu
paro eliminasinya 15-18 jam. Dosis: 2,5 mg hari.

- Struktur kimia

- Mekanisme Kerja
Mekanisme aksi obat ini adalah dengan cara meningkatkan ekskresi natrium,
klorida dan air dengan mengganggu pengangkutan ion natrium ke seluruh
epitel tubulus ginjal Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran
cairan dan garam melalui urine, sehingga tekanan darah dan penumpukan
cairan (edema) bisa berkurang.

4. Klortalidon
- Pengertian
Klorthalidon yang juga biasa disebut sebagai ‘water pill’ atau diuretik
seringkali digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan retensi cairan
yang disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk penyakit jantung.
Chlorthalidone yang membuat ginjal membuang air dan garam yang tidak
dibutuhkan tubuh menjadi urin. Klortalidon adalah obat yang dikategorikan
dalam kelompok obat thiazide diuretics. Thiazide diuretics berfungsi untuk
mengurangi kadar air dalam tubuh Anda dengan cara meningkatkan jumlah air

7
dalam air seni. Klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih panjang
daripada tiazid, dan dapat diberikan dua hari sekali untuk mengendalikan
edema. Obat ini juga bermanfaat bila retensi yang akut dapat dicetuskan oleh
diuresis yang lebih cepat, atau jika pasien tidak suka pola berkemihnya
berubah oleh diuretika. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel darah merah
sehingga mempunyai waktu paro plasma cukup panjang + 35-60 jam. Dosis
oral untuk diuretik: 50-100 mg, 3 kali per minggu, sesudah makan pagi. Dosis
untuk mengontrol hipertensi: 25 mg, 1 kali sehari.

- Struktur Kimia

- Mekanisme Kerja
Klortalidon mengurangi reabsorpsi natrium dan klorida terutama melalui
penghambatan Na + / Cl - simporter di membran apikal seltubulus distal
berbelit-belitginjal. Meskipun khlortalidon sering disebut sebagai diuretik
"seperti tiazid", ini tidak seperti diuretik tiazid, selain penghambatannya
terhadap simpporter Na + / Cl - , ia juga sangat menghambat beberapa isoform
karbonat anhidrase. Beberapa efek diuretik khlortalidon juga disebabkan oleh
penghambatan karbonat anhidrase di tubulus proksimal. Paparan kronis
terhadap chlortalidone menurunkan laju filtrasi glomerulus. Efek diuretik
chlortalidone berkurang pada orang yang mengalami gangguan. Dengan
meningkatkan pengiriman natrium ke tubulus ginjal distal, klortalidon secara
tidak langsung meningkatkan ekskresi kalium melalui pertukaran natrium-
kalium (yaitu saluran ROMK / Na apikal yang digabungkan dengan ATPase
Na + / K basolateral).

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diuretik turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali ion-
ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion K+, Mg++ dan
HCO3- dan menurunkan eksresi asam urat Turunan tiazida juga menghambat enzim
karbonik anhidrase di tubulus distalis tetapi efeknya relatif lemah. Contohnya adalah
Xipamid, Klopamid, Indapamid, Klortalidon.

B. SARAN
- Perlu dihindari kombinasi obat yang dapat berpotensi menimbulkan interaksi
- Dalam melakukan perbandingan golongan mekanisme struktur obat harus
memperhatikan ketentuan yang sudah ada , sehingga dapat memudahkan
untuk melakukan perbandingan tentang turunan tiazid

9
DAFTAR PUSTAKA

Agunu A, Abdurahman EM, Andrew GO, Muhammad Z. 2005. Diuretic activity of the stem-
bark extracts of Steganotaenia araliaceahoehst. J of ethnoppharmacol

Angeli P et al, 2009. Combined versus sequential diuretic treatment of ascites in non-
azotaemic patient with cirrhosis: result of an open randomized clinical trial. Int J
Gastroenterol and Hepatol [terhubung berkala].
http://gut.bmj.com/content/59/01/98.abstract

Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nefrialdi. 1995. Farmakologi dan
Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textboox of Medical Physiology. Ed ke-11. Philadelphia: Elvesier
inc.

10

Anda mungkin juga menyukai