Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan karunia-Nya,
kami penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis
1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................3
C. Tujuan............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakekat IPA.................................................................4
B. Penerapan Hakekat IPA.................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................10
B. Saran.............................................................................................10
DAFTAR RUJUKAN
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
4|Page
untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan menggunakan pikiran dan sikap
dalam mempelajarinya.
Menurut Carin and Sund (1989:4) menyatakan bahwa sains adalah sistem
untuk mengetahui tentang alam semesta melalui data yang telah dikumplkan
dengan cara observasi dan eksperimen yang terkontrol. IPA berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam yang sistematis sehingga IPA bukan hanya
penguasaankumpilan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan sebuah proses penemuan.
Alam hal ini, IPA sejatinya merupakan proses penemuan pengetahuan dan
sikap ilmiah sehingga bukan hanya kumpulan pengetahuan yang merupakan
produk dari kegiatan ilmiah. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa
Ilmu Pengetahuan Alam adalah kumpulan pengetahuan berupa teori-teori
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan telah diuji kebenarannya,
melalui proses metode ilmiah dari pengamatan, studi, dan pengalaman disertai
sikap ilmiah di dalamnya. Secara garis besar Ilmu Pengetahuan Alam memiliki
tiga komponen antara lain:
5|Page
variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian. Jadi, pada
hakikatnya dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam
diperlukan beberapa keterampilan dasar tersebut.
3. IPA sebagai sikap ilmiah, merupakan sikap ilmiah yang biasa ditunjukan
dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan dari objektif terhadap
fakta secara hati-hati, kritis dan sebagainya. Hal ini memberi penekanan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya kumpulan pengetahuan
fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif penemuan menggunakan
pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Menurut Wynne Harlen
(Darmodjo, 1992) setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang
dapat dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar yaitu:
a. Sikap ingin tahu (curiousity), dalam hal ini suatu sikap yang
selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang
diamatinya.
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap
ini bertitik tumpu dari kesadaran bahwa jawaban yang telah
diperoleh dari rasa ingin tahu tidak bersifat mutlak, namun hanya
bersifat sementara.
c. Sikap kerja sama (cooperation), dalam hal ini kerja sama adalah
sikap untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak secara
bersama-sama atau berkelompok.
d. Sikap tidak putus asa (perseverance), sikap ini perlu ditanamkan
kepada siswa Sekolah Dasar agar tidak mudah putus asa jika
mengalami kegagalan dalam menggali ilmu.
e. Sikap teruka untuk menerima (open-mindedness)
f. Sikap mawas diri (self critism), seorang ilmuwan sangat
menjunjung tinggi kebenaran. Objektivitas tidak hanya
ditunjukkan diluar dirinya tetapi juga terhadap dirinya sendiri.
sikap tersebut haruslah dikembangkan sejak dini khususnya pada
siswa Sekolah Dasar agar memiliki sikap jujur tehadap dirinya
sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani mengoreksi
dirinya sendiri.
6|Page
g. Sikap bertanggung jawab (responsibility), dalam hal ini
seseorang harus berani mempertanggungjawabkan apa yang
telah diperbuat. sikap tersebut harus dikembangkan sejak usia
SD misalnya membuat dan melaporkan hasil pengamatan atau
kerja yang telah dilakukan secara jujur.
h. Sikap berpikir bebas (independence in thinking), dalam ilmu
pengetahuan diperlukan objektifitas karena hal tersebut
merupakan salah satu kriteria kebenaran suatu ilmu pengetahuan.
i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline), menurut Morse dan
Wingo ( Darmodjo, 1992), mengatakan bahwa kedisiplinan diri
dapat diartikan sebagai kemampuan sesorang untuk dapat
mengontrol atau mengatur dirinya sendiri menuju tingkah laku
yang dikehendaki dan diterima oleh masyarakat.
Hal ini menekankan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya sekumpulan
pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan sesuatu
menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Dengan demikian,
pembelajaran IPA untuk tingkat Sekolah Dasar, berorientasi pada pencapaian
Sains dari segi produk, proses dan sikap keilmuannya (Patta Bundu, 2010).
Segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep Sains berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum maupun teori dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari; dari proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan
dalam proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan
konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan masalah dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari; dari segi sikap dan nilai siswa
diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di
lingkungannya, bersikap ingin tahu,tekun, kritis, mawas diri,
bertanggungjawab dapat bekerja sama dan mandiri serta memupuk rasa cinta
terhadap alam sekitar.
7|Page
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik
IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
a. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh : untuk mempelajari
pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda
yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data
pengukuran kuantitatif yang akurat.
b. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara
(teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh
hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil
yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas.
8|Page
Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu
pengukur suhu yaitu termometer.
d. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal
seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi
suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut
kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan
kebenaran temuan yang benar-benar obyektif. Contoh : sebuah temuan
ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan
tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau
bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan
dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
e. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang
harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam
belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang
gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan caracara yang berbeda,
dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan secara
fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh
pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA. Para
ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran
IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Keaktifan dalam belajar IPA terletak
pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif
berpikir atau mindson (NRC, 1996:20)
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak – anak didefinisikan oleh Paolo dan Manen
(dalam Carin, 1993 : 5) yang dikutif oleh Iskandar (1993) diantaranya :
9|Page
4. Menguji ramalan – ramalan dibawah kondisi – kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M Iskandar,
1996/1997). Hal ini mengandung makna bahwa IPA bukan hanya kumpulan
pengetahuan, tetapi merupakan proses pencarian yang sistematis dan berisi
berbagai strategi dimana menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa
kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan
pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi
atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda
B. Saran
10 | P a g e
Daftar Pustaka
Carin, A.A and Sund, R.B. 1989. Teaching Science Throught Discovery.
Colombu: Merrill Publishing Company
Https://Sumartoipa.Wordpress.Com/2013/06/15/Hakikat-Ilmu-Pengetahuan-
Alam-ipa/ (Diakses Pada Tanggal 3 September 2019)
11 | P a g e