Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan

bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.

Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi

epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola atau struktur

penduduk. Sedangkan transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan dalam

pola kesehatan dan pola penyakit dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit

infeksi sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

meningkat. Banyaknya penyakit non-infeksi salah satunya diakibatkan oleh

banyaknya lansia yang memiliki pola hidup yang tidak sehat. Di sisi lain penyakit

yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin

banyaknya proporsi warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan

faktor penuaan salah satunya adalah penyakit osteoa r thr itis.

Osteoa r thr itis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif umum dari sendi

pada bagian tulang rawan yang diakibatkan perubahan hipertropik di tulang.

Osteoarthritis menyerang pada semua jaringan sendi seperti tulang rawan,

sinovial, struktur kapsul serta liga ment yang ditandai dengan degradasi kartilago

pada sendi sehingga sendi kehilangan fungsinya dan abnormalitas bentuk sendi

(Aaron, 2013).

Sekitar 13 % wanita dan 10 % pria berusia 60 tahun atau lebih tua

memiliki OA lutut simptomatik . Proporsi orang yang terkena dengan OA lutut

1
2

simptomatik cenderung meningkat karena penuaan tingkat obesitas atau kelebihan

berat badan. (Heidari, 2011). Gejala yang paling umum terjadi pada pasien

osteoarthritis adalah kekakuan sendi sesaat pada pagi hari, terjadinya penguncian

pada sendi, ketidakstabilan pada sendi serta nyeri pada sendi. Nyeri menjadi ciri

utama serta penyebab dari berkurangnya kemampuan aktivitas pasien. Rasa sakit

atau nyeri biasanya cenderung memburuk pada saat aktivitas. Hal inilah yang

mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan saat melakukan aktivitas

(Sinusas,2012).

Tota l knee r epla cement merupakan pengobatan yang aman untuk

mengurangi rasa sakit dan memulihkan fungsi fisik pada pasien dengan kondisi

osteoa r thtr itis parah yang tidak bisa di pelihara dengan terapi fisik. Setiap tahun

ada lebih dari 500.000 prosedur operasi Tota l knee r epla cement dilakukan

di Amerika Serikat, hal ini diperkirakan bahwa pada tahun 2030 volume prosedur

operasi TKR meningkat menjadi lebih dari 3,48 juta per tahun akibat penuaan dini

dan meningkatnya obesitas (Minesota, 2010). Pada operasi tota l knee r epla cement

juga menimbulkan beberapa problem setelah operasi, 37 % dari pasien merasakan

nyeri dan keterbatasan gerak fungsional setelah operasi, keterbatasan yang paling

umum adalah pasien kesulitan untuk berjalan, kesulitan untuk naik turun tangga

dan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas olahraga yang sama saat sebelum

operasi (Sara, 2010).

Dibutuhkan penanganan yang tepat pada kasus post operasi TKR

sehingga tidak pasien dapat kembali beraktivitas dengan normal. Fisioterapi

merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang berfungsi memelihara, memulihkan


3

gerak dan fungsi tubuh dengan cara manual, peralatan maupun latihan (Depkes

RI, 2013). Fisioterapi dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi

pasca operasi total knee replacement dengan berbagai teknik yang digunakan.

Banyak intervensi fisioterapi yang dapat digunakan untuk menangani problematik

yang timbul pada post TKR, yaitu dengan pemberian IR, TENS, SWT, MWD,

SWD, terapi latihan dengan metode Hold Relax and Stretching dan lain – lain.

Dalam makalah ini akan membahas penanganan post total knee replacement

menggunakan intervensi IR dan terapi latihan. Infrared secara umum diberikan

untuk mengurangi nyeri dan melancarkan peredaran darah. Efek IR terhadap

pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi,

sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of reflex” yang pada akhirnya

dapat meningkatkan LGS (Pusdiknakes 2010). Untuk membantu mengembalikan

kemampuan fungsional dan fisik pasien post operasi TKR menggunakan terapi

latihan. Terapi Latihan memiliki keuntungan antara lain untuk meningkatkan

kemampuan otot, untuk memberikan efek positif pada system kardiovaskuler dan

kesembuhan tulang dan soft tissue (Derlene, 2006).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “ apakah Infrared

dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi,

dan meningkatkan aktivitas kemampuan fungsional?”


4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah “ untuk mengetahui

manfaat dari Infrared dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan

lingkup gerak sendi, dan meningkatkan aktivitas kemampuan fungsional”.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang total knee replacement, bagaimana

penanganan fisioterapinya, dan manfaat dari intervensi infrared dan terapi

latihan terhadap penurunan nyeri, peningkatan LGS, serta peningkatan

aktivitas fungsional.

2. Bagi Fisioterapis

Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang post total knee replacement

serta penatalaksanaan fisioterapi dengan infrared dan terapi latihan pada

kondisi post total knee replacement e.c osteoarthritis.

3. Bagi Pembaca

Dengan membaca makalah yang dibuat oleh penulis, semoga dapat

bermanfaat untuk menambah wawasan tentang kasus post total knee

replacement.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

1. Definisi Sendi Lutut

Sendi lutut, sendi yang paling aktif pada manusia dan merupakan sendi

yang paling sering mengalami cedera. Sendi lutut terletak di antara femur

dan tibia, patella juga menjadi bagian dari sendi ini. Sendi ini berfungsi

sebagai penahan berat pada kondisi statis maupun dinamis. Sendi ini

merupakan sendi sinovial yang dilengkapi dengan meniscus medialis dan

menicus lateralis di antara cobdylus femoris dan tibia. Memberan synovial

melekat di tepi kedua tulang dan bagian anteriornya melekat pada patella.

Sendi lutut diperkuat oleh ligamentum collateral lateral (fibulare),

ligamentum collateral mediale (tibiale), dan ligamen popliteum obliquum.

2. Anatomi

40
41

Sendi lutut koplek terdiri atas sendi tibiofemoral, sendi patellofemoral dan

sendi proksimal tibiofibular. Sedi-sendi tersebut dibentuk oleh beberapa tulang

yaitu tulang femur, tibia, patella dan fibula

a. Tulang Femur

Tulang paha ini merupakan tulang panjang (os longum). Di ujung proximal

pada tulang femur ini terdapat caput femoris. Bentuk caput ini bulat yang

sesuai dengan acetabulum(mangkok sendi). Caput femoris dan corpus

femoris dihubungkan dengan columna femoris. Diujung distal tulang paha

ini memiliki dua bongkol sendi yaitu condilus lateralis dan condilus

medialis (Wiarto 2013:69)

b. Tulang Tibia dan Fibula

Tulang tibia merupakan tulang kering yang bersejajar dengan tulang

fibula. Tulang tibia memiliki dua bongkol yaitu condylus lateralis dan

condylus medalis. Fibula terdirir dari capitulum fibula yang melekat di

bagian belakang atas tibia. Diafisis fibula sama dengan tibia yang

dipisahkan oleh crista. Antara tulang tibia dan tulang femur terdapat dua

tulang rawan gepeng yang disebut meniscus medialis dan meniscus

lateralis.

Dibagian medial dibagia distalis dari tulang tibia terdapat tonjolan yang

disebut malleolus medialis dan di sebelah sisi lateral tedapat facies

articularis malleoli medialis yang bersendi dengan facies malleolaris


42

medialis tali dan disebut dengan articulation talo cruralis (Wiarto

2013:71).

c. Tulang patella

Tempurung lutut membentuk articulation genu. Bentuk patella ini adalah

segitiga yang memiliki sudut bulat dan berbentuk pipih. Tulang patella

memiliki dua dataran yaitu facies posterior dan facies anterior (Wiarto

2013:73).

d. Ligamen

Ligamentum memiliki fungsi sebagai stabilisator pasif dan

pengarah gerak. Ligamen merupakan penebalan dari tunika fibrosa

kapsul sendi atau merupakan jaringan ikat yang berdiri sendiri. Ada

beberapa ligamen yang memberikan stabilisasi sendi lutut antara lain

ligamen krusiatum anterior, ligamen krusiatum posterior, ligamen

kolateral lateral, ligamen kolateral medial serta ligamen transversum.

e. Otot
43

Bagian lain dari struktur sendi lutut yang perlu dipahami adalah otot.

Ada banyak otot yang terdapat disekitar sendi lutut. Meskipun ada

diantara otot-otot itu yang tidak berfungsi langsung sebagai penggerak

sendi lutut, namun otot-otot itu berfungsi sebagai stabilisasi dinamik.

Sesuai dengan osteokinematiknya, otot penggerak sendi lutut dibagi

dalam kelompok fleksor dan ekstensor (Wibowo, 2014)

1) Kelompok otot fleksor lutut

Gerakan fleksi lutut dilakukan oleh kelompok otot yang disebut

otot hamstring, yang terdiri dari; M. Biceps Femoris, M.

Semitendinosus dan M. Semimembranosus.

a) M. Biceps Femoris

Origo: Tuber isciadicum lateral linca aspera, Insertio: caput

fibula lateralis dan condylus lateral, fungsi: Fleksi knee dan

ekstensi hip.

b) M. Semitendinosus

Origo: Pars medialis tuberositas ischiadicum. Insertio:

Tuberositas tibia, fungsi: fleksi knee dan akstensi hip.

c) M. Semimembranosus

Origo: tuberositas isciadicum, insertio: Condylus medialis tibia.

Fungsi: Fleksi knee dan ekstensi hip

2) Kelompok otot ekstensor lutut

Otot ekstensor lutut biasa disebut otot quadriceps yang

berfungsi untuk gerakan lutut. Group otot ini terdiri dari 4 otot yaitu:
44

M. Rectus femoris, M. Vatus medialis, M. Vatus intermedius, M.

Vatus lateralis.

a) M. Rectus femoris

Origo: spina iliaca anterio inferior. Insertio: Basis patella,

fungsi: Fleksi hip, Abduksi hip dan Ekstensi hip.

b) M. Vatus medialis

Origo: Pars superior femur facies medialis femoralis. Insertio:

setengah bagian atas os Patella. Fungsi: ekstensi knee.

c) M. Vatus intermedius

Origo: Pars superior facies medialis femoris. Insertio:

Tuberoaitas tibia, ligamen patella. Fungsi: Ekstensi knee.

d) M. Vatus lateralis

Origo: Throcantor mayor dan setngah bagian atas fecies lateralis

linea aspera. Insertio: Lateral os.Patella. fungsi: Ekstensi knee.

B. Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah suatu kondisi sendi ditandai dengan kerusakan dan

hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pebentukan osteofit, rasa

sakit, pergerakan yang terbatas mengakibatkan deformitas dan inflamasi

persendian terjadi disebabkan oleh penipisaan dan kerusakan tulang rawan.

Osteoarthritis dikenal juga sebagai arthritis degeneratif (penyakit degeneratif

sendi) adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang

timbul karena ujung tulang antara tulang bergesekan.


45

Osteoarthritis lutut merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang

mengakibatkan kartilago, lapisan sendi, ligament dan tulang sehingga

menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi lutut (CDC, 2014).

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif sendi akibat

pemecahan biokimia artikular (healine) tulang rawan sendi sinovial lutut

sehingga kartilago sendi rusak. Gangguan ini berkembang secara lambat, tidak

simetris dan non-inflamasi, ditandai dengan adanya degenerasi kartilago sendi

dan pembentukan tulang baru (osteofit) pada bagian pinggir sendi dan

menyebabkan kelemahn otot dan tendon sehingga menimbulkan nyeri sehingga

mebatasi gerak sendi (Samual, 2013).

1. Etiologi

Penyebab osteoarthritis bermacam-macam, beberapa resiko

terjadinya osteoarthritis antara lain sebagai berikut: usia, jenis kelamin,

kegemukan, cidera sendi (Soenarwo, 2011).

1. Usia

Semakin lanjut usia seseorang pada umumnya semakin besar

faktor resiko terjadinya OA lutut. Hal ini disebabkan karena sendi

lutut yang digunakan sebagai penumpu berat badan sering mengalami

kompresi atau tekanan dan gesekan, sehingga dapat menyebabkan

kartilago yang melapisi tulang keras pada sendi lutut tersebut lama-

kelamaan akan terkikis dan rentan terjadi degenerasi.

2. Jenis kelamin
46

Osteoarthritis dapat menyerang pria maupun wanita. Di bawah usia

45 tahun OA lebih banyak menyerang pria, dan diatas 55 lebih banyak

menyerang wanita.

3. Kegemukan

Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi

faktor resiko terjadinya OA lutut. Berat badan yang berlebih dapat

menambah kompresi atau tekanan atau beban pada sendi lutut.

Semakin besar yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula

resiko terjadinya kerusakan pada tulang

4. Cidera sendi

Terjadinya trauma,benturan atau cidera pada sendi lutut juga dapat

menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk

sendi tersebut.

2. Patologi

Tulang rawan sendi yang mengalami degenerasi tampak suram tidak

kenyal dan rapuh. Disekitar sendi dibentuk tulang baru yang sering kali

menyerupai duri disebut Osteophyte/spur/taji yang lebih rapuh dari

tulang asli. Disekirat sendi terjadi osteoporosis.

Bentuk proses degeneratif yang lain adalah terbentuknya cairan pada

sendi lutut. Cairan akan lebih banyak dibentuk bila penderita memberi

beban pada sendi yang terkena, misalnya pada sendi lutut, bila penderita

berolahraga yang bersifat memperberat beban sendi lutut (lari pagi, sepak

bola), maka cairan dalam sendi lutut akan bertambah banyak.


47

Laboratoris, cairan sendi seperti cairan sendi normal, kecuali kadar

protein yang mungkin agak meninggu dan kadar glukosanya akan

merendah. Selain itu, cairan bersifat kental, jernih dan percobaan mucin

clot positif.

3. Tanda dan gejala klinis

Tanda dan gejala penderita OA lutut apabila sudah menifes akan

memberikan tanda maupun gejala sebagai berikut:

a. Nyeri

Menurut the international association for the study of pain (IASP).

Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional dan tidak

nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi

merusak jaringan. Devinisi tersebut merupakan pengalaman subjektif

dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat dipahami bahwa

kesamaan penyebab tidak terjadi secara anatomis menimbulkan

perasaan nyeri yang sama (Meliana 2004).

b. Kaku sendi

Gejala yang sering dijumpai pada penderita OA terjadi kesulitan

atau kekakuan pada saat akan memulai gerakan pada kapsul, ligament,

otot, dan permukaan sendi (Heru, 2005).

c. Keterbatasan lingkup gerak sendi


48

Biasanya keterbatasan gerak mula-mula terlihat pada gerak fleksi

kemudian dalam keadaan lanjut terjadi keterbatasan kearah ekstensi.

Keterbatasan ini akibat dari perubahan permukaan sendi, spasme dan

kontraktur otot, kontraktur kapsul-kapsul sendi, hambatan mekanik

oleh osteofit atau jaringan-jaringan yang terlepas.

d. Krepitasi

Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya

rawan sendi (Heru, 2005).

e. Kelemahan otot dan atrofi otot

Kelemahan otot tidak bagian dari OA tetapi peranan sebagai faktor

resiko OA yang perlu dicermati kekuatan isometrik dan otot quadricep

merupakan faktor yang berperan pada OA lutut. Atrofi otot dapat

ditimbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait

merupakan menifestasi awal dari OA yang menyerang sendi

penopang berat badan. Sendi instabil berhubungan dengan penyakit

lanjut (Isbagio, 2003).

f. Deformitas

Deformitas yang terjadi pada OA yang paling berat dapat

menyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak sekitar

sendi terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada kopartemen

medial dan kendornya ligamentum (Slamet, 2000).

g. Gangguan fungsional
49

Penderita sering mengalami kesulitan dalam melakukan

fungsional dasar, sepeti bangkit dari posisi duduk ke berdiri, saat

jongkok, berlutut, berjalan, naik turun tangga, dan aktivitas lainnya

yang bersifat membebani lutut

4. Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Berdasarkan derajat keparahan Kellgren-Lawrence mengklasifikaskan

tingkat keparahan osteoartritis berdasarkan gambaran radiologis yang

didapat. Gambaran radiologis yang dinilai terdiri dari penyempitan joint

space, ada atau tidak osteophyte, subcondral sclerosis dan kista sub kondral.

Dari penelitian tersebut klasifikasi tingkat keparahan osteoarthritis

dikelompokan menjadi 4 grade yaitu :

1. Grade 0 : Normal

2. Grade 1 : Sendi normal, terdapat sedikit osteofit

3. Grade 2 : Osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondralcelah

sendinormal, terdapat kista subkondral

4. Grade 3 : Osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang,

terdapat penyempitan celah sendi

5. Grade 4 : Terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat

kista subkondral dan sclerosis.

C. Total Knee Replacement (TKR)

Total knee replacement adalah prosedur operasi penggantian sendi lutut

yang tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang femur

akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan
50

diganti dengan metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik

sebagai peredam gerakan (AAOS, 2015).

Total Knee Replacement adalah tindakan pembedahan umum yang

dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang

disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid arthritis (McDonald & Molony,

2004). Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujung-ujung

tulang diganti dengan bahan logam dan plastik (polyethylene). Permukaan

tulang rawan yang rusak di tiga bagian tulang tulang pada sendi lutut akan

dibuang, kemudian permukaan tulang tersebut baru akan dilapisi dengan

implant (Jones et al., 2005).

Indikasi Total Knee Replacement dilakukan pada pasien yang mengalami

nyeri berat dan disabilitas fungsi karena kerusakan permukaan sendi akibat

artritis (Osteoarthritis, Rheumatoid artritis, artitis pasca trauma), dan

perdarahan ke dalam sendi, seperi pada penderita hemophilia. Dapat

digunakan prosthesis logam dan akrilik dirancang untuk membuat sendi yang

fungsional, tidak nyeri, stabil (Smeltzer & Bare, 2002)

Tindakan TKR sering dilakukan pada pasien dengan osteoartritis lutut

tingkat lanjut. Tujuan penggantian lutut total (TKR) yaitu ; memperbaiki

cacat, dan untuk mengembalikan fungsi, penggantian sendi lutut yang telah

parah, untuk membebaskan sendi dari rasa nyeri, untuk menggembalikkan

rentang gerak (ROM), untuk mengembalikkan fungsi normal bagi seorang

pasien, untuk membangun kembali aktivitas sehari-hari (ADL) dengan

modifikasi yang tetap menjaga ROM pasien (Triwibowo,2012).


51

Langkah dasar untuk prosedur penggantian lutut, yaitu; 1) Menyiapkan

tulang; permukaan tulang rawan yang rusak di ujung tulang paha dan tibia

dikeluarkan bersama dengan sejumlah kecil tulang yang mendasarinya, 2)

Posisi logam implants; tulang rawan dan tulang diganti dengan komponen

logam yang menciptakan permukaan sendi, bagian logam ini mungkin disemen

atau "press- fit" ke dalam tulang, 3) Permukaan bawah patela (tempurung lutut)

dipotong dan muncul kembali dengan tombol plastik, 4) Plastik spacer

dimasukkan antara logam komponen untuk membuat permukaan menjadi

mulus (AAOS, 2015).

Kerusakan sendi dapat diatasi dengan Total Knee Replacement, tapi

tindakan itu mengandung resiko. Komplikasi serius pasca TKR yaitu dislokasi

prosthese akibat infeksi, Pembekuan darah di sekitar daerah operasi,

implant yang bermasalah, nyeri yang berkepanjangan dan cedera

neurovaskuler (AAOS, 2015).

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Tahap latihan setelah TKR (AAOS, 2015; Prosehat Physiotherapy,

2015) :

1. Latihan awal post operasi (0 – 1 hari)

Tujuan : untuk mencegah penumpukan sirkulasi darah dan mencegah

infeksi pernapasan. Latihan ini harus dilakukan secara teratur.

a. Deep breathing.
52

Langkah – langkah : Ambil nafas lewat hidung, tahan2-3 detik,

hembuskan lewat mulut secara perlahan 3-4 detik, lakukan sebanyak

10 kali.

b. Sirkulatori exercise.

Langkah – langkah : lakukan gerakan menekuk dan meluruskan ankle

(kaki), lakukan sebanyak 30 kali secara perlahan dimana 1 detik naik

dan 1 detik turun untuk ankle ditekuk ke atas dan ke bawah, lakukan

sebanyak 30 kali secara perlahan untuk gerakan ankle memutar,

latihan ini dilakukan sebanyak 4 kali sehari.

c. Static quad.

Langkah-langkah : tidur terlentang, tekan tempurung lutut ke bed

dengan ankle ditarik ke atas, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10

kali.

d. Straight leg raises.

Langkah-langkah : Tidur terlentang, angkat kaki dengan lutut lurus

setinggi perut dimana ankle ditekuk ke atas, tahan 10 detik saat kaki

ke atas, lakukan sebanyak 10 kali.

e. Static hamstring.

Langkah-langkah : Tidur terlentang, tekuk lutut TKR, naikkan ankle

ke atas lalu tekan ujung tumit ke bed, tahan 10 detik, lakukan

sebanyak 10 kali.

f. Static gluteus.
53

Langkah-langkah : Tidur terlentang, kontraksikan gluteus, tahan 10

detik, lakukan sebanyak 10 kali.

g. Knee flexion.

Langkah-langkah : Tidur terlentang, lutut TKR ditekuk kemudian

diluruskan, taburi bedak di bed untuk memudahkan menekuk dan

meluruskan lutut, lakukan sebanyak 10 kali

h. Mobilisasi dari tempat tidur.

Langkah-langkah : Saat bangun tidur, pasien tidak dapat langsung

berdiri karena control lutut belum adekuat, dengan bantuan kursi,

pasien dapat berpindah ke kursi terlebih dahulu untuk kemudian

mencoba berdiri sambil memegang kursi.

i. Full squad range.

Langkah-langkah : Duduk di kursi, luruskan lutut ke atas dimana

ankle ditekuk ke atas, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali

j. Knee flexion in sitting.

Langkah-langkah : Duduk di kursi, tekuk lutut ke dalam, tahan

10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

2. Satu minggu

a. Assisted keen bending in sitting

Langkah-langkah : Duduk, kaki yang sehat menyanggah kaki

TKR, kedua tangan menekan ke bed untuk berpindah tempat

b. Resisted exercise in sitting


54

Langkah-langkah : Duduk, angkat kaki lurus ke atas, tahan 10 detik,

lakukan sebanyak 10 kali

c. Passive hiperekstensi.

Langkah-langkah : Duduk di meja ruang tamu yang setinggi lutut,

angkat kaki ke atas meja, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

d. Heel squat in standing.

Berdiri berpegangan pada kursi, angkat kedua tumit perlahan dan

jinjit, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

e. Half squatting.

Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada kursi, tekuk kedua

lutut perlahan, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

f. Knee flexion in standing.

Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada kursi, lutut sehat

ditekuk, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

3. Dua – tiga minggu

a. Step up.

Langkah-langkah : Lakukan di tangga, berpegangan pada riil

tangga, naik secara perlahan ke atas tangga kemudian mundur lagi

turun, lakukan sebanyak 10 kali.

b. Step down.

Langkah-langkah : Lakukan di tangga, berpegangan pada riil

tangga, turun secara perlahan ke bawah kemudian mundur lagi ke

atas, lakukan sebanyak 10 kali.


55

c. Single leg balance.

Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada kursi, tekuk kaki sehat,

tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

d. Single leg hell rising.

Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada tembok, angkat tumit

seperti jinjit, tekuk lutut sehat, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10

kali.

4. Empat minggu.

a. Balancing with feet together.

Langkah-langkah : Berdiri berpegangan pada tembok, seimbangkan

kedua kaki saat berdiri, tahan 10-15 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

b. Balancing one foot in front other.

Langkah-langkah : Berdirilah di samping kursi, langkahkan lutut

TKR di depan lutut sehat, tahan 10-15 detik, lakukan sebanyak 10

kali.

c. Rolling ball forward and backward while sitting.

Langkah-langkah : Duduk dengan kaki bertumpu pada bola,

gerakkan bola ke depan dan ke belakang, tahan 10 detik ke depan,

lalu tahan 10 detik ke belakang, lakukan sebanyak 10x.

d. Rolling ball in small circle while sitting.

Langkah-langkah : Duduk dengan kaki bertumpu pada bola,

gerakkan bola memutar ke depan dan lalu ke belakang, tahan 10


56

detik ke depan, lalu tahan 10 detik ke belakang, lakukan sebanyak

10 kali.

e. Squasing ball into the floor.

Langkah-langkah : Duduk dengan kaki bertumpu pada bola, tekan

bola ke lantai, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

f. Inner thight strengthening.

Langkah-langkah : Duduk dengan kedua paha menjepit bola, tekan

bola dengan kedua paha, tahan 10 detik, lakukan sebanyak 10 kali.

5. Aktivitas dini setelah operasi (setelah 1 bulan).

a. Berjalan menggunakan walker dengan partial weight bearing

b. Dilanjutkan berjalan menggunakan crutch ketika pasien sudah

bisa menopang BB selama > 10 menit, sampai 1 bulan

c. Lepaskan crutch secara perlahan dengan berlatih berjalan tanpa

crutch untuk menyeimbangkan lutut.


57

BAB III

LAPORAN STATUS KLINIK

NAMA MAHASISWA : fahryza akbar diyanto firmansyah


NIM : 201910641011036
TEMPAT PRAKTIK : RS Orthopedi
PEMBIMBING : Prihantoro Larasati

Tanggal Pembuatan Laporan:


Kondisi/ Kasus: Post Oprasi Total Knee Replacement

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : NY . YUS
Umur : 67
Jenis Kelamin :P
Agama : ISLAM
Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA
Alamat : ASRI ABADI SOLO SURAKARTA
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
POST OPRASI TOTAL KNEE REPLACEMENT
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
RONTGEN
C. RUJUKAN DARI DOKTER
PUSKESMAS – RSO – DOKTER REHABMEDIK – OPRASI –
FISIOTERAPI RAWAT JALAN
58

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1.KELUHAN UTAMA
PASIEN DATANG KE POLI FISIOTERAPI MENGELUHKAN
MASIH ADA RASA NYERI , KAKU , DAN ADA RASA
MENGGANJAL DI LUTUT , TERUTAMA SAAT JALAN JAUH ,
JALAN TERLALU LAMA , BERGERAK DARI JONGKOK KE
BERDIRI , BERGERAK DARI DUDUK KE BERDIRI
2.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
PASIEN MENGELUHKAN NYERI LUTUT SUDAH LAMA ,
PERNAH JATUH JUGA. PASIEN JUGA PERIKSA KE DOKTER
PERIHAL NYERI DI LUTUT NYA YANG DIRASAKAN MAKIN
LAMA MAIN SAKIT DAN HASIL PEMERIKSAAN DARI DOKTER
NYERI LUTUT SUDAH MASUK GRADE 4 DAN PASIEN
DISARANKAN MELAKUKAN OPRASI PENGGANTIAN LUTUT.
OPERASI DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 08 / 10 / 2019 DAN
IBU NYA PERNAH TERAPI SELAMA 2 BULAN LALU BERHENTI
NAMUN SEKARANG KEMBALI TERAPI LAGI
3.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
----------------
59

4.RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


----------------
5.RIWAYAT PENGOBATAN
----------------
6.ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher
---------

b. Kardiovaskular
---------

c. Respirasi
----------

d. Gastrointestinal
----------

e. Urogenital
---------

f. Musculoskeletal
NYERI PADA LUTUT DAN SPASME PADA QUADRICEP ,
HAMSTRING DAN GASTROC

g. Nervorum
----------

C. PEMERIKSAAN
1.PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 130 / 70
Denyut nadi : -
Pernapasan :-
Temperatur : 36
Tinggi badan : 160
Berat badan : 59

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
60

STATIS
TAMPAK BEKAS INCISI PADA LUTUS
TIDAK ADA BENGKAK
RAUT WAJAH MENAHAN SAKIT
DINAMIS
PASIEN TIBA DENGAN MANDIRI TANPA ALAT BANTU
JALAN
JALAN MANDIRI TANPA DI BANTU
JALAN SEDIKIT PINCANG DAN PELAN
TERLIHAT MENAHAN SAKIT SAAT MENEKUK LUTUT
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
ADA NYERI TEKAN SEKITAR LUTUT
SUHU LOKAL NORMAL
SPASME PADA QUADRICEP , HAMSTRING , GASTROC
d) PERKUSI
--------
e) AUSKULTASI
----------
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
REGIO GERAKAN MAMPU NYERI
KNEE FLEXI TERBATAS NYERI
EXTENSI FULL NYERI

Gerak Pasif :
REGIO GERAKAN MAMPU ENDFEEL
KNEE FLEXI TERBATAS ELASTIC
EXTENSI FULL SOFT

Isometrik :
REGIO GERAKAN MAMPU KONTRAKSI
KNEE FLEXI TERBATAS MINIMAL
EXTENSI FULL MINIMAL

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL


1) KOGNITIF : PASIEN MAMPU MENCERITAKAN
PERIHAL AWAL KEJADIAN YANG DIALAMINYA
DARI AWAL DENGAN JELAS DAN LENGKAP.
61

2) INTRA PERSONAL : PASIEN MEMILIKI KEINGINAN


BESAR DAN SEMANGAT YANG SANGAT KUAT
UNTUK SEMBUH.

3) INTER PERSONAL : PASIEN DAPAT BERKOMUNIKASI


DENGAN TERAPIS SECARA JELAS DAN LENGKAP.

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR : PASIEN BELUM
MAMPU UNTUK FULL ROM PADA GERAKAN GERAKAN
FLEXI

AKTIVITAS FUNGSIONAL : PASIEN BELUM MAMPU


UNTUK JALAN JAUH , JALAN TERLALU LAMA ,
BERGERAK DARI JONGKOK KE BERDIRI , BERGERAK
DARI DUDUK KE BERDIRI

LINGKUNGAN AKTIVITAS : PASIEN BELUM MAMPU


MELAKUKAN AKTIVITAS SECARA SEDIAKALA

2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
1. NYERI
TEKAN : 5
GERAK : 4
DIAM : 2

0 5 10

2. MMT
REGIO GERAKAN DEXTRA SINISTRA
KNEE FLEXI 4 4
EXTENSI 4 5

3. ROM
EKSTENSI / FLEXI : 0 – 0 – 125
62

4. SENSIBILITAS
PANAS KASAR
(MERASAKAN) (MERASAKAN)
DINGIN HALUS
(MERASAKAN) (MERASAKAN)
TUMPUL TACTILE
(MERASAKAN) (MERASAKAN)
TAJAM
(MERASAKAN)
63

D. UNDERLYING PROCCESS
64

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
TOTAL KNEE REPLACEMENT E.C OSTEOARTRITIS
Impairment
- Nyeri tekan sekitar lutut dan sekitar incisi
- Spasme otot quadriceps,hamstring, dan gastrocnemius dektra
- Keterbatasan LGS knee dekstra
Functional Limitation
- Pasien masih sedikit kesulitan untuk berjalan jauh
- Pasien kesulitan untuk toileting
- Pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas ibadah sholat
Disability
- Pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari hari
F. PROGNOSIS
Qua at Vitam : BONAM
Qua at Sanam : BONAM
Qua at Fungsionam : DUBIA ED BONAM
Qua at cosmeticam : DUBIA ED BONAM

G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1.Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme
Meningkatkan LGS knee dekstra
Meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah

b) Jangka Panjang
Mengembalikan ke aktivitas fungsional secara mandiri dan juga mampu
2.Rencana tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
IR
HOLD RELAX
ACTIVE EXC
PASSIVE EXC
STRENGTHENING
65

H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
T1
IR
WAKTU 15 MENIT
EXERCISE
HOLD RELAX (SESI 1)
15 MENIT , 8X 3 SET
ISOMETRIC (SESI 2) ISTIRAHAT 5 MENIT PER SESI
15 MENIT , 8X 3 SET
STRENGTHENING (SESI 3)
15 MENIT , 8X 3 SET

T2
IR
WAKTU 15 MENIT
EXERCISE
HOLD RELAX (SESI 1)
15 MENIT , 8X 3 SET
ISOMETRIC (SESI 2) ISTIRAHAT 5 MENIT PER SESI
15 MENIT , 8X 3 SET
STRENGTHENING (SESI 3)
15 MENIT , 8X 3 SET
66

J. HASIL EVALUASI TERAKHIR


NYERI
TEKAN → 5 → 4 → 3
GERAK → 4 → 4 → 3
DIAM → 2 → 1 → 1

MMT
FLEXI
DEXTRA 4 → 4 → 4
SINISTRA 4 → 4 → 4

EXTENSI
DEXTRA 4 → 4 → 4
SINISTRA 5 → 5 → 5

ROM
GERAKAN T0 T1 T2
EXTENSI → 0 – 0 - 125 0 – 0 - 127 0 – 0 - 127
FLEXI

SPASME
OTOT T0 T1 T2
QUADRICEP +++ +++ ++
HAMSTRING +++ +++ ++
GASTROC +++ +++ ++
67

K. EDUKASI DAN KOMUNIKASI


TETAP RAJIN MELAKUKAN TERAPI DI FISIOTERAPI
USAHAKAN TIDAK MELAKUKAN AKTIVITAS YANG BISA
MEMPERPARAH
MELAKUKAN HOMEPROGRAM
HOLD RELAX
ACTIVE EXC
PASSIVE EXC
STRENGTHENING
PERLU DI PERHATIKAN UNTUK HOMEPROGRAM DI
SARANKAN LATIHANNYA DI DAMPINGI KELUARGA
68

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Total knee replacement adalah prosedur operasi penggantian sendi lutut

yang tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang femur

akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan diganti

dengan metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai

peredam gerakan (AAOS, 2015). Total Knee Replacement adalah tindakan

pembedahan umum yang dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan

immobilisasi yang disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid arthritis

(McDonald & Molony, 2004). Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut,

bagian ujung-ujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastik (polyethylene).

Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga bagian tulang tulang pada sendi lutut

akan dibuang, kemudian permukaan tulang tersebut baru akan dilapisi dengan

implant (Jones et al., 2005).

Keluhan- keluhan yang muncul akibat post total knee replacement antara

lain rasa nyeri dibagian incisi, spasme, penurunan LGS, dan penurunan kekuatan

otot. Keluhan tersebut semakin diperberat apaila pasien melakukan aktivitas

seperti berjalan jauh, jongkok ke berdiri, naik turun tangga.

Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan untuk mengatasi keluhan akibat

post total knee replacement adalah infrared dan terapi latihan berupa hold relax,

active exercise, dan strengthening.


69

B. Saran

Pada kasus post TKR ini dalam pelaksanaannya sangat dibutuhkan

kerjasama antara terapis dengan penderita dan tim medis lainnya, agar tercapai hasil

pengobatan yang maksimal. Selain itu hal-hal lain yang harus diperhatikan antara

lain :

a. Bagi penderita disarankan untuk melakukan terapi secara rutin, serta

melakukan latihan-latihan yang telah di programkan fisioterapis untuk

dilakukan di rumah.

b. Bagi fisioterapis agar memilih modalitas yang tepat sesuai dengan kasus

pasien dan berusaha meningkatkan keilmuannya sesuai dengan

perkembangan ilmu fisioterapi terupdate.

c. Bagi keluarga pasien disarankan agar terus memberikan motivasi kepada

pasien agar mau latihan di rumah dan ikut mengawasi pasien dalam berlatih
70

MAKALAH
Penatalaksanaan Fisioterapi Post Total Knee
Replacement Dekstra e.c Osteoarthritis di RS
Ortopedi Dr. Soeharso

DISUSUN OLEH
FAHRYZA AKBAR DIYANTO FIRMANSYAH
201910641011036

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

Anda mungkin juga menyukai