Anda di halaman 1dari 4

NAMA : IZZATA AULIA KHOIRUNNISA’

NIM : 151711913039
KELAS : 5A - LAMONGAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) stres adalah reaksi/respon tubuh


terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan).Stres adalah stimulus
atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada
seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau
teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa
mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons tubuh
dapat diprediksi tanpa memperhatikan stresor atau penyebab tertentu (Hindriyastuti
and Zuliana, 2018)

Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan [ CITATION Sun04 \l 1033 ]. Menurut
(Suparyanto 2011) stres yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kematian
pasangan, status sosial ekonomi, penyakit, isolasi sosial dan spiritual, perubahan
kedudukan, pensiun serta menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat
mengakibatkan stres pada lansia.

Stres akan mempengaruhi kerja daerah raphe nucleus, yaitu daerah yang
mengatur proses emosi yang ternyata memberi dampak terhadap daerah hypotalamus
di otak tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus) yaitu daerah proses tidur
terganggu. Selain itu stres juga menghambat kerja kelenjar pinealis untuk
mengeluarkan hormon melatonin yang diperlukan untuk tidur normal (Hindriyastuti
and Zuliana, 2018)

Rafknowledge (2004) Mengatakan Perubahan usia datang tanpa disadari,


seperti lewatnya sebuah musim. Pelan-pelan semakin bertambah usia manusia. Lansia
mulai sadar kalau penglihatan tak lagi tajam dan kualitas pendengaran semakin
berkurang. Seiring waktu yang sama, pengalaman tidur lansia pun berubah. Meski
begitu ini tidak berarti kalau kebutuhan tidur menjadi berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Kenyataannya hasil penelitian membuktikan kebutuhan tidur
adalah konstan disepanjang usia.

Salah satu masalah kesehatan yang banyak dihadapi kelompok lanjut usia
adalah insomnia (susah tidur) (Yerly, 2009). Di Indonesia setiap tahun diperkirakan
sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya keluhan susah tidur (insomnia)
dan sekitar 17% mengalami keluhan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada
lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. (Irawan, 2009).

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan
kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur yang singkat atau tidur
non restoratif.Zion & Israel (2003 dikutip dari Darmodjo, 2009) mengatakan ada
beberapa faktor penyebab insomnia pada usia lanjut yaitu faktor fisik, psikologis,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, kebiasaan tidur serta penyakit komorbid lain
yang di derita. Zorick (1994 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres situasional seperti masalah


keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang di cintai
(Potter & Perry, 2005). Insomnia akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan
kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup (Potter & Perry, 2005).

Begitu dampak insomnia bagi kesehatan dapat mengakibatkan kematian.


Sebuah studi yang telah dilakukan selama 14 tahun di Peen State dan melibatkan 1741
pria dan juga wanita menunjukkan bahwa pria yang menderita insomnia memiliki
resiko angka kematian 4 kali lebih besar dari pada pria yang memiliki siklus tidur
normal selama 6 jam dan dr. N. Vgontzas dan timnya juga menemukan bahwa baik
wanita maupun pria dengan insomnia lebih sering mengalami tekanan darah lebih
tinggi, diabetes, dan defisit neurokognitif jika dibandingkan dengan mereka yang tidur
secara normal. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti di Peen State, dr. Alexandros
N. Vgontzas dan rekan-rekannya. (DokterUmum.net,Hati-Hati Insomnia Dapat
Menyebabkan Kematian, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut : “Apakah ada Hubungan Stress Pada Lansia Dengan Insomnia” ?

1.3 Manfaat Penelitian


 Sebagai bahan masukan dalam menangani dan merawat pasien lansia,
khususnya mengalami stress dan insomnia.
 Sebagai bahan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan
kesehatan, khususnya keperawatan gerontik.
1.4 Tujuan Penelitian
1.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Stress Pada Lansia Dengan Insomnia.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui tingkat stres pada lansia.
2. Untuk Mengetahui gangguan insomnia pada lansia.
3. Untuk Mengetahui hubungan tingkat stres dengan insomnia pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Hindriyastuti, S. and Zuliana, I. (2018) ‘HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN


KUALITAS TIDUR LANSIA DI RW 1 DESA SAMBUNG KABUPATEN KUDUS’, JKM
(Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama. doi: 10.31596/jkm.v6i1.244.

Anda mungkin juga menyukai