Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CARA MENGHITUNG PPH DAN PELUNASAN PPH

DISUSUN OLEH

1. Debora Mersi Neneng Bili 1802040026


2. Jeki Mema Kadegi 18020400
3. Wilhelmina W. Deghu 1802040014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WISNUWARDHANA

MALANG 2019
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ 1
Daftar isi .......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3  
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 4 
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan..................................................................................... 5
2.2 Subjek Pajak………………….................................................................................... 5
2.3 Objek Pajak............................................................................................................... 13
2.4 Dasar Pengenaan Pajak dan Cara Menghitung Penghasilan Kena  Pajak................. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan  .............................................................................................................. 26
3.4 Saran  ........................................................................................................................ 26
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 27
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena dengan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
tentang Cara Menghitung Pajak dan Pelunasan Pajak.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kepada dosen pembimbing penulis sangat
mengaharapkan saran dan kritik demi memperbaiki penulisan makalah ini.

Malang, 14 November 2019

Penulis
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan
sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
Pemungutan pajak dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber terpenting dari
penerimaan Negara. Lagi pula penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indicator
atas peran serta masyarakat (sebagai subjek pajak seperti, orang pribadi, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak,badan, dan bentuk usaha
tetap) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan, karena pembayaran pajak
yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk tidak langsung,
dan berupa pengeluaran rutin dan pembangunan yang berguna bagi rakyat. Subjek pajak
orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Subjek
pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan, atau bertempat
kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi atau badan sekaligus
menjadi Wajib Pajak karena karena menerima dan/ atau memperoleh penghasilan yang
bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan kata lain,
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif
dan objektif. Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi pajak penghasilan?
b. Siapa yang menjadi subjek pajak ?
c. Apa saja yang menjadi objek pajak?
d.   Bagaimana dasar pengenaan pajak dan cara menghitung penghasilan kena pajak?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa itu pajak penghasilan.
b.  Untuk mengetahui apa itu subjek pajak
c. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi objek pajak
d. Untuk mengetahui dasar pengenaan pajak dan cara menghitung penghasilan kena
pajak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Pajak penghasilan ( PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Pengertian Pajak
penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jabatan , jasa, dan kegiatan.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pajak penghasilan di Indonesia
adalah UU No. 7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No.7 Tahun 1991,
UU No. 10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000, UU No. 36 Tahun 2008, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Jenderal
pajak maupun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.

B. Subjek Pajak Penghasilan


Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk
memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan.
Undang-undang Pajak Penghasilan di Indonesia mengatur pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap Subjek Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Subjek Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima
atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jika
subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka
disebut Wajib Pajak. Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2000 tentang KUP menyebutkan bahwa
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subjek Pajak dikelompokkan
sebagai berikut:

1. Subjek Pajak orang pribadi.


Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun di luat Indonesia.
2. Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
3. Subjek Pajak badan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melaksanakan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama
dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya
4. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (SPBUT).
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia.

C. OBJEK PAJAK PENGHASILAN


Objek pajak merupakan segala sesuatu ( barang, jasa, kegiatan, atau keadaaan )
yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak,
penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaries
akuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya;
b. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
c. Penghasilan dari modal, yang berupa  harta gerak ataupun harta tak
bergerak, seperti dividen, bunga, royalty, sewa, dan keuntungan
penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha; dan
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
f. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
g. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;
h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
i. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
j. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
k. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
l. Premi asuransi;
m. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
n. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
o. Penghasilan dari usaha yang berbasisi syariah;
p. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
q. Surplus Bank Indonesia.

D. Dasar Pengenaan Pajak dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak


1. Dasar Pengenaan Pajak                                        
Untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu harus diketahui dasar pengenaan
pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang
menjadi dasar pengenaan pajak adalah Penghasilan Kena Pajak. Sedangkan untuk
Wajib Pajak luar negeri adalah penghasilan bruto.  Dalam hal ini akan dibahas hanya
Wajib Pajak dalam negeri saja. Untuk Wajib Pajak luar negeri akan dibahas pada bab
PPh pasal 26.
Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan dihitung sebesar
penghasilan netto. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung sebesar
penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Secara
singkat dapat dirumuskan :

Penghasilan kena pajak (WP Badan)                       = penghasilan netto

Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi)                    = penghasilan netto-PTKP

2. Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak


Perhitungan besarnya Penghasilan Netto bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
a) Menggunakan pembukuan.
b) Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya,
serta jumlah harga perolehandan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir. Wajib
Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas diwajibkan
menyelenggarakan pembukuan.
3. Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan Pembukuan
Untuk Wajib pajak badan besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan
penghasilan netto, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang
diperkenankan oleh Undang-undang PPh. Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan penghasilan netto
dikurangi dengan PTKP. Untuk menghitung Penghasilan Kena pajka dapat di
rumuskan sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi)
=Penghasilan netto-PTKP
=(Penghasilan bruto-Biaya yang diperkenankan UU PPh)-PTKP

Penghasilan Kena Pajak (WP Badan)


=Penghasilan netto
=Penghasilan bruto-Biaya yang diperkenankan UU PPh

4. Menghitung Penghasilan Kena Pajak dengan Menggunakan Norma Penghitungan


Penghasilan Netto.
Apabila dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak-nya Wajib Pajak
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto, besarnya penghasilan
netto adalah sama besarnya dengan besarnya ( persentase) Norma Penghitungan
Penghasilan Netto dikalikan dengan jumlah peredaran usaha atau penerimaan
bruto pekerjaan bebas setahun.
Pedoman untuk menentukan penghasilan netto, dibuat dan disempurnakan
terus-menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan
pegangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Wajib Pajak yang boleh menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Netto adalah Wajib Pajak orang pribadi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Peredaran bruto kurang dari Rp4.800.000.000,00 per tahun.
2. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 (tiga )bulan pertama
dari tahun buku.
3. Menyelenggarakan pencatatan.
Berikut ini adalah contoh penghitungan pajak yang terutang
dengan menggunakan Norma
a. Penghitungan Penghasilan Netto.
Wajib Pajak Anto kawin (istri tidak bekerja) dan mempunyai 3
orang anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga
memiliki industry rotan di Cirebon. Misalnya besarnya persentase
norma untuk industry rotan di Cirebon 12,5 % dan dokter di Jakarta 45
%.
Peredaran usaha dari industry rotan di Cirebon setahun Rp400.000.000,00
Peredaran bruto seorang dokter di Jakarta setahun Rp100.000.000,00
Penghasilan netto dihitung sebagai berikut:
            Dari industry rotan :12,5% x Rp400.000.000,00       =  Rp50.000.000,00
            Sebagai seorang dokter: 45% x Rp100.000.000,00    =  Rp45.000.000,00
          Jumlah penghasilan netto                                             Rp95.000.000,00
Penghasilan Tidak Kena Pajak                   Rp21.120.000,00
Penghasilan Kena Pajak                              Rp73.880.000,00
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku saat ini adalah:
a. Rp15.840.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
b. Rp1.320.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
                                                                                                                                         
5. Cara Menghitung Pajak
Pajak Penghasilan (bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap) setahun dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan
tarif pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh pasal 17. Untuk menghitung PPh
dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Pajak Penghasilan (Wajib Pajak badan)


= Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
= penghasilan netto x tarif pasal 17
= (penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh) x tarif pasal 17
Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi)
= Penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= (penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17
= [(penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh) – PTKP] x tarif pasal
17
Catatan :
Untuk keperluan penghitungan PPh yang terutang pada akhir tahun, 
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh.
Contoh:
1. Peredaran bruto PT Makmur dalam tahun pajak 2010 sebesar
Rp4.500.000.000,00 dengan    Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp500.000.000,00. Penghitungan pajak yang terutang.
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto
tersebut dikenai tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang
berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Makmur tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00.
Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 25%) x Rp500.000.000,00 = Rp62.500.000,00
2. Peredaran bruto PT Jaya dalam tahun pajak 2010 sebesar
Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp3000.000.000,00. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang.
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3000.000.000,00 =
Rp480.000.000,00
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00
Pajak penghasilan yang teruntang:
- ( 50% x 28% ) x Rp480.000.000,00                         = Rp67.200.000,00
- 28% x Rp2.520.000.000,00                                  = Rp705.600.000,00 (+)
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang                   =Rp772.800.000,00
3. Gunawan pada tahun 2010 mempunyai Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp241.850.600,00. Besarnya Pajak Penghasilan yang harus dibayar atas
terutang oleh Gunawan adalah:
Penghasilan Kena Pajak                                              Rp241.850.600,00
(dibulatkan kebawah hingga ribuan rupiah)
Pajak Penghasilan yang harus dibayar:
5% x Rp50.000.000,00                                               Rp2.500.000,00
15% x Rp191.850.000,00                                           Rp28.777.500,00
Jumlah                                                                         Rp31.277.500,00
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pajak penghasilan merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan. Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang
mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan Pajak penghasilan. Jika Subjek Pajak telah memenuhi kewajiban
kewajiban secara objektif maupun subjektif maka disebut Wajib Pajak. Yang menjadi
objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
B. SARAN
Semoga dengan pembuatan makalah ini, kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2011.Perpajakan.yogyakarta: C.V ANDI OFFSET


By Unknown - May 16, 2017
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: FAKULTAS EKONOMI, JURUSAN AKUNTANSI, PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai