Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu
yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi
pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang
dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat
pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi,
2007).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini
disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya
menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita
batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah
kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima
pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.

Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan
tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra.
Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang
ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena
menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada
akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah
bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan
tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen,
seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis
(Purnomo, 2011).

Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula ginjal yang sudah rusak atau tidak
berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini . Tingginya insidens rate batu saluran kemih, namun
rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah
yang mendorong penulis untuk membahas atau membuat makalah mengenai batu saluran kemih
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Saluran Kemih)”.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi dari Batu saluran kemih?

1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Batu saluran kemih?

1.2.3 Apa etiologi dari Batu saluran kemih?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Batu saluran kemih?

1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih?

1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran kemih?

1.2.7 Apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih?

1.2.8 Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Batu saluran kemih agar dapat
memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan batu saluran kemih sebaik mungkin.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Batu saluran kemih

2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Batu saluran kemih

3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Batu saluran kemih

4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Batu saluran kemih

5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih

6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran kemih

7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih

8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih

1.3. Manfaat

1.3.1 Bagi mahasiswa


Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar Batu Saluran Kemih
dan Asuhan Keperawatannya..

BAB II

Pembahasan

2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada
ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu
itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat
sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk
masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam,
hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).

Batu Saluran Kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam
urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran
kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan
sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).

Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di dalam ginjal atau
ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis, urolithiasis, atau renal calculi.

2.1.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih

Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical Nursing, dan buku
Basuki B Purnomo, adalah:

1. Batu Kalsium

Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium
oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar
“staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.

Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :


a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh komponen:

1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau pada
tumor paratiroid

2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali syndrome,
sarcoidosis

3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal

b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai pada
pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang
banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk sitrun,
sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam

c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat
terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic golongan
thiazid dalam jangka waktu yang lama.

d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena didalam
urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan
kalsium oksalat

2. Batu struvit

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea
spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus
spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus

3. Batu asam urat

Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:

a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung purine,
peminum alcohol.

b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin
bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.

4. Batu sistin

Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi pengahambat


atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua, jarang
ditemukan pada usia

5. Batu xanthine

Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine.

2.1.3 Etiologi

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

a) Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik adalah
umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.

a. Heriditer/ Keturunan

Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG). ATG
menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih,
akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang
beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran
kemih antara lain:

1). Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium
di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang
akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.

2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah hiperkalsiuria dan
nefrokalsinosis.

b. Umur

Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.

c. Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering terjadi
dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran kemih yang sesuangguhnya
belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru per tahun. Serum
testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum
testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada
wanita dan anak-anak.

b) Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi, iklim, serta
gaya hidup seseorang.

a. Geografi

Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit atau daerah
tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih di suatu tempat dengan
tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di
suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi
predisposisi batu saluran kemih.

b. Faktor Iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan tingginya batu saluran
kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas banyak ditemukan batu saluran kemih.
Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.
Konsentrasi air kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang
yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih

c. Jumlah air yang diminum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air yang diminum dan
kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh
faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi
terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat
sehingga terjadi penurunan pH air kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan
peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum
akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen
tersebut dalam air kemih.

d. Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet berbagai
makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air kemih dan substansi
pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.
e. Jenis pekerjaan

Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses metabolisme tubuh1.

f. Stres

Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih
belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami
hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya batu saluran kemih.

g. Olah raga

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan kemungkinan timbul batu
belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja
secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan banyak duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh tubuh maupun di
bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena
kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat
dan kalsium naik

i. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat berakibat timbulnya
Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis
batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih

Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2 pada batu kalsium
oksalat).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit batu saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema.
Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Namun, beberapa batu
jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan
gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik). Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat
dirasakan adalah :
1. Rasa Nyeri

Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan
diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan muntah, maka dapat disimpulkan pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar
biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan
sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai
dengan darah.

2. Demam

Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan
suhu badan meningkat melebihi batas normal..

3. Infeksi

Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan
statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus.

4. Hematuria dan Kristaluria

Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya hematuria dan kristaluira.
Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih, sedangkan kristaluria adalah air
kemih yang berpasir.

5. Mual dan Muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual dan muntah.

2.1.5 Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui
secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan
konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu
meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin.
Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang
asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak
dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak
adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin
kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar.
Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih
dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang
fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal
sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.

2.1.7 Komplikasi

1. Sumbatan : akibat pecahan batu.

2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu
ginjal.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah
merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.

b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.

d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit.

e. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat
menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

f. Darah lengkap :

Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.

Sel darah merah : biasanya normal.


Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

g. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.

h. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.

i. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

.Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi
yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik
selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

a. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang
dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan
keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu
( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran
batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :

1. Batu kalsium oksalat

Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti bayam,
daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi
makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.

2. Batu asam urat

Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.

3. Batu struvite

Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.

4. Batu cystin

Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta
olahraga yang teratur.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri
secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi
nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat
infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat
diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut
eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan
lama rawat inap di rumah sakit.

d. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang
terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam
saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu
(litotriptor) ke dalam buli-buli.

c) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram.


Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d) Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia.

e. Tindakan Operasi

Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara
spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap
bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal

b) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter

c) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinaria

d) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

Anda mungkin juga menyukai