OLEH :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa melalui Direktorat Jendral Pajak
2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
3. Untuk mengetahui kontroversi penyelesaian melalui PTUN
BAB II
PEMBAHASAN
Ayat (1) : Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak
atas suatu:
Ayat (2) : Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut
atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
Ayat (3) : Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kecuali
apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasaannya.
Ayat (4) : Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak
dipertimbangkan
Ayat (5) : Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pejabat Direktorat
Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat keberatan pos tercatat
menjadi tanda bukti penerimaan surat keberatan
Ayat (6) : Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan,
Direktorat Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak.
Ayat (7) : Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak
Begitu juga dengan pajak daerah yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, bahwa
wajib pajak bisa mengajukan keberatan kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk
yang telah menertibkan ketetapan pajak yang berupa:
Untuk dapat mengajukan upaya hukum keberatan, maka Wajib Pajak harus memenuhi
persyaratan berikut yakni :
1. Ditolak karena tidak ditemukan cukup bukti. Dengan keputusan seperti itu Wajib
Pajak hanya bisa membayar utang pajak yang ditentukan atau banding ke
Pengadilan Pajak
2. Diterima Sebagian jika hanya sebagian alasan dan bukti yang mendukung untuk
dikuranginya jumlah pajak
3. Diterima Seluruhnya karena bukti dan alasan yang mendukung untuk diterimanya
seluruh keberatan
4. Menambah ketetapan pajak apabila setelah pemeriksaan mendapat bukti yang
menambah jumlah ketetapan pajak
1) Upaya Banding
Jika wajib pajak masih tidak puas dengan keputusan Direktur Jendral Pajak, maka
Wajib pajak bisa mengajukan hukum banding ke pengadilan pajak sesuai UU No. 14
Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.
Dalam ketentuan Pasal 1 UU Pengadilan Pajak yang dimaksud dengan banding
adalah upaya hukum yang dapat dilakukan Wajib Pajak terhadap keputusan yang dapat di
bandingkan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Apabila Wajib Pajak akan mengajukan upaya hukum banding, haruslah memenuhi
syarat-syarat berikut :
2) Upaya Gugatan
Selain banding, wajib pajak juga bisa melakukan upaya hukum gugatan. Gugatan
adalah upaya hukum yang bisa dilakukan Wajib Pajak terhadap pelaksanaan penagihan
pajak atau terhadap keputusan yang dapat digugat berdasar peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Gugatan juga dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam
hal lainnya seperti diatur dalam Pasal 23 ayat 2 UU KUP. Selengkapnya ketentuan Pasal
23 ayat 2 UU KUP menyatakan bahwa ‘Gugatan’ Wajib Pajak terhadap :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sengketa pajak biasanya timbul jika petugas pajak mengeluarkan produk-produk hukum
dalam rangka penagihan pajak yaitu Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan
Pajak (SKP), baik berupa SKPKB, SKPLB, SKPN atau SKPKBT. Sengketa pajak dapat
diselesaikan melalui Direktorat Jendral Pajak dengan mengajukan keberatan dan melalui
Pengadilan Pajak dengan mengajukan banding serta gugatan.