id
Disusun oleh
YUSUF KHAIRUL
NIM.S9306004
Pembimbing
Dr.ANUNG BUDI SATRIADI. SpOT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
OUTCOME TERAPI
PENDERITA ≥ 1TAHUN
Karya ilmiah akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
Karya Ilmiah akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai
pihak, baik berupa dukungan moril maupun materiil. Penulis mengucapkan terima
kesempatan dan saran serta arahan selama penyusunan karya akhir ini
Surakarta
Khayru Rafli dan Muhammad Abiyyu Khairan yang selalu sabar serta
besar kami yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
Semoga Alloh SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Kami berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak agar
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pasien. Amin. Terimakasih
Hormat kami,
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGUMPUL DATA
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 14. Perbedaan rata-rata lama terapi pada kelompok usia .....................33
Tabel 15. Perbedaan rata-rata lama terapi pada kelompok jenis VT ....................33
Tabel 16. Perbandingan hasil penelitian ini dengan penelitian tentang Reverse
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Background: The incidence of CVT was estimated 1: 10.000 . Treatment of
CVT has traditionally consisted of manipulation and application of casts followed
by extensive soft-tissue releases. This treatment is often followed by severe
stiffness of the foot and other complications such as wound necrosis, talar
necrosis, undercorrection deformity, subtalar joint pseudarthrosis. A new method
– Reverse Ponseti Method – provides excellent results of in terms of the clinical
appearance of the foot, foot function, and deformity correction as measured
radiographically at a minimum two years, in patients with idiopathic CVT. The
controversies of Reverse Ponseti Method are how is the result for Syndromic VT
and how old the upper age limit or cut-off age for the best result.
Method: This is a Observational-Crossectional study for patients with CVT at
Prof DR R Soeharso Hospital from December 2008 – Desember 2010. All the
patients had the treatment with serial manipulations and casts followed by limited
surgery consisting of percutaneous Achilles tenotomy, and percutaneous pin
fixation of the talonavicular joint. The principles of manipulation and application
of the plaster casts were similar to those used by Ponseti to correct a clubfoot
deformity, but the forces were applied in the opposite direction. The patients were
placed according to the type of CVT (Idiophatic and syndromic) and the age ( < 1
year old and ≥ 1 year old). Patients were evaluated clinically and radiographically
post casting, immediately postoperatively, and at the latest follow-up.
commit
Radiographic measurements obtained to user
at these times were compared. The clinical
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Syndromic yang menghasilkan outcome yang baik pada terapi Reverse Ponseti
Method?
Di Indonesia belum ada laporan mengenai penanganan CVT dengan
Reverse Ponseti Method. RS Orthopedi khususnya klinik Pediatri Orthopedi
mulai menerapkan teknik Reverse Ponseti pada penanganan CVT baik Idiophatic
maupun syndromic VT pada tahun 2008. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimanakah outcome Reverse Ponseti Method untuk terapi CVT
(baik Idiophatic maupun Syndromic) di klinik Pediatri Orthopedi RSO dan lebih
jauh lagi, apakah outcome di RSO tersebut memberikan hasil yang sama dengan
outcome peneliti lain.
2. PERUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENELITIAN
A. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan klinis penanganan kasus CVT di RSO
Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat keberhasilan klinis penanganan kasus CVT dengan
teknik Reverse Ponseti Method di RSO Prof.DR.R.Soeharso Surakarta
2. Untuk meneliti perbedaan tingkat keberhasilan klinis terapi Reverse
Ponseti Method untuk terapi Idiophatic CVT dengan Syndromic CVT
3. Untuk meneliti perbedaan tingkat keberhasilan terapi Reverse Ponseti
Method antara penderita usia < 1 tahun dengan penderita ≥ 1 tahun
4. MANFAAT PENELITIAN
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Insidensi
CVT pertama kali dideskripsikan oleh Henken pada tahun 1914 dan
diulang kembali oleh Lamy dan Weissman tahun 1939.
Kelainan ini adalah kelainan yang jarang ditemukan dibandingkan dengan
kelainan congenital orthopedi yang lain. Insidensinya dilaporkan sekitar 1 per
10.000 kelahiran, dengan kejadian pada 50 % kasus didapatkan pada bilateral kaki
dan tidak ada sex predileksi. 1.6
B. Etiologi 1,6,7,8,9,10,11,12
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Genetik, 9,10
Variasi syndrome genetic dapat meliputi Vertical Talus sebagai bagian
dari spectrum klinis. Meliputi Trisomy syndrome 13-15 (Patau syndrome) dan
17-18 (Edward syndrome) dan kondisi genetic lain seperti Freeman-Sheldon
(whisling face), Smith-Lemli-Opitz. Nail patella, Marfan, multiple pterygium,
Hurler, de Barsy dan Eagle-Barrett (prune-belly) syndrome.
Tulang
Tulang navicular bergeser ke dorsolateral aspek dari talar head dan neck,
dan beradaptasi pada posisi ini dengan menjadi lebih pipih, dengan hypoplastic
plantar segmen. Talar pipih di bagian dorsal, dan kartilago artikularisnya meluas
untuk mengakomodasi surface articular dari tulang navicular yang bergeser.
Hanya sepertiga posterior dari articulasi talar dome yang masuk dalam ankle
plafond. Tulang calcaneus juga plantar fleksi dan rotasi di bagian posterolateral
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan mendekati ujung distal dari fibula. Sustentaculum tali hypoplasi dan tidak
menopang talar head.
Sendi
Facet anterior dan middle dari sendi subtalar hilang atau diganti oleh
jaringan fibrous, dan hilangnya facet posterior meningkatkan terjadinya
pergeseran lateral. Tulang cuboid bergeser ke arah lateral dan setengah bagian
plantarnya hypotropic ketika dorsal subluksasi dalam derajat besar yang melalui
keseluruhan articulasi transverse tarsal.
Ligamen
Ligamen pada permukaan plantar dari sendi talocalcaneonavicular menjadi
kaku. Baik ligament calcaneonavicular (spring) dan serabut anterior dari ligament
deltoid teregang, seperti serabut medial dari bifucasio ligament. Kontraktur
berkembang pada bagian lateral dari dorsal talonavicular, calcaneofibular, dan
ligamen interosseos talocalcaneal sama dengan yang terjadi pada posterior capsul
dari sendi ankle dan subtalar.
Retinaculum
Komponen proksimal dan distal retinaculum ankle bersatu dan menebal,
menyebabkan pemendekan struktur pada apek dorsal dari kelainan yang satu garis
dengan surface anterior dari tibia. Fibrosis dorsal retinaculum bertindak sebagai
fulcrum yang meningkatkan keuntungan mekanikal dari otot extensor yang lewat
di antaranya dan masuk di sebelah lateral kaki yang mengalami kelainan. Superior
Peroneal Retinaculum menjadi kaku, menyebabkan tendo peroneal subluksasi ke
anterior pada fibula.
Otot
Otot triceps surae, tibialis anterior, extensor haluxis longus, dan peroneus
memendek. Tendon tibialis posterior subluksasi ke anterior, membentuk kubah
commitberlanjut
pada maleolus medialis, dan kemudian to user keluar dan menjadi kaku ketika
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
heel. Pada posisi tidak berdiri menahan beban Idiophatik flatfeet lebih fleksibel
dibanding kelainan CVT. Pada anak yang lebih tua dengan kelainan CVT tampak
dari cara berjalan yang aneh dan adanya kalus di bawah tonjolan talar head.
Teknik Radiography13,14
Diagnosis CVT dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi kaki posisi
lateral yang dibuat dalam keadaan kaki maksimum plantar fleksi yang
menunjukkan hubungan antara hindfoot dan forefoot dan maksimum dorsofleksi
yang menunjukkan pengurangan sudut tibiocalcaneal yang mengindikasikan
kelainan fixed equines pada hindfoot.
Pada rontgen lateral dapat dihitung sudut talocalcaneal, tibiocalcaneal,
tibiotalar dan Talo axis-First commit
Base to user
Metatarsal Angle (TAMBA). Secara
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karakteristik, hindfoot pada posisi plantar fleksi. Longitudinal axis dari talus
adalah vertical dan paralel dengan longitudinal axis tibia. Calcaneus sedikit
plantar fleksi dibandingkan talus. Sudut talocalcaneal lebih besar karena deviasi
dari talar head ke medial dan calcaneus ke lateral. Sudut talo-first metatarsal
mengkonfirmasi posisi dorsofleksi forefoot terhadap hindfoot. Oleh karena itu
dengan mengukur sudut ini kita dapat mengkonfirmasi diagnose CVT dan
mengevaluasi keberhasilan terapi.
Tabel 1 . Pengukuran Sudut 1
Proyeksi Lateral
Sudut Pengukuran Rentang Normal
1 Talocalcaneal (T-C) 25-50
2 Tibiotalar (T-T) 70-100
3 Tibiocalcaneal (T-C) (dorsofleksi maksimal) 25-60
2 Talo-1st metatarsal (T-MT1) 0-20
(Tachdjian MO. Tachdjian Pediatric Orthopedics. Second Edition. WB Saunders Company,1990)
commit to user
Gambar 2. Pengukuran Skematis Sudut-Sudut Proyeksi Lateral 13
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Penanganan CVT
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
CTEV, tetapi dengan arah manipulasi yang berkebalikan, maka tehnik ini sering
disebut sebagai Reverse Ponseti Method3,4
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Memasang Padding.
Pasang padding yang tipis saja untuk mempermudah molding dari kaki.
Pertahankan kaki dalam posisi koreksi yang maksimal dengan memegang ibu jari
dan dengan menekan (counter pressure) kaput talus selama pemasangan gips. 3
Pemasangan Gips.
Pertama pasang gips di bawah lutut dan kemudian lanjutkan gips sampai
paha atas. Mulai dengan tiga atau empat putaran dekat jari kaki kemudian
bergerak ke proksimal sampai lutut. Pasang gips dengan halus. Tambahkan
sedikit tarikan pada gips di atas tumit. Kaki dipegang pada ibu jari dan gips
diputar di atas jari-jari pemegang agar tersedia ruang yang cukup untuk
pergerakan jari-jari. Jangan melakukan koreksi secara paksa menggunakan gips.
Gunakan tekanan yang ringan.3 Jangan menekan secara konstan kaput talus
menggunakan ibu jari, tapi tekan dan lepas secara berulang untuk mencegah
decubitus dari kulit. 3
Bentuk gips di atas kaput talus sambil memegang kaki pada posisi yang
telah dikoreksi. Perhatikan bahwa ibu jari dari tangan kiri membentuk gips di atas
kaput talus sedangkan tangan kanan membentuk kaki depan dalam supinasi.
Tumit dibentuk dengan melakukan counter pada gips di atas tuberositas
posterior dari calcaneus. Maleolus dibentuk dengan baik. Proses molding ini
hendaknya merupakan proses yang dinamik, sehingga harus sering menggerakan
jari-jari untuk mencegah tekanan yang berlebihan pada satu lokasi. Lanjutkan
molding sambil menunggu gips keras. Lanjutan Gips ke paha. Gunakan padding
pada proksimal paha untuk mencegah iritasi kulit. Gips dapat dipasang berulang
(bolak-balik) pada sisi anterior lutut untuk kekuatan dan untuk mencegah
kebanyakan gips pada daerah fossa poplitea, yang akan mempersulit pelepasan
gips.
Biarkan gips pada sisi plantar pedis untuk mendukung pergerakan jari-jari
dan potong gips ke arah dorsal sampai mencapai sendi metatarsophalangeal
seperti pada gambar 4 di bawah ini. Gunting bagian tengah dari gips dulu baru
kemudian bagian medial dan lateral gips menggunakan gunting gips. Biarkan sisi
commit
dorsum dari semua jari-jari kaki bebas to user
untuk dapat ekstensi penuh.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 5. pinning fiksasi talonavicular joint (a), tendo achiles lengthening (b) 3
Matthew B. Dobbs, MD, Derek B. Purcell, MD, Ryan Nunley, MD and Jose A. Morcuende, MD,
PhD. Early Results of a New Method of Treatment for Idiopathic Congenital Vertical Talus. The
Journal of Bone and Joint Surgery (American). 2006;88:1192-1200
Preparasi
Persiapan keluarga. Beri penjelasan kepada keluarga prosedure yang akan
dilakukan.
Tenotomy 3
Masukkan pisau dari sisi medial, langsung ke anterior dari tendon. Jaga
bagian datar dari pisau paralel dengan tendon. Tempat masuk inisial menyebabkan
incisi kecil longitudinal. Tendon sheath tidak dideseksi dan dibiarkan intak. Pisau
kemudian dirotasikan, sehingga bagian
committajam pisau ke posterior dari tendon. Piasu
to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gips Post-tenotomy
Long leg cast kemudian dipasang dengan posisi kaki netral dan ankle
dorsofleksi 5°. Cast di ganti di klinik dua minggu. Long leg cast yang baru
dipasang dengan ankle pada posisi 10° - 15° dorsifleksi selama tiga minggu, k-
wire di off enam minggu.
Bracing
Solid orthosis dipakai selama 23 jam dalam sehari sampai anak usia
berjalan, dan orthosis dipakai saat anak sudah bisa berjalan sampai usia 2 tahun.
Follow up
Jadwalkan kunjungan untuk kembali dalam 10-14 hari untuk memonitor
penggunaan dari brace. Jika bracing berjalan baik maka kontrol dapat dilakukan
dalam kurun waktu setiap 1,3, dan 6 bulan sampai anak usia 2 tahun.
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. KERANGKA PEMIKIRAN
Bracing Periode
OUTCOME
Modified AFAS
Hamanischi score
H. Hipotesa
1. Terdapat perbedaan tingkat keberhasilan klinis Reverse Ponseti method
untuk terapi Idiophatic CVT dengan Syndromic CVT?
2. Terdapat perbedaan tingkat keberhasilan klinis Reverse Ponseti method
untuk terapi Idiophatic CVT antara penderita berumur <1 tahun dengan
penderita ≥1 tahun ?
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah analitik observasional dengan tinjauan crossectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di klinik RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
C. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan adalah pasien dengan CVT yang datang
di klinik RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
Dengan kriteria inklusi:
1. Pasien yang telah menjalani periode bracing untuk terapi CVT
2. Semua tipe CVT baik Idiophatic maupun Syndromic
Kriteria Eksklusi:
1. Catatan mengenai kriteria yang akan dinilai tidak lengkap
2. Menolak dijadikan sampel penelitian.
D. Besar Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada semua penderita CVT yang datang di
Klinik RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta, mulai 1 Desember 2008 sampai 31
Desember 2010 yang memenuhi kriteria inklusi.
E. Pengambilan Sampel
Data diambil dari catatan medis penderita yang berkunjung ke klinik RSO
Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta .
F. Identifikasi variabel
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Usia adalah usia penderita pada saat pertama kali dilakukan manipulasi
dan pengegipan Reverse Ponseti, saat operasi dan saat follow up terakhir.
3. Keberhasilan terapi dinilai dari outcome terapi dan efisiensi proses terapi
4. Outcome terapi : dinilai dengan mengukur klinis yakni mengukur Range
Of Motion (ROM) kaki pada saat follow up terakhir yang meliputi (1)
derajat ankle dorso flexi, (2) derajat ankle plantar fleksi dan (3) derajat
inversi. (4)eversi forefoot dan alignment yang kemudian dihitung dengan
menggunakan Modified American Foot and Ankle Score (AFAS). serta
radiologis mengukur Talo Axis- first Metatarsal Base angle (TAMBA)
post casting, post operasi dan follow up terakhir dan dihitung dengan
mengunakan Hamanishi score.
5. Nilai tiap pengukuran tersebut kemudian dibandingkan pada kelompok
usia dan kelompok jenis CVT.
6. Efisiensi proses terapi dinilai dari : (1) Jumlah pengegipan , (2) lamanya
terapi (minggu), (3) lama follow up. (4). Initial correction, (5) Loss of
correction
7. Jumlah pengegipan adalah jumlah pengegipan dari sejak pertama kali
dilakukan sampai saat diputuskan untuk dilakukan tindakan operasi.
8. Lama terapi adalah waktu antara mulai pengegipan pertama sampai
dimulai bracing.
9. Lama follow up adalah interval waktu dari saat pasien pertama kali
ditangani sampai follow up terakhir.
10. Initial correction adalah Nilai koreksi TAMBA saat post cast, post
operasi dan follow up terakhir.
11. Lose of correction adalah Hilangnya koreksi TAMBA yang
dibandingkan saat post cast. Post operasi dan saat follow up terakhir
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
J. Managemen Data
1. Data dikumpulkan dengan menggunakan Lembar Pengumpul Data serta
Lembar modified AFAS commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
L. Desain Penelitian
USIA Experience
Reverse Ponseti
CVT OUTCOME
Method
commit to user
Jenis Ketaatan
CVT Bracing
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
0
usia < 1 thn usia ≥ 1 thn
idiopatik 4 3
sindromik 5 4
idiopatik sindromik
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jenis kelamin.
Didapatkan 6 orang (37,5%) laki-laki dan 10 orang (62,5%) wanita.
2
1
1
0
laki-laki Perempuan
idiopatik 1 6
sindromik 5 4
Sisi.
Bilateral
31%
unilateral
69%
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Idiopatik
44%
Sindromik
56%
Jumlah pengegipan
Jumlah pengegipan yang diperlukan saat pertama kali dilakukan sampai
dengan tindakan operasi berdasarkan kelompok usia dan jenis VT.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
0
usia jenis Vertikal talus
12
10
Idiopatik
8 Sindromik
6 mean idiopatik
mean sindromik
4
Lama Terapi
Lamanya terapi yang dihitung dari saat pertama kali mulai pengegipan
sampai dengan saat tindakan bracing
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3.7
3.6
3.6
3.5
3.5
3.4
3.3
3.3
3.2
3.2
3.1
3
usia <1 tahun usia ≥ 1 tahun idopatik sindromik
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dorsofleksi
<1 45,5 2,84 40-50 45
≥1 40,5 5,68 30-45 45
Inversi
<1 49 8,1 40-60 45
≥1 49,1 8,89 40-60 45
Eversi
<1 54 6,58 45-65 50
≥1 56,7 7,10 45-65 65
Eversi
Idiophatic 59 6,15 45-65 65
Syndromic 51,8 5,6 45-65 50
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
20
10
0
Dorsofleksi Plantarflexi Inversi Eversi
Lama Follow up
Lama waktu mulai dari pasien pertama kali ditangani sampai dengan
kontrol terakhir
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10 9.1
8.6
9 7.8
8 7.2
7
6
5
lama follow up
4
3
2
1
0
usia < 1 usia ≥ 1 Idiophatic Syndromic
tahun tahun
TAMBA
Adapun hasil pengukuran TAMBA post cast, post operasi dan saat follow
up terakhir berdasarkan kelompok usia dan kelompok jenis VT adalah sebagai
berikut :
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14 13.4
12.3 12
12 10.8
9.6 9.6 9.6 9.2
10
8.3 8.5 8.5
7.9
8
0
post cast post op follow up
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
DISKUSI
Jumlah pengegipan.
Rata-rata jumlah pengegipan berdasarkan kelompok usia adalah 6,5 kali
dan berdasarkan kelompok jenis VT adalah 6,5. Sedangkan jumlah pengegipan
pada masing-masing kelompok usia dan kelompok jenis vertikal talus dapat
dilihat di Tabel 12 dibawah ini. Perbedaan jumlah pengegipan masing-masing
kelompok umur dan jenis VT tidak berbeda secara bermakna (p>0,05)
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lama Terapi.
Lama terapi adalah waktu antara mulai pengegipan pertama sampai
dimulai bracing. Dari penelitian ini didapatkan bahwa lama terapi pada seluruh
kelompok umur dan kelompok jenis vertikal talus adalah 3,4 bulan. Perbedaan
lama terapi antara kelompok usia dan kelompok jenis VT didapatkan tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Ada pengecualian pada
satu penderita syndromic VT dengan usia 60 bulan memerlukan lama terapi 4,5
bulan dikarenakan memerlukan pengegipan yang lebih sering dibanding yang
2 .
lainnya oleh karena deformitasnya yang lebih berat. Jose A. Morcuende, dkk
memerlukan lama terapi 12 minggu untuk kasus Idiophatic CVT sampai saat
mulai periode bracing. Belum ada penelitian untuk kasus Syndromic.
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Perbandingan hasil penelitian ini dengan penelitian tentang Reverse
Ponseti Method sebelumnya
Usia mean Mean
Jumlah Lama Follow
Jml Jml mulai plantar dorso
pengegip Terapi up
pasien kaki terapi flexi flexi
an (bln) (bln)
(bln)
PENELITIAN 42.8 42,9
16 21 0-60 6,5 3,2 8,1
INI
Jose A. 33 25
11 19 2-8 5 3 24
Morcuende,dkk
Atul Bhaskar 4 4 1 5,2 17 27 3 8,5
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Alignment
· Good, plantigrade foot, ankle-hindfoot well 10
aligned
· Fair, plantigrade foot, some degree of ankle- 5
hindfoot malalignment observed, no symptoms
· Poor, nonplantigrade foot, severe malalignment, 0
symptoms
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil outcome terapi ( AFAS) pada kelompok usia diringkas dalam table 18 dan 19
dibawah ini .
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 20. Perbandingan kelompok usia dan jenis CVT dengan AFAS
< 1 tahun ≥ 1 tahun Idiophatic Syndromic
Kategori
Derajat Skor Derajat Skor Derajat Skor Derajat Skor
Dorsoflexion 45,5 6 40,5 6 44,5 6 41,4 6
Plantarflexion 42,5 6 43,2 6 43,5 6 42,3 6
Inversi 49 8 49,1 8 50,5 8 47,8 8
Eversi 54 8 56,7 8 59 8 51,8 8
alignment good 10 good 10 Good 10 Good 10
*catatan : 1. Masing-masing kategori mencapai nilai maksimal
2. Total score masing-masing kelompok :24
Dari penelitian ini kami dapatkan rata-rata hasil koreksi post cast pada
kelompok usia adalah 12,1° (fine) sedangkan kelompok jenis CVT adalah 12,25°
(fine). Sedangkan hasil koreksi setelah tindakan operasi masing-masing kelompok
mengalami perbaikan menjadi 8,9° (good) pada kelompok usia dan 9,05° (good)
pada kelompok jenis CVT. Pada follow up terakhir tidak terjadi loss of correction
pada masing-masing kelompok.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
≥1 9,6 10 ± 2 SD
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil diskusi di atas, maka dapat diambil poin-poin penting pada
penelitian ini :
1. Pengukuran dengan modified AFAS pada pasien CVT menunjukkan
bahwa 100% penderita mempunyai satisfactory functional result
(AFAS=Good)
6. Rata-rata jumlah pengegipan untuk kelompok usia dan jenis CVT adalah
6,5 kali.
7. Perbedaan jumlah pengegipan antar kelompok usia dan jenis CVT secara
statistik tidak bermakna. Namun pada kasus Syndromic membutuhkan
lama pengegipan yang lebih panjang.
8. Lama terapi pada seluruh kelompok adalah 3,4 bulan . Perbedaan lama
terapi antar kelompok usia dan jenis CVT tidak bermakna secara statistik
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan :
1. Keberhasilan terapi CVT pada kelompok usia dan kelompok jenis CVT di
Klinik RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta diukur dari outcome terapi
adalah 100 %.
2. Keberhasilan terapi CVT di Klinik RSO Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta
diukur dari efisiensi proses terapi adalah sama dengan hasil terapi peneliti
lain
3. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada penilaian AFAS antar
kelompok usia serta kelompok jenis CVT.
4. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada pengukuran Hamanischi score
antar kelompok usia dan kelompok jenis CVT
5. Tidak didapatkan perbedaan bermakna jumlah pengegipan antar kelompok
usia
6. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah pengegipan antar kelompok
jenis CVT.
7. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada lamanya terapi antara masing-
masing kelompok usia serta kelompok jenis CVT.
8. Penelitian awal ini membuktikan bahwa Reverse Ponseti Method
merupakan protokol terapi yang sederhana dan efektif.
B. Saran
1. Penelitian ini merupakan penelitian awal dengan follow-up relatif
singkat oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan penelitian longterm
follow up untuk mengetahui efektifitas bracing periode, karakteristik
orang tua terhadap pemakaian brace ( compliance dan non compliance)
serta mengetahui longterm functional outcome and self assessment
commit
satisfaction for treatment pada to user
kasus CVT.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41