Anda di halaman 1dari 15

Learning Objective

1. Pemeriksaan neurologi untuk tremor?


2. Mekanisme gangguan keseimbangan?
3. Prognosis dari skenario?
4. Benturan kepala termasuk NHS atau HS?
5. Pemeriksaan MRI dan CT Scan pada skenario?
6. GCS normal berapa?
7. Lesi dan perdarahan?
8. Perbedaan alzheimer dan demensia?
9. Indikasi pemberian obat pada parkinson?

Answer :

1. Pemeriksaan neurologi untuk tremor?


Pemeriksaan neurologis yang seksama mengevaluasi sistem saraf motorik dan sensorik, sistem
ekstrapiramidal, dan fungsi serebellum sangat diperlukan untuk menentukan lokasi anatomis tremor,
tipe tremor, dan tingkat keparahan.
1. GCS 2. Tanda Rangsang Meningeal 3. Pemeriksaan Nervus Kranial 4. Pemeriksaan Sensorik 5.
Pemeriksaan Motorik 6. Pemeriksaan Otonom 7. Pemeriksaan Keseimbangan
A. Gejala motorik
1. Tremor / gemetar Biasanya sebagai gejala pertama pada paralis agitans. Tremor ini biasanya
bermula dari bagian atas kemudian ke bagian bawah,. Frekuensi penyakit Parkinson 4-7 gerakan
permenit. Tremor akan bertambah hebat dalam keaadaan emosi dan menghilang bila tidur. Tremor
merupakan gejala yang paling jelas dan diperkirakan 30% pasien menunjukkan gejala yang jelas
seperti ini. Ini dikategorikan sebagai akinetic-rigid
2. Rigiditas / Kekakuan Rigidita merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada otot
antagonis dan agonis.
3. Bradikinesia ( gerakan menjadi lamban ) Pada bradikinesia, gerakan-gerakan penderita menjadi
lamban dan untuk memulai suatu gerakan menjadi sulit. Bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi
lambat.
4. Wajah Parkinson Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka.
Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya
gerak menelan ludah.
5. Bicara Kemunduran dan kekakuan otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume kecil.
6. Disfungsi autonom Diakibatnya kurangnya progresif sel-sel neuron di ganglia simpatis. Ini
mengakibatkan keringat berlebih, air ludah yang berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia
dan hipotensi ortostatik.
7. Dimensia Penderita penyakit parkinso idiopatik banyak yang menunjukkan perubahan status mental
selama perjalanan penyakitnya.
8. Gaya berjalan dan gangguan bersikap
a. Berjalan tertatih-tatih: gaya berjalan ditandai oleh langkah-langkah pendek/singkat, dengan kaki
hampir tidak meninggalkan tanah, dengan suara langkah tertatih-tatih yang dapat di dengar.
b. Sedikit ayunan lengan, merupakan salah satu contoh dari bradykinesia
c. Memutar sekaligus, lebih dari putaran biasa, tidak hanya leher dan badan tetapi sampai ke kaki ikut
berputar semua. Pada penderita Parkinson, leher dan badannya kaku, sehingga memerlukan banyak
langkah kecil untuk melakukan putaran.

1
d. Festination: yaitu suatu kombinasi dari badan yang bungkuk, ketidakseimbangan dan langkah-
langkah pendek yang akan membuat gaya berjalan penderita semakin cepat dan cepat bahkan sampai
terjatuh.
e. Cara berjalan yang kaku, kata lain dari akinesia. Cara berjalan yang kaku dapat diindikasikan
sebagai ketidakmampuan untuk berjalan.
Referensi :
http://www.neurologychannel.com/parkinsonsdisease.com
2. Mekanisme gangguan keseimbangan?
Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing, goyang, dan seperti berpindah
tempat, dan seakan akan dunia serasa berputar. Sebuah organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth
merupakan organ yang berperan dalam mengatur keseimbangan dan ini merupakan sistem yang
bekerja didalam tubuh yaitu (sistem vestibular) kita. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem
tubuh seperti visual, dan skeletal sistem, untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh yang mana sistem
ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat menjadi masalah keseimbangan (Boese, 2011).
Penyebab gangguan keseimbangan adalah disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, kegemukan, trauma
kepala (Head Injury), gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak,
factor usia, dan gangguan vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada labyrinth, gangguan
vestibular pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang menghubungkannya.
Referensi :
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-786-1413682297-bab%20ii.pdf.com

3. Prognosis dari skenario?


Oleh Dr Ananya Mandal, MD
Penyakit Parkinson adalah bukan penyakit fatal. Namun, itu adalah gangguan degeneratif yang
biasanya berkembang sampai meninggalkan pasien yang benar-benar lemah. Kondisi ini biasanya
memburuk dari rata-rata 15 tahun.
Tingkat pengembangan dan tentu saja bervariasi antara pasien. Program ini relatif jinak pada beberapa
pasien dengan sedikit cacat setelah dua puluh tahun dan mungkin lebih agresif antara lain yang
mungkin sangat dinonaktifkan setelah sepuluh tahun. Mereka dengan onset penyakit Parkinson awal
memiliki hidup lebih pendek rentang dibandingkan dengan penyakit kemudian-onset.
prognosis yang tidak diobati
Diobati, penyakit Parkinson memburuk dari tahun. Parkinson dapat menyebabkan kemunduran semua
fungsi otak dan kematian dini. harapan hidup namun adalah normal untuk mendekati normal pada
pasien yang paling diobati penyakit Parkinson.
Prognosis dengan obat
Kebanyakan orang menanggapi obat. Namun, sejauh mana respon dan durasi berapa lama kemanjuran
obat berlangsung bervariasi dari orang ke orang. Efek samping dari obat yang jera lain dalam
penggunaannya.
Gejala gangguan gerakan berbeda dari orang ke orang. Untuk beberapa mereka lebih mengganggu
daripada yang lain tergantung pada apa yang seseorang biasanya dilakukan pada siang hari. Dalam
beberapa gejala ringan dapat berlangsung selama bertahun-tahun sementara di lain mereka dapat
mengembangkan lebih cepat. gejala non-motor juga dapat bervariasi dari orang ke orang. Mereka
mempengaruhi kebanyakan orang dengan Parkinson pada semua tahap penyakit. Beberapa orang
dengan menemukan Parkinson bahwa gejala seperti depresi atau kelelahan mungkin lebih rumit untuk
menangani bahwa gangguan gerak sendiri.
Referensi:

2
http://www.news-medical.net/health/Parkinsons-Disease-Prognosis.aspx

4. Benturan kepala termasuk NHS atau HS?

Stroke Non-hemoragik disebut juga sebagai stroke iskemik, bisa disingkat NHS (non hemorrhagic
stroke). Stroke Iskemik adalah stroke yang terjadi ketika terdapat sumbatan bekuan darah dalam
pembuluh darah di otak atau arteri yang menuju ke otak. Stroke jenis ini adalah yang paling sering
terjadi.
Sekitar 80-90% dari semua stroke adalah stroke iskemik. Stroke ini mengacu pada situasi di mana
daerah otak kekurangan aliran darah, biasanya karena adanya bekuan darah atau penyumbatan arteri
oleh aterosklerosis (menumpuknya kolesterol dalam arteri). Faktor risiko stroke iskemik meliputi
bertambahnya usia, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, merokok, dan kolesterol tinggi.
Pada setiap usia, stroke lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Pengobatan stroke dengan cara
mengurangi faktor risiko dan mengidentifikasi sumber penyumbatan. Setelah penyebab spesifik dari
stroke iskemik ditemukan, pengobatan yang terbaik dapat ditentukan.

Faktor Risiko & Sebab Stroke Non Hemoragik


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya ada banyak faktor penyebab stroke iskemik, faktor
keturunan atau terkait dengan kondisi kesehatan yang menentukan apakah seseorang berada pada
risiko stroke iskemik, namun risiko terjadinya NHS untuk pria dan wanita meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Pilihan gaya hidup juga dapat meningkatkan risiko stroke iskemik, seperti
merokok, yang merupakan kebiasaan yang sangat berbahaya yang dapat melipatgandakan risiko
seseorang.
Berikut ini beberapa faktor risiko stroke iskemik yang dijabarkan dengan singkat:

FAKTOR RISIKO KARENA KONDISI DAN GANGGUAN KESEHATAN

 Ras orang afro-amerika, Hispanic, atau orang Asia/Pasifik


 Usia yang lebih dari 55 tahun.
 Riwayat keluarga dengan stroke
 Fibrilasi Atrial.
 Tekanan darah tinggi.
 Penyakit Jantung.
 Penyakit arteri karotis atau arteri lainnya.

3
 Penyakit arteri perifer.
 Penyakit anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia).
 Aterosklerosis.
 Diabetes.
 Obesitas

FAKTOR RISIKO KARENA GAYA HIDUP

 Merokok.
 Diet yang tidak sehat.
 Minum minuman beralkohol, atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti kokain,
amfetamin atau heroin.
Dari faktor-faktor risiko stroke diatas, ada beberapa yang dapat diubah dan tidak untuk mencegah
terjadi stroke. Ras, usia dan riwayat keluarga adalah faktor risiko yang tidak dapat diubah sama sekali
untuk mencegah terjadinya stroke. Sedangkan faktor risiko lainnya seperti penggunaan obat terlarang,
merokok, gaya serta pola hidup dan diet masih merupakan faktor risiko yang dapat diubah dengan
menghentikannya, serta melakukan pengobatan dan memantau faktor risiko berupa penyakit yang
dialami, yang kesemuanya untuk mencegah terjadinya stroke iskemik.

Tanda dan gejala stroke


Adapun tanda dan gejala stroke nonhemoragik ini dapat berbeda-beda pada seseorang yang
mengalaminya, karena semuanya tergantung pada arteri di otak yang terpengaruh. Berikut ini adalah
tanda-tanda secara umum dari stroke dan harus membutuhkan perhatian medis segera.

 Tiba-tiba mengalami mati rasa atau kelemahan pada bagian wajah, tangan atau tungkai.
Kejadiannya paling sering pada satu sisi. Istilah ini dikenal dengan hemiparesis, monoparesis, atau
yang jarang terjadi adalah quadriparesis
 Tiba-tiba mengalami kebingungan atau kesulitan dalam hal berbicara. Lidah terasa lemah dan
kaku, afasia.
 Tiba-tiba kehilangan penglihatan, menjadi kabur, gangguan lapangan pandang, diplopia.
 Tiba-tiba merasa pusing atau hilang keseimbangan dan koordinasi, vertigo atau ataxia

4
 Tiba-tiba mengalami sakit kepala yang parah.
Untuk lebih mudah mengenali gejala stroke, semua gejala-gejala ini dapat diringkas dengan
sistem FAST (Face, Arm, Speech, dan Time), sesuai dengan waktu penanganannya yang harus
dilakukan dengan cepatatau segera. Sistem ini digunakan oleh asosiasi stroke di Amerika.
Walaupun semua gejala tersebut dapat saja terjadi salah satunya saja, akan tetapi kombinasi dari
beberapa gejala itu lebih mungkin terjadi bersamaan. Dalam hal penanganan stroke yang cepat, sangat
penting mengetahui kapan waktu pertama kali gejala itu timbul, apalagi pasien itu sudah diketahui
kembali normal dari stroke-nya, karena dengan begitu para medis dapat memberikan langkah awal
dengan terapi fibrinolitik yang menjadi pilihan pertama.
Di Amerika, orang-orang yang terkena stroke biasanya pergi ke instalasi rawat darurat (IRD), rata-rata
terlambat 4-24 jam sejak gejala onset stroke terjadi. Banyak faktor yang mendukung akan
terlambatnya dalam mencari perawatan yang segera untuk gejala stroke. Contohnya gejala stroke yang
terjadi ketika pasien baru bangun dari tidurnya, padahal perlangsungan gejala stroke telah terjadi
selama waktu pasien tidur, fenomena ini sering dinamakan wake-up stroke. Ada juga keterlambatan
penanganan stroke karena pasien tidak mampu untuk meminta pertolongan ketika gejalanya timbul
tiba-tiba sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penanganan yang segera. Gejala stroke
juga terkadang tidak diakui oleh pasien atau orang yang merawat mereka, dan ini menyulitkan untuk
mengetahui kapan gejala stroke ini timbul.
Untuk fenomena wake-up stroke, kita dapat mengambil onset gejala stroke ketika pasien terakhir
terlihat tidak menunjukkan gejala. Untuk hal ini diperlukan masukan dari orang terdekat seperti
keluarga atau rekan kerjanya.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala stroke tersebut, harap menghubungi layanan
kesehatan darurat untuk mendapatkan penanganan dengan segera.

BRAIN (OTAK)

Penanganan pada otak memfokuskan pada tiga hal yaitu penurunan kesadaran, kejang dan
peningkatan tekanan intrakranial.

 Penurunan Kesadaran

Penurunan kesadaran tampaknya menjadi prediktor yang paling penting dari suksesnya terapi stroke.
Penilaian fungsi bahasa seperti pemahaman dan ekspresi, harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mengecualikan disfasia yang disalahartikan dengan kebingungan.

5
Pemantauan tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital dilakukan setidaknya setiap 2 sampai 4 jam oleh
staf medis dan keperawatan. Jika keadaan pasien memburuk, maka pertimbangkan untuk mencari
penyebabnya seperti adanya peningkatan tekanan intrakranial, perluasan infark ke lobus frontal atau
struktur yang lebih dalam, kelainan metabolik, dan efek obat. Pertimbangkan untuk melakukan CT
scan lagi setelah dilakukan pemeriksaan neurologis seperti fundus okuli, gerakan mata, pupil, dan
refleks. Tetap lakukan pengontrolan dan mewaspadai jangan sampai terjadi aspirasi selama periode
penurunan kesadaran.

 Kejang
Strok yang melibatkan bagian kortikal otak akan lebih mungkin secara signifikan terkena kejang jika
dibandingkan dengan lesi yang lebih dalam. Infark emboli lebih sering mengalami kejang daripada
pasien dengan infark trombotik. Kejang harus dapat dicegah dan diatasi karena dapat memperburuk
proses iskemik. Penanganannya dengan meningkatkan kebutuhan oksigen serebral.
Kejang epilepsi harus dikontrol segera. Pemberian Diazepam intravena atau obat-obatan yang terkait
seperti Diphenylhydantoin atauCarbamazepin adalah pengobatan pilihan pertama untuk kejang pada
pasien stroke. Potensi terjadinya penekanan pernapasan harus selalu diwaspadai selama pemberian
infus obat tersebut. Setelah kejang berhenti, pemberian fenitoin intravena dapat dimulai untuk
mempertahankan dan mengontrol kejang. Untuk kejang yang tidak dapat dikontrol dengan pemberian
berbagai antikonvulsan, maka diperlukan anestesi barbiturat. Tidak direkomendasikan penggunaan
profilaksis antikonvulsan pada penderita stroke tanpa kejang.

 Tekanan Intrakranial (TIK) meningkat

Edema otak sitotoksik terjadi 24-96 jam setelah stroke iskemik akut. Pasien yang menderita stroke
mayor hemisfer biasanya diposisikan dalam posisi tegak 30° dan tidak boleh berpaling ke kedua sisi
selama 24 jam pertama. Jika diperlukan,tingkat sedasi harus dikontrol dan disesuaikan untuk
menghindari rasa sakit dan kecemasan. Tekanan intrakranial dapat meningkat selama tracheal
suction.
Manajemen penanganan peningkatan tekanan intrakranial untuk stroke akut meliputi:

1. Hiperventilasi dengan ventilator wajib dilakukan terus-menerus (PaCO2 antara 30


dan 35 mmHg). Sayangnya efek dari hiperventilasi tidak berlangsung lebih lama dari 12-36 jam.
2. Osmoterapi dilakukan dengan pemberian:
 Infus Gliserol 10 % sampai 4 kali 250 ml lebih dari 1 jam setiap hari

6
 Gliserol 50 % larutan juga dapat diberikan secara enteral melalui tabung
lambung 4 kali 50 ml
 Manitol 20 %, 4 kali 100 ml diinfuskan dalam kasus sitotoksik edema yang
parah, atau dalam situasi darurat seperti tekanan intrakranial dekompensasi dengan pupil
melebar, karena tidak lebih dari 2 hari.
Osmoterapi hanya efektif selama 48-72 jam. Selama osmoterapi, osmolalitas plasma tidak boleh
melebihi 330 mosm / kg. Kedua fungsi ginjal dan tekanan vena sentral harus diawasi dengan hati-
hati pada pasien dengan penyakit jantung yang mendasarinya. Penggunaan obat osmoterapi dapat
mengakibatkan rebound fenomena jika tiba-tiba dihentikan.

3. Operasi bedah dekompresi dalam kasus selektif dapat menyelamatkan nyawa dan
dapat meningkatkan hasil.
HS

Apa itu stroke hemoragik ?


Pengertian stroke hemoragik atau stroke perdarahan otak adalah stroke yang terjadi bila pasokan
darah ke otak Anda terganggu akibat pembuluh darah pecah dan berdarah di dalam otak Anda, otak
mengalami pendarahan dan darah menekan otak sehingga mengakibat gangguan di seluruh tubuh.
Otak Anda mengendalikan segala sesuatu di tubuh Anda, termasuk gerakan, berbicara, pemahaman
dan emosi. Kerusakan otak Anda dapat mempengaruhi fungsi-fungsi ini. Sekitar 14 orang dari setiap
100 orang stroke mengalami stroke hemoragik. Kondisi ini kebanyakan mempengaruhi orang tua,
tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun. Gejala-gejala yang terjadi cenderung lebih parah daripada
yang disebabkan oleh stroke iskemik.

Jenis Stroke Hemoragik

Ada dua jenis utama stroke perdarahan, yaitu:

1. Perdarahan intraserebral: stroke disebabkan oleh pendarahan di dalam otak.


2. Perdarahan Subarachnoid: stroke disebabkan oleh pendarahan di permukaan otak dalam
ruang subarachnoid (ini dibentuk oleh dua lapisan membran di antara otak dan tulang tengkorak).

7
Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik Intraserebral


Ketika arteri di dalam otak pecah, ini disebut perdarahan intraserebral. Sekitar 10% dari semua stroke
adalah jenis ini. Karena darah bocor keluar menuju ke jaringan otak pada tekanan tinggi, kerusakan
yang disebabkan dapat lebih besar dibandingkan stroke karena penyumbatan.

GEJALA PERDARAHAN INTRASEREBRAL

Gejala stroke yang disebabkan oleh pendarahan di dalam otak adalah kelemahan, mati rasa dan / atau
kesemutan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami, pusing, atau penglihatan kabur.
Gejala ini dapat disertai juga dengan gejala lain seperti sakit kepala parahtiba-tiba, perubahan
kesadaran, muntah atau leher kaku.

Stroke Hemoragik Subarachnoid


Otak itu sendiri dilapisi 2 lapisan membran yang melindungi dari tulang tengkorak. Antara dua
lapisan membran ini terdapat ruang yang disebut ruang subarachnoid, yang diisi dengan cairan
serebrospinal (CSS). Jika darah yang dekat dengan permukaan otak pecah dan mengalami kebocoran
masuk ke ruang subarachnoid, ini disebut subarachnoid haemorrhage (SAH). Jenis stroke ini
menyumbang 5% dari semua stroke. Pendarahan subarachnoid adalah jenis stroke yang sangat serius
dan sekitar 50% orang-orang yang mengalaminya tidak akan bertahan hidup.

8
GEJALA PERDARAHAN SUBARACHNOID

Satu-satunya gejala yang sering kali terjadi tiba-tiba adalah sakit kepala yang parah. Hal ini kadang-
kadang digambarkan seperti kepala dipukul dengan palu, sakit yang dirasakan tidak seperti apa yang
pernah dialami sebelumnya. Gejala lainnya bisa saja terjadi kehilangan kesadaran, kejang, mual dan
muntah, kepekaan terhadap cahaya, leher kaku (memakan waktu 3-12 jam), kebingungan dan demam.
Gejala ini juga dapat disertai oleh masalah berbicara dan kelemahan pada satu sisi tubuh.

Penyebab Stroke Hemoragik

Apa yang menyebabkan stroke perdarahan?


Hipertensi
Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi – hipertensi, yang menyebabkan sekitar 2/3 dari
semua stroke karena pendarahan. Tekanan darah tinggi melemahkan arteri dan membuat mereka lebih
mudah robek. Faktor risiko untuk tekanan darah tinggi seperti kelebihan berat badan, minum alkohol
secara berlebihan, merokok, kurang olahraga, danstres, yang semuanya dapat menyebabkan
peningkatan sementara dalam darah tekanan.

Aneurisma
Aneurisma adalah titik lemah di arteri yang telah menggelembung keluar dan membentuk seperti
kantong. Dinding arteri biasanya tebal dan kuat tapi dinding dari aneurisma tipis, lemah dan mudah
bergerak, dan karena itu mereka dapat robek dengan mudah. Aneurisma di dalam otak adalah kadang-
kadang disebut aneurisma berry karena terlihat seperti buah berry yang kecil.
Beberapa aneurisma sudah ada sejak lahir. Ada juga sejumlah faktor risiko yang meningkatkan
berkembangnya aneurisma seperti merokok, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga aneurisma,
penggunaan kokain, dan memiliki kondisi ginjal genetik yang disebut penyakit ginjal polikistik
autosomal dominan. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama dari pecahnya aneurisma.
Aneurisma pecah sebagai penyebab paling umum dari SAH sekitar 85% kasus.

Pembuluh Darah Abnormal


Kadang-kadang orang dilahirkan dengan kelainan pada pembuluh darah mereka, ini disebut
malformasi pembuluh darah, dan terdiri dari jalinan pembuluh darah atau pembesaran pembuluh
darah. Malformasi ini langka dan mempengaruhi kurang dari 1% dari populasi. Tidak diketahui
mengapa beberapa orang dilahirkan dengan malformasi ini. Ada beberapa jenis malformasi, beberapa

9
yang dapat menyebabkan perdarahan di otak jika dinding pembuluh yang tipis pecah. Malformasi
yang paling umum disebut malformasi arteri vena (AVM – arteriovenous malformation), fistula arteri
vena dari duramater, malformasi cavernosa dan anomali perkembangan vena.

Angiopati Amiloid Serebral


Angiopati amiloid serebral (cerebral amyloid angiopathy – CAA) adalah suatu kondisi dimana protein
yang disebut amiloid menumpuk di dalam pembuluh darah di otak. Hal ini menyebabkan kerusakan
yang dapat menyebabkan arteri sobek. Kondisi ini semakin umum di kalangan orang tua. CAA sering
menyebabkan perdarahan di daerah otak tertentu dekat ke permukaan (disebut area lobar). Karena
posisi mereka, darah bisa juga bocor ke dalam ruang subarachnoid yang menyebabkan SAH juga.
Sebuah studi menemukan bahwa dalam 63% dari jenis perdarahan di otak, darah juga bocor ke ruang
subarachnoid.

Obat-Obatan
Perdarahan juga bisa terjadi jika mengkonsumsi obat untuk mencegah pembekuan darah dan kurang
terkontrol. Obat-obatan ini disebutantikoagulan dan harus dipantau secara seksama. Obat ini
umumnya dikonsumsi untuk mengurangi risiko stroke akibat penyumbatan jika Anda mengalami
irama jantung yang tidak teratur disebut atrium fibrilasi.

Obat-Obat Ilegal
Beberapa obat, seperti kokain, dapat mengiritasi dinding pembuluh darah dan membuat mereka lemah
dan lebih cenderung pecah.
Referensi:
https://www.jevuska.com/2007/04/11/gejala-diagnosa-terapi-stroke-non-hemoragik/
https://www.jevuska.com/2014/02/27/stroke-hemoragik/

5. Pemeriksaan MRI dan CT Scan pada skenario?


Degenerasi ganglia basalia
Manifestasi klinis dari lesi pada ganglia basalis dapat berupa koreoathetosis, diskinesia atau rigiditas.
Umumnya pemeriksaan MRI untuk mendeteksi lesi degeneratif lebih unggul daripada CT scan otak,
kecuali pada keadaan-keadaan dimana ada khorea atau gerakan yang lain yang sulit dikontrol
sementara, atau lesi-lesi yang mengandung kalsifikasi maka CT Scan yang unggul.

10
Referensi:
https://books.google.co.id/books?
id=YmUwVAPSX1MC&pg=PA116&lpg=PA116&dq=Pemeriksaan+MRI+dan+CT+Scan+parkinso
n&source=bl&ots=3jGJxXfy17&sig=Ue2IT5OaKDOSo-
Rcv2xXD7qN4oc&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjouJ6b_MrOAhXMr48KHQonDNsQ6AEIUDAH
#v=onepage&q=Pemeriksaan%20MRI%20dan%20CT%20Scan%20parkinson&f=false

6. GCS normal berapa?


Normal adalah Composmentis dengan skor 15.
Referensi:
http://fk.uns.ac.id/static/file/GABUNGAN_MANUAL_SEMESTER_3-2012-ED.pdf

7. Lesi dan perdarahan?


Lesi
Gejala stroke dapat dibedakan atas gejala/ tanda akibat lesi dan gejala/ tanda yang diakibatkan oleh
komplikasinya. Gejala akibat lesi bisa sangat jelas dan mudah untuk didiagnosis akan tetapi dapat
sedemikian tidak jelas sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk mengenalinya. Pasien dapat
datang dalam keadaan sadar dengan keluhan lemah separuh badan pada saat bangun tidur atau sedang
bekerja akan tetapi tidak jarang pasien datang dalam keadaan koma sehingga memerlukan
penyingkiran diagnosis banding sebelum mengarah ke stroke. Secara umum gejala tergantung pada
besar dan letak lesi di otak yang menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian
tersebut. Jenis patologi (hemoragik atau nonhemoragik) secara umum tidak menyebabkan perbedaan
dari tampilan gejala, kecuali bahwa pada jenis hemoragik sering kali ditandai dengan nyeri kepala
hebat terutama terjadi saat bekerja.

Beberapa perbedaan yang terdapat pada stroke hemisfer kiri dan kanan dapat dilihat dari Universitas
Sumatera Utara tanda-tanda yang didapatkan dan dengan pemeriksaan neurologis sederhana dapat
diketahui kira-kira letak lesi seperti yang terlihat di bawah ini.

Lesi di korteks:
 Gejala terlokalisasi dan mengenai daerah kontralateral dari letak lesi.
 Hilangnya sensasi kortikal (diskriminasi dua titik) ambang sensorik yang bervasiasi.
 Kurang perhatian terhadap rangsang sensorik.
 Bicara dan penglihatan mungkin terkena.

Lesi di kapsula:
 Lebih luas dan mengenai daerah kontra lateral dari letak lesi.
 Sensasi primer menghilang.
 Bicara dan penglihan mungkin terganggu.

Lesi di batang otak:


 Luas dan bertentangan dengan letak lesi
 Mengenai saraf kepala sesisi dengan letak lesi (III-IV otak tengah), (V,VI,VII, di pons), (IX, X, XI,
XII di medula) Lesi di medula spinalis:
 Neuron motorik bawah di daerah lesi, sesisi
 Neuron motorik atas di bawah lesi, berlawan dengan letak lesi
 Gangguan sensorik

11
Perdarahan
Stroke Hemoragik Stroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua stroke. Stroke jenis ini
diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma di otak. Stroke ini dibedakan atas: perdarahan
intraserebral, subdural, dan subaraknoid (Sudoyo, 2007).

Pemeriksaan paling penting untuk mendiagnosis subtipe dari sroke adalah Computerised Topography
(CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada kepala. Mesin CT dan MRI masing-masing
merekam citra sinar X atau resonansi magnet. Setiap citra individual memperlihatkan irisan melintang
otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada di dalamnya. Pada CT, pasien diberi sinar X dalam
dosis sangat rendah yang digunakan menembus kepala. Sinar X yang digunakan serupa dengan pada
pemeriksaan dada, tetapi dengan panjang ke radiasi yang jauh lebih rendah. Pemeriksaan memerlukan
waktu 15 – 20 menit, tidak nyeri, dan menimbulkan resiko radiasi minimal keculi pada wanita hamil.
CT sangat handal mendeteksi perdarahan intrakranium, tetapi kurang peka untuk mendeteksi stroke
iskemik ringan, terutama pada tahap paling awal. CT dapat memberi hasil negatif-semu (yaitu, tidak
memperlihatkan adanya kerusakan) hingga separuh dari semua kasus stroke iskemik. Mesin MRI
menggunakan medan magnetik kuat untuk menghasilkan dan mengukur interaksi antara gelombang-
gelombang magnet dan nukleus di atom yang bersangkutan (misalnya nukleus Hidrogen) di dalam
jaringan kepala. Pemindaian dengan MRI biasanya berlangsung sekitar 30 menit. Alat ini tidak dapat
digunakan jika terdapat alat pacu jantung atau alat logam lainnya di dalam tubuh. Selain itu, orang
bertubuh besar mungkin tidak dapat masuk ke dalam mesin MRI, sementara sebagian lagi merasakan
ketakutan dalam ruangan tertutup Universitas Sumatera Utara dan tidak tahan menjalani prosedur
meski sudah mendapat obat penenang. Pemeriksaan MRI aman, tidak invasif, dan tidak menimbulkan
nyeri. MRI lebih sensitif dibandingkan CT dalam mendeteksi stroke iskemik, bahkan pad stadium
dini. Alat ini kurang peka dibandingkan CT dalam mendeteksi perdarahan intrakranium ringan.

Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala perdarahan epidural yang
klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke
sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal
atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik
setelah beberapa hari. Universitas Sumatera Utara

Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid, yang biasanya meliputi
perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian iaitu: a) Perdarahan subdural akut
• Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta
gelisah.
• Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.
• Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak. b)
Perdarahan subdural subakut
• Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan
dengan kontusio serebri yang agak berat.
• Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran. c) Perdarahan
subdural kronis
 Terjadi karena luka ringan.
 Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural.
 Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan secara pelan-pelan ia
meluas.

12
 Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.
 Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.
Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan lapisan otak yaitu yang dikenal
sebagai ruang subaraknoid (Ausiello, 2007).
Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan
intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Di mana terjadi
penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan hentaman, ini dikenali sebagai counter
coup phenomenon. (Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008).
Referensi:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21421/4/Chapter%20II.pdf

8. Perbedaan alzheimer dan demensia?


Dimensia  adalah gejala penurunan kemampuan intelektual akibat penyakit yang menyerang otak.
Sedangkan Alzheimer adalah salah satu penyakit yang menyebabkan dimensia. Banyak penyakit
lain yang juga dapat menyebabkan dimensia, seperti parkinson dan juga stroke, bahkan dehidrasi
juga dapat menyebabkan dimensia. Dimensia adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan suatu kondisi kehilangan daya ingat, daya pikir, rasionalitas, kepandaian bergaul dan
apa yang sering disebut sebagai reaksi emosi normal. Sedangkan Alzheimer adalah bentuk paling
umum dari dimensia. Setidaknya 50-70% penyebab dimensia adalah Alzheimer. Jadi Alzheimer
adalah bagian dari dimensia.

Kebanyakan penderita dimensia dan Alzheimer adalah kaum lansia, namun tidak semua lansia
menderita dimensia dan Alzheimer. Dimensia dan Alzheimer bukan bagian normal dari proses
penuaan. Dimensia dan Alzheimer dapat terjadi pada siapa saja, tapi umumnya menyerang
seseorang diatas usia 65 tahun, namun tidak menutup kemungkinan orang pada usia 40-50an juga
dapat terserang dimensia dan Alzheimer.

Dimensia bisa diakibatkan oleh berbagai macam faktor yang membaginya menjadi beberapa jenis
sesuai dengan penyebabnya, yaitu antara lain:
1. Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang paling umum menyebabkan dimensia. Penyakit
Alzheimer sendiri adalah penyakit yang menyerang sel-sel otak manusia dengan ditandai
munculnya plak dan tengles pada otak yang dapat mematikan sel-sel otak.
2. Dimensia Vaskuler
Dimensia vaskuler adalah dimensia yang disebabkan karena suplai darah ke otak terganggu.
Dimensia vaskuler bisa disebabkan oleh stroke maupun tekanan darah tinggi. Dimensia vaskuler
memiliki dampak yang parah terhadap memori dan fungsi kognitif.
3. Parkinson
Penyakit Parkinson adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan progresif pada sistem saraf
pusat. Gejala paling umum dari penyakit Parkinson ini adalah tubuh gemetar, kaku, melambatnya

13
gerakan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi. Selain itu penyakit parkinson juga
menyebabkan kesulitan berbicara, menelan dan tubuh menjadi bungkuk.
4. Dimensia dengan kumpulan lewy
Penderita dimensia dengan kumpulan lewy akan mengalami penurunan mental, mengurangi
kewaspadaan, menurunnya perhatian, sering berhalusinasi, depresi, mengalami gangguan tidur dan
mengalami fluktuasi dalam proses otonom seperti tekanan darah, suhu tubuh, kesulitan buang air
kecil, konstipasi dan kesulitan menelan.
5. Huntington
Penyakit Huntington merupakan penyakit keturunan yang terjadi karena kemunduran otak yang
berangsur-angsur sehingga berdampak pada pikiran dan tubuh. Biasanya penyakit Huntington
menyerang seseorang ada saat usia setengah baya, yakni antara 30-50 tahun. Penyakit ini
menyebabkan penderitanya mengalami gangguan kejiwaan, melakukan gerakan spontan dan
mengalami penurunan kognitif. Dimensia terjadi pada sebagian besar penderita Huntington.
6. Creutzfeldt-Jacob
Penyakit Creutzfeldt-Jacob adalah adalah penyakit gangguan otak yang sangat jarang dan
berakibat fatal. Penyakit Creutzfeldt-Jacob disebabkan oleh prion, yakni sejenis partikel protein.
Penyakit ini terdapat pada satu dari sejuta orang pertahun. Gejalanya penderita akan mengalami
masalah dengan koordinasi otot, perubahan kepribadian, hilangnya memori, gangguan penglihatan
yang bisa berakhir dengan kebutaan, lengan dan kakinya melemah sehingga bisa menyebabkan
hilangnya kesadaran atau koma.
7. Dimensia Frontotemporal
Dimensia frontotemporal terjadi karena ada kerusakan sel-sel otak di bagian depan atau sisi otak.
Gejala dari dimensia frontotemporal adalah perubahan perilaku dan ketidakmampuan
menggunakan bahasa secara efektif.
8. Hidrosefalus
Hidrosefalus disebabkan karena adanya penumpukan cairan diotak. Hidrosefalus juga daat
menyebabkan dimensia. Gejala hidrosefalus adalah sering merasa pusing, kesulitan berjalan dan
kehilangan keseimbangan dan kehilangan memori.
Tanda-tanda awal dari semua jenis dimensia hampir sama sehingga mungkin sulit untuk
membedakannya, Berikut ini adalah beberapa tanda awal dari dimensia:
1. Kehilangan daya ingat atau memori secara bertahap
2. Perubahan kepribadian
3. Kehilangan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Referensi:
http://www.gelombangotak.com/Perbedaan-Dimensia-Alzheimer.htm

9. Indikasi pemberian obat pada parkinson?


Levodopa adalah prekusor metabolik dopamin. Obat ini mengembalikan kadar dopamin dalam
substansia nigra yang atrofik pada penyakit parkinson. Pada awal penyakit, jumlah neuron
dopaminergik dalam substansia nigra (biasanya 20% dari normal) yang tersisa, cukup untuk konversi
levodopa ke dopamin. Dengan demikian, pada pasien baru respon terapi terhadap levodopa konsisten
dan pasien jarang mengeluh bahwa efek obat mengecil. Namun, semakin lama jumlah neuron dan sel-

14
sel yang mampu mengambil levodopa yang diberikan semakin berkurang, semakin sedikit pula yang
mampu mengubahnya menjadi dopamin untuk disimpan atau dikeluarkan lebih lanjut. Akibatnya
terjadi fluktuasi dalam pengendalian motorik. Efek levodopa dalam SSP dapat diperkuat oleh
pemberian bersama carbidopa, suatu inhibitor dekarboksilase dopamin yang tidak menembus sawar
otak darah. Carbidopa mengurangi metabolisme levodopa dalam saluran pencernaan dan jaringan
perifer sehingga dapat meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP. Carbidopa menurunkan dosis
levodopa yang diperlukan sampai 4-5 kali dan menurunkan efek samping dopamin yang terbentuk di
perifer. Kesembuhan dengan levodopa hanya bersifat simtomatik dan berlangsung selama obat berada
dalam tubuh.

Referensi:

Dipiro, 2005, Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, sixth edition, 1075-1084, McGraw-


Hill.

15

Anda mungkin juga menyukai