Laporan Kel.1 Modul 2 Sesak Napas
Laporan Kel.1 Modul 2 Sesak Napas
SESAK NAFAS
BLOK KARDIOVASKULER
Kelompok 1 :
1. Asridewi (18777002)
2. Risty Namirah R.Lataha (18777008)
3. Azrief Yunaldy Aspah (18777022)
4. Moh. Fauzan P (16777024)
5. Dwicky Welmansyah Taslim (18777025)
6. Rima Melati (18777026)
7. Namira Zabila Putri (18777033)
8. Al Vasih Hamdan (18777041)
9. Arsilia(18777051)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
I. Skenario
Seorang wanita umur 60 tahun mengeluh cepat capek dan sesak napas
sewaktu bergiat. Dia tidak dapat melakukan kegiatan dirumah lebih
lama tanpa sering beristirahat dengan kesukaran bernapas. Pergelangan
kaki membengkak pada siang hari dan berkurang pada malam hari.
Pada pemeriksaan dokter,ditemukan adanya pernapasan cepat, pada
pemeriksaan auskultasi di dengar adanya bunyi krepitasi. Nadi reguler
dan tekanan darah sistemik dalam batas normal, tetapi terdapat
bendungan vena leher meskipun pada posisi tegak. Ictus cordis teraba
dilinea axillaris anterior kiri/ruang IC V. Gambaran rontgen dada
menunjukkan CTR 0,69 , dan terlihat adanya bendungan pembuluh
darah paru. Penderita diobati dengan digoxin dan diuretik sehingga
keluhan penderita berkurang.
II. Kata Sulit
1) Krepitasi : adalah bunyi singkat, yang tidak kontinyu, tidak
musical, banyak didengar selama inspirasi. Krepitasi ditemukan
pada edema paru, gagal jantung kestif dan fibrosis paru.
2) Ictus cordis : merupakan struktur yang bersesuaian dengan letak
apex cordis, yakni bagian ujung bawah dari ventrikel kiri yang
biasanya terletak pada IC V linea medioclavicularis sinistra. Ictus
cordis juga merupakan tempat untuk mendengarkan bunyi jantung
dari katup mitral.
3) CTR : Cardiothoracix Ratio adalah perbandingan anatara
ukuran jantung dengan ukuran cavum thoracix. Ukuran jantung
normal apabila nilai CTR 50 %. CTR disebut juga CTI
(Cardiothoracix Index), tetpi CTI berupa bilangan decimal. Nilai
CTI menunjukkan ukuran jantung normal yaitu 0,5 %.
4) Digoxin :
5) Diuretik :
III. Kalimat kunci
1) Wanita 60 tahun.
2) Cepat capek (fatique) dan sesak napas saat bergiat.
3) Sulit bernapas saat beristirahat.
4) Edema pada pergelanggan kaki saat siang hari dan berkurang pada
saat malam hari.
5) Pernapasan cepat (takhipnea).
6) Adanya bunyi krepitasi.
7) Nadi regular.
8) Tekanan darah normal.
9) Bendungan vena jugularis meskipun pada posisi tegak.
10) Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior.
11) CTR 0,69
12) Bendungan pembuluh darah paru.
13) Diobatindengan digoxin dan diuretic sehingga keluhan berkurang.
IV. Pertanyaan Kelompok
1) Anatomi dan fisiologi organ terkait.
2) Mengapa kaki bengkak pada siang hari dan berkurang pada saat
malam hari?
3) Patofisiologi sesak napas saat sesak berkurang.
4) Mengapa pasien mengeluh cepat capek dan sesak napas?
5) Bagaimana mekanisme terjadinya bendungan v. Jugularis?
6) Apa penatalaksanaan awal untuk pasien tersebut?
7) Apa yang dimaksud dengan nadi regular dan tekanan darah
sistemik dalam batas normal?
8) Jelaskan fungsi dan mekanisme obat digoxin dan diuretic.
9) Jelaskan sirkulasi normal jantung.
10) Pengaruh obat digoxin dan diuretic sehingga berkurangnya gejala
pada pasien.
11) DD.
Pertanyaan Modul
1) Apa diagnosis klinik penderita tersebut diatas?
2) Sebutkan beberapa kemungkinan diagnosis etiologis yang
dipikirkan.
3) Riwayat penyakit apalagi yang bisa ditanyakan untuk mengarah
kesesuatu diagnosis?
4) Pemeriksaan apa lagi yang dibutuhkan untuk menunjang
diagnosis?
5) Bagaimana caranya menentukan tekanan vena sentralis?
6) Apa hubungan antara tekanan vena sentralis da nisi sekuncup?
7) Apa pengaruh utama hukum starling, kerja jantung dan
hemodinamik?
8) Mengapa dengan menurunkan tekanan darah bisa berguna pada
penderita dengan gagal jantung?
9) Pengukuran apa yang digunakan untuk menilai kemampuan
kontraksi jantung pada manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
Jawaban Kelompok
1. A. Anatomi.
Cor adalah suatu organ muscular yang berbentuk conus
sebesar kepalan tangan (tinju), bertumpu pada diaphragma thoracis
dan berada pada di antara kedua pulmo.
Dinding cor terdiri atas 3 lapisan sbg berikut:
1) Lapisan superficial disebut epicardium
2) Lapisan intermedia adalah myocardium
3) Lapisan profundal dibentuk oleh endocardium
a. Morfologi
Cor mempunyai 4 buah permukaan, yaitu:
1) Basis
2) Facies sternocostalis (=anterior)
3) Facies sinister (= facies pulmonalis)
4) Facies diaphragmatica (= inferior)
b. Bagian-bagian Cor
1) Atrium dextrum
2) Ventriculus dexter
3) Atrium sinistrum
4) Ventriculus sinister
B. Fisiologi
1) Siklus mekanik jantung
Siklus mekanik jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang
disebut diastolik, yaitu periode pengisian jantung oleh darah, yang
diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut sistolik. Siklus ini
lebih rinci terdiri atas 4 periode, yaitu:
a. Periode pengisian
Selama fase sistolik ventrikel, sejumlah besar darah
berkumpul di atrium kiri dan kanan karena katup A-V tertutup.
Oleh karena itu, segera sesudah sistolik selesai dan tekanan
ventrikel turun lagi sampai nilai diastoliknya yang rendah,
tekanan yang cukup tinggi yang terbentuk di atrium segera
mendorong katup A-V agar terbuka sehingga darah degan cepat
mengalir ke dalam ventrikel, seperti yang diperlihatkan dengan
naiknya kurva volume ventrikel kiri dalam gambar. Keadaan ini
disebut sebagai periode pengisian cepat pada ventrikel.
b. Periode kontraksi isovolemik
Segera sesudah ventrikel terisi, ventrikel mulai
berkontraksi, tekanan ventrikel meningkat dengan tiba-tiba,
seperti yang digambarkan dalam gambar sehingga menyebabkan
katup A-V menutup. Penutupan katup A-V menyebabkan
getaran pada darah disekitarnya dan akhirnya merambat ke
dinding dada, sehingga jika kita meletakkan stetoskop di daerah
apeks jantung kita bisa mendengar bunyi jantung pertama (BJ I).
c. Periode ejeksi
Bila tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta dan
ventrikel kanan melebihi tekanan arteri pulmonalis, maka
tekanan ventrikel ini akan mendorong katup aorta dan katup
pulmonalis agar terbuka. Segera setelah itu, darah mulai
mengalir keluar dari ventrikel, sekitar 70 persen dari proses
pengosongan darah terjadi selama sepertiga pertama dari periode
ejeksi dan 30 persen sisa pengosongan terjadi selama dua pertiga
berikutnya.
2.
CHF
Gagal kontraksi
ventrikel kanan
Penyempitan lumen
ventrikel
Pitting edema
3.
4. Dyspnea terjadi akibat meningkatnya usaha bernapas yang terjadi akibat
kongesti pembuluh darah paru dan perubahan kemampuan pengembangan
paru
Hipertrofi Meningkatnya resistensi
Kor pulmonal vascular paru
ventrikel kanan
hipoksemia
Perubahan Vasokontriksi
asidosis
fungsional paru arteriola paru
hiperkapnia
- Ritme ireguller
Suatu kondisi dimana ritme atau irama denyut jantung nadi pada
perabaan atau auskultasi dengan stetoskop terasa dan terdengar tidak
teratur
Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap
satuan dinding pembuluh darah yang dinyatakan dalam millimeter air
raksa (mmhgg). Rujukan tekanan darah normal dapat mengacu pada
JNC 8
8. A. Efek Digoksin pada pengobatan gagal jantung
a) inotropic positif
b) kronotropik negative
c) Mengurangi aktivasi saraf simpatik
Mekanisme a) inotropic positif : digoksin menghambat Na-K-ATPae
pada membrane sel otot jantung sehingga meningkatkan kadar Na+
intrasel, dan ini menyebabkan berkurangnya pertukan Na+ - Ca++
selama repolarisasi dan relaksasi otot jantung sehingga Ca2+ tertahan
dalam sel, kadar Ca2+ intra sel meningkat, dan ambilan Ca2+mke
dalam reticulum sarkoplasmaik (SR) meningkat. Dengan demikian,
Ca2+ yang tersedia dalam sitosol untuk kontraksi meningkat, sehingga
kontraktilitas sel otot jantung meningkat.
Mekanisme b) dan c): pada kadar terapi (1-2 ng/mL), digoksin
meningkatkan tonus vagal dan mengurangi aktivitas simpatis di nodus
SA mau AV. Sehingga menimbulkan bradikardisinus sampai henti
jantung dan/atau perpanjangan konduksi AV sampai meningkatnya
blok AV. Efek pada nodus AV inilah yang mendasari penggunaan
digoksin pada pengobatan fibrilasi atrium.
Efek toksisk:
a) efek proaritmik, yakni (1) penurunan potensial istrahat ( akibatan
hambatan pompa Na), menyebabkan afterpotential yang mencapai
ambang rangsang, dan penurunan konduksi AV; dan (2) peningktan
autoimunitas
b) efek samping gastrointestinal: anoreksi, mual, muantah, nyeri
lambung.
c) efek samping visual: pengihlihtan berwarna kuning
d) lain-lain: delirium, rasa Lelah, malaise, bingung, mimpi buruk.
B. Diuretic
Mekanisme kerja diuretik pada pengobatan hipertensi
Indikasi penggunaan diuretic untuk menurunkan volume darah dan
cairan intrasel dengan cara meningkatkan intrasel dengan cara
meningkatkan eksresi natrium klorida dan air. Diuretik bekerja
meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya
terjadi penurunanan curah jantung dan tekanan darah. Beberapa
diuretic juga mneurunkan resistensi perifer sehingga menambah
efek hipotensinya.
Efek samping diuretic:
9.
Darah masuk dari vena cava superior dan inferior lalu masuk ke atrium
dexra kemudian ke ventrikel dextra dengan melewati katup tricuspid,
selanjutnya masuk ke arteri pulmonal lalu ke pulmo kemudian ke vena
pulmonal dan masuk ke atrium sinister, dari atrium sinister masuk ke
ventrikel sinister dengan melewati katup mitral, kterakhir ke aorta
dengan melalui katup aorta dan disebarkan keseluruh tubuh.
10. A. Digoxin
Efek digoxin antara lain yaitu kronotropik negative dan
mengurangi aktivasi saraf simpatik adapun mekanismenya
yaitu,pada kadar terapi (1-2 ng/mL), digoksin meningkatkan tonus
vagal dan mengurangi aktivitas simpatis di nodus SA mau AV.
Sehingga menimbulkan bradikardisinus sampai henti jantung
dan/atau perpanjangan konduksi AV sampai meningkatnya blok AV.
Efek pada nodus AV inilah yang mendasari penggunaan digoksin
pada pengobatan fibrilasi atrium.
B. Diuretik
Indikasi penggunaan diuretic untuk menurunkan volume darah dan
cairan intrasel dengan cara meningkatkan intrasel dengan cara
meningkatkan eksresi natrium klorida dan air. Diuretik bekerja
meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan
volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi
penurunanan curah jantung dan tekanan darah. Beberapa diuretic
juga mneurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensinya.
Nyeri dada
Sesak napas
Kelelahan
Palpitasi
Pusing / pingsan
Golongan Nitrat
Obat antiplatelet
Anti kolesterol
F. Komplikasi
Gagal jantung
Syok kardiogenik
Perikarditis
Aritmia
Infark miokard
Emboli paru
Stroke
Kematian mendadak
Kardiomiopati Dilatasi
Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati dengan ciri-ciri yaitu
terdapatnya dilatasi ruang ventrikel yang progresif dan disertai disfungsi
dari kontraksi ventrikel saat sistolik.
A. Epidemiologi
B. Etiologi
Idiopatik
Genetik
Peripartum
Miokarditis virus
C. Gambaran Klinis
Aritmia
Orthopnea
Edema perifer
Paltipasi
D. PENATALAKSANAAN
Diuretik
Digitalis
Digoxin
Vasodilator
Anti aritmika
Anti koagulan
Transplantasi jantung
GAGAL JANTUNG
A. Definisi
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari
pemeriksaan jasmani, foto toraks atau EKG dan hanya dibedakan dengan
ekodoppler
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa
sehungga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik,
kemampuan aktifitas fisik menurun dan gejala hipoperfusi lainnya.
Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian
ventrikel. Gagal jantung diastolic didefinisikan sebagai gagal jantung dengan
fraksi ejeksi lebih dari 50%.
C. Diagnosis
1) Evaluasi awal (anamnesis, pemfis)
a. Monitoring non invasif
b. Monitoring invasif
c. Kateter arteri pulmonali
d. Angiografi coroner
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagi sindrom klinik yang komplek yang
disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat
atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keaadaan
istirahat.
B. Etiologi
1) Disfungsi miokard, endokard, pericardium, pembuluh darah besar,
aritmia, kelainan katup, dan gangguan irama.
2) Upaya pencegahan
3) Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor resiko
jantung coroner
4) Pengobatan infar jantung segera di triase serta pencegahan infark
ulangan
5) Pengobatan hipertensi yang agresif
6) Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup
7) Bila sudah ada disfungsi miokard, upaya eliminasi penyebab yang
mendasari
C. Penatalaksanaan
1) Nonfamarkologi
a) Edukasi
b) Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, aktivitas seksual serta
rehabilitasi
c) Edukasi pola diet
d) Monitor berat badan
e) Berhenti merokok
f) Pada perjalanan jayh dengan pesawat, udara panas dan humiditas
perlu penganan khusus
2) Farmakologi
a) Angiotensin-converting enzyme inhibitor
b) Diuretic
c) Beta bloker
d) Antagonis reseptor aldosterone
e) Antagonis reseptor angiotensin II
f) Glikosida jantung
g) Vasodilator
h) Nestrid
i) Oksigen
j) Antiaritmia
k) Antikoagulan
l) Calcium sensitizer
3) Pemakain alat bedah
a) Revaskularisasi
b) Operasi katup mitral
c) Aneurismektomi
d) Kardiomioplasti
e) External cardio support
f) Pacu jantung
g) ICD
h) Heart transplastation
i) Ultrafiltrasi, hemodialysis
Agoes, DAFK, Sp. FK dan dr. Asri Dwi Rachmawati. Erlangga: Jakarta
Gray, H.H., et al. (2002). Lecture notes on cardiology. Diterjemahkan oleh Prof.
Dr. H. Anwar
2.
3. - Penyakit jantung pulmonal (kor pulmonal dan penyakit vascular pulmonal)
- Fibrosis jantung
- Hipertensi
4.
a. Pemeriksaan umum
Banyak petunjuk untuk kondisi jantung dapat di deteksi dengan
inspeksi visual sederhana. Pada pasien yang sangat tidak sehat, sianosis,
pucat, dan berkeringat semuanya bisa menjadi tanda bahaya yang akan
datang - apakah pasien "kelihatan" sakit? Pada pasien nonacute, cachexia
mungkin merupakan fitur yang paling penting untuk dicatat pada inspeksi
umum karena merupakan tanda prognostik penting dalam gagal
jantung. Palpasi sangat penting untuk memastikan bahwa lingkar adalah
cairan berlebih (pitting edema). Penampilan fisik tertentu harus selalu
mendorong kesadaran akan kelainan jantung. Tanda-tanda wajah yang ada
hubungannya dengan kondisi jantung. Akhirnya, penting untuk
mendokumentasikan kondisi gigi pasien jantung potensial.
b. Pemeriksaan Nadi
Mengambil denyut nadi adalah salah satu tes klinis yang paling
sederhana, tertua, namun paling informatif. Saat Anda mengambil tangan
pasien, Anda harus memeriksa clubbing dan tanda-tanda endokarditis
perifer. Catat laju dan dokumentasikan irama denyut nadi. Karakter dan
volume denyut nadi juga bisa menjadi tanda yang berguna dan secara
tradisional diyakini bahwa ini lebih mudah dideteksi dalam arteri yang lebih
besar seperti brakialis dan karotis.
2) Murmur
Ketika Anda telah mempertimbangkan variasi suara jantung
ini, lanjutkan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara suara
jantung. Jika Anda mendengar murmur, tentukan terlebih dahulu
apakah itu terjadi dalam sistol atau diastole (waktu terhadap denyut
nadi karotis jika perlu). Kemudian tentukan panjangnya dan, jika
pendek, posisinya tepat (awal, pertengahan, atau akhir; sistol atau
diastole)
3) Setelah auskultasi liver
Dengarkan pangkal paru-paru untuk mencari radang
inspirasi edema paru yang baik. Jika Anda mencurigai adanya
patologi jantung sisi kanan, palpasi hati, yang akan membesar,
tersumbat, dan mungkin berdenyut dalam kasus gagal ventrikel
kanan atau penyakit katup trikuspid. Periksa juga pergelangan kaki
pasien apakah ada pembengkakan.
DAFTAR PUSTAKA
DR. dr. STARRY HOMENTA RAMPENGAN, SpJP(K), FIHA, FICA, FACC,
FAHA, FESC, MARS
Imalgy, E,U. Gagal Jantung pada Geriatri [online]. 2014 [cited 2020 31 Mar];
Available from. URL: http://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/Roni-
Kurniawan-06_212Gagal-Jantung-pada-Geriatri-1.pdf