Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemasan
2.1.1 Pengertian Kemasan
Menurut Kotler & Keller (2009:27) Pengemasan adalah kegiatan
merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.
Kemasan dapat mencakup sampai tiga tigkat bahan. Cologne Cool Water bisa
dikemas dalam botol (kemasan primer) yang diletakkan dalam kotak kardus
(kemasan sekunder) didalam kotak kardus bergelombang (kemasan pengiriman)
yang berisi enam lusin kotak.
Sedangkan menurut Simamora (2007) pengemasan ialah aktivitas
perancangan dan pembuatan petikemas atau pembungkus sebuah produk.
Petikemas atau pembungkus itu disebut kemasan. Kemasan adalah suatu benda
yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan
perlindungan sesuai dengan tujuannya.
Banyak pemasar menyebutkan kemasan sebagai “P” kelima bersama
dengan harga (price), produk (product), tempat (place), dan promosi (promotion).
Namun pemasar juga memperlakukan kemasan sebagai elemen dari strategi
produk. Kemasan merupakan bagian dari produk yang memiliki peranan penting.
Menurut William J. Staton yang dikutip oleh Sunyoto (2013) mendefinisikan
kemasan sebagai sebuah kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu
produk. Ada 3 alasan kemasan diperlukan:
1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan. Maksudnya adalah produk yang
diberi kemasan selain kesan “resmi” sebuah produk, juga menambah
ketertarikan konsumen untuk melakukan pembelian. Namun yang lebih penting
dari kedua hal tersebut, didalam kemasan produk ada identitas perusahaan.
Identitas produk misalnya komposisi bahan, cara perawatan, cara pemakaian
dan efek penggunaan produk. Dengan adanya identitas produk, para konsumen
yang mau membeli atau baru sebatas melihat, tentu saja akan membaca dan
terbantu informasi mengenai produk tersebut.
2. Membantu program pemasaran. Dengan kemasan yang menarik, konsumen
akan memberikan apresiasi positif, walaupun belum tentu memberi produk
tersebut. Namun paling tidak kemasan produk yang menarik telah diterima oleh
konsumen. Hanya saja proses pengambilan keputusan membeli konsumen
kadang-kadang memerlukan waktu.
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan. Secara langsung jika terjadi
pembelian produk yang meningkat, akan berpengaruh pada laba perusahaan.
Semakin banyak volume penjualan dan semakin menurun kegiatan promosi,
keuntungan yang didapat akan mengalami kenaikan dan peristiwa tersebut
berlaku untuk kebalikannya.
2.1.2 Fungsi Kemasan
Alma (2007:120) kemasan juga mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai tempat atau wadah
2. Kemasan harus menarik dan diharapkan orang akan tertarik untuk mencoba
sehingga akhirnya diharapkan menjadi langganan
3. Kemasan dapat melindungi baik pada waktu masih di gudang, dalam
pengangkatan maupun dalam pengedaran di pasar
4. Praktis, mudah dibawa, mudah dibuka dan ditutup kembali, ringan dan
sebagainya
5. Menimbulkan Harga Diri. Biasanya kemasan yang menarik secara otomatis
akan dapat menimbulkan harga diri
6. Ketepatan Ukuran. Ukuran harus pula diperhatikan sebab hal ini erat
hubungannya dengan harga
7. Pengangkutan. Dalam pembuatan kemasan harus pula diperhatikan terhadap
ongkos angkut barang.
2.1.3 Jenis Kemasan
Menurut Saladin (2007) Jenis kemasan terdiri dari :
1. Kemasan Primer, yaitu wadah yang langsung menyentuh bahan produk.
2. Kemasan Sekunder, yaitu bahan yang melindungi kemasan primer dan
dibuang bila produk hendak dipakai. Fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain.
3. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan
primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan juga untuk menyimpan, untuk pengiriman atau identifikasi.
Selain itu, Robertson (2006) mengatakan bahwa suatu kemasan mempunyai
dua jenis, yakni Active Packaging dan Intelligent Packaging. Dimana Active
Packaging berfungsi hanya sebagai pembungkus untuk melindungi makanan tetapi
ada pengaruhnya terhadap makanan tersebut, sedangkan Intelligent Packaging
selain sebagai wadah makanan juga dapat memberikan suatu informasi mengenai
konten apa yang ada didalamnya yang dibutuhkan oleh konsumen.
2.1.4 Bahan Kemasan
Bahan kemasan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat
berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus akan
berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya: suatu produk yang
berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas, produk-
produk yang tidak tahan terhadap sinar ultraviolet, tidak akan baik bila dikemas
dalam plastik atau kaca transparan.
Menurut Syarif dan Irawati yang dikutip oleh Octavia (2011) membagi
kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
1. Gelas. Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang
tidak tahan pada sinar ultraviolet).
2. Metal. Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai
kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang
membutuhkan kemasan yang muat, misal : untuk mengemas produk yang
membutuhkan tekanan udara yang cukup ini untuk pendorong keluarnya
produk tersebut dari kaleng kemasan.
3. Kertas. Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air. Jadi
bahan kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk-produk yang
memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.
4. Plastik. Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah, dan bentuk
lainnya seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai
kemasan semakin luas karena ongkos produk relatif murah, mudah dibentuk
dan dimodifikasi.

2.2 Kemasan Sediaan Farmasi


Proses pengemasan merupakan ”salah satu tahapan penting dalam pembuatan
sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir.
Bahkan belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran “bonafiditas
suatu produk/perusahaan farmasi” (Kurniawan, 2012). Untuk menjamin ”stabilitas
produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang
seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi
padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas”
(Voigt, 1995).
Menurut PP RI No. 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan
Alat Kesehatan, menetapkan kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu:
Pasal 24
(1). Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan
bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat
mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.
Pasal 25
(1). Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang mengalami kerusakan kemasan yang
langsung bersentuhan dengan produk sediaan farmasi dan alat kesehatan,dilarang untuk
diedarkan.
(2). Sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan mengenai pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
Ketentuan umum pengemasan produk farmasi, menurut DMK (2017):
1. Kemasan yang definisikan sebagai komponen yang memiliki kemasan berbeda
(Botol, vial, closure, cap, ampoule, blister) yang terdapat disekitar produk farmasi
dari awal produk hingga penggunaanya, terdapat beberapa aspek pengemasan yang
harus di perhatikan :
a. Fungsi Kemasan
b. Pemilihan material kemasan
c. Pengujian material kemasan yang dipilih
d. Pengisian dan Penataan kemasan
e. Sterilisasi
f. Penyimpanan dan Stabilitas kemasan.
2. Material kemasan produk farmasi yang menggunakan material cetak, tidak semua
kemasan tersebut dapat digunakan sebagai kemasan terluar untuk melakukan
pengiriman. Sebagian dari kemasan harus melalukan pengemasan tambahan dengan
kemasan sekunder. Berikut material yang pada umum nya digunakan sebagai
kemasan primer produk farmasi :
3. Pengirim harus dapat membedakan kemasan primer dan sekunder. Komponen
kemasan primer berupa (botol, vials, closures, blister, dll), kemasan tersebut dapat
langsung bersentuhan fisik dengan produk farmasi, sedangkan komponen kemasan
sekunder tidak dapat (ex. Lapisan alumunium, kemasan box/kardus). Penggunaan
kemasan primer dan sekunder tergantung pada tingkatan dimana perlindungan dan
perlakuan khusus diperlukan, kompatibilitas dengan isi, metode pengisian dan biaya,
namun Over the Counter (OTC) atau penanganan khusus pengiriman obat harus di
sertakan, dengan tujuan keamanan dan kenyamaan bagi kemasan yang dikirim,
khususnya dari segi ukuran, berat, tata cara pembukaan/ penutupan kemasan {jika
terdapat}, dan tata cara pemakaian).

4. Kemasan dapat di nyatakan sebagai kemasan primer atau sekunder dilihat dari
proses setelah produksi, apakah produk tersebut langsung di gunakan atau tidak.
Kedua kemasan harus terdapat penjelasan dosis, dari segi single-dose (Dosis
tunggal) dan multi-dose (Dosis ganda). Tipe kemasan terdiri dari well-closed, tightly
– closed, hermetically closed atau light resistant (daya tahan terhadap cahaya/sinar
matahari), sebagaimana yang terdapat pada daftar istilah.
5. Proses pengemasan yang terdapat pada panduan ini/daftar istilah, merupakan proses
yang dapat dilakukan untuk pengiriman produk farmasi secara massal dengan
ketentuan produk harus sampai tahapan final/ siap pakai. Segala perlengkapan dan
atribut pengiriman harus sudah di persiapkan oleh pihak pengirim/produsen.

6. Diluar dari kemasan primer dan sekunder, terdapat dua jenis kemasan khusus yang
digunakan pada pengiriman barang tertentu, sebagai berikut :
a. Kemasan Unit Dosis, kemasan ini menjamin pengiriman produk farmasi lebih
aman dan mengurangi resiko kerusakan pada obat, selain itu pengemasan lebih
praktis untuk pihak penerima. Pengemasan ini sangat berguna sebagai standar
pengemasan pengiriman obat, dan dapat berguna untuk obat
b. Kelengkapan Kemasan, harus terdapat media penulisan dengan tujuan untuk
memudahkan proses administrasi dan menjadikannya standar sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Jenis kemasan yang gunakan untuk proses
administrasi cenderung lebih mudah di akses seperti prefilled syringes,
droppers, transdermal delivery systems, pumps and aerosol sprays. Media / label
kosong untuk pengemasan harus di cantumkan sebagai data penulisan detail
obat yang akan dikirim seperti data singkat jenis obat yang akan di kirim, dan
jumlah yang akan dikirim.
Terdapat berbagai kemungkinan interaksi antara kemasan primer dengan material
kemasan produk farmasi, (DMK, 2017) seperti :
a. Pelepasan bahan kimia dari perlengkapan material kemasan.
b. Pelepasan partikel yang terlihat maupun tak terlihat
c. Mampunya material kemasan yang dapat menampung resapan dari produk
farmasi khususnya yang bersifat cairan
d. Reaksi kimia antara produk farmasi dengan material kemasan
e. Degradasi komponen kemasan yang akan terjadinya kontak fisik dengan produk
farmasi
f. Pengaruh proses manufaktur (Misalnya Sterilisasi) pada kemasan
2.3 Label atau Tanda yang Tertera pada Kemasan Primer Sediaan Farmasi

2.4 Suplemen Makanan

Anda mungkin juga menyukai