Anda di halaman 1dari 27

RESUME MODUL 4

KETERAMPILAN PROSES IPA DI SD

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Keterampilan Proses IPA serta Keterampilan Mengobservasi,   
Mengklasifikasi, dan Mengukur
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses-prosesnya meliputi
keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan,
menginferensi, mempredikasi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta
mengenal hubungan-hubungan angka. Untuk mengajarkan keterampilan-
keterampilan ini kepada siswa maka diperlukan agar siswa pun melakukan
sesungguhnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan-
keterampilan tersebut.
1. Pengertian Keterampilan Proses IPA
Keterampilan Proses IPA adalah suatu pendekatan yang menekankan
kepada fakta dan pendekatan konsep , yang digunakan dalam pembelajaran IPA
yang didasarkan pada langkah-langkah kegiatan dalam menguji sesuatu hal yang
biasa dilakukan oleh para ilmuwan pada waktu membangun atau dalam
membuktikan suatu teori.
Funk (1979) menyampaikan bahwa ada beberapa macam pendekatan yang
biasa digunakan dalam pembelajaran IPA, yaitu pendekatan yang mendekatkan
pada fakta, menekankan pada konsep dan mendekatkan pada proses. Pendekatan-
pendekatan ini dalam praktiknya tidaklah berdiri sendiri tetapi seringkali
merupakan suatu kombinasi, tunggal lebih cenderung kemana arah
pengembangannya. Pendekatan proses didasarkan atas kegiatan yang bisa
dilakukan oleh para ilmuwan dalam mengembangkan dan mendapatkan ilmu
pengetahuan.
Keterampilan proses dianggap sangat penting untuk pembelajaran IPA.
Wynnie Harlen (1992) mengemukakan beberapa alasan untuk itu, yaitu berikut
ini.
a. Pengubahan ide-ide kearah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang
lebih cocok) tergantung pada cara dan pengujian yang digunakan.
Pengujian yang digunakan ini berhubungan erat dengan penggunaan
ketrampilan proses. 
b. Pengembangan-pengembangan dalam IPA tergantung pada kemampuan
melakukan ketrampilan proses dalam perilaku ilmiah, itulah sebabnya
mengapa pengembangan keterampilan proses mendapat perhatian.
c. Peranan keterampilan proses sangat besar dalam pengembangan konsep-
konsep ilmiah.
Carin (1992)  menyampaikan pula beberapa alasan tentang pentingnya
keterampilan proses, yaitu sebagai berikut.
a. Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tak
terpisahkan dari media penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekedar
mengetahui materi ke-IPA-an saja, tetapi terkait puia dengan bagaimana
cara mengumpulkan fakta, dan menghubungkan fakta untuk membuat
suatu penafsiran atau kesimpulan. Ilmuwan menggunakan berbagai proses
empiris dan analisis dalam usahanya untuk menjelaskan misteri alam
semesta. Prosedur ini disebut proses IPA.
b. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat
yang dapat digunakan bukan saja untuk belajar berbagai macam ilmu
tetapi jnga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Semiawan dkk. (1992) mengemukakan beberapa alasan yang
melandasi perlunya pendekatan pembelajaran, yaitu:
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini maka tidaklah
mungkin lagi seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada para
siswanya. Jika pun dipaksakan untuk melaksanakan, para guru akan mengambil
jalan pintas yaitu mengajarkan secara terburu-buru dengan metode ceramah.
Akibatnya, siswa mendapatkan banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk
menemukan pengetahuan, meliputi keterampilan memformulasikan hipotesis,
menamakan variabel, membuat definisi yang operasional, melakukan eksperimen,
menginterpretasi data, dan melakukan penyelidikan.
2. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah
keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita
miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek
atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang
menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera
untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. Sejalan
dengan Esler dan Esler serta Abruscato, Carin (1992) mengemukakan bahwa
mengobservasi adalah menjadi dasar akan suatu objek atau kejadian dengan
menggunakan segenap pancaindera (atau alat bantu dari pancaindera) untuk
mengidentifikasi sifat dan karakteristik.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda,
sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur,
warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang
guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa
yang engkau lihat ? Atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur? Atau
mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara
menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
3. Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan
ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda-
benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda
tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan
para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan-
kegiatan. Sedangkan Carin (1992) menyatakan bahwa mengklasifikasi adalah
mengatur atau membagi objek, kejadian, atau informasi tentang objek ke dalam
kedalam kelas menurut metode atau sistem tertentu. Skema klasifikasi digunakan
dalam IPA (juga pada ilmu-ilmu lainnya) untuk mengidentifikasi benda atau
kejadian da untuk memperlihatkan persamaan, perbedaan, dan hubungan-
hubungannya.
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini
misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar
hewan, daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut.
Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar
hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada
papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk
membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi
organisme- organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada
didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa
murid sebagai sumber klasifikasi.
4. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan
melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan
yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato
menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk
mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin (1992) mengukur adalah
membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang
kovensional atau standar non konvensional.
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk
menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara
perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses
mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat)
ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu
sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan
ukuran yang tepat. Misalkan, siswa diajarkan untuk mengetahui bahwa mengukur
berat menggunakan timbangan dan mengukur panjang menggunakan mistar atau
pita ukur. Siswa diajarkan pula untuk memperkirakan ukuran suatu objek sebelum
melakukan pengukuran dengan alat ukur tertentu.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang
dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar.
Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku
digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam penguran jarak, bisa
menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan
ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau
kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam
kelas) dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter
(m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau
penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
Kegiatan Belajar 2
Keterampilan Mengomunikasikan, Menginferensi, Memprediksi, Mengenal
Hubungan Ruang dan Waktu, Mengenal Hubungan-hubungan Angka
1. Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan.
Menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadian- kejadian
secara rinci.
Mengapa keterampilan mengomunikasikan perlu dikembangkan? Telah
kita ketahui bersama bahwa komunikasi merupakan hal yang penting untuk semua
usaha manusia. Komunikasi yang jelas dan tepat merupakan dasar untuk semua
kegiatan ilmiah. Ilmuwan mengomunikasikan sesuatu secara lisan atau secara
tertulis, dapat dengan menggunakan diagram, peta, grafik, persamaan matematika,
dan berbagai peragaan visual.kemampuan untuk memilih penjelasan yang tepat
tentang benda, organisme, dan kejadian merupakan dasar untuk komunikasi lisan
dan tertulis secara efektif.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan
menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain.
Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi
benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati
dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk,
warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudian siswa tersebut menjelaskan
deskripsi tentang objek yang diamati di depan kelas.
2. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga
sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut
Abruscato (1998) menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara
adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa
yang kita observasi. Carin (1992) mengemukakan bahwa menginferensi adalah
membuat kesimpulan didasarkan pada alasan yang dijelaskan oleh observasi.
Inferensi adalah membuat kesimpulan sementara yang terkait dengan
adanya dugaan-dugaan. Membuat dugaan-dugaan valid berdasarkan observasi
yang didapat merupakan keterampilan penting untuk belajar secara inkuiri.
Latihan inkuiri memerlukan siswa untuk memperhatikan sesuatu di balik
informasi yang tampak untuk menginferensi hubungan-hubungan baru.
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan
menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak
tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan
yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di
dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul
lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi
dibuat.
3.      Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi
pada observasi yang akan dating atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan
yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan
memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan
kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi
sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan
terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan.
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan
beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Perlu
di perhatikan bahwa prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan
informasi tentang hubungan-hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi
yang tidak didasarkan pada observasi hanya merupakan suatu terkaan, dan ini
bukanlah yang diharapkan dalam kegiatan mempredikasi pada keterampilan
proses. Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa
lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika
kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.
4.      Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan
Esler (1948) meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap
lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu
benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan
hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yang berkaitan dengan
penjelasan- penjelasan hubungan- hubungan tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu. Keterampilan ini penting karena semua benda menempati
tempat dalam suatu ruang pada waktu tertentu.
Proses ini dapat dipecah ke dalam bermacam-macam kategori temasuk
bentuk, arah, dan susunan yang berkaitan dengan ruang-waktu, gerak dan
kecepatan, kesimetrisan, dan kecepatan perubahan. Kegiatan untuk melatih
keterampilan ini termasuk kegiatan menamakan dan mengidentifikasi gambar-
gambar geometris dua dan tiga dimensi, mengenal bentuk-bentuk benda tiga
dimensi dan bayangannya, membuat pernyataan tentang simetri dari benda-benda.
Selanjutnya untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap
hubungan waktu-ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang
pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua dimensi (segiempat, segitiga,
lingkaran) dan bentuk-bentuk tiga dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang
guru dapat menyuruh siswa menjelaskan posisinya terhadap sesuatu, misalnya
seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di barisan ketiga
bangku kedua dari kiri gurunya.
5.      Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan
Esler (1984) meliputi kegiatan menemukan hubungan kuantitatif di antara data
dan menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika).
Carin (1992) mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan
aturan- aturan atau rumus- rumus matematika untuk menghitung jumlah atau
menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut
Abruscato (1988) menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar
pada keterampilan proses. Kita memerlukan bilangan untuk menyatakan suatu
ukuran, mengurutkan, dan mengklasifikasi benda-benda. Lamanya waktu pada
kegiatan untuk mengguanakan bilangan tergantung pada program matematika di
sekolah. Perkembangan keterampilan siswa bertambah jika mereka bekerja pada
proses ini yang mencakup pengidentifikasian pasangan (set) dan bilangannya,
pengurutan, penghitungan rata-rata, penggunaan desimal, dan penggunaan
puluhan. Garis  bilangan dapat digunakan sebagai suatu cara grafik untuk
mengajarkan bilangan positif dan negatif.
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah
menentukan nilai π (baca: phi)  dengan mengukur suatu rangkaian silinder,
menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan-
latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan
benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. Contoh pertanyaan yang membantu siswa agar
mengerti tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda
A jika dibandingkan dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari –
100 C ke – 200 C ? ”
Kegiatan Belajar 3
Keterampilan Proses Memformulasi Hipotesis, Mengontrol Variabel,
Membuat Definisi Oprasional, Menginterpretasi Data
Keterampilan proses IPA yang terintegrasi meliputi memformulasi
hipotesis, mengontrol variabel, membuat definisi operasional dan
menginterpretasi data. Keterampilan Proses IPA ini merupakan kombinasi dari
keteramplan IPA dasar seperti mengobservasi, melakukan pengukuran, dan
sebagainya. Keterampilan proses IPA yang terintegrasi biasanya diperkenalkan
kepada siswa yang telah memiliki keterampilan dasar IPA yang mendasar.
Keterampilan proses IPA ini bisa juga dikembangkan dari kegiatan belajar belajar
IPA yang terdapat dalam buku paket SD atau yang setara untuk mata pelajaran
anak Sekolah Dasar.
Untuk lebih jelasnya keterampilan proses IPA yang erintegrasi tersebut,
baiklah akan kita coba mendalami satu per satu, agar pemahaman kita pada
masing-masing keterampilan tersebut menjadi lebih baik.
1.      Memformulasi Hipotesis
Memformulasi hipotesis adalah memformulasi dugaan yang masuk akal
yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering
dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya : “Dengan waktu
pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air
PDAM akan semakin kecil”. Dari formulasi ini dapat dikatakan bahwa hipotesis
adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi
terhadap variabel respon. Oleh karena itu di dalam formulasi hipotesis lazim
terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis diformulasikan dalam
bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat diformulasikan dengan penalaran induktif berdasarkan
data hasil pengamatan atau diformulasikan dengan penalaran deduktif berdasarkan
teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau
kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk
hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang
dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang
bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan
hipotesis adalah: (a) memformulasi hipotesis berdasarkan pengamatan dan
inferensi; (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis
apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.
2.      Mengontrol Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada
suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel
yang penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol.
Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang
berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel
respon. Andaikan dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan
bahwa  “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu
menjadi semakin redup”. Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu
adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan ini secara sengaja telah
diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu kemudian
ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu
banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu
merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian
variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen,
dapat dikatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang
berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa
faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak
memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol.
Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat
disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti
memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama
kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji
hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu
menjadi semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu
baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita
menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi
redup. Pada saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak mengubah empat
variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan
jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar
tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel
kontrol. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel
yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada
tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah : (a)
pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian
variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang
dikontrol dalam suatu percobaan.
3.      Membuat Definisi Operasional
Membuat definisi operasional adalah perumusan suatu defenisi yang
berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati. Suatu defenisi
operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung,
bukan apakah tindakan atau kejadian itu.
Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan
tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya,
dari hipotesis “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM
semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Untuk variabel
manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia
sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume
air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml.  untuk variabel respon, tindakan yang
dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah
suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat defenisi
operasional  variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama defenisi
operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-
masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan
pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel
kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefenisikan variabel secara operasional
adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-
obyek konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c)
memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu
kejadian.
4.      Menginterpretasi Data
Sebelum melakukan penyelidikan, sebaiknya terlebih dahulu belajar
bagaimana caranya menginterpretasi data atau menafsirkan hasil observasi
kuantitatif. Interpretasi data biasanya melibatkan organisasi data ke dalam tabel
atau gambar/bagan. Interpretasi data juga dapat dilakukan dengan jalan membuat
gambar atau grafik dari hasil pengamatan, biasanya  melibatkan usaha-usaha
peulisan, hasil observasi, membuat kesimpulan, inferensi/penafsiran dan
merekomendasi. Kesimpulan biasanya berkenaan dengan ringkasan dari hasil
pengamatan. Sedangkan inferensi adalah pernyataan umum yang berfungsi untuk
menjelaskan atau membuat kesimpulan menjadi bermakna. Rekomendasi adalah
saran untuk tindakan di masa yang akan datang berdasarkan kesimpulan dan
inferensi yang telah dibuat.
Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut
interpretasi data. Interpretasi data sangat penting karena makna dan pengertian
yang diperoleh dapat diasumsikan dengan baik. Bila kita melihat keterampilan
proses dalam IPA, perlu diingat bahwa IPA dimulai dari suatu pernyataan. Sering
terjadi, hipotesis yang dibuat berfungsi untuk memprediksi/meramalkan jawaban
untuk pertanyaan yang telah dibuat. Kemudian penyelidikan dirancang dan
dilaksanakan.
Dari hasil penyelidikan biasanya diperoleh data hasil percobaan. Data yang
dihasilkan  kemudian diinterpretasi, misalnya angka-angka ditransfer ke dalam
kata-kata atau kalimat untuk menjelaskan hasil. Terakhir si peneliti harus
memutuskan apa arti dari kata-kata tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa
diajukan antara lain. Apakah ramalan yang telah dibuat cukup akurat? Apakah
satu variabel mempengaruhi variabel yang lain? Pertanyaan lain yang mungkin
muncul adalah Apakah yang harus dikerjakan berikutnya? Apakah yang harus
diberitahukan kepada orang lain tentang penyelidikan yang dilakukan?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah bagian dari data interpretasi.
MODUL 5
MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN IPA

Kegiatan Belajar 1
Media dalam Pembelajaran IPA
A. Pengertian
Menurut Heinich dkk (1996) media adalah saluran komunikasi, yaitu
segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi untuk
disampaikan kepada penerima informasi.
Menurut Clark (1996) dilihat dari berbagai sudut pandang sebagai
teknologi, sebagai tutor, sebagai materi/konten, sebagai teknologi dan tutor,
sebagai alat mental.
Menurut Critters (1996) media pembelajaran dipandang sebagai alat atau
wahana untuk menyampaikan atau mengomunikasikan pesan pembelajaran
kepada siswa.
Tujuan penggunaan media adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran
2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Memberikan arahan tentang tujuan yang akan dicapai
4. Menyediakan evaluasi mandiri
5. Member rangsangan kepada guru untuk kreatif
6. Membantu pembelajaran yang memiliki kekhususan tertentu
Fungsi media menurut Winn (1996) adalah:
1. Untuk menyampaikan pembelajaran
2. Membantu siswa menggali dan membangun pemahaman dari pengetahuan
3. Mengembangkan ketrampilan kognitif
B. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Menurut Heinich dkk (1996)yang perlu dilakukan dalam merancang
pembelajaran adalah:
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Menentukan penghubung antara pengetahuan, ketrampilan dan perilaku siswa
3. Menentukan metode dan format media yang cocok atau tepat
4. Menggunakan media
5. Melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran
6. Melakukan evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan media adalah :
1. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku
2. Bersifat akurat
3. Bahasanya jelas dan ringkas
4. Memotivasi dan menarik perhatian
5. Member kesempatan siswa turut berpartisipasi
6. Memiliki kualitas teknis yang baik
7. Memiliki bukti keefektifannya
8. Bebas dari bias dan iklan perdagangan
9. Adanya pedoman penggunaan
C. Jenis Media Pembelajaran
Menurut Heinich dkk (1996) media instruksional/pembelajaran terdiri atas:
1. Media tidak diproyeksikan (nonprojected media
- Objek nyata adalah benda sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu
dalam pembelajaran
- Model adalah representasi benda asli dalam bentuk tiga demensi
- Bahan tercetak adalah buku, majalah, atau bahan bacaan lainnya
- Bahan ilustrasi berupa gambar yang bersifat fotografik dan nonfotografik
2. Media diproyeksikan (projected visual/media)
- Transparansi digunakan dengan memakai alat yang disebut overhead
projector (OHP)
- Slide adalah suatu format kecil transparansi fotografi yang secara
individual dipasangkan pada suatu alat proyeksi
3. Media audio berbentuk kaset rekaman fonograf, compact disk, audio cards.
Media audio adalah rekaman dan transmisi suara manusia atau suara lainnya
berisi informasi atau penjelasan tentang topic pembelajaran.
4. Media gerak adalah bentuk media yang menyajikan topic pembelajaran dalam
bentuk narasi dan gambar yang bergerak berupa film atau video.
5. Computer di sekolah secara umum digunakan untuk mendukung kegiatan
pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, administrasi pembelajaran,
mencetak materi, dan mendukung pembelajaran berbasis computer.
6. Media radio adalah sajian suara manusia atau suara lainnya berisi informasi
atau penjelasan tentang topic pembelajaran yang disampaikan secara
langsung melalui proses perekaman, disiarkan melalui stasiun radio untuk
diperdengarkan kepada siswa.
7. Televise adalah seri gambar yang bergerak disertai suara manusia atau suara
lainnya yang relevan dengan gambar yang disajikan sesuai topic
pembelajaran disamapikan secara langsung melalui proses perekaman.
D. Alat Peraga Dalam Pembelajaran IPA Di SD
Menurut Gagne alat peraga adalah komponen sumber belajar dilingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Menurut Briggs alat peraga adalah wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran.
Jadi alat peraga adalah sesuatu yang digunakan untuk mengomunikasikan
materi pembelajaran agar terjadi proses belajar.
Tujuan penggunaan alat peraga adalah :
1. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran
2. Member tekanan pada bagian yang penting
3. Member variasi dalam pengajaran
4. Memotivasi siswa dalam belajar
Fungsi alat peraga antara lain adalah memperjelas, memudahkan siswa
dalam memahami konsep/prinsip atau teori dan menjadikan pesan kurikulum yang
akan disampaikan oleh siswa lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar.
Peranan alat peraga antara lain :
1. Mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan antar
sesama siswa dalam pembelajaran
2. Merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa dalam
pembelajaran
3. Membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa
4. Membangun dasar-dasar untuk perkembangan belajar
5. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kemandirian
Manfaat alat peraga bagi siswa :
1. Meningkatkan motivasi belajar
2. Menyediakan variasi belajar
3. Memberikan gambaran struktur yang memudahkan belajar
4. Memberikan contoh yang selektif
5. Merangsang berfikir analisis
6. Menyediakan situasi belajar tanpa beban dan tekanan
Manfaat alat peraga bagi guru :
1. Memberikan pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran
2. Memberikan sistematika mengajar
3. Memudahkan kendali pengajaran
4. Membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian
5. Membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar
6. Meningkatkan kualitas pengajaran

Kegiatan Belajar 2
Mendesain Alat Peraga IPA di SD
Mendesain alat peraga IPA berarti menampilkan bentuk asli atau
modifikasi benda asli menjadi sebuah model. Sebelum kita membuat alat peraga
sederhana kita harus menganalisis materi pelajaran yaitu meneliti atau mengkaji
GBPP yang menyangkut materi pembelajaran. Dalam menganalisis perlu
dikembangkan pertanyaan mendasar antara lain :
1. Metode pendekatan apa yang sesuai, karena setiap metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
2. Apakah diperlukan alat peraga? Jika “ya” maka perlu disiapkan alat peraga
yang sesuai dengan metode yang akan digunakan. Penyediaan alat peraga
memerlukan kreativitas guru untuk membuatnya.
3. Bagaimana mengelola kelas bila menggunakan metode percobaan?
Sebaiknya kelas dibagi dalam kelompok kecil. Guru menjelaskan tujuan
percobaan dan menggunakan alat agar proses dan produk percobaan tidak
menyimpang dari tujuan.selama percobaan guru menerapkan pendekatan
ketrampilan proses dan mengecek penguasaan siswa terhadap alat dan tujuan
percobaan. Ketrampilan proses perlu di latihkan agar siswa terbiasa bekerja
secara alamiah.
4. Bagaimana cara mendesain alat peraga?
Kita harus mempertimbangkan 3 kelayakan dalam memilih alat peraga yaitu:
a. Kelayakan praktis : pemahaman guru, ketersediaan alat peraga di
lingkungan, waktu, sarana fasilitas, keluwesan.
b. Kelayakan teknis/kelayakan pedagogis : relevan dengan tujuan
pembelajaran, merangsang motivasi belajar.
c. Kelayakan biaya : untung rugi secara ekonomis.
Cara mengukur efektifitas alat yaitu dengan rumus

Output Pedagogis
Efektivitas alat=
hargaalat

Alat peraga bisa diperoleh dari lingkungan sekitar seperti:


1. Rumah dan sekitar : bekas botol selai, botol kopi, toples, sendok, piring,
gelas, kaleng dll.
2. Lingkungan sekolah : kertas, penggaris, bekas bolpoint, bekas sepidol, bekas
meja kursi dll
3. Warung atau toko : dus bekas, kantong plastic, karet gelang, balon, lilin dll.
4. Lingkungan rumah sakit : suntikan, selang plastic bekas, botol infuse, botol
obat, sendok obat dll
Contoh desain alat peraga IPA SD untuk menjelaskan tentang air dapat berubah
wujud jika dipanaskan/didinginkan dibutuhkan alat dan bahan berupa :
a. Kompor
b. Kaleng susu/ceret
c. Air
d. Piring kaca tahan panas
Prosedur penyiapannya adalah:
a. Isi kaleng susu/ ceret dengan air kira-kira sepertiga bagian
b. Didihkan diatas kompor
c. Arahkan siswa untuk melihat variable pemanasan
d. Siswa diminta mengamati dan diberi pertanyaan tentang apa yang
keluar dari dalam ceret ketika air dalam ceret sudah mendidih ( siswa
mengajukan dugaan sementara )
e. Untuk membuktikan dugaan sementara tersebut, dekatkan piring pada
bagian atas ceret, lalu siswa diminta untuk mengamati hal yang terjadi
f. Siswa diberikan fakta bahwa ternyata terdapat air pada piring. Siswa
diminta memperkirakan factor yang dapat menyebabkan hal tersebut
terjadi, memperhatikan variable pemanasan dan perkiraan suhu di
udara lebih dingin disbanding dengan di dalam ceret, dan diarahkan
untuk mengambil kesimpulan bahwa air dapat berubah menjadi uap
akibat pemanasan dan uap air dapat berubah menjadi air karena
didinginkan.
g. Siswa diminta untuk menerapkan konsep dengan memberikan contoh
terjadinya hujan.
MODUL 6
PEMBELAJARAN IPA TERINTEGRASI
Kegiatan Belajar 1
Pembelajaran Sains Terintegrasi
Pembelajaran sains terintegrasi merupakan sebuah konsep yang dapat
dianggap sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan konsep –
konsep dalam ilmu pengetahuan untuk memberikan pengalaman belajar menjadi
lebih bermakna kepada anak didik. Integrasi berati pembauran, penggabungan
sehingga menjadi satu.
Perkembangan pembelajaran IPA SD dewasa ini mengalami pergeseran
dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke arah pembelajaran yang berpusat
pada siswa, semua aktifitas dilaksanakan oleh guru, guru cenderung mendominasi
kelas dengan menggunkan ceramah, mendengar sambil mencatat apa yang
diucapkan oleh guru.  Pembelajaran terpadu adalah:
1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tetentu sebagai pusat perhatian
yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain , baik dari
bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi
yang mencerminkan dunia nyata.
3. Suatu cara untuk mengajarkan pengetahuan atau keterampilan secara
simultan.
4. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi
yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar dengan baik.
Makna terpadu dalam pembelajaran IPA adalah adanya keterkaitan antara
berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA sehingga
melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga
dapat dikatakan pembelajaran yang memadukan materi beberapa mata pelajaran
atau kajian ilmu dalam satu tema. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA
dimaksudkan agar pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efisien. Melalui
pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara
menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif. Berikut ini adalah
Karakteristik Pembelajaran terpadu:
1. Bersifat holistik (berhubungan dng sistem keseluruhan sbg suatu kesatuan
lebih dp sekadar kumpulan bagian)
2. Berpusat pada anak didik
3. Memberi pengalaman langsung kepada siswa
4. Pemisahan materi tidak begitu jelas
5. Menyajikan konsep-konsepberbagai topic
6. Hasil pembelajaran dapat mendorong perkembangan anak
Pada pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran IPA, perangkat
pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial.
Pengembangan pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu
cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam
dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Tema dapat dikembangkan dari isu,
peristiwa, dan permasalahan yang berkembang, contohnya banjir, pemukiman
kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi yang dibahas
dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
Selain itu sda beberapa model keterpaduan. Fogarty (1991:
xv), mendefinisikan terdapat sepuluh model keterpaduan secara umum. Model
tersebut antara lain fragmented model, connected model, nested model, sequenced
model, shared model,  webbed model, threaded model, integrated model,
immersed model, dan networked  model. Selanjutnya dijelaskan bahwa sepuluh
model tersebut dibagi dalam tiga  kategori yaitu within single disclipines
(fragmented, connected, nested), across several disclipines (sequenced, shared,
webbed, thresded, integrated), within and across learners (Immersed and
networked). Dari sepuluh model tersebut, ada tiga  model yang sesuai dengan
pembelajaran IPA yaitu connected, webbed dan integrated.
Menurut Depdiknas (2009: 4), berikut ini disajikan tiga model
keterpaduan  IPA berisi baik kelebihan maupun keterbatasan masing-masing
model.
Berikut ini adalah karakteristik, kelebihan dan keterbatasan dari model
pembelajaran IPA Terpadu.
Model karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Keterpaduan Membelajarkan ·      Pemahaman ·      KD – KD yang
(integrated) beberapa KD terhadap konsep konsepnya beririsan
yang konsep – lebih utuh berda dalam
konsepnya (holistic) semester atau
beririsan / ·      Lebih efisien kelasyang berbeda
tumpang tindih ·      Sangat ·      Menuntut
kontekstual wawasan dan
penguasaan materi
yang luas
·      Sarana –
prasarana, misalnya
bukubelum
mendukung
Jarring Laba – Menjelaskan ·      Pemahaman ·      KD – KD yang
Laba beberapa KD terhadap konsep berkaitan berada
(Webbed) yang berkaitan utuh dalam semester
melalui sebuah ·      Kontekstual atau kelas yang
tema ·      Dapat dipilih berbeda
tema – tema ·      Tidak mudah
menarik yang menemukan tema
dekat dengan pengait yang tepat
kehidupan
Keterhubungan Membelajarkan ·      Melihat Kaitan antara
(connected) sebuah KD, permasalahan bidang kajian sudah
konsep – konsep permasalahan tampak tetapi
pada KD tersebut tidak hanya dari masih didominasi
dipertautkan satu bidang kajian oleh bidang kajian
dengan konsep ·      Prmbrljaran tertentu
pada KD yang dapat mengikuti
lain KD – KD dalam
SI, tetapi harus
dikaitkan dengan
KD yang relevan
Kegiatan Belajar 2
Merancangan Pembelajaran Sains Terintegrasi
Secara garis besar Pembelajaran  terpadu dibedakan menjadi dua jenis
berdasarkan cakupan materi yang akan di integrasikan yaitu :
1. Intrakurikulum : mengintegrasikan topik-topik yang terdapat di dalam satu
rumpun bidang studi misalnya IPA terdiri dari: Biologi,Fisika,Kimia,
2. Interdisiplin ilmu : mengintegrasikan topik atau konsep dalam berbagai
disiplin ilmu
Dalam arti tidak ada batas – batas antara ketiga bidang ilmu tersebut.
Sedangkan pembelajaran terpadu intraidisiplin ilmu mengintegrasikan topic atau
konsep dalam disiplin ilmu. Ada beberapa argument yang dapat dijadikan alasan
perlunya penerapan cara pembelajaran secara inter dan intradisiplin ilmu, di
antaranya:
1. Pemahaman perserta didik terhadap topic lebih bermakna, karena topic
kegiatan yang disajikan lazimnya berkaitan dengan kehidupan sehari – hari
atau dunia anak.
2. Pengembangan keterampilan proses lebih baik karena sajian bahan pelajaran
tidak berkotak – kotak oleh pemilahan mata pelajaran.
3. Menghindari penyajian materi yang berulang yang menyebabkan peserta
didik bosan. Bila penyajiannya secara terpadu (terkolerasi) pengulangan itu
dapat berupa penguatan atau kelanjutan materi. Tetapi kalau disajikan secara
terpisah merupakan pengulangan yang tidak diperlukan.
4. Memungkinkan penghematan akibat perencanaan yang terpadu dari beberapa
topic berbagai mata pelajaran.
5. Pembelajaran akan lebih menarik dan menantang.
Sebagai contoh pembelajaran IPA SD secara Interdisiplin Ilmu yaitu
Pembelajaran terpadu dengan tema pertumbuhan dapat ditinjau dari kajian fisika
kimia, dan biologi, yang mana ketiga kajian tersebut masih dalam satu bidang
studi yaitu IPA terpadu. Dari mata pelajaran fisika, aspek-aspek yang dikaji antara
lain: faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan seperti
cahaya, dan suhu. Dari cahaya, materi akan akan dijabarkan menjadi sifat-sifat
cahaya, dispersi cahaya, pemantulan cahaya, dan pembiasan cahaya. Mata
pelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran ini mengacu pada partikel-partikel
materi (atom, molekul, dan ion). Dalam tema di atas tersaji pada faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan, khususnya nutrisi/makanan, air dan
mineral. Air termasuk contoh dari molekul senyawa dengan rumus H 2O,
selanjutnya mineral merupakan contoh unsur-unsur, seperti kalsium (Ca), kalium
(K), fosfor (P) dan lain-lain. Sedangkan dari mata pelajaran biologi, banyak aspek
yang bisa dikembangkan, misalnya gen, hormon, kelembaban, dan cahaya
matahari, khususnya untuk fotosintesis.   
Pertumbuhan
Kimia
- Mendefinisikan pengertian pertikel materi (atom, molekul dan ion)
- Memberikan contoh atom, molekul dan ion
- Peranan atom, molekul dan ion dalam pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan.
Biologi
- Menjelaskan factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan
- Melakukan kesperimen tentang factor factor – factor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumbuhan dan perkembangannya
Fisika
- Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat–sifat
cahaya
- Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan
Contoh pembelajaran IPA SD kelas III secara interdisiplin ilmu:
Tema: Udara Bersih dan Udara Tercemar
Bahasa Indonesia
KTK IPA
- Membaca cerita kemudian
- Gambar imajinatif - Udara bersih dan udara
menyusun/menjawab pertanyaan
- Notasi tinggi nada tercemar mempengaruhi
- Bermain tebak-tebakan
kesehatan
- Menceritakan pengamalan yang - Udara bersih baik bagi
menarik kesehatan
- Mengamati lingkungan - Udara tercemar berbahaya bagi
kesehatan

Udara Bersih dan Udara


Tercemar

1.      Tujuan
Untuk memperoleh pengertian dan pengetahuan dasar tentang :
a. Tanda-tanda udara bersih dan tercemar
b. Perbedaan udara bersih dan tercemar
c. Usaha-usaha mencegah pencemaran udara
d. Pengaruh udara bersih dan tercemar terhadap kesehatan
2.      Alat, bahan dan sumber bahan
a. Alat dan Bahan
- lingkungan
- minyak wangi
- minyak lampu
- sapu tangan
- gambar-gambar tentang lingkungan
b. Sumber Bahan
- GBPP
- Buku Paket
- Buku Pedoman
- Buku Sumber lain
3.      Kegiatan belajar mengajar
a. Kegiatan Tanya jawab secara klaksikal
Contoh pertanyaan :
1)    Untuk apa kita bernapas?
2)    Apa yang kita hirup waktu bernapas?
3)    Udara yang bagaimana yang baik untuk bernapas?
4)    Mengapa bernapas melalui hidung lebih baik daripada melalui mulut?
b. Menguji kemampuan hidung mencium bau tertentu
Dua lembar sapu tangan letaknya agak berjauhan salah satu ditetesi
munyak wangi yang lainnya ditetesi minyak lampu
- Bagaimana bau masing-masing sapu tangan
- Bau apa yang menyegarkan? Mengapa?
- Bau apa yang paling kuat? Selidikilah!
c. Pengamatan langsung untuk mendaftar tanda-tanda udara bersih dan
tercemar secara berkelompok.
d. Menggambar tempat-tempat yang berudara bersih dan tercemar secara
berkelompok
e. Menceritakan gambar yang dibuatnya
f. Diskusi kelompok tentang mengapa udara di kota-kota besar tercemar.
g. Membuat kliping tentang lingkungan bersih dan tercemar
h. Menulis cerita tentang pengaruh udara bersih terhadap kesehatan.
Pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran
terpadu pada hakikatnya merupakan suatu model pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik
dan autentik (Depdikbud, 1996:3).
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna,
autentik dan aktif.
Kemudian contoh pembelajaran terpadu intrakurikulum, dengan topic
listrik. Dalam hal ini, topic listrik dijadikan sebagai topic inti. Dalam kurikulum
SD topic listrik di berikan pada kelas – kelas akhir yaitu kelas V dan VI. Adapaun
tahap – tahap dalam pembelajaran adalah sebagai berikut
Pertama, dalam pembelajaran dikelas perlu diungkap pengertian listrik
serta sifat – sifatnya. Hal – hal apa saja yang dapat disajikan sebagai sumber
listrik, serta meminta siswa untuk membuktikan contoh alat – alat apa saja yang
dapat membangkitkan tenaga listrik. Dalam hal ini pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti penggaris plastic, kain wol,
serpihan kertas, balon karet dan sebagainya. Selama pembelajaran berlangsung
diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pertanyaan –
pertanyaan yang akan diajukan sebaiknya disiapkan telebih dahulu.
Kedua, kemudian anda dapat berpindah pada topic cahaya. Dengan
mengajukan beberapa pertanyaan seperti: Apakah manfaat listrik bagi kehidupan
kita? Apakah alat – alat atau perabotan dirumahmu yang menggunakan listrik?
Apakah anda menggunakan listrik sebagai sumber penerangan di malam hari?
Apakah hubungan listrik dengan cahaya? Pertanyaan – pertanyaan ini akan
menggiring siswa kepada kaitan cahaya dengan listrik. Dengan perkataan lain
lampu memancarkan cahaya setelah dialiri listrik.
Ketiga, anda dapat berpindah pada topic energy, gaya dan kerja. Dalam
hal ini dapat dikaitkan dengan topic listrik. Sebagai gambaran pada saat ini
banyak peralatan dirumah yang menggunakan listrik, bahkan dibeberapa tempat
alat angkutan seperti mobil ada yang menggunakan listrik sebagai sumber energy,
kipas listrik dapat berputar karena dihubungkan listrik. Contoh – contoh lain dapat
diungkap dengan memancing kreatifitas siswa untuk menceritakan pengalaman
siswa sehari – hari dirumah atau dari bahan bacaan atau dari TV dan sebagainya.
Selanjutnya anda dapat mengaitkan topic listrik dengan populasi dalam
biologi. Hubungan antara jumlah listrik yang harus disiapkan oleh PLN dalam
suatu wilayah dalam hal ini dikaitkan dengan bertambahnya populasi penduduk
dan sebagainya.
Dengan pelajaran Kimia, secara sederhana dapat disebutkan bahan – bahan
kimia apa saja yang terkandung dalam baterai sehingga dapat menimbulkan arus
listrik. Di samping itu dapat pula disebutkan apa kelebihan – kelebihan atau
kelemahan – kelemahan baterai sebagai sumber listrik dibandingkan dengan
sumber energy lainnya seperti energy matahari, air terjun dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai