Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk social. Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan
sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu
cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan
manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki
peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian
yang seksama terhadap komunikasi. Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan dapat dikemas secara verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengetian komunikasi verbal dan contoh komunikasi verbal
2. Pengertian komunikasi non verbal dan contoh komunikasi non verbal

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengetian komunikasi verbal dan contoh komunikasi verbal
2. Mengetahui pengertian komunikasi non verbal dan contoh komunikasi non verbal

1
BAB II
ISI

2.1 Komunikasi verbal


Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan
maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau
maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
Pengaruh kata terhadap suatu tindakan kepada pasien dari komunikasi verbal yang
dilakukan oleh tenaga medis dapat berpengaruh baik atau buruk terhadap kesehatan pasien.
Saat komunikasi verbal yang dilakukan sudah sesuai dengan tata aturan yang
berlaku, maka tujuan utamanya adalah memberikan semangat kepada pasien agar memberi
rasa nyaman saat menjalani perawatan medis. Namun jika komunikasi verbal yang
dilakukan cenderung menyakiti pasiein, maka akan memberikan efek trauma pada pasien.

2.1.1 Beberapa contoh tindakan yang memerlukan komunikasi verbal terhadap


pasien adalah sebagai berikut:

1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Diangnosa sering sekali di ucapkan oleh perawat untuk mengalanisa
penyakit pasien, sehingga perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah status kesehatan klien.

2. Injeksi
Sebelum perawat melakukan injeksi kepada pasien, perawat terlabih dahulu
memberitahukan kepada pasien bahwa pasien akan di injeksi. Namun, sabagian
besar pasien tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan injeksi. Maka perawat
akan menggunakan kata lain yang mudah dimengerti pasien yaitu “menyuntik”.

2
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien
dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.

4. Auskultasi
Sebelum melakukan aukultasi kepada pasien, perawat terlabih dahulu
meminta izin kepada pasien agar si pasien juga mempersiapkan diri.

5. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
individu atau kelompok secara langsung. Melalui observasi, deskripsi objektif dari
individu-individu dalam hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan
mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku
ekspresi mereka yang timbul secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi
menjadi proses pengukuran (evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu
kegiatan-kegiatan normal dari kelompok atau individu yang diamati.

6. Hacting Pada Luka


Kata Hacting mungkin tidak sering diucapkan perawat kepada pasien. Karena
ini merupakan istilah medis yang tidak semua pasien mengetahui artinya. Hacting
diucapkan terhadap sesama perawat atau kepada dokter maupun kepada tenaga
medis yang lain.

7. Antibiotik
Pemberian antibiotik kepada pasien dilakukan untuk mencegah infeksi.
Misalnya pasien mengalami luka dan terinfeksi, maka perawat akan memberikan
antibiotik kepada pasien, dengan diberikannya antibiotik diharapkan infeksi luka
tersebut tidak akan bertambah parah. Kata antibiotik sudah umum di dengar dalam
masyarakat. Sebagian masyarakat sudah mengerti apa pengertian dan fungsi
antibiotik. Namun tidak semua masyarakat awam sudah mengetahuinya sehingga
perawat juga perlu memberitahukan kepada pasien jika akan memberikan antibiotik
kepada pasien.

3
8. Pasien Rawat inap
Pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan lebih lanjut akan di rawat
inap di rumah sakit. Perawat akan memberitahukan kepada pasien bahwa si pasien
harus di rawat inap di rumah sakit, jika pasien setuju maka perawat akan
menyediakan tempat untuk si pasien.

9. Pasien keluar/Discharge

Menunjukkan proses formal keluarnya seorang pasien rawat inap


meninggalkan rumah sakit dan menandai akhir dari episode perawatannya. Jumlah
pasien keluar meliputi pasien yang pulang ke rumah, dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan lain, dan pasien yang meninggal.

10. Inspeksi
Inspeksi yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan
metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Perawat
menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik
yang signifikan. Rahasia inspeksi yg baik adalah perawat selalu memberikan
perhatian pada klien.

2.1.2 Syarat komunikasi verbal yang efektif :

1. Jelas dan ringkas


Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin
sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya
kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan
lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa,
bagaimana,kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata
yang mengekspresikan ide secara sederhana.

2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
4
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien

3. Arti Denotatif dan Konotatif


Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasidengan
klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,
terapi dan kondisi klien.

4. Selaan dan Kesempatan


Berbicara Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat
pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa
perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya
tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu
digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat
dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum
mengucapkannya,menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin
menunjukkan.Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia
berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5. Waktu dan Relevansi


Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien
sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko
operasi.Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu
tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu,
perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu
pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan
berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

5
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi
ketegangandan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,meningkatkan
toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,memfasilitasi relaksasi
pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak
atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

7. Intonasi Suara
Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesanakan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang
berbeda.Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi

2.1.3 contoh bentuk komunikasi verbal dan maknanya


1. Salam
Salam dilakukan untuk menyapa pasien dan keluarganya, hal ini
dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada pasien dan keluarganya. Akan
sangat tidak sopan bila seorang memasuki ruangan pasien tanpa mengucapkan
salam. Salam yang sering sampaikan adalah selamat pagi, selamat siang
selamat sore, dan selamat malam.

2. “Nama anda siapa?”


Kalimat ini diucapkan untuk menanyak identitas dari sang pasien.

3. Memperkenalkan diri
Ini dilakukan untuk memberitahu identitas seorang perawat kepada
pasien.Perkenalan juga membuat hubungan antara perawat dan pasien lebih
akrab.

4. “Apa kabar?”
Hal ini dilakukan untuk menanyakan kabar dari pasien, apakah baik
atau buruk. Ini juga dapat mendekatkan perawat dengan pasien.

6
5. “Bagaimana keadaannya?”
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang
pasienrasakan.

6. “Permisi”
Kalimat ini sering diucapkan ketika perawat akan masuk ataupun keluar
dari ruangan pasien.7.

7. “Ada yang ingin ditanyakan?”


Seorang perawat menanyakan hal tersebut untuk memenuhi peran
perawat sebagai edukator.

8. “Selamat beristirahat kembali”


Kalimat ini diucapkan ketika perawat selesai memeriksa keadaan
pasiendan akan meninggalkan ruangan pasien. Hal ini dilakukan untuk
mempersilahkan pasien beristirahat kembali.

9. “Ada yang bisa saya lakukan?”


Ini ditanyakan untuk menunjukan rasa simpati seorang perawat terhadap
pasien.

10. “Apakah obatnya sudah diminum”


Kalimat ini ditanyakan untuk memastikan apakah pasien sudah
meminum obatnya atau belum.

2.2 Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah
arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan.

7
2.2.1 Beberapa bentuk komunikasi non-verbal adalah sebagai berikut:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi
adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara
yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan
perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang
marah.

2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4menit pertama. Delapan puluh empat persen dari
kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990
dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias
menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan
konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan
keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika
perawat tidak memenuhi citra klien.

3. Intonasi (Nada Suara)


Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika
sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa
tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara
perawat.

8
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia
dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya,
dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat
sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam
keadaan sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah


Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat
dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan
perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika
membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika
memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan
pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung
kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit
untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson
& Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak
bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah
penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga
harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

7. Proxemik

9
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika
berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi
Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa
dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa
besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap
orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial.

8. Kontak Mata
Kontak mata merupakan alat komunikasi nonverbal paling penting. Hal
ini memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan audiens dalam
memproyeksikan kesungguhan dan keterbukaan, dan menjaga
perhatiannya. Apakah kontak mata Anda agresif, apakah lunak, apakah itu
mengundang,
Kontak mata memberikan informasi sosial terhadap orang yang Anda
ajak mendengarkan dan berbicara. Terlalu banyak kontak mata akan
dipandang sebagai seseorang yang agresif, kontak mata Anda yang terlalu
sedikit, dapat dipandang sebagai seseorang yang tidak memiliki
kepentingan didepan lawan bicara Anda.

9. Paralanguage
Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek
dari percakapan, seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-
bentuk vokal: tertawa, pekikan, rintihan, uh, ahh, dan sebagainya.

10. Diam
Diam bukan berarti tidak melakukan komunikasi. Diam sapat diartikan
sebagai berikut:
 Memberi kesempatan berpikir
 Menyakiti
 Mengisolasi diri sendiri
 Mencegah komunikasi
 Mengkomunikasikan perasaan
 Tidak menyampaikan sesuatupun

10
2.2.1 contoh bentuk komunikasi non verbal dan maknanya

1. Tersenyum kepada pasien


Senyum sangat penting dilakukan oleh perawat. Senyum akan
menimbulkan kesan ramah bagi seorang perawat, sehingga pasien tidaktakut
terhadap perawat terutama pasien anak-anak.

2. Menyentuh pundak pasien


Sentuhan dipundak dilakukan untuk memberi kesan seorang perawat
simpati terhadap pasien.

3. Mengelus puncak kepala


Ini dilakukan pada pasien anak-anak, agar tidak takut. Hal ini juga bias
dilakukan ketika pasien anak-anak melakukan apa yang perawat lakukan seperti
meminum obat.

4. Menggunakan tutur kata yang halus


Saat berbicara kepada pasien perawat harus bertutur kata halus agar tidak
menyinggung perasaan pasien. Sangat tidak sopan jika berbicara kasar atau
membentak kepada pasien.

5. Mendekat kepada pasien


Jarak juga harus diperhatikan, karena saat seorang perawat menjaga jarak
kepada pasien akan terkesan perawat tersebut merasa jijik terhadap pasien.

6. Tatapan mata mengarah kepada pasien


Bila perawat berbicara tetapi tidak menatap kearah pasien terkesan tidak
sopan, dan pasien dapat berpikir kalau perawat tersebut tidak menyukai pasien.

7. Berpakaian sopan
Sebagai seorang perawat harus berpakaian yang sopan agar pasien
ataupun keluarganya tidak berpikir yang macam-macam.

11
8. Mengerakkan tangan
Ketika menjelaskan sesuatu kepada pasien terkadang tangan perawat
akan bergerak, tetapi jika melakukan gerakan tangan yang berlebihan akan tidak
enak dipandang.

9. Menegakkan badan
Menegakkan badan akan mencerminkan tingkat kesehatan seseorang.

10. Memegang tangan pasien


Ini dilakukan untuk menunjukan perhatian seorang perawat terhadap
pasienya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Ø Berdasarkan bentuk informasi yang diberikan oleh komunikator kepada komunikan,
komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Ø Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun
tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui
kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud
mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar
perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.
Ø Sedangkan komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang dilakukan tanpa melalui kata-
kata. Contohnya : Metakomunikasi, penampilan personal, intonasi (nada suara), ekspresi
wajah, sikap tubuh dan langkah, sentuhan, proxemik, kontak mata, paralanguage, dan
diam.

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penyusun dapat sedikit memberi saran kepada calon perawat
/perawat, yaitu seorang perawat mau pun calon perawat harus bisa berkomunikasi dengan
baik baik itu di rumah sakit mau pun di luar rumah sakit , berkomunikasi dengan sesama
perawat mau pun dengan orang lain. Dan menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal
dengan baik.

13
Naskah Role Play

Komunukasi keperawatan dengan pasien di IGD

Pemeran : Dwi Nur Rohmawati as Pasien

Pindi Dwi Rahayu as Perawat 1

Ani Navita Aprilia as Perawat 2

Nafila Febie N as Ibu Pasien

Siti Alifah NKK as Dokter

Erfan Efendi as Penolong 1

Nuriyatul Ilmiah as Penolong 2

Elfita Rasalhaque as Petugas RM 1

Fatiha Nur Fadhilah as Petugas RM 2

Narator : Avinda Praditasari

Pada suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan seorang
remaja perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan ke rumah sakit Mitra Sehat
oleh dua pengendara lain yang menolongnya.

Pasien (Setengah sadar dengan merintih kesakitan)

Penolong : “Sus tolong ada pasien kecelakaan, tolong segera

ditangani”

Perawat IGD segera mengambil brankart, dan memindahkan pasien pasien diatas bed.

RM 1 : “Maaf anda siapanya ?”

Penolong 1 : “Saya yang menolong sus”

RM 1 : “Anda tahu identitas dari korban ini mbak ?”


14
Penolong 1 : “Tidak sus tapi saya coba tanya ke korbannya dulu.”

(si penolong menghampiri korban)

Penolong 2 : “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk administrasi?
Kamu bawa hp atau tidak ? Nanti saya akan mengabari keluargamu”

Pasien : “Di tas pak” (dengan suara lemas).

Kemudian si penolong mengurusi registrasi si korban dan menghubungi keluarga


klien. Sementara itu, si perawat sedang menangani korban kecelakaan tadi.

Perawat 2 : “Dek-dek bisa dengar saya ?”

Pasien : “aduh sakit sus”

Perawat 2 : “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien (menggerakkan bagian yang sakit.)

Perawat 2 : “pusing tidak dek ?”

Pasien : “pusing sus”

*di receptionis

Keluarga : “sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Pasien
dengan nama Andriana ?” (dengan ekspresi yang panik)

RM 1 : “disebelah sana buk, mari saya antarkan”

Petugas RM pun mengantarkan Ibu pasien menuju bad tempat anaknya

dirawat

RM 1 : “ Ini bu, anak ibu ada di dalam”


Ibu : “ Oh iya, makasih sus”
RM 1 : “ Iya bu, sama-sama”

Sang Ibu pun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya terbaring tak
berdaya di atas tempat tidur

Ibu : “ Ya Allah nak...... kok bisa sampek kayak gini to?,


apanya yang sakit nak?”
15
Pasien : “ Kaki bu, sama pusing”
Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum
nak?”
Pasien : “ Sudah bu”
Ibu : “ Terus apa katanya dokter?”
Pasien : “ Gak tau bu”

Ditengah perbincangan ini perawat datang ke ruangan pasien

Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya


bu”
Ibu ; “ Iya sus, silahkan”
Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak ”
Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya lancar.”
Pasien ( Menganggukan kepala)

Perawat memulai tindakan pemberian oksigen pada pasien


Ibu : “ Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget)
Pasien ( Menganggukkan kepala)
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal
kan anak saya tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 : “ Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanya terasa sesak”
Ibu : “ Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama
Dokter, hasilnya gimana ya sus?”
Perawat 1 : “ Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter bu”
Ibu : “ O begitu ya sus”
Perawat 1 : “ Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu bisa
panggil kita di ruang perawat ya bu”
Ibu : “ Baik sus”
Perawat 1 : “ Mari bu, permisi”
Ibu : “ Oh iya, monggo”

16
Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu pasien tetap menunggu pasien di
samping tempat tidur pasien. Setelah beberapa menit kemudian, seorang perawat datang
kembali.

Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”
Ibu : “ Iya sus, lha terus anak saya sama siapa
sus?”
Perawat 2 : “ Ibu silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”

Di ruang jaga Ibu pasien bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD

Dokter : “ Keluarga dari Saudari Andriana ya bu”


Ibu : “ Iya dok, bagaimana dengan anak saya dok?”
Dokter : “ Silahkan duduk dulu bu, saya akan menjelaskan tentang
keadaan anak ibu”
Ibu : ” Iya dok” (sambil duduk)
Dokter : “ Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki
Saudari Andriana, dan sejak tadi dia mengeluhkan pusing, jadi untuk
mengetahui keadaan tulang di bagian kakinya kita sebaiknya melakukan
rogten terlebih dahulu dan juga sebaiknya kita melakukan CT Scan untuk
mengetahui keadaan dari bagian dalam kepala anak Ibu”
Ibu : “ Memangnya kalau tidak dilakukan itu kenapa ya dok?”
Dokter : “ Jika tidak dilakukan rogten dan CT scan, kita tidak
mengetahui keadaan pastinya, jadi kita tidak bisa mengambil tindakan
selanjutnya”
Ibu : “ Kalau saya pikirkan terlebih dahulu bagaimana dok?”
Dokter : “ Iya bu silakan, tetapi saya mohon Ibu segera
memberikan keputusan
agar kita bisa melakukan tindakan selanjutnya”
Ibu : “ Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu”
Dokter : “ Oh iya bu, silahkan”

Sang ibupun kembali menuju ruangan pasien, namun di tengah perjalanan Ibu
bertemu dengan perawat yang menangani anaknya tadi

17
Perawat 1 : “ Ibu, bagaimana anaknya bu?”
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten dan CT scan
pada anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”
Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu bisa
segera diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang kurang
jelas?”

Ibu : “ Tapi itu nanti beresiko atau tidak ya sus?”

Perawat 1 : “ InsyaAllah tidak apa-apa bu”

Ibu : “ Oh ya ya ya, makasih ya sus informasinya”

Perawat 1 : “ Iya, bu sama-sama, mari bu”

Ibu : “ Iya sus”

Setelah mendapat informasi dari perawat, Ibupun yakin dengan keputusan yang
akan diambilnya, dan menuju ruang dokter untuk konfirmasi

Dokter : “ Bagaimana bu?”

Ibu : “ Setelah saya pikir-pikir saya setuju bila anak saya

dirogten dan di CT scan”

Dokter : “ Baiklah kalau begitu ibu bisa menandatangani surat

persetujuan tindakan”

Ibu : “ Iya dok, saya tanda tangan dimana?”

Dokter : “ Ini silahkan Ibu baca terlebih dahulu , kemudian tanda

tangan di sebelah sini”

Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat kemudian
datanglah seorang perawat.

Perawat 2 : “ Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya antarkan
ke ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya dilepas dulu ya,
biar dibawa ibunya dulu”

18
Pasien (menganggukan kepala)

Perawat 2 : “ Mari dek saya antarkan”

Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang tadi”

Perawat 2 : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar saja ya dek, Ibunya
juga boleh ikut nganter kok

Pasien : “Iya sus” (terdiam sejenak)

Dan akhirnya Andriana pun dibawa ke ruang radiologi untuk diakukan rongten.
Dari hasil rogten diketahui bahwa pasien mengalami patah tulang, dan harus di rawat
inap untuk segera dilakukan operasi.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://michymatasa.blogspot.com/2013/11/contoh-komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html?m=
https://www.academia.edu/35368101/Naskah_Role_Play_Komunikasi_Terapeutik_pada_perawa
t_IGD
https://id.scribd.com/doc/239131361/Kom-Verbal-Dan-Nonverbal

20

Anda mungkin juga menyukai