Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil
dari masyarakat, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Oleh karena merupakan unit
terkecil dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga
menentukan derajat kesehatan masyarakatnya. Sementara itu, derajat kesehatan
sangat ditentukan oleh perilaku hidup bersih dan sehat dari keluarga tersebut
(Panata, 2018). Kebersihan merupakan sebuah bentuk usaha setiap individu
untuk menjaga kesehatannya. Kebersihan sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari agar individu terbebas dari debu, sampah, kotoran, dan bau (WHO,
2009). Kebersihan diri teridiri dari kebersihan badan, seperti memakai pakaian
yang bersih, mandi dua kali sehari, menyikat gigi dan mencuci tangan (Permata,
2010).
Mencuci tangan merupakan hal yang sederhana, namun banyak orang
malas melakukannya. Berdasarkan hasil studi Environmental Health Risk
Assessment yang dilakukan di 55 kabupaten/kota di 16 provinsi di Indonesia
pada tahun 2013 menunjukkan bahwa baru 18,5% masyarakat melakukan
kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Hal ini terjadi karena keyakinan bahwa
apabila tidak ada kotoran yang terlihat menempel, maka tidak perlu mencuci
tangan. Mencuci tangan merupakan teknik yang sangat efektif untuk mencegah
dan mengontrol kontak dengan kuman-kuman yang dapat menularkan penyakit
(Depkes RI, 2013). Mencuci tangan terbukti dapat mencegah penyakit diare dan
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) yang menjadi penyebab utama kematian
pada anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia
meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun karena penyakit tersebut (Depkes
RI, 2009).
Faktor utama yang berkaitan dalam derajat kesehatan seseorang,
kelompok dan masyarakat yaitu perilaku, pelayanan kesehatan, lingkungan dan
keturunan atau herediter. Diantara empat faktor tersebut faktor determinan yang
paling berpengaruh besar adalah faktor perilaku manusia dan disusul faktor

1
2

lingkungan pada urutan kedua. Hal ini dapat terjadi akibat faktor perilaku
memiliki pengaruh lebih besar dari faktor lingkungan sehingga lingkungan hidup
manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
Data dari UNICEF menyebutkan bahwa perubahan perilaku sederhana dengan
adanya kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat
menurunkan risiko diare hingga 50% dan ISPA hingga 45%, sehingga
dibutuhkan adanya suatu gerakan untuk mensosialisasikan program mencuci
tangan. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang diperingati setiap
tanggal 15 Oktober merupakan kampanye global yang dicanangkan oleh PBB
untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui mencuci tangan
(Prawira, 2013).
Membiasakan diri mencuci tangan dengan air bersih dan sabun masih
sangat kurang meskipun itu mudah dan nyaman dilakukan, manfaatnya sangat
bagus untuk kesehatan. Disamping itu juga terdapat banyak dalil Al-qur’an
maupun Al-hadits yang memberikan dorongan agar gaya hidup kita dihiasi
dengan kebersihan dan keindahan. Sebagaimana yang terdapat didalam Al-
quran, Allah berfirman:
َ‫ن َما ْياﻻ>> ِمنَ افَ ةٌ اَلنَّظ‬
¤
Artinya : “Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Ahmad).
Makna dari ayat diatas adalah Kebersihan itu bersumber dari iman dan
merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam islam
mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai
kata “bersuci” sebagai podoman kata “membersihkan / melakukan
kebersihan”.Tidak hanya Islam yang menyarankan untuk bersuci atau
membersihkan diri, Pemerintah melalui Menteri Kesehatan menyampaikan
pentingnya menyebarluaskan kebersihan tangan untuk menciptakan kehidupan
yang sehat (Menkes, 2015).
Salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan
khususnya di masyarakat yaitu dengan pendidikan Kesehatan, Pendidikan
kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan
3

berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara


memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal
yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya
mencari pengobatan jika sakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Metode
promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, seperti:
metode penyuluhan langsung dan penyuluhan tidak langsung. Metode
berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, seperti: pendekatan perorangan,
pendekatan kelompok dan pendekatan massal. Metode berdasarka indera
penerima, seperti: metode melihat/memperlihatkan, metode pendengaran dan
metode kombinasi yaitu demonstrasi (dilihat, didengar, dicium, diraba, dan
dicoba) (Panata, 2018).
Peran perawat dalam upaya meningkatkan perilaku mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah tangga yaitu dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat,
sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal (Robbins, 2012). Pendidikan kesehatan dapat
disalurkan melalui metode-metode yang bisa di terima di masyarakat agar
mudah di ingat. Untuk meningkatkan perhatian masyarakat peneliti memberikan
pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi, metode demonstrasi adalah
memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok atau masyarakat
bagaimana melakukan suatu prilaku kesehatan baru. Kelebihan metode ini
adalah mengajarkan keterampilan yang efektif, merangsang kegiatan,
memudahkan responden untuk mengingat kembali dan menumbuhkan
kepercayaan diri (Panata, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Putri, 2016) tentang
pengaruh pendidikan kesehatan dengan media lagu terhadap praktik mencuci
tangan. Jenis penelitian menggunakan quasi experimental design. Teknik
sampling adalah purposive sampling dengan sampel 37 siswa TK Negeri
Pembina Sragen. Instrumen yang digunakan adalah checklist mencuci tangan.
Teknik analisis data menggunakan paired t-test. Ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media lagu terhadap praktik mencuci tangan, dengan nilai
4

p=0,000. Diharapkan pemberian pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan


dilakukan sejak dini dengan inovasi media pembelajaran yang memudahkan
anak menyerap informasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Raharjo, dkk, 2017) tentang
pengaruh pendidikan kesehatan dengan media leaflet terhadap perilaku mencuci
tangan pengunjung di rumah sakit umum bali royal. Penelitian ini menggunakan
rancangan quasy experiment dengan pendekatan pre test and post test control
group design. Pengambilan sampel dengan teknik quata sampling yaitu sebesar
29 orang yang terdiri dari perlakuan yang mendapatkan pendidikan kesehatan
melalui media leaflet dan kelompok kontrol yang mendapat prosedur edukasi
yang berlaku di ruangan. Data dikumpulkan dengan mengunakan kuesioner dan
dianalisis menggunakan uji wilcoxon test, dan Mann whitney U test. Hasil uji
statistik Mann Whitney U test menunjukkan ada perbedaan perilaku pengunjung
mencuci tangan antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan p=<0,0001.
Dari data profil kesehatan Indonesia di laporkan terjadinya kejadian luar
biasa (KLB) penyakit diare di 15 provinsi dengan jumlah penderitata sebanyak
8.433 kasus diare dengan jumlah kematian 209 orang meninggal (Depkes RI,
2014). Di provinsi sumatera selatan, kejadian diare pada semua umur terbanyak
ada di kota Palembang, yaitu mencapai 5.979 orang (Dinas Kesehatan Kota
Palembang, 2017).
Berdasarkan data yang ada di balai pengobatan Puskesmas Sosial
Kelurahan Sukabangun Palembang. Pada tahun 2017 tercatat ada 7155 orang
yang menderita ISPA, 839 orang menderita dermatitis, 525 orang menderita
Diare, 338 orang menderita infeksi kulit. Pada tahun 2018 tercatat ada 5695
orang menderita ISPA, 727 orang menderita infeksi kulit, 649 orang menderita
diare, dan 638 orang menderita dermatitis dan eksim. Dari data di atas jumlah
penyakit diare, infeksi kulit dan dermatitis mengalami kenaikan (Puskesmas
Sosial, 2019).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang pada tanggal 19-20 Februari 2019. Menurut kepala
desa/lurah setempat daerah yang perlu perhatian lebih dalam meningkatkan
kesehatan terdapat di RT 40, dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat dan
5

wilayah yang berada di daerah dataran rendah sehingga mudah terendam banjir
dan ditambah berdekatan dengan peternakan Ayam yang karenanya pemukiman
sering diserang wabah lalat (vector penyakit). Dari hasil observasi peneliti
dilingkungan RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun adalah hal yang paling di sepelekan ditunjukkan dengan
kebiasan sebelum makan jarang yang melakukan cuci tangan terutama pada
anak-anak. Sedangkan dua RT terdekat adalah RT 37 dan RT 36 berada pada
lingkungan yang tidak menghawatirkan ditunjukkan dengan tidak adanya
peternakan ayam didaerah tersebut sehingga tidak memiliki resiko penyebaran
wabah (vector penyakit) yang lebih tinggi dibandingkan RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang.
Proses pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang
sehat setidaknya mampu memberdayakan unit terkecil yang ada dalam
lingkungan masyarakat yaitu keluarga untuk mampu meningkatkan atau
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mempertahankan, bahkan
meningkatkan kesehatan mereka. Jika keluarga sudah mampu menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat dalam keseharian maka secara tidak langgsung
lingkungan sehat tersebut akan ikut tercipta, yaitu dengan upaya pedidikan
kesehatan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai “pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku (pengetahuan,
sikap, tindakan) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah
tangga RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa warga RT 40
di Kelurahan Sukabangun Palembang. Mereka mengatakan bahwa mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun hanya dilakukan ketika ingat saja, terkadang
mereka hanya menyelupkan tangan ke bak air sebelum dan setelah makan tanpa
menggunakan sabun, sebagian besar dari warga tidak mengetahui cara
mencucuci tangan 6 langkah dengan air bersih dan sabun sesuai standard WHO
yang perlu dilakukan agar tangan bersih dan terhindar dari kuman.
6

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam


penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Adakah pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah tangga RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang Tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah tangga RT 40
Kelurahan Sukabangun Palembang Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok intervensi
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang tahun 2019.
b. Diketahuinya nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok kontrol
sebelum di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang tahun 2019.
c. Diketahuinya nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok intervensi
setelah dilakukan pendidikan kesehatan di RT 40 Kelurahan Sukabangun
Palembang tahun 2019.
d. Diketahuinya nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok kontrol
setelah di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang tahun 2019.
e. Diketahuinya perbedaan nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap,
tindakan) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok
intervensi sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan di RT 40
Kelurahan Sukabangun Palembang tahun 2019.
7

f. Diketahuinya perbedaan nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap,


tindakan) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok
kontrol sebelum dan setelah di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang
tahun 2019.
g. Diketahuinya perbedaan nilai rata-rata perilaku (pengetahuan, sikap,
tindakan) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan setelah di RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang tahun 2019.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini berada dalam lingkup kesehatan masyarakat
dalam mata kuliah keperawatan komunitas keluarga ditatanan rumah tangga dan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun ditatanan rumah tangga RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang Tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain Quasi Experiment melalui Pre-test and
Post-test With Control Group Desain yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada
kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Variable dalam penelitian ini
adalah pengaruh pendidikan kesehatan sebagai variable independen dan perilaku
(pengetahuan, sikap, tindakan) mencucui tangan dengan air bersih dan sabun
sebagai variable dependen. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan uji Wilcoxon. Populasi penelitian berjumlah 180 kepala
keluarga di RT 40 Kelurahan Sukabangun Palembang. Sampel dalam penelitian
ini adalah 124 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability
sampling atau random sampling yaitu dengan cara simple random sampling.
Penelitian ini dilakukan pada April s/d Mei 2019.
8

E. Manfaaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menanmbah pengetahuan
tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun kepada mahasiswa
STIKes Muhammadiyah Palembang khususnya Program Studi Ilmu
Keperwatan sehingga bisa diterapkan dalam pemahaman pengetahuan di
bidang keperawatan komunitas maupun keperawatan dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian tentang pendidikan kesehatan terhadap
perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ini diharapkan
masyarakat dapat menerapkannya dikehidupan sehari-hari untuk
meningkatakan derajat kesehatan di lingkungan RT 40 Kelurahan
Sukabangun Palembang.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah wacana bagi pembaca di
perpustakaan dan informasi ilimiah mengenai pentingnya menerapkan
perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
c. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan puskesmas setempat dalam
program promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun.
d. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
peneliti dan untuk peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi atau rujukan dalam mengadakan penelitian
sejenis.

Anda mungkin juga menyukai